Bab 242 - Meninjau dan Reuni
"Gabut banget..."
"Oh, Jill..."
Resepsionis itu tersenyum ketika dia melihat rekannya dengan kepala menunduk di atas meja. Guild Petualang Pond lagi sepi.
Perang saudara musim gugur yang lalu telah membuat kota jatuh ke dalam kekacauan, dan di saat itu akan menjadi pertempuran yang menentukan, tau-tau, pertempuran itu justru berhasil dihindari. Para petualang, yang merasa kecewa dengan pengumuman gencatan senjata setelahnya, meninggalkan Pond untuk mencari uang.
Untuk sementara, seluruh kota ditutup, dan setelah gencatan senjata, kehidupan tidak segera kembali ke Pond. Akibatnya, permintaan berhenti datang ke Pond, membuat para petualang jadi nganggur.
Lebih buruk lagi, turnamen pemilihan raja Einbeast akan diadakan tahun ini. Karena petualang memenuhi syarat untuk berpartisipasi, orang-orang ambisius yang berharap untuk menjadi penguasa menuju ke sana.
"Musim dingin datang dan pergi... mereka bisa kembali sekarang."
Jill, resepsionis berrambut pendek berwarna merah, dengan lembut mengetuk binder yang diletakkan di atas meja. Itu berisi permintaan yang belum diambil dan sudah tidak muat untuk diposting di papan buletin. Musim dingin yang lalu, para petualang pergi ke ibu kota kerajaan atau kota terdekat. Setelah situasi di Pond kembali normal, tidak ada orang di sekitar yang menerima permintaan dan semua permintaan itu menumpuk begitu saja.
"Ini pertama kalinya dalam beberapa saat kita bisa bersantai. Aku sebenarnya suka kalau begini."
"Kurasa... kau ada benarnya."
Jill mengerutkan bibirnya saat dia melihat ke arah Gloria. Seperti biasa, rambut ungu panjangnya tampak berkilau, dadanya yang besar memantul ke atas dan ke bawah. Dan seperti biasa, matanya yang sedikit terbuka menanamkan rasa takut pada Jill karena terkadang sulit menebak apa yang ada di benak wanita itu. Tapi dia sepertinya bersungguh-sungguh dengan apa yang baru saja dia katakan.
Sebelum ini Jill membenci kesibukannya, yang dimana dia hampir setiap hari dikelilingi oleh para petualang, menerima permintaan, dan memproses barang dengan cepat. Dia selalu menginginkan istirahat dan lebih banyak personel untuk membantu pekerjaan, tapi karena sekarang mereka tidak ada pekerjaan, dia merindukan hari-hari yang sibuk itu. Manusia memang makhluk yang serba salah.
"Oh. Tidak terlalu banyak orang di sekitar sini, jadi kupikir tempat ini akan ditutup."
"Tentu saja kami akan buka. Tidak bisakah kau melihat segunung permintaan yang kami miliki—"
Jill secara refleks menjawab suara yang dikenalnya. Matanya melesat ke luar meja dan melihat anak laki-laki itu berdiri di sana. Dia bahkan tidak menyadari saat anak itu masuk ke dalam Guild.
"Hikaru-kun?!" dia berseru dengan keras.
---
Tidak ada petualang lain yang ada di guild; tempat itu benar-benar kosong. Mereka semua memasuki ruang resepsionis, termasuk resepsionis lainnya, dan itu menjadi bukti berapa banyak waktu luang yang mereka miliki. Lavia mengambil tempat duduk di samping Hikaru, sementara Jill dan Gloria duduk menghadap mereka. Paula keluar mengamankan tempat tinggal untuk mereka bersama dengan Drake yang masih tertidur lelap.
"Jadi? Bagaimana hal-hal berakhir seperti ini?" tanya Hikaru.
"Lupakan itu." Kata Jill. "Tentang gadis itu..."
Jill menatap Lavia dengan mata mencemooh. Dia pernah bertemu dengannya sebelumnya, tapi pertanyaannya tidak terjawab ketika Senkun dari party peringkat A, Sweet Pleasure, menantang Hikaru untuk berduel.
"Dia adalah putri Count Morgstad, kan?!"
"Tidak. Namaku Lavia. Hanya Lavia." Lavia menunjukkan kartu guild buatan Forestia miliknya.
"T-Tapi kau memiliki nama yang sama, dan kau terlihat persis seperti yang ada di poster buronan..."
"Poster buronan? Dari apa yang kudengar, putri Count tidak menjadi buronan lagi." kata Hikaru.
"Yah, itu-"
"Aku Lavia. Hanya Lavia." Dia mengulangi itu dan menempel di lengan Hikaru. "Dan aku adalah kekasih Hikaru."
"Apa?!" Jill membeku karena terkejut, sementara Gloria menyeringai.
"Yah, begitulah. Jadi, apa yang terjadi di sini?" tanya Hikaru.
Jill masih belum pulih dari keterkejutan dan jadi tidak berguna untuk ditanyai, jadi Gloria menjelaskan situasi Guild Petualang Pond saat ini dengan ringkas.
"Hmm... kalian kekurangan orang, ya? Bagaimana dengan Empat Bintang Timur?"
"Mereka dipanggil ke kastil kerajaan."
(Petualang peringkat B pasti mengalami kesulitan. Dipromosikan benar-benar terdengar seperti ide yang buruk), pikir Hikaru.
"Hikaru, aku punya pertanyaan." ucap Gloria berkata dengan tatapan sedih.
"Hmm?"
"Berapa banyak yang kau rencanakan untuk dinikahi?"
Jill tersedak. "D-Dari mana asalnya pertanyaan itu, Gloria?!"
"Tolong diam sebentar. Aku lagi berbicara dengan Hikaru."
"Jika kau bercanda, maka itu tidak lucu. Aku bebas menikahi siapapun yang ingin kunikahi..." Hikaru menggerutu.
Pelukan Lavia jadi semakin erat. (Uh, halo? Lavia-san? Wajahmu memang tersenyum, tetapi matamu sangat serius. Tunggu, kau tidak percaya padaku? Sebegitunya?)
"Yah, aku hanya ingin tahu apakah aku punya kesempatan."
"Gloria?!" Jill telah dibuat terkejut sejak tadi, sampai-sampai mulutnya menganga terbuka dan tertutup, seperti ikan yang terengah-engah.
"Tidak. Kau tidak punya kesempatan." kata Hikaru.
"Begitu ya. Itu sangat disayangkan."
"Kau mungkin hanya menginginkan uangku, kan?"
Gloria tahu bahwa Hikaru memenangkan seratus juta gilan dari pertarungannya dengan Senkun. Jelas wanita itu hanya menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini karena uang.
"Teehee."
"Astaga... kupikir kau biasanya merahasiakan skema licikmu?"
"Itu tentu saja. Tapi akan jauh lebih mudah nanti jika aku menunjukkan kepada pasangan masa depanku segalanya sejak awal."
(Astaga, dia ini mengerikan). Gloria membuatnya terdengar seperti dia benar-benar mengejar Hikaru. Tiba-tiba, sebuah gambaran muncul di benak Hikaru. Kembali ketika dia mengira kalau Gloria sedang menyelidikinya untuk mencari informasi, dia mengikutinya sepanjang perjalanan kembali ke apartemennya dan berakhir melihat Gloria telanjang.
(Otak sialan! Kenapa malah mengingat itu sekarang?! Itu benar-benar kesalahan! Aku benar-benar tidak punya niat buruk!)
Gloria menatapnya. "Apa kau menyembunyikan sesuatu?"
(Inilah mengapa aku membenci wanita ini! Dia terlalu tajam!)
"Jadi berapa banyak yang akan kau nikahi?" tanya Lavia.
"Tunggu, kenapa kau menanyakan itu? Yah, setidaknya ada satu yang ingin kunikahi."
(Ini terlalu memalukan! Aku tidak bisa melihat langsung ke mata Lavia.) Kulit pucat Lavia sedikit memerah.
"Baguslah kalau begitu." katanya sambil tersenyum.
"Jadi, jika kau akan tinggal di Pond untuk sementara waktu, ada banyak permintaan yang aku ingin kau terima." Kata Jill.
Bukannya dia telah pulih sepenuhnya, tapi entah bagaimana dia berhasil mendapatkan kembali ketenangannya.
"Apa? Aku ingin tahu siapa wanita yang dia ingin nikahi ini." Kata Gloria.
"Bagaimana dengan orang yang kedua?" tanya Lavia.
(Kau masih ingin menyeret topik ini?) Jelas yang dimaksud Lavia adalah Paula, tapi saat ini Hikaru tidak benar-benar memiliki perasaan romantis untuk Paula, dan dia juga tidak berencana untuk menjalin hubungan asrama.
"A-Aku akan menanyakan itu padanya secara pribadi lain kali." Kata Jill.
"Apa?"
"Apa?"
(Apa...?)
"Mari kembali ke jalurnya. Oke. Sekarang!" Jill mengatakan itu dan mengetuk meja.
"Oh... Ya, aku akan melakukan apa yang kubisa." Kata Hikaru. "Aku mengumpulkan beberapa material dalam perjalanan ke sini."
Party Hikaru melakukan lebih dari sekedar perjalanan dari Scholarzard ke Pond. Mereka juga melawan monster untuk meningkatkan soul rank mereka, sekalian menguji mantra baru Lavia dan Gravity Balancer Hikaru. Lebih banyak peringkat berarti Hikaru dapat meningkatkan kemampuannya melalui Soul Board. Itu secara keseluruhan merupakan pengasahan yang diperlukan dalam persiapan untuk masa depan.
"Benarkah?! Apa kau memiliki Rumput Serigala?! Atau madu dari Lebah Rogue?!”
"Aku punya keduanya."
"Wow! Klien telah menuntut kami tentang kedua material ini. Yang ini mungkin sulit, tapi apa kau memiliki Anggrek Penidur...?" [Catatan Penerjemah: Kalau gak salah di bab penyebutan pertama material ini gua nulisnya Anggrek Tidur.]
"Tentu. Kami kebetulan bertemu dengan Barbarian Hutan, jadi aku membunuhnya."
"Wow! Luar biasa!" Jill sangat senang.
Hikaru sebenarnya memang berencana menjual material-material di Pond. Dia mengingat permintaan yang dia lihat di sini saat masih berada di kota ini dan mengumpulkan material-material penting.
"Dimana material-material itu?!"
"Di dalam tas yang ada di depan—"
Jill segera berdiri dan lari. Karena tidak ada orang di sekitar guild, Hikaru meninggalkan tas besar itu di dekat pintu masuk. Jill membuka tas itu dan berteriak kegirangan.
"Aku minta maaf atas perilaku dari kami sesama resepsionis..." kata Gloria saat melihat Jill dengan kilatan gelap di matanya.
"T-Tidak apa-apa. Aku juga senang kalau dia senang. Jadi di sini benar-benar kekurangan orang, ya?"
"Iya. Tidak hanya itu, semua petualang yang kuat sedang berkumpul di ibukota kerajaan."
"Ibu kota kerajaan? Apa perang saudara masih berlangsung?"
"Tidak. Yang itu sudah diselesaikan. Kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan."
Putra Mahkota sekaligus saudara Putri Kudyastoria, Austrin, melepaskan haknya atas takhta dengan imbalan nyawa dan kekuasaannya. Pada dasarnya, perang saudara telah berakhir.
"Rupanya, ada sesuatu yang terjadi di Vireocean dan itu membuat Yang Mulia sibuk. Meski begitu jaringan informasi guild tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi."
"Negara maritim Vireocean, ya?"
Itu adalah satu-satunya negara tersisa yang belum dikunjungi Hikaru.
"Iya. Biasanya, upacara penobatan akan dilakukan selama musim semi, tapi itu ditunda."
"Vireocean berbatasan dengan semua negara lain di benua kecuali Forestia. Apa negara lain juga bertindak tidak biasa?"
"Quinbland tampaknya juga panik. Adapun Bios, mereka masih dalam kekacauan karena seluruh masalah dengan Paus."
(Benar, para pendeta regional beramai-ramai ke Agiapole), pikir Hikaru seolah-olah itu bukan masalahnya, padahal kenyataannya, dialah yang menyebabkan itu.
"Dan Einbeast mengadakan turnamen pemilihan raja mereka."
"Baiklah. Bagaimana dengan Guild Petualang Quinbland? Tidakkah mereka punya sesuatu?"
"Tidak. Sepertinya mereka sangat ingin menjaga rahasia informasi apapun. Oh, sebenarnya, ada sesuatu." Gloria tersenyum tipis. "Sesuatu yang aneh ditampilkan di gerbang istana kekaisaran Quinbland."
"Sesuatu yang aneh?"
"Iya. Topeng perak."
Kali ini giliran Hikaru yang tersedak.