Bab 39
Pergi Dari Aharthern
Ketika tubuh sihir yang diteleportasikan ke Delzogade benar-benar terbakar habis, kesadaranku kembali ke kastil Raja Roh.
"Mereka memasang penghalang." kata Misha.
Saat aku mengalihkan mata iblisku ke Delzogade, kegelapan menyelimuti area Midhays.
Aku belum pernah melihat sihir semacam ini sebelumnya, tapi seperti yang dikatakan Misha, ini semacam sihir penghalang. Aku bahkan tidak bisa melihat ke dalam tengah Midhays dengan mata iblisku. Tampaknya tubuh sihir yang mampu berteleportasi tanpa kesulitan sebelumnya ditangani oleh anti-sihir.
"Funu. Seperti yang bisa dibayangkan dari rumor dan tradisiku. Itu adalah kekuatan sihir yang luar biasa."
"Anos-sama!"
Beralih ke arah suara itu, gadis-gadis dari klub penggemar berlari melewati pintu. Fakta bahwa mereka semua ada di sini berarti Gennul tidak membuat gadis-gadis itu mengikuti ujian.
“Apa yang kulihat di Leaks (Komunikasi Pikiran) barusan...”
Video siaran sihir juga dikirimkan kepada mereka melalu Leaks. Dengan begitu mereka tentun memahami situasi umumnya.
"Misa... apa dia menjadi raja iblis palsu...?" tanya Ellen dengan khawatir
"Tidak ada yang berubah. Sejak awal, Misa yang merupakan setenga roh lahir dari rumor dan tradisi Avos Dilhevia."
Mendengar itu, gadis-gadis itu memiliki penampilan yang bermasalah.
"...Kalau rumor itu lenyap, maka Misa pasti sudah mati. Kalau tidak, dia ditakdirkan menjadi Avos Dilhevia, anak dewa yang akan menghancurkanmu." kata Ray dengan tidak ada senyum di wajahnya. "Semua ini... karena aku menciptakan Raja Iblis palsu..." Ray menggigit gigi belakangnya dengan erat.
Tatapannya curam, dan emosi yang tak terlukiskan menyelimutinya.
"Itu hanyalah masa lalu dan sudah terlanjur terjadi. Yang harus kita pikirkan sekarang bukanlah masa lalu." kataku dan Ray mengangguk meresponnya "Kita harus mengalahkan Avos Dilhevia secepat mungkin. Rumor dan tradisi Raja Iblis Tirani melibatkan banyak orang dari sisi manusia, termasuk dari faksi kerajaan. Jika demikian, dia tidak akan pernah menjadi raja yang lembut. "
Sangat mudah untuk membayangkan dari pernyataan Avos Dilhevia di siaran sihir. Pertama, iblis keturunan campuran akan menderita.
"...Pedang Dewa Roh akan menjadi kartu truf untuk mengalahkan Avos Dilhevia..." kata Ray dengan nada berat.
Pahlawan Kanon mengalahkan Raja Iblis Tirani dengan Evansmana. Rumor dan legenda dibawa oleh manusia dan pasti merupakan kelemahan dari Roh Agung Avos Dilhevia.
"Tapi jika kau mengalahkan Avos Dilhevia, Misa akan mati, kan?" kata Eleonor
“...Menyedihkan...” respon Zeshia yang mengangguk.
"...Misa adalah setengah roh dan setengah iblis. Setidaknya setengah dari dirinya sudah pasti Avos Dilhevia, dan jika dia lenyap, Misa tidak akan bisa bertahan hidup..." kata Sasha.
"Dia akan terjangikit penyakit roh." gumam Misha
"Bagaimana menurutmu cara mengalahkan hanya Avos Dilhevia? Itu pasti tidak mungkin, tapi meski begitu, aku bukan orang yang akan mengeluh hanya karena itu tidak mungkin."
Mengatakan itu, aku beralih ke Ray.
"Dua ribu tahun yang, yang kulakukan hanyalah menyerah." Dia berkata dengan penuh tekad. “Kali ini, aku sama sekali tidak akan menyerah.”
Saat itu, kastil berguncang. Tidak, bukan kastil yang berguncang, tapi pohon pendidikan itu sendiri yang berguncang.
Kemudian, cabang-cabang yang tak terhitung jumlahnya tumbuh di dalam ruangan itu dan menutupi tempat ini seolah-olah membuat kepompong.
"Fumu. Apa kau tidak bermaksud membiarkan kami keluar dari sini, Eniyunien?"
"Maafkan aku. Aku tidak bisa membiarkan anak dari ibu roh kami dikalahkan. Tetaplah berada di Aharthern." kata Eniyunien dengan suara parau.
Aku mencoba menggunakan sihir Gatom (Teleportasi), tapi ruang tidak terhubung dengan baik.
"Maaf, ini adalah kepompong untuk pelajaran tambahan. Ini adalah rahasia dibalik Pohon Pendidikan yang mengirim siswa/i yang mendapat nilai gagal untuk belajar. Kalian tidak akan pernah bisa keluar kecuali mengambil pelajaran tambahan sampai akhir.”
Semua roh berada di sisi Roh Agung Reno. Tidak heran jika mereka berpihak pada putrinya, Avos Dilhevia.
"Sayangnya aku tidak bisa mengerti apa yang kau rasakan. Aku tidak bisa diam saja dan hanya mendengarkan perkatanmu."
Aku membentuk lingkaran sihir didepanku dan menuangkan kekuatan sihir ke dalamnya. Matahari hitam legam ditembakkan dan menabrak dinding kepompong secara langsung, diikuti oleh fenomena ekor cahaya hitam.
Namun, meski sedikit hangus, dindingnya masih utuh.
"Itu sia-sia. Dalam kepompong pendidikan ini, semua kekerasan dilarang."
"Hou, tapi kekerasanku tidak sebanyak itu saja, kau tahu."
Aku membentuk lingkaran sihir lagi, dan itu berbuah menjadi 100 meriam.
Aku menembakkan Jio Graze (Meriam Api Neraka) dan memfokuskan tembakanku pada satu titik di dinding.
Suara keras bergema, dan kepompong pendidikan bergetar hebat.
"Sudah kubilang... tidak ada gunanya melakukan itu..."
Kepompon terbakar saat api hitam berputar-putar di sekitarnya.
"A-Apa...!?"
Matahari hitam legam menbembus dinding kepompong dan menciptakan lubang yang besar.
"Kekuatanmu memang mutlak dalam hal pendidikan. Begitu mutlak sampai-sampai kau bisa mengunci mereka yang memiliki kekuatan sihir lebih besar dari milikmu."
Cabang-cabang baru tumbuh lagi dan kepompong mencoba menutup, tapi area di sekitar lubang terus menyebarkan api hitam, mencegahnya menghalangi jalan keluar.
"Tapi kau tahu, Eniyunien. Ini tidak bisa disebut pendidikan jika memaksakan pelajaran tambahan pada mereka yang tidak mendapat nilai gagal." Menunjuknnya, aku berkata. "Ini adalah hukuman fisik. Jika itu pertandingan antara kekerasan dan kekerasan, maka aku tidak akan kalah."
“......Ugh............”
Saat Eniyunien mengaum, aku pergi menuju ke lubang.
"Ayo pergi."
Kami mulai berlari dan keluar dari kastil raja roh. Awan yang mengambang di sekitar saling berdesakan seolah-olah menghalangi jalan kami.
"Jangan takut, lompat."
Aku melompat melalui awan. Selanjutnya Ray, Misha dan Sasha juga lompat. Zeshia dan Eleonor mengikuti, dan akhirnya gadis-gadis dari klub penggemar melompat ke udara.
Bidang penglihatan mengalir dengan kecepatan tinggi, dan kami mulai jatuh dari pohon besar tempat kami melompat. Ketika hampir waktunya untuk saat-saat yang menentukan, gadis-gadis di klub penggemar menggunakan Fres (Terbang) untuk mendarat dengan selamat. Yang lainnya juga mendarat dengan selamat.
"......Siapa mereka?" kata Misha saat melihat ada lusinan Iblis di hadapannya
Setiap orang memiliki kekuatan sihir yang tidak ada bandingannya dengan iblis di zaman ini. Mereka adalah bawahan-bawahanku dua ribu tahun yang lalu. Sepertinya Raja Kegelapan berhasil menyelamatkan mereka. Hanya saja, ada yang aneh.
"Anos Voldigoad."
Seorang iblis melangkah keluar dan mencabut pedang iblisnya. Dia adalah Nigit. Salah satu bawahanku dan merupakan pendekar pedang terbaik kedua setelah Shin.
"Aku akan melenyapkan muasalmu."
Dengan suara yang memerintah, iblis-iblis itu datang ke arah kami sekaligus.
Pada saat itu, tombak merah muncul dari kehampaan dan menyerang tubuh Nigit. Dia menerimanya dengan pedang iblisnya dan melompat menjauh.
Para iblis menghentikan pergerakan mereka.
"Ini merepotkan. Itulah mengapa aku mengatakan kepadamu supaya jangan terlalu meremehkan para dewa." kata Ejes yang muncul dan berdiri di atara kami. "Anak dewa itu sepertinya telah mengambil alih bawahanmu dari dua ribu tahun lalu. Sudah setengah dari mereka dipindahkan ke Delzogade, bersama dengan dewa yang mengambil alih tubuh Raja Api Kematian."
Fakta bahwa Melheys berada di pihak Avos Dilhevia berarti Nousgalia juga dapat menangguhkan ujian ekspedisi berdasarkan perintah bisnis.
Roh Agung Avos Dilhevia lahir dari rumor dan legenda Raja Iblis Tirani, dan juga seorang yang memiliki tatanan anak dewa. Bukan hal yang aneh baginya untuk berpihak pada Nousgalia.
"Kurasa kita tidak harus duduk diam disini. Sebaiknya kau pergi." Menurunkan pusat gravitasi, Raja Kegelapan mengarahkan tombak sihir ke para iblis bawahan. "Aku akan mengurus yang disini. Aku tidak akan membiarkanmu dihancurkan karena kenaifanmu."
"Sepertinya setelah dua ribu tahu kau menjadi sedikit lebih lembut, Raja Kegelapan."
Tanpa berbalik, Ejes berkata. "Seperti yang kukatakan sebelumnya, ini terjadi begitu saja. Kita hanya memiliki tujuan yang sama."
Ejes mengarahkan tombak sihir merah ke lantai dan menikamnya. Dan itu di arahkan ke bawah kakiku.
Sebuah lubang dibuat di lantai oelh Dihidatem, dan aku bisa melihat lantai bawah.
"Hati-hati. Bawahanku pada kuat-kuat semua."
"Aku tidak perlu berhati-hati. Selama dua ribu tahun ini aku tidak bermain-main."
Dengan cahaya sihir dan tombak sihir bercampur, kami melompat ke dalam lubang dan turun, Aku mencoba untuk pergi ke tempatku datang, tapi aku berhenti.
"...Fumu. Apa jalannya telah berubah..."
Aku datang ke sini melalui labirin yang rumit. Tentu saja, aku mengingat semua arah yang kulalui di labirin itu, tapi jika labirin itu sendiri berubah bentuk, ingatan itu tidak berguna.
"Anos".
Saat aku beralih ke suara itu, Lina ada di sana.
"Kau mau keluar, kan? Aku tahu jalannya."
Ejes mungkin telah menyelamatkannya dari penyembunyian dan menyuruhnya berada di sini untuk mencari petunjuk arah. Meski dipanggil Raja Kegelapan, dia adalah pria yang penuh perhatian.
"Sayangnya aku sedang terburu-buru. Aku harus keluar secepat mungkin."
"Ya. Aku tahu, lewat sini." mengatakan itu Lina langsung berlari.
Dia berlari menyusuri labirin yang rumit tanpa ragu-ragu.
"...A-apa ini...?"
Di tengah jalan, aku melihat bahwa labirin di depanku berubah bentuk. Jalan baru muncul, jalan buntu dibuat, dan perubahan dilakukan dengan kecepatan yang membingungkan.
"Tidak apa-apa. aku tahu jalannya."
Lina melewati labirin yang selalu berubah-ubah tanpa ragu-ragu. Pada akhirnya, lantai mulai bergelombang dan menghalangi pergerakan kaki kami.
"......Ugh..."
Lina kehilangan keseimbangan. Bunga putih jatuh dari dadanya, dan dinding labirin menelan bunga itu.
"Ah......!!"
Lina meraih dinding itu. Tapi tak lama kemudian, bunga putih itu menghilang di dinding.
Lina berhenti dan menatap dinding itu.
"Jika kita tidak segera keluar dari sini, kita akan terjebak." kata Eleonor
Lina mengangguk seolah-olah untuk menghilangkan keraguannya.
"Uh, yeah. Maaf."
Aku meraih bahunya saat dia mencoba lari.
"Eh......?"
Aku menyentuh dinding dengan ujung jariku dan mengirimkan kekuatan sihir.
Di bailk dinding yang cacat, ada bunga putih yang tergeletak. Menggunakan ujung jariku sebagai isyarat, aku menerbangkan bunga itu dan mengambilnya.
"Ini penting bagimu, kan?"
"...Kurasa begitu. Terima kasih......"
Lina menerima bunga putih itu dan memasukkannya kembali ke sakunya. Kemudian, dia mulai berlari lagi.
Aku mengikutinya menyusuri labirin yang terus-terusan berubah dengan cepat dan berhenti di depan pintu. Ketika Lina membuka pintu, dia melihat pintu masuk ke pohon besar dipenuhi tanaman merambat yang tergantung di atasnya.
Matahari menyinari pepohonan di sekitar kami. Meskipun sudah keluar dari pohon besar Eniyunien, sepertinya Gatom masih tidak bisa digunakan sampai aku kelaur dari hutan ini.
“Apa kau bisa menunjukkan jalan keluar ke hutan?”
“Sekarang Aharthern memblokir pintu keluar, jadi menurutku kita tidak bisa keluar dengan cara biasa.” kata Lina dan melihat sekeliling. “Titi, kau ada di sana?”
Lina memanggil peri-peri itu. Namun, tidak ada jawaban.
"Kumohon, aku ingin keluar dari sini. Ada seseorang yang harus kutemui."
"...Mereka memiliki kepribadian yang baik, tapi Titi juga adalah roh, kan? Kurasa mereka tidak akan bersedia mengeluarkan Anos."
Sasha menatapku seolah dia tidak tahu harus bebuat apa. Tapi saat berikutnya, aku mendengar sebuah suara.
"Apa kau dalam masalah?"
"Siapa yang dalam masalah?"
"Lina."
"Lina dalam masalah."
Peri Titi dan yang lainnya muncul bersamaan dengan kabut.
"Baiklah, Titi. Aku ingin keluar dari sini. Boleh?"
Titi terbang mengelilingi Lina.
"Aku sudah diberitahu untuk tidak melakukannya."
"Jangan biarkan Raja Iblis dan teman-teman Raja Iblis keluar."
"Karena Avos Dilhevia sudah bangun."
"Anak Reno harus dilindungi,"
Titi dan yang lainnya sepertinya tidak berniat bekerja sama. Namun, Lina kembali mengajukan banding dengan tatapan serius.
"Kumohon, Titi. Bantu aku. Ini permintaan terakhirku."
Kemudian, Titi dan yang lainnya berkumpul di satu tempat dan memandagi wajah Lina.
"Kalau begitu, ayo pergi."
"Tidak apa-apa jika itu menyelinap."
"Rahasiakan loh ya."
"Jangan beri tahu."
Lina mengangguk sambil tersenyum lebar.
"Ya, aku janji."
Para peri terbang ke belakang hutan.
"Sini."
"Lewat sini."
Saat kami mengejar Titi dan yang lainnya, perlahan-lahan kabut mulai menyelimuti area tersebut. Kabut semakin tebal, menutupi pepohonan dan bunga di hutan.
“Ada yang terlihat dari kabut.”
"Aku melihat sesuatu."
“Apa itu padang rumput?”
"Itu padang rumput"
Sebuah tempat yang tidak asing muncul di depanku.
"Sampai jumpa, Lina"
"Sampai jumpa."
"Sampai jumpa lagi, Lina"
"Bye-bye,"
Saat Titi dan yang lainnya menghilang, kabut perlahan menghilang dan kami keluar dari Hutan Roh Agung. Area tersebut telah berubah menjadi padang rumput Richard.
Mantap
ReplyDeleteThank update nya
Semangat min