The Undetecable Strongest Job: Rule Breaker Bab 258


Bab 258 - Tamasya Rahasia Di Ville Zentra


"Eh? Hah? Apa?"

Deena tidak bisa mengerti mengapa Hikaru memegang tangannya dan mulai berjalan.

"Aku memiliki item sihir yang memungkinkanku untuk menyembunyikan kehadiran seseorang selama aku menyentuhnya." kata Hikaru.

Deena memasang tampang penasaran. Namun, jika dia tidak berhati-hati, orang yang berlalu lalang akan menabraknya. Saat itulah dia menyadari mereka tidak bisa melihatnya.

"A-Apa ini item sihir yang kau gunakan untuk menyusup ke kapal?"

"Sesuatu seperti itu."

Setelah berpikir sejenak, Deena berbicara. "Begitu ya. Jadi itu adalah jenis sihir Roh."

"Bukan."

"Apa?!"

Dia terlihat sangat terkejut. Tentu saja Hikaru tidak berbohong; itu hanyalah [Pembingung Kelompok]. Tak satu pun awak di atas kapal dapat menggunakannya, dan hampir tidak ada yang memiliki skill [Sembunyi]. Mungkin skill [Sembunyi] mereka tidak berkembang karena mereka memiliki kamuflase optik.

(Hmm…)

Hikaru mengamati Deena. Dia tampak terguncang karena firasatnya melenceng.

"J-Jadi kenapa kita akan pergi bertamasya?"

"Kau sekarang sedang berada di sisi dunia ini. Apa kau tidak ingin melihat-lihat?"

"Yah, ya, kurasa begitu."

"Selama kau memegang tanganku—yah, tidak masalah mau itu di tangan atau di manapun asalkan aku menyentuhmu—kau akan disembunyikan. Untuk sekarang ayo kita pergi keliling kota."

Hikaru membawa Deena menyusuri jalan-jalan di Ville Zentra, kota pelabuhan yang makmur karena perdagangan maritim, dan karenanya, penuh dengan hiruk-pikuk. Deena sepertinya ingin tahu tentang segalanya—tumpukan tong, dinding rumah, papan nama di jalan, pedagang menjajakan orang yang lewat, aroma ikan bakar. Hikaru harus menariknya setiap kali dia akan menabrak seseorang. Mungkin satu-satunya yang dikenalnya adalah bau garam.

"A-aku minta maaf." Deena meminta maaf setelah Hikaru menariknya beberapa kali.

"Tidak apa. Ngomong-ngomong, apa kau tidak lelah? Kita sudah sejam berjalan-jalan seperti ini."

"Sekarang setelah kau menyebutkannya, aku lelah."

Hikaru pergi ke restoran—bawahan Kaglai memberitahunya tentang hal itu—dengan kamar pribadi. Itu terletak di jalan belakang, dan selama kau punya uang, mereka tidak keberatan membiarkan seseorang yang mencurigakan seperti Hikaru.

"Apa kau lapar? Kudengar sup seafood di sini sangat enak. Aku ingin memakannya. Kau harus coba memakannya juga."

"B-Benarkah? Tapi aku tidak punya uang."

"Tidak perlu khawatir tentang itu. Kita hanya akan menagihnya ke biaya yang diperlukan dan membiarkan bos membayar."

Deena terkekeh mendengar lelucon Hikaru.

(Bagus. Dia mulai rileks. Cara sindrom Stockholm dalam melakukan sesuatu membuatku merasa tidak enak.)

Kondisi saat sandera menjadi simpatik dengan openculiknya. Namun, sudah terlambat untuk merasa bersalah.

Hikaru sedikit lapar karena dia harus pergi pagi-pagi sekali. Seperti rumor yang dikatakan, sup di restoran itu memang enak, dan dia meninggalkan restoran dengan puas. Setelah itu, dia menunjukkan Deena ke Guild Petualang, balai kota, pelabuhan, dan galangan kapal.

"Semua lampu jalan ini adalah item sihir juga." kata Hikaru.

"Oh…"

Apa pun yang berhubungan dengan item sihir sepertinya menarik baginya, bahkan yang tidak terlalu luar biasa.

"Ada banyak sekali..." gumamnya.

"Dalam hal teknologi, ini tidak terlalu bagus. Mereka juga menggunakan permata sihir Roh kecil, pada dasarnya item sisa."

"Kau bisa mendapatkan banyak permata sihir Roh di sini?"

"Ya. Dungeon adalah tempatmu akan menemukan banyak hal. "

"Permata sihir roh di dungeon?!" Mulut Deena ternganga karena terkejut. "Ah."

Menyadari dia terlalu banyak bicara, Deena menutup mulutnya. Hikaru hanya pura-pura tidak menyadarinya.

"Ada hotdog di sana. Apa kau mau mencobanya?"

"Apa?! Hotdog... maksudmu cemilan di mana sosis disajikan dalam roti?"

"Pond Hotdog sebenarnya cukup terkenal loh. Saus mereka sangat enak."

Hikaru menonaktifkan [Sembunyi]-nya dan membeli dari rantai hotdog tempat dia berinvestasi. Mereka juga menjual yang setengah ukuran, di mana satu hotdog dipotong menjadi dua. Hikaru mengabaikan pilihan super pedas. Sebagai gantinya dia memilih saus tomat dan mustard standar, dan satu dengan saus salsa.

"Ini dia." kata Hikaru sambil menyerahkan Deena yang rasa standar, sementara dia memiliki rasa yang lain.

"T-Terima kasih. Hmm, ini benar-benar enak."

"Hmm, sosisnya di tingkat rata-rata." kata Hikaru.

"Benarkah? Kupikir itu enak." kata Deena dengan ekspresi penasaran di wajahnya.

"Aku senang kedua peradaban kita menemukan hotdog."

"Ya, itu luar biasa! Dagingnya berbeda."

(Ada kemungkinan industri peternakan Grand Dream belum benar-benar berkembang sebanyak itu.)

Hikaru mengumpulkan informasi sedikit demi sedikit. Setelah itu, mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk berkeliling kota. Deena sepertinya kelelahan setelah tengah hari beraktivitas, jadi mereka memutuskan untuk mempersingkat tamasya ini.

"Ayo kembali sekarang. Meski begitu, jika ada sesuatu yang ingin kau lihat, beri tahu saja aku."

Deena, yang duduk di bangku di bawah pohon, tampak bermasalah. "Ada satu hal yang ingin kulihat." Katanya dengan tekad. "Yaitu sihir."

Deena menunjukkan ketertarikan pada item sihir atau yang berhubungan dengan sihir. Orang-orang di Benua Hancur tidak bisa menggunakan sihir. Hikaru percaya kedua hal itu pasti ada hubungannya.

"Tentu."

Tapi dia berpura-pura tidak menyadarinya dan menerima permintaan Deena. Hikaru memiliki seseorang dalam pikirannya tentang sihir.

---

"Terkadang, kami mengalahkan yang jahat!"

"T-Terkadang, kami meninggalkan misteri!"

"Dan sesekali, kami menimbulkan dendam dari orang-orang!"

"D-Dan sesekali, kami bertindak tanpa mempedulikan orang lain!"

"Kami bergerak dalam kegelapan malam dan melihat kebenaran di balik topeng kami!"

"Kami adalah—" Menyebarkan kedua lengan mereka, Lavia dan Paula mengacungkan tongkat mereka. "Silver Face!"

Mata Deena terbuka lebar. Dia melirik Hikaru yang sedang bertepuk tangan. (Jadi mereka masih melakukannya, ya?) pikirnya. Begitu mereka mulai, dia tidak bisa menghentikan mereka.

"Jadi kalian ada tiga?" tanya Deena.

"Mungkin ada lebih banyak."

Setelah memanggil Lavia dan Paula, mereka tiba dengan mengenakan topeng dan jubah baru. Lavia sangat gembira. Dia mungkin menginginkan kesempatan untuk benar-benar menggunakan penyamaran itu. Sepertinya mereka juga telah melatih pose mereka, karena mereka berdua melakukanny dengan serasi. Paula tampaknya telah mengatasi rasa malunya, tapi Hikaru masih bisa melihat rona merah di bagian wajahnya yang tidak tertutup topeng.

Hikaru meninggalkan Deena dengan Kaglai tadi malam dan kembali ke hotel untuk tidur. Saat itulah dia memberi tahu gadis-gadis itu tentang dirinya.

"Baiklah. Saatnya menunjukkan kepadamu seperti apa sihir itu."

Mereka berada di pinggiran kota, sekitar satu jam perjalanan kalau menggunakan kereta. Menembakkan mantra di tengah jalan bukanlah pilihan.

"Wahai Roh, perhatikan panggilanku. Dengan api primordial, bakar musuhku menjadi abu."

Lavia melemparkan [Fire Breath] ke pohon mati yang ada di kejauhan. Mata Deena melebar saat lingkaran sihir muncul di udara, dan api keluar darinya. Mulut Deena ternganga.

"Wah." Deena bergumam saat api membakar pohon itu ke tanah.

(Oke, aku mengerti sekarang. Sihir roh tidak ada di Benua Hancur.)

Itu adalah satu-satunya penjelasan. Hikaru bisa mengerti jika seseorang akan terkejut dengan mantra api yang kuat dari Lavia, tapi Deena mengungkapkan keterkejutannya tepat saat lingkaran sihir muncul.

"Kuharap kau puas."

"Hmm? Ah ya, itu cukup bagus. "

"Tapi itu hanya sihir tingkat pemula."

"Benarkah?!" Deena tampak lebih terkejut.

"Grand Dream tidak memiliki sihir Roh. Sebaliknya, sains berbasis sihir berkembang. Apa aku benar?"

"………"

"Apa yang kalian tuju adalah sesuatu yang berhubungan dengan sihir. Kalian ingin mendapatkan pengetahuan tentang sihir."

"………"

"Kalian ingin membawa pulang Penyihir."

Deena terkejut.

"Oh, sepertinya aku benar. Apa yang akan kalian lakukan saat membawa Penyihir ke tempat kalian?"

"Aku tidak bisa mengatakan apa-apa saat ini."

"Itu yang diberitahukan Gorja padamu, kan?"

Deena diam.

Hikaru tersenyum tipis. "Kalau begitu, aku akan menunjukkan sihir lain padamu."



close

2 Comments

Previous Post Next Post