Bab 125 - Aku Akan Bertahan Tidak Peduli Apapun Yang Diperlukan
“Musuh, itu adalah musuh. Harus kubunuh, aku harus membunuhnya...”
Saat iblis itu melihat pria yang berdiri di depannya, satu-satunya emosi yang membanjirinya adalah rasa kewajiban untuk membunuhnya.
Dia kuat dan ganas. Itu sebabnya manusia yang ada di tempat itu segera melarikan diri. Manusia itu lemah. Satu-satunya alasan mereka ada adalah untuk memberi makan iblis, dan tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa mereka adalah hewan ternak.
Namun, iblis itu tahu. Di antara manusia-manusia lemah yang seperti itu, individu unik akan muncul pada kesempatan langka. Manusia itu, yang bisa dikatakan sebagai individu yang unik, memiliki kekuatan yang besar untuk melawan iblis. Dan ketika orang-orang seperti itu mencoba melindungi sesuatu yang penting bagi mereka, mereka dapat mengerahkan kekuatan yang luar biasa.
“Jangan bersikap lunak padanya, aku tidak akan bersikap lunak padanya. Aku harus membunuhnya dengan benar, dengan pasti, secara menyeluruh...”
Oleh karena itu, iblis itu tidak menurunkan kewaspadaannya. Dia tidak boleh meremehkan pria yang berdiri di hadapannya. Di tempat pertama, hanya untuk bisa berdiri di depan iblis diperlukan keberanian dan kekuatan yang luar biasa, yang dimana iblis memiliki sosok dan intimidasi yang mengerikan. Itu saja sudah cukup membuatnya waspada.
Selain itu......
“Jahat, sungguh jahat. Benda itu sangat berbahaya...”
Dia melihat senjata yang dipegang oleh pria itu.
Hanya dengan melihat sekilas, bisa diketahui bahwa itu bukanlah senjata biasa. Itu adalah pedang yang terus memancarkan suasana hitam dan tidak menyenangkan. Dia berasal dari ras yang disebut iblis, yang dimana ras-nya dikategorikan sebagai kejahatan, tapi dari pedang yang dipegang oleh pria itu, dia bisa merasakan sesuatu yang lebih jahat.
Sebagai imbalan untuk membayar harga yang sangat mahal, pedang itu akan memberimkan kekuatan untuk menaklukkan dunia. Iblis itu menilai bahwa pedang itu semacam pedang terkutuk.
“(Iblis itu memanggilmu sebagai sesuatu yang jahat, tapi apa kau akan terus bersikeras mengatakan dirimu adalah pedang suci? Kau tidak dapat terus berbohong seperti itu, tahu?)”
[Aku tidak berbohong! Aku adalah Pedang Suci!]
“(Berhenti mengatakan itu.)”
Alistar memberikan kerusakan mental pada Pedang Suci sambil menatap iblis di depannya dengan waspada. Dia mungkin akan berteriak jika dirinya tiba-tiba diserang. Itu tidak mengubah fakta kalau dirinya takut, tapi jauh lebih baik bila mengetahui saat iblis itu akan datang menyerang.
“Alistar-san! Ini berbahaya, jadi tolong larilah!”
Meskipun dia mengerti bahwa dirinya dalam bahaya besar karena terjebak oleh iblis itu sendiri, Marla yang baik hati cemas pada Alistar yang berdiri di hadapan iblis itu.
Sambil menekan keinginan untuk berteriak ‘Aku juga pengennya lari cuk', Alistar menatap Marla dan menunjukkan senyum tak kenal takut.
“Marla-san, aku tidak bisa meninggalkanmu begitu saja dan melarikan diri. Aku pasti akan menyelamatkanmu, jadi tolong bertahanlah sebentar.”
“Alistar-san...”
Pria itu menyatakan bahwa dia akan mengalahkan musuh yang perkasa demi dirinya tanpa memperhatikan bahaya yang akan menghampirinya sendiri.
Betapa bahagianya Marla sekarang?
Perasaan itu terbukti dalam fakta bahwa seluruh wajah Marla memerah dan dia memandang Alistar seolah dirinya meleleh.
[Apa yang kau bicarakan? Kau mencoba melarikan diri, kan?]
“(Berhenti mengeluh. Lihat, dia akan menyerang kita. Aku akan menyerahkannya padamu.)”
[Yah, oke. Aku tidak keberatan bertarung karena akulah yang membuatmu tetap tinggal di sini.]
......Tugas Alistar adalah bertingkah keren. Setelah itu, dia akan menyerahkan segalanya pada pedang suci dan merilekskan seluruh tubuhnya.
Tak lama setelah itu, pedang suci mengambil alih tubuhnya dan mulai memanipulasinya.
"Bunuh, bunuh.... Meninggalkan anakku, anak, anak.... Rahim, aku tidak akan memberimu rahim...”
“(Bukankah itu cara yang menakutkan untuk mengatakan 'rahim'? Jadi itu bukan karena dia menginginkan Marla itu sendiri, ya?)
Kepada iblis yang terus menggumamkan hal-hal yang mengganggu, Alistar mengalami kram di pipi. Itu sedikit terlalu jelas dan menjijikkan.
Kemudian, Marla, yang menjadi tahanan, memahami pikiran iblis itu.
“Kau menginginkan tubuhku yang merupakan setengah iblis, kan...!?”
[Selain itu, dia bukan sekedar setengah iblis biasa, tapi naga. Yah, itu jauh berbeda dari manusia biasa dan iblis. Itulah mengapa iblis itu pasti mengincar Marla. Dia bisa melahirkan anak yang kuat.]
“(......Bukankah dia justru lebih buruk dariku?)”
Setelah perkataan Marla dan tambahan dari pedang suci tersebut, Alistar berpikir bahwa iblis itu lebih mengerikan dari dirinya.
[Dia datang!]
“(Ya, kuserahkan padamu.)”
[......Ah, serahkan padaku.]
Pedang Suci memperingatkan penggunanya, tapi dia ingat bahwa pahlawan kali ini menyerahkan segalanya padanya. Maka, dia melihat tanda-tanda serangan dari cairan hitam raksasa, si iblis.
Dan...
“!?”
Tentakel menyerang dengan momentum yang luar biasa.
Tentakel, yang berwarna hitam dan sedikit bersinar, menyerang dengan hampir tanpa gerakan awal, sehingga banyak orang akan tertangkap dan terkena serangannya. Namun, Pedang Suci adalah keberadaaan yang veteran. Dengan sedikit menekuk kaki dan kemudian melompat, dia lolos dari ancaman tentakel.
“(Bukankah itu kuat!? Kenapa itu sangat keras meskipun itu hanyalah cairan!?)”
Bam!
Tentakel yang menghantam lantai dengan mudah menghancurkan lantai itu meskipun itu adalah lantai gereja yang dibangun dengan baik. Awan debu terangkat dan kau dapat dengan jelas melihat tingkat kekuatannya, yang dimana itu membuat Alistar sangat ketakutan.
“(Uhiii!?)”
Melihat tentakel yang datang dari awan debu dan menyerangnya lagi, Alistar hendak menutup matanya secara refleks. Tapi itu tidaklah keren, jadi dia terus membuka matanya dengan cara apapun.
Dia menangkap tentakel yang menyerangnya dari samping dengan pedang sucinya. Kemudian, suara benda keras yang bergesekan satu sama lain terdengar dan membuatnya ingin menutupi telinganya.
“(Apa itu benar-benar cairan!?)”
Alistar tercengang dan ngeri dengan benturan yang membuat tubuhnya terguncang hebat. Yah, dia menyerahkan segalanya pada Pedang Suci, jadi tidak ada yang bisa dirinya lakukan sekarang.
Dia bertanya-tanya berapa lama itu akan bertahan, tapi yang mengejutkan itu segera berakhir. Tentakel itu membengkok dari tempatnya menyentuh Pedang Suci, menjadikannya sebagai titik tumpu untuk menjadi seperti cambuk...
“Guwah!?”
“Alistar-san!?”
Dan kemudian, tentakel itu mengenai punggung Alistar.
“(Ugyaaaaaaaaaaaahhhhhhh!?)”
[M-maaf...]
Pedang Suci meminta maaf kepada Alistar yang berteriak sangat keras.
Ini sedikit berbeda karena ini adalah tentakel, tapi cambuk adalah suatu hal revolusioner yang dapat menyebabkan ketakutan dan kesakitan pada target. Jika itu dicambukkan ke punggung Alistar, yang tidak memiliki ketahanan sama sekali terhadap rasa sakit, itu cukup untuk meningkatkan tekanan fisik dan mentalnya sekaligus.
Karena pakaian di punggung dan kulitnya robek serta berlumuran darah, itu adalah luka yang cukup serius. Seorang pejuang atau ksatria terlatih mungkin bisa menyembunyikan rasa sakit dan terus bertaurng, tapi hal seperti itu mustahil bagi Alistar.
“(Hogeehh... Hogeeeeeeeeeeeeeeeeeeehhhhhhhhh!?)”
[Maafkan aku!]
Alistar menekan keinginan untuk menggeliat dengan tekadnya. Jika hanya dirinya seorang, dia akan melakukannya tanpa syarat. Tapi, ada Marla, yang ingin dia parasiti, sedang melihatnya. Tidak mungkin baginya untuk menunjukkan sesuatu yang tidak keren.
“(Punggungku terasa panas seperti terbakar dan sakit sampai-sampai aku merasa akan pingsan! Kau harus mengontrol tubuhku dengan lebih baik!)”
Alistar berteriak di dalam, tapi kemudian tentakel itu datang lagi menyerangnya. Masih mungkin untuk menghindarinya, tapi dia belajar bahwa tentakel itu tidak boleh dihentikan.
Itu sebabnya...
[Ayo hancurkan semuanya.]
Mengatakan itu, Pedang Suci mulai memancarkan kekuatan sihir hitam. Kekuatan sihir yang terlihat begitu berbahaya membengkak sekaligus dan mengamuk-ngamuk, membuat gereja semakin luluh lantah.
“Ini buruk, buruk. Ini benar-benar buruk...!"
Bahkan iblis itu, yang memiliki kemampuan berpikir buruk, menyadari bahwa kekuatan sihir yang dipakai oleh Pedang Suci sangatlah berbahaya.
Namun, apa yang harus dia lakukan jika tidak bisa bergerak cepat?
Ternyata jawaban untuk itu sangat sederhana.
“Kyaa!?”
Apa yang iblis itu bawa di hadapannya adalah Marla, yang digantung di udara dengan tubuhnya terikat oleh tentakel.
Tentu saja, sejauh ini si iblis telah bertindak untuk mencarinya. Jika Alistar menembakkan kekuatan sihir berbahaya itu tanpa mempedulikan Marla, semua kerja keras yang telah dia lakukan sejauh ini akan sia-sia.
Namun....
“Guh...!?”
Alistar tidak mengayunkan pedang suci. Itu tidak mengherankan. Tidak mungkin dia bisa melibatkan Marla dalam serangan saat dia berjuang untuk menyelamatkannya.
Iblis itu mengeluarkan ledakan tawa yang terdistorsi akan prediksinya yang benar.
“Alistar-san! Jangan khawatirkan aku, serang saja! Aku ini setengah iblis, jadi aku agak kokoh!”
“Tidak perlu, jangan katakan, hal-hal yang tidak perlu.”
"Ah...!?"
Iblis itu memperketat pengekangannya untuk mencegah Marla mengatakan hal-hal yang tidak perlu lagi.
Meskipun tentakel itu tertanam di anggota tubuh orang dewasa dan terlihat sangat mesum, tidak ada yang jadi sange pada Marla karena sejak awal si iblis tidak terangsang secara seksual, dan Alistar memiliki nafsu seksual yang sepenuhnya terkendali dan tidak memiliki ketenangan untuk memikirkannya.
“Ugh...!? D-dengan kekautan nagaku... A-aku bisa melakukan sesuatu tentang penahanan semacam ini...!”
Petir mulai menyambar di tubuh Marla.
Namun, itu adalah sesuatu yang iblis itu ketahui.
"Tidak tidak. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi, aku tidak akan membiarkan itu terjadi.”
“Ah... b-bagaimana bisa...!?”
Marla tercengang. Itu karena kekuatan naganya telah dibatalkan secara paksa.
Kalau dia sudah meluncurkan serangan itu dan dibatalkan sih masih bisa dimengerti. Tidak peduli seberapa kuat kekuatan naga itu, mungkin ada makhluk yang bisa melakukan trik seperti itu karena dunia ini luas. Namun, Marla tercengang oleh keseraman pembatalan meski dia belum menggunakan kekuatannya.
Sejak iblis itu berencana untuk mendapatkan Marla, yang merupakan setengah iblis naga, dia secara alami merencanakan tindakan balasan terhadap kekuatan Marla.
“Yang tersisa hanyalah, membunuhnya, membunuhnya dan selesai.”
Iblis itu menyerang Alistar. 'Ayo kita akhiri dengan ini', untuk mengungkapkan niat itu, tentakel, yang hanya sedikit, tiba-tiba meningkat menjadi puluhan sekaligus.
“(Ini situasi yang tidak ada harapan! Ayo tinggalkan saja Marla dan kabur!)”
......Alistar bahkan membuat pernyataan tentang mengabaikan kandidat terkuat untuk dia parasiti.
Itu memang disayangkan. Tapi tetap saja, dirinya sendiri lebih penting dibandingkan dengan Marla.
[Tentu saja kau tidak bisa melakukan itu...]
“(Kau ini benar-benar dewa wabah, kan!?)”
Tentu saja, Pedang Suci tidak bisa begitu saja melarikan diri dan meninggalkan orang lain, jadi Alistar dipaksa untuk tetap berada dalam pertempuran yang tidak menguntungkan ini dan bertarung dengan mempertaruhkan nyawanya.
"Mati, mati. Untuk meninggalkan seorang anak, seorang anak, anak...”
Tubuh iblis itu tiba-tiba menyebar sekaligus, dan tentakel menyerangnya secara bersamaan dari segala arah. Ini adalah serangan gelombang yang tidak peduli seberapa ahli dirimu, kau akan terkena satu atau dua pukulan.
“(Uoooooooohhhh!! Aku akan bertahan tidak peduli apa pun yang diperlukan!! Tidak peduli meskipun aku harus mengorbankan semua orang di sini!!)”
Namun, mata Alistar tidak mati.
Ini adalah penyimpangan bahwa Marla salah memahami mata Alistar yang berbinar dan kemudian rasa suka itu meningkat.