Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 1 - Bab 9


Bab 9 | - Cinta x Sinyal -


Detak jantungku begitu kuat sampai-sampai seluruh tubuhku bergetar karenanya.

Keringat mulai merembes ke tanganku saat aku memegang pulpen.

Aku memalingkan muka dari pertanyaan utama dan mengalihkan pandanganku ke sekeliling.

Dinding putih yang berbeda dengan dinding tua dan kotor di rumahku.

Lantai kayu mengkilat ditutupi dengan karpet yang kokoh.

Sebuah tempat tidur kayu dan boneka binatang--aku tidak yakin apakah itu beruang atau kelinci, tapi itu terduduk kokoh di rak.

Meja, rak buku, dan lemari dihiasi dengan warna merah muda.

Meja bundar yang terbuat dari kaca mahal menambah harmoni.

Dan Haruka, dia duduk di depanku, berjuang dengan buku teksnya, bertarung melawan itu.

Hari ini,

Aku di kamar pacarku! Kamar Haruka!

Bagaimana aku bisa diberkati dengan situasi yang begitu beruntung ini? Itu terjadi karena ini.

Alasannya adalah kutukan bagi mereka yang disebut siswa/i: 'ujian tengah semester'

Di bulan Juni.

Untuk minggu pertama bulan itu, semua kegiatan klub diberhentikan untuk mendorong siswa/i belajar.

Jadi… Haruka memintaku untuk membantunya belajar.

Aku siswa kelas khusus di SMA Seiun. Itu sebabnya aku bisa membantu Haruka yang masuk di kelas reguler dalam belajarnya.

Dan dia mengandalkanku. Aku benar-benar siap untuk menerima permintaannya karena belajar bukanlah masalah bagiku, jadi aku menyetujuinya.

Sepulang sekolah, kami ketemuan di perpustakaan dan hendak belajar bersama untuk ujian.

Tapi--,

“Apa. Tempat ini penuh.”

“Aku lupa kalau tempat ini penuh sesak kalau sebelum ujian.”

Aku terlalu ceroboh dan membuat kesalahan.

Aku mulai berpacaran dengan Haruka pada musim semi tahun ini. Sebelum itu, aku selalu sendiri dan akan langsung pulang setelah kelas selesai.

Aku belum pernah menggunakan perpustakaan, jadi aku tidak tahu bahwa perpustakaan akan ramai sebelum diselenggarakannya ujian.

Dan kesalahan itu membuat kami hanya bisa berdiri karena setiap kursi di perpustakaan sudah terisi.

Aku tersesat dalam kebingungan, memutar otakku untuk mencari solusi.
.
.
.
Mungkin kita bisa belajar di kelasku??

Aku baru saja akan menanyakan itu padanya, tapi dia berbicara sebelum aku sempat mengatakannya,

Dia dengan polos mengatakan, “Um, Hiromichi~kun? Mengapa kita tidak belajar di rumahku?”
.
.
.
Dan itulah mengapa aku di sini.

Ini pertama kalinya aku memasuki kamar seorang gadis, yah kamar pacarku.

Dan sejujurnya… aku sedikit gugup.

Ah! Aroma yang harum...

Aku tidak pernah menyangka bahwa kamar seorang gadis akan bearoma harum.

Itu seperti kelembutan bunga, atau manisnya permen, aroma yang menyenangkan.

Aku telah mendengar banyak orang berbicara tentang aroma, tapi aku selalu berpikir bahwa mereka hanya melebih-lebihkan, namun sekarang aku menyadari bahwa mereka berkata jujur.

Aku ingin tahu apakah dia ini sebenarnya peri.

Mungkin karena sampo-nya.

Aku tidak yakin apakah para saudari ini menggunakan produk yang sama atau tidak, tapi aroma ini terasa cukup tidak asing untukku.

Shigure…

Ah! Aku tidak ingin mengingatnya…

Pokoknya, aroma manis ini adalah aroma pacarku, berada dekat dengannya membuatku bahagia.

Dan sekarang aku berada di dalam ruangan yang penuh dengan aroma menyenangkan

Ahh… terlalu banyak kebahagiaan bagiku untuk ditangani.

Aku sangat senang sampai-sampai aku merasa hatiku akan meleleh.

Aku penasaran berapa banyak kemanisan yang kuhirup hanya dengan berada di sini.

Hah? Apa aku mesmum? Tidak, tidak, tidak, tunggu.

Itu bukan salahku, aku tidak punya pilihan. Tubuhku hanya bereaksi, kurasa itu pasti wajar.

Seperti halnya para pecinta alam yang menarik napas dalam-dalam saat mencium aroma rumput, kan?

Aku menyukai Haruka. Jadi wajar kalau aku ingin mencium aromanya.

Tidakkah kau mengerti bahwa itu situasi yang mau bagaimana lagi?

Kalau begitu, permisi--,

“Hm? Hiromichi-kun.”

"Gefu-uhuk!"

“Apa terjadi sesuatu? Apa kau masuk angin?”

“Tidak, itu hanya sedikit ludah nyangkut di tenggorokanku. Aku baik-baik saja. Kalau begitu… ada apa?”

"Ini. Dalam terjemahan bahasa Inggris, kenapa kau tidak bisa bilang [take] saja?”

“Oh, Ah, itu karena kata kerjanya berbeda. Dalam hal ini, kita harus menggunakan [bring]. ”

Ah! Itu berbahaya.

Keringat dingin mengalir dari punggungku dan membasahinya.

Kupikir lubang hidungku mungkin berukuran dua kali lipat.

Seorang pacar yang mengendus-endus kamar pacarnya dengan intens jelas merupakan pria yang buruk.

Aku tidak bisa menunjukkan sisi diriku yang ini padanya.

Rupanya, aku terlalu terbawa suasana karena aroma ini.

Berhentilah menjadi tolol, ayo fokus…

Tapi, yah… Sungguh sulit bagiku untuk berkonsentrasi.

Ya.

Karena untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku memasuki kamar seorang gadis. Dan gadis itu adalah pacarku.

Ini adalah ruang pribadi Haruka, tempat dia tinggal, bekerja, mandi, dan tidur.

Dia mengundangku ke tempat seperti itu.

Astaga, aku seharusnya tidak memikirkan hal-hal seperti itu.

Agrh!

Terjemahkan apa yang dikatakan Bob, Nancy, dan Taro?

Sial!

Ayo lihat dari sudut pandang yang berbeda.

Tidak apa-apa jika aku tidak bisa berkonsentrasi.

Aku tahu bahwa aku harus belajar. Tapi ada satu hal yang perlu kupastikan terlebih dahulu.

Untuk mengetahui apakah undangan ini adalah sinyal dari Haruka… atau bukan!

Para ahli mengatakan bahwa ketika seorang gadis ingin meningkatkan hubungannya, dia akan mencoba melakukan kontak fisik. Dia akan berusaha memanjakanmu dan memancarkan berbagai sinyal cinta.

Hubungan kami mengambil langkah maju yang sangat besar akhir-akhir ini, kami bahkan berpegangan tangan saat berjalan pulang dari sekolah.

Tapi undangan ke rumahnya…

Mungkinkah dia mencoba memberi sinyal bahwa dia ingin lebih dekat?

Tentu saja, itu juga mungkin kalau dia hanya mengandalkanku yang adalah seorang siswa dari kelas khusus, dan juga mungkin mengundang seseorang ke kamarnya bukanlah masalah besar baginya jika itu adalah seseorang yang dia percaya—aku.

Jika Haruka tidak mau dan aku masih mencoba, maka…

“~~~~”

Tidak--,

Itu sama sekali tidak bagus. Aku akan mati.

Oleh karena itu, aku mencapai kesimpulan bahwa tidak ada kesimpulan. Kami perlu bukti lebih lanjut untuk memutuskan.

Apakah itu sinyal atau bukan?

Aku harus mengamati Haruka dengan cermat untuk mencari tahu apa yang dia inginkan.

⭐⭐⭐

“Terima kasih, Hiromichi-kun! Ini pertama kalinya aku bisa mengerjakan PR dengan begitu mudah!”

"Oh, begitukah. Aku senang bisa membantumu.”

“Aku gadis yang sangat beruntung memiliki pacar yang bisa diandalkan sepertimu. Ah, cangkirmu sudah kosong. Aku akan membawakan jus lagi.”

"Ohh, terimakasih."

Haruka berdiri dan meninggalkan kamar untuk mengambil jus.

Saat aku melihatnya pergi, aku menyelipkan kepalaku di antara kedua tanganku.

“Aku tidak mengerti.”

Aku telah mengamati Haruka dengan hati-hati tanpa melewatkan apa pun, tapi aku masih tidak bisa mengerti apa yang dia coba katakan… atau apakah dia memang mencoba untuk mengatakan sesuatu.

Ngomong-ngomong, aku memperoleh beberapa informasi khusus...

Bulu mata Haruka panjang dan indah.

Dia akan selalu menghela nafas kecil setiap kali dia menghadapi masalah, dan sejujurnya, itu sedikit erotis.

Dia terlihat sangat imut ketika dia memberikan senyum malu-malu setiap kali mata kami bertemu.

Jawaban yang kudapatkan adalah bahwa pacarku sangat imut.

Sejak awal, apa aku memang mampu memahami sinyal itu?

Bukankah karena aku tidak bisa sehinngai aku hidup sebagai perjaka selama 17 tahun.

Untuk mengalahkan monster A, kau membutuhkan item bernama B, dan item B hanya akan dijatuhkan jika kau mengalahkan monster A.

Aku tidak suka pemikiran bahwa item tersebut akan dijatuhkan oleh A. Aku tidak menyukainya.

Aku tidak yakin apakah ini pemikiran yang bagus atau tidak.

“Aku akan duduk tenang dan belajar dengan tenang.”

“~Meong~“

“Hm?”

Suara aneh apa itu?

Aku melihat ke arah suara itu, ke pintu yang dibiarkan terbuka. Seekor kucing campuran hitam dan putih mengintip dari pintu.

[#satu warna?]

Ah, aku ingat, dia pernah memberitahuku bahwa dia memiliki kucing.

“Hei Haruka. Siapa nama kucingmu?”

“Hmm? Apa Maro pergi ke sana? ”

“Dia  menatapku. Jadi kau adalah Maro.”

“Yah, karena ada titik cantik di dahinya.”

“Jadi itu mengapa namanya Maro.”

Itu nama yang bagus.

Ada dua titik samar di dahinya tepat di atas matanya.

Aku menyukai anjing dan kucing, tapi aku lebih menyukai kucing.

Anjing terlalu setia padaku, dan aku kasihan pada mereka.

Dalam hal ini, kucing itu menyenangkan dan lucu karena mereka nakal.

"Chitty-chitty"

“Meoww~“

Aku mendecakkan lidahku dan memberi isyarat padanya, sementara Maro menyelinap melalui pintu ke kamar.

Dia kucing yang besar, mungkin dua kali ukuran kucing liar biasa di sekitar sini.

Maro langsung menghampiriku dan naik ke pangkuanku.

Oh, dia berat…!

“Awww, sungguh yang kucing besar.”

Membelai dahinya yang sempit membuatnya mengeong.

Dia pasti dimanjakan oleh semua orang di rumah.

Dia sangat jinak.

"Hah."

Saat aku membelai Maro, aku melihat ada sesuatu yang tersangkut di kaki belakangnya.

Saat dia datang ke sini, aku tidak melihatnya karena itu berada di balik tubuhnya yang besar, tapi apa ini?

Kain?

Aku merasa kasihan padanya, jadi aku melepaskan itu.

Itu adalah kain yang menempel padanya.

Itu sangat lembut dan terasa cukup menyenangkan untuk disentuh. Aku belum pernah menyentuh sesuatu seperti itu sebelumnya.

Permukaan putihnya berkilau, dengan beberapa pita dan berbentuk segitiga, tung… tunggu, bukankah ini celana dalam seorang wanita!

“Haa--”

Aku hampir berteriak.

Tekanan darahku melonjak dan telingaku berubah merah padam.

Aku cukup yakin itu adalah celana dalam wanita. Aku mengetahuinya karena baru beberapa hari sebelumnya Shigure memperlihatkan celana dalamnya.

Hanya ada satu wanita di rumah ini. Jadi ada kemungkinan 100% bahwa itu pasti… punya Haruka….

Apa yang telah kau lakukan Maro?

“Maro tubuhnya besar, kan? Saat aku pertama kali menemukannya, dia kurus, tapi kemudian dia bertambah gemuk karena ayahku memanjakannya. Kucing gemuk juga lucu, bukankah begitu?”

“Oh, ya, tentu. Kurasa, aku juga lebih suka kucing gemuk.”

Bulat dan imut. tapi bajingan ini...

Sial, ini buruk. Haruka semakin dekat.

Seluruh tubuhku bersimbah keringat.

Apa yang harus kulakukan?

Celana dalamnya ada di tanganku. Jika dia melihatku seperti ini, itu akan membuat kesalahpahaman baru.

Tapi jika aku melemparkannya ke lantai, bagaimana aku akan menjelaskan situasinya kepadanya?

Si kucing membawanya?

Terlalu mencurigakan!  Bahkan jika aku mengatakan yang sebenarnya, aku tidak dapat dipercayai jika seperti itu!

Kepalaku bingung sekarang…

Tapi situasinya tidak menunggu kebingunganku mereda.

Selagi aku bertanya-tanya, Haruka kembali ke kamar.

"Maaf aku agak lama. Haha. Kau tidak bisa hanya duduk di sana seperti itu, Maro! Ayo. Kau seharusnya tidak merepotkan Hiromichi-kun, jadi kemarilah.”

“Ma~u…”

"Ah. Lihat, dia baru saja menguap. Mungkin dia menyukaimu. Jika kau tidak nyaman, kau bisa memaksanya pergi.”

“Tidak, tidak, tidak seperti itu. Aku suka kucing, jadi tidak apa.”

"Benarkah? Itu bagus untukmu, Maro.”

Haruka terkikik sedikit dan membelai kepala Maro di pangkuanku.

…Kau tidak tahu tentang sifat sebenarnya dari iblis kecil yang gemuk ini.

Yah, aku menyembunyikan celana dalamnya di sakuku secara mendadak, tapi aku mulai menyesali keputusan itu.

Ini adalah kejahatan serius, pencurian celana dalam.

Kurasa aku dalam masalah serius… karena benda berbahaya ini adalah bom waktu, yang dimana itu bisa meledakkan hubungan kami dalam sekejap.

Aku harus membuangnya secepat mungkin sambil juga memastikan bahwa Haruka tidak menemukannya.

Tapi bagaimana caranya?

Haruskah aku menyembunyikannya di ruangan ini? Itu mungkin.

Tapi celana dalam ini dibawa dari luar. Misalnya, jika ini dikenakan kemarin, maka dia mungkin ingat bahwa itu bukan dari kamar ini.

Tidak hanya itu, tapi sayang untuk menyembunyikannya di tempat yang tidak akan pernah ditemukan… Seperti di balik lemari, atau membawanya pulang adalah tidak mungkin.

Aku dengan mati-matian memutar pikiranku, menggunakan setiap bagian otak yang dapat aku temukan.

Apa pilihan terbaik?

Saat aku mencari jawabannya, Haruka bertanya,

“Hiromichi-kun? Apa kamar ini panas?”

"Apa? Kenapa? Tidak, itu… tidak.”

“Habisnya kau banyak berkeringat.”

“Tidak, ini tidak panas.”

“Jadi, kau tidak enak badan? Kau batuk beberapa waktu yang lalu.”

Ada tatapan peduli di matanya.

Tolong jangan lihat aku seperti itu, aku tahu kau mengkhawatirkanku. Kau terlalu baik dan aku mencintaimu karena itu, tapi aku tidak bisa memberitahumu alasan mengapa aku tidak bisa berhenti menggigil; bahwa aku merasa ngeri karena takut kau akan tahu aku menyembunyikan celana dalammu di sakuku.

Ahh… aku tidak bisa mengatakan itu. Aku sangat bersalah.

Tunggu…

Jika aku melihatnya dari sudut pandang lain… Apakah ini semacam wahyu…?

Aku tidak enak badan…!

"Ya! Aku tidak sakit, tapi aku menahan diri untuk sementara waktu sekarang. Sebenarnya, harus menggunakan toiletmu…”

“Eh?”

"Aku hanya berpikir tidak sopan menggunakan toilet di rumahmu."

“Nah, jangan khawatir. Tidak perlu ragu~. Lebih baik kutunjukkan di mana itu. Ikuti aku."

"Terima kasih. Itu sangat membantu.”

Nah, sekarang yang harus kulakukan adalah meninggalkan celana dalamnya di ruangan tepat di luar kamar mandi.

Karena itu awalnya dibawa oleh Maro, itu akan menjadi pilihan teraman.

Apalagi sebagian besar rumah sering didesain dengan toilet dan kamar mandi yang biasanya terletak bersebelahan.

Jika aku menjatuhkannya begitu saja di bawah mesin cuci di kamar mandi, itu bukan hal yang tidak wajar.

Gendut sialan ini.

Semua masalah ini karena dia.

Aku mengeluh dan mencoba membangunkan Maro yang meringkuk di pangkuanku.

Aku mengguncangnya, tapi dia dengan keras kepala menolak untuk mengalah. Aku tidak punya pilihan lain selain mengangkatnya.

Dia mulai melawan dengan meraih celanaku. Dasar bajingan keras kepala!

Aku berusaha lebih keras untuk mencoba mengangkatnya.

Dan saat itulah itu terjadi…

Aku berhasil mengangkatnya, tapi… dia menarik celana dalam Haruka dari sakuku.

“Gyaaaaaaaaaaaaaaaa!”

Aku berteriak.

“Eh…?”

Haruka melihat celana dalam yang setengah keluar dari sakuku, dan matanya membelalak kaget.

“Hiromichi-kun… bukankah itu… milikku?”

Nah, ini yang terburuk! Hal terburuk yang bisa terjadi!

Aku harus menjelaskan…!

“Maaf, ini salah paham! Itu bukan salahku, tapi Maro! Itu tersangkut di kakinya saat dia masuk ke kamar! Kupikir jika aku meninggalkannya di sini, itu akan menyebabkan kesalahpahaman yang aneh, jadi secara tiba-tiba, aku menyembunyikannya di dalam sakuku… aku tidak mencoba mencurinya! Aku baru saja hendak meninggalkannya di kamar mandi, tolong percaya padaku!"

Saat aku mengatakan yang sebenarnya, aku teringat sesuatu…

Cerita di situs berita tentang orang asing yang dituduh atas dugaan pelecehan seksual terhadap anak-anak.

Dia menggunakan alasan bahwa kucingnya telah mengambil foto-foto itu tanpa izinnya. Aku ingin tahu apakah mereka mempercayainya. Setidaknya aku tidak akan percaya omong kosong itu!

Ya, cerita seperti itu tidak bisa dipercaya.

Tidak mungkin dia akan percaya padaku… tidak mungkin.

Sudah berakhir… Hubungan ini sudah berakhir…

Ah…

“Oh, jadi itu yang terjadi!”

“Ehh?”

“Jangan khawatir, Hiromichi-kun.”

"Haruka, apa kau percaya padaku?"

“Tentu saja, aku percaya padamu. Aku tahu kalau Hiromichi-kun bukanlah tipe orang yang akan melakukan hal seperti itu. Aku pacarmu dan fakta bahwa kau mengira aku tidak akan mempercayaimu sedikit menyebalkan.”

Haruka menggembungkan pipinya.

Dia tidak marah, aku hanya terlalu memikirkannya…

Haruka sangat percaya dengan apa yang baru saja kukatakan.

Dia mempercayaiku sebagai pacarnya.

Jadi, di dunia yang luas ini, ada seseorang yang memiliki pandangan positif tentang diriku…

Aku tidak bisa lebih bahagia.

Cinta untuk gadis tepat di depanku meluap dari lubuk hatiku. Begitu meluap sampai aku tidak bisa bernafas… Aku tanpa sadar mengulurkan tangan ke Haruka.

Ah…

Aku menyentuh rambut halusnya.

Dia sesaat terkejut dengan ini.

[-!]

Dia memejamkan mata dan mengusapkan pipinya di telapak tanganku.

Aku akhirnya mengerti...

Ini adalah Sinyal ❤ Cinta sejati.

Mengalir di antara mata kami. Kami bisa merasakan sinyal satu sama lain.

Aku dengan lembut menggerakkan tanganku di sekitar tengkuknya dan merangkul itu.

Secara mendadak…

"Ping~pong!!"

“……..!!!!!!!!!!!”

Kami segera berpisah dengan momentum yang luar biasa.

Rangsangannya surut seolah disiram air dingin.

Kami berpaling dari satu sama lain…

"Ha-ha, itu momen yang luar biasa, seperti manga yang kupinjamkan kepadamu kemarin."

“Oh. Apa hal seperti itu mungkin… dalam kehidupan nyata?”

“Aku akan kembali sebentar lagi.”

"Ya... tentu."

Aku merasa seperti aku baru saja melewatkan momen yang menentukan.

Aku hendak memeluknya dengan tangan ini.

Tidak... suasananya benar-benar pas untuk ciuman.

Argh! Kenapa bel harus berbunyi??

Itu menyebalkan.

Aku akan mengutuk mereka sampai mati jika mereka berasal dari perusahaan asuransi, NHK, atau semacamnya.

Ya Bapa! Aku berharap mereka ditendang sampai mati oleh kuda.

“Oh, Papa! Tidak, maksudku, selamat datang kembali.”

Ayahnya?

"Aku pulang, Haruka."

"Ada apa? Kau tidak pernah membunyikan bel.”

“Aku senang bisa pulang lebih awal untuk pertama kalinya setelah beberapa lama. Sayangnya, aku meninggalkan kunci rumah di mejaku. Syukurlah kau ada di rumah.”

Aku mendengar suara seorang pria.

Jika aku mendengarnya dengan benar, maka…

"Ayah Haruka sudah pulang."
.
.
.
“Hmm? Aku tidak mengenali sepatu ini. Apa temanmu ada di sini?”

“Bukan temanku, kau tahu, maksudku… aku sudah memberitahumu sebelumnya…”

“Oh! Pacarmu yang namanya Hiromichi, kan?”

"Ya, itu benar. Karena ujian, aku memintanya untuk membantuku belajar.”

"Ah! Maafkan aku. Apa aku tidak mengganggu kalian?”

"Ya, ayah mengganggu."

“Sedih sekali mendengar kebenaran dari putri tercintaku. Oh iya, kalau begitu, aku harus menyapanya demi putri imutku yang selalu mengurusku dengan baik.”

Hii-

Aku berteriak tanpa suara terhadap suara dan langkah kaki yang mendekat.

Ini perkembangan yang begitu mendadak! Aku sama sekali tidak siap untuk ini!

Apa yang harus kukatakan saat aku bertemu dengan ayah pacarku?

Biasanya, dalam situasi seperti ini, aku bertanya kepada Om Google… tapi sekarang aku tidak punya waktu.

Kemudian, seorang pria paruh baya bertubuh tinggi masuk dan menatapku melalui kacamata hitamnya.

"Selamat sore. Kau pasti pacar putriku, Hiromichi, kan? Aku ayah Haruka. Senang bertemu denganmu.”

"Y-ya! Selamat sore! Aku Hiromichi Sato!”

Aku buru-buru berdiri dan membungkuk.

Aku tidak mungkin berani menjawab ayah pacarku sambil duduk.

Tapi pikiranku kosong. Hanya suara detak jantungku yang bergema di pikiranku.

Apa yang akan terjadi? Apa yang harus kukatakan kepada ayah pacarku dalam situasi ini?!

Baiklah, pertama… em, em, em, em, em… Mulai dengan sapaan…

“Aku akan menjadikan putrimu gadis paling bahagia di dunia.”

Ups, ini berbeda…?

Ya, itu klasik! Maksudku, ini seperti scene dari komik atau anime.

Tapi bukan itu yang ingin kukatakan...

"Hahaha! Apa kau tidak melompati banyak hal? Aku ingin mendengar kalimat itu lagi saat kau dewasa."

Ayah Haruka menertawakan sapaan informal yang terlintas dalam pikiranku.

“Eh—!”

Tidak… mungkin dia mengira aku aneh.

"Tapi sangat bagus untuk memiliki rasa tanggung jawab."

"Apa…?"

"Iya. Saat aku mendengar bahwa putriku punya pacar, sebagai ayah, aku khawatir kau akan menjadi orang seperti apa, tapi sekarang melegakan. Kau tidak memiliki rambut yang diwarnai atau tindik apa pun. Kau terlihat sangat serius dan tulus.”

Anehnya, kesalahanku diterima dengan baik oleh ayahnya.

Kalau dipikir-pikir, Haruka juga senang saat aku menyebutkan kalau aku akan datang.

Keduanya, ayah dan putri, mirip.

“Aku senang bertemu denganmu. Aku bertanya-tanya bagaimana harus berurusan denganmu jika kau memiliki rambut emas atau merah. Anak laki-laki yang mewarnai rambut dan menindik telinganya jelas bukan pria yang baik, terutama di usiamu.”

“…”

“Bagaimana menurutmu, Hiromichi? Aku berpikir hendak membawa putriku keluar untuk makan malam karena aku akhir-akhir ini tidak pulang lebih awal. Apa kau ingin ikut dengan kami? Sudah hampir waktunya untuk pergi.”

Saat aku melihat jam, sudah sekitar pukul 18:30.

Sebelum aku menyadarinya, cukup banyak waktu telah berlalu.

Tapi,

“Terima kasih atas tawarannya, tapi keluargaku menungguku…”

Aku menolak.

Dia tidak tahu tentang undangan ini… dan sudah mulai menyiapkan makan malam untuk kami berdua.

Terlalu buruk untuk seseorang yang hanya ingin makan. Meskipun itu undangan, aku tidak bisa menyia-nyiakan masakannya.

Bagaimanapun, aku masih tidak nyaman dengan gagasan makan malam dengan ayah pacarku.

Waktunya pulang…

"Baiklah, aku akan pergi."

"Oh, baiklah. Tidak apa-apa jika kau berpikir seperti itu. Sangat penting untuk bersenang-senang dengan keluargamu. Kita akan makan di lain waktu. Haruka, antar Hiromichi kedepan.”

"Iya…"

Jadi, aku pulang setelah berpisah dengan Haruka yang melambaikan tangannya.

Saat aku hilang dari pandangannya, rasa lelah melanda tubuhku.

Sejujurnya… aku benar-benar kelelahan.

Ini pertama kalinya aku ke rumah pacarku, lalu menyembunyikan celana dalamnya, dan akhirnya bertemu ayahnya.

Banyak hal terjadi sekaligus. Ini adalah hari yang berat.

Yah, aku senang dia orang yang baik seperti Haruka.

Sekarang kupikir-pikir, ayahku juga adalah ayah tiri Shigure… dan aku benar-benar lega bahwa tidak ada kesamaan di antara keduanya.

Hanya saja dia orang seperti itu…

“Anak laki-laki yang mewarnai rambut dan menindik telinganya jelas bukan pria yang baik, terutama di usiamu.”

Kata-katanya yang menyengat dengan rasa jijik meninggalkan kesan yang kuat padaku.



close

6 Comments

Previous Post Next Post