Maou Gakuin no Futekigousha Volume 4 - Bab 44

Bab 44
Tangan Kanan Raja Iblis dan Ibu Roh Agung


Itu adalah pusat dari danau yang sangat luas. Permukaan air yang memantulkan cahaya bulan yang redup berperan sebagai lingkaran sihir alami, menciptakan penghalang yang dapat mengusir iblis.

Itu adalah Danau Seimei. Di tengah danau yang jernih itu adalah kota benten manusia, ibu kota kerajaan Gairadite. Itu terlihat sedikit berbeda dari kota di era sihir. Tembok yang kokoh menutupi kota yang sudah compang-camping dan berlubang.

Rumah diluar gerbang juga sedikit kotor, dan dinding luar serta atapnya rusak. Ada banyak jejak perbaikan sementara dengan batu putih yang terbuat dari Ibis (Arsitektur Kreasi).

"Wow, ini Gairadite!"

“...berbeda dari...biasanya......”

Eleonor dan Zeshia sedang melihat ke sisi lain gerbang dengan sedikit bersenang-senang.

"Funu. Sepertinya kita sampai dengan selamat."

Sabit Dewa Waktu di tanganku hancur dan lapuk.

Misha menatapinya.

“Tenanglah, asalkan sudah kembali ke masa lalu, mudah untuk kembali ke waktu semula.”

"Baguslah kalau begitu."

"Dari tampilan kota, sepertinya memang di masa dua ribua tahu yang lalu, tapi tepatnya kapan?" tanya Ray saat dia berjalan ke sebelahku.

"Kurasa ini tidak lama setelah aku membuat tembok dan bereinkarnasi."

Misha dan Sasha mengarahkan mata iblis mereka ke arah Dilhade.

"...Dari pada itu, tembok yang kau buat ini tidak normal..." gumam Sasha.

"Dampak dari kekuatan sihr  sampai ke titik ini." kata Misha yang terkejut dan mengedip-ngedipkan matanya.

"Aku bahkan tidak ingin pergi ke perbatasan jika ada hal seperti itu."

"Jika tidak sebanya itu, orang-orang di zaman ini tidak bisa dipisahkan. Meski begitu, ada beberapa ras iblis dari dua ribut tahun lalu yang bisa melinatsi tembok."

Seperti yang dilakukan Melheys, mereka yang memiliki kekuatan sihir yang kuat dapat melintasi Beno Yeven (Tembok Empat Dunia).

“Mengapa kita datang ke Gairadite?”

Sasha, yang melihat ke arah perbatasan, berbalik dan dengan lembut mengayunkan rambut twintailnya yang pirang.

"Setelah aku membangun tembok di Delzogade, Roh Agung Reno harusnya akan kembali ke Aharthern. Shin akan menemaninya atas perintahku."

"Oh, begitu ya. Ngomong-ngomong, kau mengatakan kalau Aharthern zaman ini ada di Danau Seimei." kata Sasha.

"Reno telah menggunakan semua kekuatan sihirnya untuk membangun tembok. Dalam keadaan itu, dia tidak akan bisa melewati Beno Yeven, jadi akan butuh beberapa waktu sebelum dia kembali. Seharusnya sekitaran waktu ini."

Apakah mereka sudah kembali? Atau mungkin sedang dalam perjalanan kembali? Kurang lebih di saat-saat itu.

"Ayo kita singgah ke Aharthern dulu untuk memeriksa"

"Apa mesku dengan mata iblismu, kau tidak tahu dimana mereka."

"Di zaman ini, berbagai iblis dan manusia sedang melihat ke berbagai tempat dengan mata iblis mereka. Teradapat banyak sihir juga yang mengganggu itu. Tentu saja, itu bukan berarti aku tidak bisa melihat mereka jika mencobanya, tapi ada risiko bahwa mereka akan menyadari bahwa itu adalah sihirku."

[Catatan Penerjemah: Gua dilema mau nulis gimana terkait ‘mata iblis’ untuk ras selain iblis (tulisannya ‘ma me’. Tapi di wiki MGnF gak ada nyebutin mata sihir, cuman ada mata iblis, jadi gua tetep nulis mata iblis. Atau haruskah selain Mata Iblis Penghancur dan Mata Iblis Pencipta, gua nulisnya mata sihir aja?]

Sasha tampak seperti baru saja menyadari sesuatu.

"Karena Raja Iblis Tirani pasti sudah mati dan bereinkarnasi...?"

“Jika seseorang menyadari bahwa Raja Iblis masih hidup, masa lalu ini akan sangat berbeda dari yang asli.”

"Nah, dengan sihir ini, tidak peduli apa yang kita lakukan di masa lalu, sejarah yang kita miliki tidak akan berubah, kan?" tanya Sasha yang meminta konfirmasi.

"Benar. Para dewa yang mengontrol waktu memiliki tatanan yang menetapkan masa lalu sebagai masa lalu. Ketika efek sihir dari Rivalo berakhir dan kita kembali ke zaman sihir, urutan waktu akan dimulai dan masa lalu yang diubah akan dipulihkan. Jika itu hanya sesuatu yang kecil, mungkin akan tetap seperti itu. Jadi, apa pun yang kita lakukan di dua ribu tahun yang lalu, itu tidak akan mempengaruhi sejarah yang kita punya."

Tapi misalnya, jika ada kemungkinan Raja Iblis Tirani masih hidup di masa lalu, itu akan sangat berbeda dari masa lalu yang asli. Kalau sudah begitu, kami  mungkin tidak bisa mengetahui apa yang terjadi pada Reno, Shin, dan Misa.

"Yah, meski begitu itu tidak semua kebetulan, karena itu juga mungkin skema para dewa. Jika kau tidak berbuat banyak, mereka seharusnya bertindak seperti Roh Agung Avos Dilhevia lahir."

“Haruskah kita menghindari mengubah masa lalu secara signifikan?”

Aku mengangguk pada pertanyaan Misha.

"Bukankah Anos adalah masalah terbesar?" kata Ray. "Aku dalam tubuh iblis, dan Eleonor belum lahir. Jelas, Misha, Sasha, dan Zeshia tidak dikenal di era ini. Kau tidak dapat mempengaruhi masa lalu tanpa melakukan sesuatu yang mewah."

"Yah, itu memang benar. Jika itu kekuatan sihir Anos-kun, siapa pun yang mengerti akan memahaminya." kata Esaat leonor mengangkat jari telunjuknya.

Ray melanjutkan.

"Selain itu, penampilanmu tidak jauh berbeda dari dua ribu tahun yang lalu. Fakta bahwa dirimu terlihat persi seperti Raja Iblis Tirani juga akan menjadi masalah, kan?"

"Untuk saat ini, aku akan menyerahkan yang bisa menipu muasal padamu."

Rei meletakkan dua jarinya di leherku dan menyebarkan lingkaran sihir. Tidak banyak orang yang bisa melihat melalui sihir penyembunyian Pahlawan Kanon yang ahli dalam sihir muasal.

"Sisanya harusnya bisa disembunyikan menggunakan Rainel (Ilusi)."

"Aku tidak berpikir itu akan menjadi masalah jika kau tetap diam, tapi jika kamu menggunakan kekuatan sihir di dekatku dari zaman ini, aku yang dizaman ini akan mengetahuinya. Jadi kau harus berhati-hati. Kalau tidak salah, aku di era ini harusnya juga sudah kembali."

Apakah ini saat Jerga mencoba mendirikan Akademi Pahlawan dan Kanon menentangnya? Jika Pahlawan Kanon berpikir bahwa Raja Iblis Anos masih hidup, masa lalu akan sangat berbeda.

"Fumu. Aku akan berhati-hati. Juga, aku punya nasihat. Setelah efek sihir Rivalo berakhir, masa lalu akan kembali normal. Artinya, kita masa lalu yang kita kunjungi tidak akan pernah terjadi. Namun, ingatan itu tidak pernah hilang dari kita. Sama halnya dengan apapun selain ingatan. Jika kita terluka di dua ribu tahun yang lalu, kita akan tetap terlua saat kembali ke waktu kita sendiri. Kau mungkin juga bisa mati. Jadi hati-hati."

Kami tidak bisa mengubah masa lalu karena kami ada di masa sekarang. Tapi seseorang di masa lalu dapat mengganggu dan memengaruhi kami.

Ini adalah wilayah manusia. Jika mereka tahu kami adalah iblis, mereka akan menyerang kami tanpa pertanyaan

"Oke. Intinya, kita hanya harus berhati-hati untuk tidak mengubah masa lalu dan mencoba yang terbaik untuk tidak mati, kan! " jawab Eleonor dengan riang.

"Malam ini adalah bulan purnama." kata Misha saat menatap bulan di atasnya.

"Apa kita mencari permen biru muda?"

Rumor Aharthern saat ini, seperti yang pernah kukatakan; bahwa pada tengah malam, saat bulan purnama, kabut melayang di sepanjang tepi Danau Seimei. Jika kau melepaskan permen biru muda ke dalam kabt itu, peri nakal akan muncul dam membimbingmu ke dalam hutan.

Ini tidak seperti rumornya akan berubah tepat setelah aku bereinkarnasi.

"Sayangnya, Titi sepertinya pilih-pilih tentang seleranya. Dua ribu tahun yang lalu aku pernah mencobanya, tapi mereka sama sekali tidak peduli dengan permen yang dibuat dengan sihir."

"Apakah permen biru muda itu permen Seimei? Aku cukup yakin permen itu sudah ada sejak zaman ini, kan?"

Seru Eleonor dan Zeshia tersenyum kecil.

"Salah satu...makanan favoritku..."

"Benar. Seharusnya ada toko yang menjulanya di sana. Ayo kita beli."

Sihir Rainel  membuat semua orang kecuali Eleonor dan Zeshia tidak terlihat. Ray menerapkan sihir penyembunyian pada Misha, Sasha, dan dirinya sendiri sehingga kekuatan sihirnya akan terlihat seperti manusia. Lina adalah roh, jadi tidak ada masalah.

Kami berjalan melewati gerbang dan memasuki Gairadite.

"Kano—" hendak menyebut Kanon, Elonor buru-buru mengubah perkataannya. "Ray-kun, apa kau ingat toko mana yang menjualnya?"

"Seharusnya lurus saja dari sini."

Orang-orang datang dan pergi. Kota, yang telah menahan serangan iblis berkali-kali, berada dalam reruntuhan, tapi orang-orangnya penuh kehidupan dan tersenyum. Banyak toko yang buka meski sudah malam, dan banyak dari mereka yang berjejer.

"...Sepertinya kita benar-benar berhasil kembali..." gumam Ray.

"Fumu. Jadi ini adalah perayaan kemenangan Pahlawan yang berhasil mengalahkan Raja Iblis."

Tak heran jika manusia memiliki wajah yang terlihat begitu ceria. Di zaman ini, yang biasanya terlihat hanya ekspresi kesedihan, ketakutan, dan kebencian, Tapi tampaknya mereka sekarang begitu menikmati diri mereka sendiri,

“Apanya yang begitu menyenangkan melihat wajah orang yang senang kau dikalahkan mereka?” kata Sasha.

Misha melanjutkan ketika aku melihat kembali padanya.

"Tersenyum."

“Aku?”

"Nn."

Fumu. Apakah aku memang terlihat begitu bahagia?

"Aku hanya berpikir kalau apa yang kulakukan itu sepadan."

"Begitukah. Hmm, Aku sih tidak yakin aku akan menyukainya.."

Sasha menatap tajam pada orang-orang yang tertawa bahagia. Tampaknya dia tidak menyukai fakta bahwa mereka senang karena Raja Iblis dikalahkan.

"Oh, di sana ada toko permen Seimei."

"...Apa ada ada cukup permen untukku...?"

"Ya, aku akan membelikannya."

Eleonor berhenti di tengah jalan saat dia menuju kios.

"Ngomong-ngomong, aku tidak punya, tahu?"

Beberapa koin emas terbang dengan sihir ke Eleonor yang melihat ke belakang.

"Aku membawa beberapa dari ruang harta. Itu adalah mata uang di zaman ini."

"Wow. Ini mewah."

Eleonor bergandengan tangan dengan Zeshia dan menuju kios.

"Selamat malam. Paman, aku ingin membeli permen Seimei."

"Oke, terima kasih. Berapa banyak?"

Eleonor mulai menghitung dengan jarinya.

"Erm, Anos-kun, Misha-chan, Sasha-chan... Apakah ada 10?"

"Yah, ini yang terakhir. Aku akan memberimu bonus."

"Whoa. Terima kasih paman!"

Eleonor menyerahkan koin emas dan menerima 10 permen Seimei. Itu adalah permen berbentuk bola yang menempel di ujung tongkat, ukurannya cukup besar.

Itu diklaim sebagai permen suci yang dibuat dengan air suci, tapi tentu saja itu bukan makanan, jadi tidak air suci yang digunakan.

"Lihat, di sana. Ada permen Seimei yang dijual disana."

Aku mendengar suara yang bahagia.

Saat aku berpaling ke arah suara, seorang wanita yang mengenakan gaun hijau sedang berlari. Dia memiliki rambut sejernih danau dan mata kuning.

Itu adalah Roh Agung Reno. Enam sayap di punggungnya tersembunyi, mungkin karena dia belum menampakkan wujud aslinya. Di belakangnya, ada iblis dengan tatapan yang begitu tajam. Dia memakai topeng yang terlihat tidak asing.

"Reno. Tolong jangan menjauh lebih dari meter dariku. Jika musuh menyerang, kau mungkin tidak bisa menghadapi mereka."

Reno berbalik dan berkata pada pria bertopeng itu.

"Jika demikian, maka larilah denganku. Jika itu duluan terjual, maka itu adalah salahnya Shin."

"Semakin banyak kau berlari, semakin kau akan sulit bereaksi. Kecepatan yang tepat untuk menghadapi musuh manapun adalah dengan berjalan."

"Kita sudah ada di Gairadite. Tidak ada musuh di sini."

"Jangan lengah."

Pria itu sedikit menggeser topengnya dan mengarahkan pandangan tajam ke sekelilingnya. Rambut putih dan mata tak berpigmen yang mengintip membuktikan  kalau dia merupakan Shin Reglia.

"Aku punya perasaan bahwa seseorang dengan kekuatan sihir yang luar biasa sedang bersembunyi di sekitar sini. Menilai dari tidak adanya reaksi terhadap mata iblis, pihak lain pasti sangat terampil."

Fumu. Kekuatan sihir harusnya benar-benar telah disembunyikan oleh Najira (Penyembunyi Sihir). Seperti yang diharapkan dari Shin, dia bisa merasakannya bukan dengan mata iblisnya, tapi dengan kehadiran.

Yah, dia tentu tidak tahu lokasi pihak lain secara spesifik.

"Jangan lepaskan topengmu. Jika mereka tahu kalau dirimu adalah iblis, kau akan dalam masalah."

"Tenanglah, jika mereka berbalik untuk melawanku, leher dan tubuh mereka akan terpisah selamanya."

“Haaaaaa,” Reno menghela napas dengan keras. "Eyan, kau harus lebih melekat pada Shin."

Kemudian bagian mata topeng itu bersinar dan menempel pada Shin. Kekuatan sihirnya benar-benar tersembunyi. Yang disebut Eyan ini mungkin adalah roh topeng.

"Jangan membunuh manusia loh ya. Satu-satunya musuh kau miliki lagi ada ras dewa. Meski begitu, mereka mungkin tidak akan muncul lagi."

"Selama mereka tidak menyakitimu, aku tidak akan menebas mereka."

"...Duuh. ​​Tapi okelah. Lagian kita sudah dekat dengan Aharthern."

Reno berjalan ke toko dan berkata kepada pemilik toko.

"Selamat malam. Tolong beri aku permen Seimei."

"Ah, maaf ya nona. Semuanya sudah terjual hari ini."

"Eh... tidak mungkin..."

"Maaf ya. Kembali lagi lah besok."

Reno berdiri di tempat dengan ekspresi sedih di wajahnya.

“Padahal Titi sangat menyukai itu...”

“Mau bagaiman lagi, ayo pergi.”

Reno memelototi Shin seolah dia kesal.

"Kalau saja tadi Shin lari, aku mungkin bisa membelinya."

“Maaf, prioritasku adalah melindungimu.”

"...Duh, padahal kan cuman lari sebentar doang..."

“Maaf, prioritasku adalah melindungimu.”

Merasa tidak ada yang bisa dia lakukan tentang itu. Reno menggigit bibirnya dan berbalik cemberut. Kemudian dia menendang tanah dengan ringan, seolah-olah ingin melampiaskan amarahnya yang tidak bisa kemana-mana.

"Tolol, Shin tolol...!"

Mungkin kehilang kata-kata untuk menjawab, Shin berpikir sejenak dan kemudia berkata.

“Maaf, prioritasku adalah melindungimu.”

Shin mengulangi kata yang sama seperti boneka sihir yang rusak.

"Sepertinya mereka begitu dekat."

"Apa maksudmu?"

Sasha memiliki ekspresi yang tidak mengerti di sebelahku.

"Dia jauh dari orang yang akan menjawab dengan jawaban yang sama dua kali. Tapi dia melakukannya sampai tiga kali. Padahal biasanya, pria itu hanya akan menjelaskan satu kali dan kemudian dia."

"Nah, terus?"

Ekspresi Sasha masih bingung.

"...Umm... silahkan kalau mau..."

Zeshia menghampiri Reno dan menawarinya dua permen.

"Eh...? Tapi ini punyamu, kan?"

“...Aku punya banyak...”

Eleonor berdiri di samping Zeshia dan tersenyum.

"Tidak apa-apa. Kami mendapatkan bonus, tapi kami tidak bisa memakan semuanya."

"Oh, kalau begitu, ini. Aku akan memberimu kue yang kubeli di Dilhade. Ini enak loh."

Reno meletakkan bungkus kue di telapak tangan Zeshia.

"......Terima...kasih......"

"Aku juga, terima kasih ya"

“Apa udah selesai... bertengkar...?”

"Eh?"

Zeshia memandangi Reno dan Shin secara bergantian.

"Umm. Kami tidak bertengkar. Onee-chan dan Onii-san ini berhubungan baik." kata Reno sambil tersenyum.

"Apakah begitu?"

Kata-kata dingin Shin menarik senyum Reno.

"Shin. Kau berhubungan baik denganku. Ini perintah. Jika kau ingin mengawalku, maka dengarin itu."

"Dimengerti. Aku berhubungan baik dengannya."

Kemudian, Zeshia tersseyum seolah dia lega.

"Syukurlah...kalian berteman baik..."

"Sampai jumpa ya, terima kasih untuk permennya."

Reno melambaikan tangannya dan menuju gerbang Gairadite. Di belakangnya, Shin mengikutinya dengan tatapan waspada.



close

2 Comments

Previous Post Next Post