Bab 45
Aharthern yang Ditargetkan
"Baiklah, Zeshia. Kau mengatakannya dengan baik, itu bagus."
Eleonor memeluk Zeshia dengan erat dan membelai kepalanya. Dia tersenyum bahagia.
"Aku melakukan yang terbaik......"
"Ya, ya, ini hadiah untuk anak yang baik."
Eleonor membeirikannya permen Seimei. Zeshia memegang batang permen itu dan mengemutnya.
"Tapi tetap saja, orang-orang di zaman ini memang luar biasa. Meskipun mereka menekan kekuatan sihir mereka, dua orang yang sebelumnya sangat kuat."
"...Kuat..." kata Zesia sambil menjilat permen itu.
"Mereka adalah Reno dan Shin. Meskipun itu era dua ribu tahun yang lalu, tapi tidak banyak orang yang setara dengan mereka."
Kataku saat mendekati Eleonor.
"Wow... jadi itu adalah Shin dan Reno... Kalau dipikir-pikir, tadi wanita itu memang bilang ‘Shin tolol’ atau semacamnya...? Aku terkejut..."
Merasa terkejut, Eleonor melihat ke arah mereka pergi. Meskipun bentuk topengnya berbeda, itu adalah sesuatu yang tidak sulit untuk diperhatikan.
"Mereka mungkin dalam perjalanan kembali ke Aharthern. Kita akan mengikutinya. Tapi jangan terlalu dekat, Shin akan memenggal kepalamu." Kataku saat berjalan menuju gerbang kota.
“Apa semua bawahanmu seperti itu?” tanya Sasha.
"Apa yang kau maksud dengan seperti itu?"
"Dia memang kuat, tapi sepertinya sedikit aneh..."
"Shin memang aneh. Tapi yah, dia bukan orang jahat. Hanya sedikit tidak fleksibel."
"Sedikit ya..."
Sasha menatapku dengan tatapan yang merasa tidak yakin.
"Lina." Aku memanggil gadis yang berjalan tanpa mengatakan apapun sejak beberapa waktu lalu. "Pria bertopeng yang sebelumnya adalah Shin. Dia seharusnya menjadi Raja Roh yang ingin kau temui, apa kau ada mengingat sesuatu?"
"...Aku masih belum yakin..."
Lina melihat ke bawah.
“Tapi, mulai sekarang, aku merasa sesuatu akan terjadi.” Setelah menutup mulutnya sebentar, dia mengangkat wajahnya. "Sesuatu yang buruk."
Dia berbicara seolah sedang meramalkan masa depan. Apakah ingatannya yang hilang termasuk apa yang akan terjadi kedepannya?
"Begitu ya."
Aku menggunakan sihir Rainel (Ilusi) pada Zeshia dan Eleonor untuk menyembunyikan penampilan mereka. Seperti itu, kami langsung melewati gerbang kota Gairadite dan menuju ke danau Seimei.
Ketika kami berjalan ke tempat yang sepi, tiba terdengar-terdengar suara.
"Aku pulang, Titi. Aku membawakanm oleh-oleh."
Terilihat Reno dan Shin di kejauhan. Ada kabut yang melayang di sekitar, pertanda peri kecil akan muncul.
Namun, situasinya berbeda dari biasanya. Titi dan yang lainnya tampak bingung dan terbang ke sana kemari tanpa tujuan.
"Reno, Reno kembali!"
"Ini gawat."
"Aharthern dalam bahaya!"
"Liniyon telah dibunuh!"
Ekspresi Reno menjadi muram.
Naga air berleher delapan, Linyon, juga merupakan dewa penjaga Aharthern. Fakta bahwa dia dibunuh, hutan roh mungkin lagi diserang.
“Siapa yang melakukannya?”
Titi dan yang lainnya menjawab pertanyaan Reno.
"Binatang perak."
"Anjing pemburu dewa."
"Binatang ilahi Guen."
"Dimakan."
"Semuanya dimakan."
Saat Reno mengangkat tangannya ke arah kabut, Hutan Roh Agung Aharthern muncul. Di sana, ada aurora hitam yang mengelilingi tempat itu seperti tembok.
Itu adalah Beno Yeven (Tembok Empat Dunia). Dinding yang memisahkan dunia roh berfungsi. Namun demikian, binatang ilahi itu telah memasuki hutan.
Dia dan Shin memakai anti-sihir mereka. Shin mengeluarkan pedang iblisnya dan menebas dinding dengan semua kekuatan sihirnya. Hanya dalam hitungan detik, jalan sempit dibuat, dan keduanya melintasi Beno Yeven.
Segera, tembok itu kembali ke keadaan semula.
Itu terlihat seperti mereka melakukannya tanpa usaha, tapi bahkan bagi mereka berdua, itu menghabiskan banyak kekuatan sihir.
Bisaka tembok itu benar-benar yang bisa dilewati oleh binatang ilahi?
"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Misha.
"Kita harus pergi. Jika kita tidak masuk ke dalam, kita tidak akan tahu apa yang terjadi."
"...Um, apa kita akan melewati ini?"
Sasha terlihat terpana melihat aurora hitam di depannya.
"Jangan khawatir, ini adalah sihirku."
Aku mengirimkan kekuatan sihir ke Beno Yeven untuk mengendalikannya. Aku membuat celah yang tampaknya tidak bisa dipahami dalam aurora hitam legam, dan kami berhasil melewatinya.
Ada pemandangan aneh di depanku. Tanaman-tanaman yang ada Aharthern telah mati. Jeritan-jeritan roh yang melarikan diri terdengar di mana-mana.
Di sekitar Aharthern, berlarian makhluk buas dengan rambut perak dan taring besar yang tajam. Mereka tidak hanya berjumlah satu atau dua. Mereka meletakkan taring di pohon Aharthern dan menggigitnya. Dakan sekejap mata, tanaman hijauh mulai layu dan gugur.
Mereka sedang memakan roh.
"Hati-hati."
"Rumor dan legenda bisa dimakan"
"Kau bisa mati."
"Bahkan roh akan mati"
Titi dan yang lainnya terbang mengelilingi Reno. Dia menatap tajam binatang-binatang itu.
“Datanglah, Gigadea, Gennul!”
Serigala Penyembunyi, Gennul, muncul di dekat Reno. Di punggungnya adalah peri kecil Gigadea yang membawa palu.
“Selamatkan semua orang!”
Reno membentuk lingkaran sihir di telapak tangannya.
"Sihir roh—"
Ketika Gigadea mengayunkan palu, petir menyambar binatang ilahi Guen. Sosok Gennul menghilang dan kemudian menjadi serigala petir yang tak terhitung jumlahnya
"Gigadeal (Panah Roh Angin dan Petir)"
Petir yang disambarkan oleh Gigadea memperkuat panah petir tak terhitung jumlahnya yang ditembakkan oleh Reno, dan bersama dengan serigala petir, mereka menyerang binantang ilahi Guen. Satu demi satu, panah petir menghantam binatang perak itu.
Tapi, binatang itu, sama sekali tidak gentar. Malahan, setiap kali menerima panah petir, binatang itu bertambah besar dan menjadi besar.
"...Dia memakan Gigadeal...?"
Binatang ilahi Guen menerkam serigala petir dan meletakkan taringnya ke arah mereka. Setiap kali serigala petir dimakan, binatang itu menjadi semakin besar.
"Tolong...!"
"Dia akan memakanku...!"
"Menakutkan."
"Mengerikan!"
Titi dan yang lainnnya dikejar oleh binatang ilahi Guen. Reno segera mencoba melepaskan sihir roh, tapi dia berhenti begitu saja.
Sihir roh hanya memperkuat binatang ilahi.
"Apa yang harus kulakukan......?"
Reno mengalihkan perhatiannya ke iblis bertopeng yang berdiri di sampingnya.
“Maaf membuatmu menunggu.”
Ketika dia mengatakan itu, Shin meletakkan tangannya di tengah lingkaran sihir yang dia bentuk. Kekuatan sihir yang menakutkan meluap. Ketika dia menarik tangannya, yang muncul adalah pedang iblis berkarat.
Itu adalah salah satu dari 1000 pedang yang dimiliki Shin, Pedang Penebas Dewa, Guneodoros. Itu adalah pedang yang membunuh dewa, pedang iblis pembunuh dewa.
Binatang ilahi adalah utusan para dewa, yang memiliki kekuatan yang hampir setara seperti dewa. Mereka tidak bisa dihancurkan dengan kekuatan yang setengah-setengah. Oleh karena itu, Shin memilih senjata paling efektif untuk melawan dewa di antara pedang iblis yang dia miliki.
"Kalau begitu"
Saat Shin mengatakan itu. Sekitar 100 binatang ilahi terbelah menjadi dua. Itu adalah teknik yang sangat cepat seperti cahaya sesaat.
"Aku selamat."
"Terima kasih."
“Terima kasih, paman pengguna pedang!”
"Kau kuta, paman pengguna pedang."
Setelah melepas topengnya, Shin melangkah maju.
“Apa kalian tahu apa yanh kalian lakukan?”
Shin melontarkan kata-kata seolah mencela binatang ilahi Guen. Dia mengambil lang langi tubuh binatang ilahi Guen berguling-guling.
"Tuanku menginginkan perdamaian," dia berkata denan suara dingin dan penuh dengan niat membunuh. "Ini adalah tindakan yang setara dengan meludah ke langit bagi binatang seperti kalian untuk menodai keinginan itu "
Shin menebas binatang ilahi bewarna perak yang memakan serigala petir dan menerkam nagai air berkepala delapan yang jatuh, Liniyon..
“Kalian pantas untuk mati.”
Shin perlahan berjalan menyusuri hutan roh. Setiap dia melangkah, 100 tubuh binatang suci terguling. Satu demi satu, Shin menyelamatkan roh-roh yang melarikan diri. Tapi tetap saja, ada begitu banyak binatang ilahai. Butuh waktu untuk membunuh semuanya.
“...... Anos......” seru Misha. "Aku meihat."
Misha mengalihkan mata iblisnya dan melihat beberapa ekor binatang ilahi. Mereka mengepakkan otot-otot mereka yang ganas dan meamndang kami seolah siap untuk menerkam.
"...Ada begitu tiba-tiba? Bukankah mereka mengincar para roh tadi...?"
"Fumu. Seperti yang diharap anjing pemburu dewa. Mereka punya hidung yang bagus. Berhati-hatilah. Sepertinya mereka mengenali kita sebagai musuh."
Saat aku mengatakan itu, binatang-binatang itu itu melompat ke arah kami.
"...A-Apa yang harus kita lakukan...?"
"Tidak masalah jika kau membunuh satu atau dua dari mereka. Lagian, mereka hanyalah keroco yang pada akhirnya akan dipotong oleh Shin. Tapi jangan gunakan sihir yang mencolok. Hancurkan mereka dengan tenang."
"Meski kau bilang begitu... bagaimana aku bisa mengalahkan mereka tanpa menggunakan sihir yang mencolok...?"
Aku menusuk binatang ilahir Guen yang melompat dengan tangan Bebuzud (Pembunuh Muasal) dan menendangnya. Aku menghancurkan muasalnya di genggamanku dan membuatnya menghilang bahkan tanpa menggu meninggalkan tubuh sekalipun.
"Seperti ini."
"...Mana bisa aku begitu..."
Aku meraih tangan Sasha.
"...Eh ...? A-Ano...?"
Dengan rona merah di wajahnya, Sasha menatapku dengan mata iblisnya.
"Aku akan mengajarkannya pada tubuhmu. Bahkan dua ribu tahun yang lalu, hanya aku yang bisa menggunakan Bebuzud, tapi itu pasti akan cocok untukmu. Dengan kekuatan sihirmu saat ini, kau harusnya bisa mengendalikan teknik itu."
Aku akan mencocokkan kekuatan sihir dan panjang gelombangku sama seperti Sasha, dan membentuk formula sihir Bebuzud untuk mengajarinya.
"Sesuaikan napasmu. Lihat lebih dalam ke dalam jurang."
Sasha membentuk lingkaran sihir yang sama dengan kekuatan sihirnya sendiri, seolah dia sendang menelusuri lingkaran sihir yang kubentuk.
"Fumu. Ini bagus untuk pertama kalinya menggunakannya. Cobalah."
Sasha dengan lembut melewatkan ujung jarinya ke dalam lingkaran sihir yang melayng di depannya. Jari telunjuknya, meski tidak seluruhnya, diwarnai oleh noda hita,.
"Cobalah."
Binatang ilahir menerkam ke arah Sasha.
“...... Eiii...!”
Bertentangan dengan teriakan yang lucu, ujung jari Bebuzud menembus muasal dari binatang ilahir Guen dan membunuhnya.
"...Ah...aku berhasil melakukannya...!"
Dengan air mata di pipinya, Sasha mencungkil tubuh binatang ilahi dengan Bebuzud dan membuatnya menghilang.
"Fufu..."
Dia menatap bahagia pada ujung jarinya yang hitam.
"Sesuai?"
Misha muncul dan menatap mata Sasha.
"I-itu sihir yang sama, jadi tentu saja..."
Dia berbalik, seolah ingin lepas diri dari mata Misha.
"...Aku tidak...punya pedang ..." kata Zesia.
"Ngomong-ngomong, aku juga tidak bisa mengeluarkan pedang dewa roh dan pedang unik."
"Oh, aku lupa menyebutkan kalau kita tidak bisa membawa alat sihir apa pun ke masa lalu. Yah, meskipun kita tidak mengalahkan binatang-binatang sialan itu, Shin pasti akan akan membereskan mereka jika kita kabur."
Sasha memelototi binatang itu dengan Mata Iblis Penghancur. Meski itu membuat merka sedikit takut, utusan dewa tidak dihancurkan oleh itu.
Ray dan yang lainnya menyebar dan melarikan diri dari binatang ilahi.
"Fumu. Dengan ini yang terakhir."
Aku telah menghancurkan semua binatang yang menyerangku. Aku melihat sekeliling, tapi sepertinya sudah mereka tidak ada lagi.
"...Eh, mana Ray-kun?" kata Eleonor.
Misha, Sasha, Zeshia dan Lina ada di sisiku.
"Yah, dia tidak bisa bersenjata. Menurutku sulit untuk lepas dari binatang ilahi itu."
Nah, jika itu Ray, tidak ada masalah. Jika dia mau, dia bisa menanganinya dengan tangan kosong.
"Siapa disana?" terdengar suara yang tajam. "Ini adalah Hutan Roh Agung. Mataku tidak bisa dibohongi."
Fumu. Kurasa kami terlalu banyak membuat suara. Tapi aku yakin Reno juga tidak mengetahui kami dengan pasti.
Saat dia menahan napas untuk beberapa saat, ekpresinya berubah muram. Kurasa setegah dari itu adalah keraguam.
Namun, meski kami terus mengawasi mereka sambil bersembunyi, akankah kami bisa berada bersama mereka di saat yang paling penting?
Jika kami dianggap utusan para dewa, mereka akan waspada terhadap kami. Jika begitu--
[Fumu. Aku menemukan ida yang bagus.]
Aku mengatakan itu kepada semua orang melalui Leaks (Komunikasi Pikiran).
[Ide bagus apa?] tanya Sasha.
[Sangat sulit untuk tetap tidak diperhatikan saat mendekati Reno dan Shin. Di sisi lain, lebih mudah untuk mendekati mereka jika kita muncul dan berbicara dengan mereka secara terbuka.]
[Kau mengatakan untuk berbicara dengan mereka...tapi bagaimana caranya...? Jika kau pergi, mereka akan tahu kalau dirimu adalah Raja Iblis Tirani.]
[Tenanglah, muasalku disembunyikan oleh sihir Ray. Tidak ada masalah selama tampilanku diubah. Jika aku hanya sekedar iblis yang lewat, masa lalu tidak akan banyak berubah.]
"...Kau memilki tiga detik untuk menunjukkan dirimu dan memberi tahuku nama dan tujuanmu. Jika tidak, aku akan menganggapmu sebagai musuh..." kata-kata Reno terdengar lagi.
"Kami bukan musuh. Kami akan muncul."
Setelah melepaskan Rainel pada semua orang, aku melangkah maju di depan Reno.
"Umm......?"
Reno terlihat heran dan memandang ke bawah untuk menatapku. Tinggiku sekarang jauh lebih pendek darinya.
Aku menggunakan sihir Kurusura (Pertumbuhan Terbalik) untuk mengecilkan tubuhku sehingga sama seperti anak berusia enam tahun.
"Namaku adalah Anosh. Anosh Porticolo. Aku datang ke sini karena aku tertarik pada roh."
Picolo aj Skalian🗿
ReplyDelete