Okaeri Saotome-san Bab 7


Bab 7 - Saotome-san Ingin Pergi Bermain


Hari ini adalah hari Sabtu. Hari libur.

Meskipun dalam pekerjaanku batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi agak ambigu, tapi ini adalah pekerjaan yang sah dengan kontrak kerja dimana aku harus mengatakan "selamat datang kembali" kepada Mio-san.

Oleh karena itu, hari libur disediakan sesuai dengan hukum. Belum lagi, sebenarnya aku punya dua hari libur per minggu.

Aku mulai bekerja di pekerjaanku sebelumnya karena aku terpancing oleh "istirahat dua hari". Ini adalah cerita lucu kalau kuingat sekarang.

Perbedaan antara istirahat penuh dan tidak istirahat penuh. Menurut undang-undang, jumlah hari libur di bulan Juni 2009 harus "sepuluh hari", tapi dengan tidak istirahat penuh hanya akan mendapatkan "enam hari." Dari sana saja, kau bisa melihat perbedaan besar antara keduanya.

“Yah, kurasa sudah hampir waktunya untuk “festival” dimulai.”

Sekarang berbeda dengan yang dulu, ketika aku mengalami depresi karena kurang istirahat.

Sekarang aku dalam pekerjaan istirahat penuh, jadi memiliki lebih banyak waktu dari sebelumnya. Karena akhir pekan menjadi hari libur sesuai dengan jadwal Mio-san, ada banyak waktu luang untukku, jadinya aku bisa mulai menebak-nebak apa konten yang akan ditampilkan di T.V.

Sepertinya ada sekelompok orang dewasa yang berdebat tentang siapa yang ketinggalan irama ritme permainan selama konten hari ini.

Sungguh menakjubkan, situasi sebenarnya dipenuhi dengan alasan dari maniak ritme permaian ini, dan karena itu, konten dari program tidak lagi jelas. Inilah mengapa aku tidak bisa berhenti mencoba menebak-nebak konten acaranya.

“Fuu, aku memiliki awal yang memuaskan untuk hari Sabtu.”

Meskipun aku punya banyak waktu untuk dihabiskan saat liburan, tetap saja tidak bisa mengalahkan nuansa yang kudapatkan dari bekerja.

Hanya saja, meskipun Mio-san rentan terhadap kesepian, seharusnya membuatnya stres karena berada bersama seseorang yang baru dia akrab dengannya seminggu yang lalu setiap hari.

Aku yakin ada hari-hari di mana dia hanya ingin menjalani hari-harinya sendirian, dengan damai.

*Ping-Poong*

“Matsutomo-san, apa kau ada di dalam?”

Tapi sepertinya hari-hari seperti itu tidak ada.

“Mio-san? Ada apa? Kok pagi-pagi berkunjung.”

“Aku minta maaf karena mengganggumu meskipun ini hari libur. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu.”

Di depan pintu masuk ada Mio-san, yang mengenakan pakian ketat dan celana pendek. Pahanya bersinar di bawah sinar matahari pagi.

“Apa itu? Apa ada sesuatu yang kau butuhkan?”

“Yah...... Ini tentang yang tadi malam.”

“....Memang sih, tadi malam cukup berantakan.”

Yah, Mio-san.

Aku tidak begitu yakin tentang Mio-san yang ini.

Apa kau benar-benar ingin membicarakan tentang yang Mio-san itu?

 

Ada beberapa kesepakatan tak terucap antara Mio-san dan aku.

 

Kebanyakan orang dewasa tidak ingin orang lain melihat mereka mengalami kemunduran mental dan bertindak manja. Tapi dalam pekerjaan ini, itu adalah sesuatu yang harus selalu kau perkirakan akan terjadi.

Juga, Mio-san dan aku setidaknya orang dewasa yang bekerja.

Apa yang terjadi di malam hari, kau tidak boleh membicarakannya di pagi hari. Aturan tidak tertulis seperti itu dtetapkan antara Mio-san dan aku.

Namun, Mio-san datang dan mulai merusaknya. Ini adalah kasus pertama yang terjadi sejak pekerjaan dimulai.

Yah, kurasa hal-hal seperti memeluk seseorang saat dia hanya mengenakan pakaian dalamnya tidak boleh dilewatkan begitu saja.

“Baiklah, ini akan menjadi kelanjutan dari percakapan yang kita lakukan kemarin.”

“O-oke.”

Mio-san mengambil sesuatu dari saku celana pendeknya. Itu adalah benda merah dengan logo kuning di atasnya.

“Ingin bermain Uno?”

Itu Uno.

“Jadi kau sedang membicarakan itu. Apa kau ingin bermain Uno dengan aturan "tanpa tumpukan seri"?”

“....Maaf, aku hanya bercanda.”

Aku yakin itu sangat serius. Bukankah alismu mengerut?

Itu semua adalah Mio-san yang sama meski dia saat ini dalam Mio-san mode Pagi.

“Maksudku, kau tidak bisa berhenti bermain Uno saat kau mulai memainkannya. Jadi mari kita mainkan itu nanti.”

“Oh begitukah, senang sekali kau mempertimbangkannya.”

Meskipun mulutnya mengucapkan kata-kata Mio-san mode pagi, wajahnya tersenyum bahagia seperti yang dilakukan Mio-san dalam mode malam.

“Jadi sebenarnya untuk apa kau di sini?”

“Nah, tentang itu.”

Dia mengambil sesuatu dari saku lainnya.

Ah, luar biasa. Itu adalah dompet tempatmu hanya dapat meletakkan tagihan dan kartu. Ini pertama kalinya aku melihat seseorang menggunakannya.

Mio-san mengambil uang 10.000 Yen dari dompetnya yang tampak elit hanya untuk orang elit. Kemudian dia menyerahkannya kepadaku dengan elegan.

“Aku akan membayarmu 10.000 Yen. Jadi, apa kau mau mempertimbangkan untuk ikut denganku membeli beberapa boneka mainan?”

“Meskipun aku mengerti apa yang kau katakan, tapi pada saat yang sama, aku tidak mengerti apa yang kau katakan.”

“?”

Oh, ini adalah sesuatu yang kubutuhkan untuk menggunakan imajinasiku.

Aku memahami kalimat keduanya. Meskipun kau sudah dewasa, aku mengerti bahwa kau terkadang masih menginginkan boneka. Mio-san sendiri memiliki boneka bernama "Fuu-chan" di kamarnya, aku mengerti jika dia menginginkan lebih.

Aku juga agak mengerti bahwa dia akan mengajak seorang kenalan untuk pergi membelinya bersama.

Tapi masalahnya adalah di kalimat pertamanya.

Apa yang dia maksud dengan “membayar 10.000 Yen.”

Tunggu, sekarang hari apa? Oh ya, ini hari Sabtu, yang merupakan hari libur.

“Mungkinkah 10.000 Yen itu untuk kerja lembur di hari libur?”

“Eh? Apa ada hal lain untuk itu?”

Aku benar. Orang ini mencoba menerapkan kontrak kerja untuk pergi keluar pada hari Sabtu.

“Mengapa kau harus membayar? Aku bisa pergi keluar denganmu untuk berbelanja kapan saja kau mau.”

"Tidak mungkin."

Aku langsung disangkal.

“Apa yang kau maksud dengan tidak mungkin?”

"Maksudku?"

“Ini tidak seperti kita benar-benar orang asing, kau selalu dapat mengajakku untuk berbelanja, kan?”
 
“Kupikir kau tidak memiliki sudut pandang yang tepat Matsutomo-san. Bayangkan. Pergi berbelanja denganku selama satu jam.”

Belanja boneka mainan dengan Onee-san berukuran E-cup berrambut hitam agak panjang.

Ya.

“Yah, menurutku itu menyenangkan?”

"Aku tau? Kau akan jijik. “

Dia menyangkalku lagi.

“Setidaknya aku pasti akan berpikir, ‘Oh, dia bosan.’”

“Haaah.”

“Maksudku, Matsutomo-san pasti akan terus berbelanja bersamaku sampai akhir kan?”

“Yah, itu sudah pasti.”

“Kupikir aku tidak akan bisa menahan rasa bersalah yang kurasakan karena membuatmu pergi denganku.”

Aku lupa.

Orang ini adalah orang yang seperti itu. Seseorang yang tidak percaya siapa pun akan melakukan sesuatu untuk mereka tanpa alasan yang tepat.

“Bekerja pada hari libur membutuhkan kesepakatan antara karyawan dan bos, tapi karena karyawan dan bos sudah ada di sini, kupikir mungkin untuk membuat kesepakatan tentang itu. Ya kan?’

“Yah, kurasa begitu.”

"Nah? Apa jawabanmu?”

Kencan di antara kami sekarang sudah diputuskan.

Karena terlalu banyak untuk menjelaskan apa yang terjadi, aku memutuskan untuk menyebutnya begitu.



close

Post a Comment

Previous Post Next Post