The Undetecable Strongest Job: Rule Breaker Bab 260


Bab 260 - Ketentuan Negosiasi


Deena diberi kamar di Ville Zentra tempat Kaisar Kaglai dapat mengawasinya. Mereka juga menyediakan pakaian untuk dapat dia kenakan, meskipun warna kulitnya mencolok, dia dapat berbaur dengan sempurna.

Sekarang sudah larut malam. Deena membuka jendela dan bermain-main dengan cermin tangan, memantulkan cahaya bulan ke atap.

[Jadi kau tinggal di sini.]

Mendengar adanya suara dari bawah, Deena hampir saja menjatuhkan cermin yang dia pegang. Dia menjauh dari jendela dan Gorja masuk. Dibungkus dengan kain kamuflase optik, itu tampak seolah-olah hanya kepalanya saja yang melayang.

[Tempat ini lebih baik dan aman.] Kata Gorja.

[Ya. Tapi di lorong ada penjaga, jadi tolong jangan berisik.]

[Oke.]

Deena menggunakan cermin untuk memberi tahu Gorja di mana dirinya berada. Karena Gorja melihat Deena bersama kereta dari Quinbland, dia bisa menebak di mana Deena akan tinggal. Yang Deena harus lakukan setelahnya adalah mengirim sinyal kepada Gorja.

[Aku hampir tidak mengenalimu. Kau terlihat seperti orang dari benua ini.]

[Tolong berhenti bercanda.]

[Kau tidak dapat benar-benar menyebut dirimu seorang pria kecuali dapat membuat lelucon pada saat-saat seperti ini.]

[Bagaimana situasimu?]

[Tidak masalah. Aku mendapatkan Penyembuh.]

[Sudah dapat?]

[Ya. Rupanya di sini mereka menyebutnya "penyembuhan", bukan "perbaikan". Yang jelas, mereka akan mengirim satu ke kapal. Mereka bahkan tidak memiliki kecurigaan.]

[Apa penyembuh ini kompeten? Bisakah dia... melakukannya?] Deena agak ragu-ragu. [Bisakah penyembuh ini menyembuhkan penyakit Raja kita?]

[Aku sendiri tidak tahu. Tapi kita harus bertaruh. Kita harus menyelamatkan Raja kita, keturunan dari penguasa agung lainnya yang membawa kemakmuran bagi kita. Teknologi rahasia hanya diturunkan kepada para penguasa dan kita, orang-orang dari Dream Maker, membutuhkannya. Orang-orang di sini sepertinya terobsesi dengan Dew Roke. Aku ragu mereka akan mengirim Penyembuh yang biasa-biasa saja. Jika mereka membuat kita kesal dan kita membarikade diri kita sendiri di pulau itu, mereka akan menjadi pihak yang bermasalah.]

[Begitukah…]

[Ada apa?]

[Apa mata-mata lain di kota itu aman? Berapa banyak informasi yang mereka kumpulkan?]

[Kenapa kau bertanya?]

[Sebenarnya, aku juga menemukan seorang Penyembuh.]

[Aku akan mendengarkan.]

Percakapan mereka berlanjut selama sekitar sepuluh menit. Tidak ada yang mendengar mereka ataupun memperhatikan gangguan Gorja.

---

Keesokan paginya, Hikaru mengunjungi Kaglai. Setelah baru saja selesai menyantap sarapannya, sang Kaisar sedang bersandar di sofa dengan ekspresi tidak senang di wajahnya. Tiga ajudannya juga ada di ruangan itu, dan pengawalnya berdiri di pojok. Mereka semua menyaksikan Hikaru dengan jijik.

"Ada apa?"

"Bagaimana menurutmu? Patricia melanjutkan negosiasi tanpa berkonsultasi dengan kami."

Kaglai menjelaskan kepada Hikaru rincian tentang negosiasi kemarin. Patricia meminta Dew Roke dikembalikan, dan Gorja bilang mereka akan memikirkannya. Setelah itu, utusan tersebut meminta Penyembuh.

"Penyembuh... sudah kuduga." Kata Hikaru.

"Oh, jadi kau juga menyadarinya."

"Yah, mereka begitu terang-terangan tentang itu."

"Tapi sepertinya Patricia tidak menyadari hal ini. Sayangnya kita tidak bisa menarik kembali kata-kata kita. Mereka akan mengirim Penyembuh sesuai rencana."

Para pejabat sipil yang hadir sepertinya tidak dapat mengikuti pembicaraan.

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Apa yang anda maksud? Kami sama sekali tidak merasakan adanya suatu kesalahan terkait negosiasi Pemimpin Tertinggi."

"Tujuan mereka adalah mendapatkan Penyembuh."

"Apa? Penyembuh memang tidak biasa, tapi itu juga tidak jarang."

"Rupanya, itu tidak benar." Hikaru menyela. "Kupikir orang-orang di Grand Dream tidak dapat menggunakan sihir."

Semua orang di ruangan itu terkejut, kecuali Kaglai. Kaisar tidak yakin bahwa mereka tidak dapat menggunakan sihir secara umum, tapi dia memang mempertimbangkan kemungkinan itu.

"Mereka membutuhkan sihir penyembuhan untuk alasan yang tidak kita ketahui. Itu sebabnya mereka ingin mendapatkan Penyembuh."

"Tapi Silver Face." Kata seorang pejabat. "Mereka sampai repot-repot menyerang kita hanya untuk mendapatkan Penyembuh? Itu terlalu berisiko."

"Jadi, apa kau sudah mengerti." Kata Hikaru sambil menghela napas. "Seorang yang mereka ingin sembuhkan adalah seorang yang layak untuk diambilkan risiko."

"Dengan kata lain, Raja mereka, atau seorang yang serupa." Tambah Kaglai.

Mereka akan berani menghadapi bahaya jika itu untuk seorang yang termasuk petinggi negara mereka.

"Harus kukatakan, Raja semacam itu luar biasa karena dapat mengumpulkan bawahan yang setia seperti itu... Yang jelas, bagi peradaban yang memiliki teknologi sains sangat maju, mereka justru memutuskan untuk mengandalkan sihir. Aku benar-benar ingin tahu bagaimana mereka memandang sihir."

"Mungkin sesuatu seperti kekuatan misterius yang dapat membuat segalanya menjadi mungkin." Kata Kaglai. "Tentu saja, apa yang dapat dilakukan sihir itu terbatas."

"Kita memiliki Gigy yang merupakan mata-mata mereka dan Deena si sekretaris." Sela pejabat lain. "Namun mereka berniat untuk menangkap Penyembuh dan kabur?"

"Kurang lebih seperti itu."

Dengan [Deteksi Mana]-nya Hikaru tahu kalau Deena ada di mansion. Pihak lain sangat ingin mendapatkan Penyembuh, meskipun itu harus mengorbankan nyawa mereka. Hal itu terlihat jelas dari tindakan Deena kemarin.

"Mereka rela berkorban untuk menyelamatkan Raja mereka. Negosiasi untuk melepaskan mata-mata itu hanyalah alasan untuk mendapatkan Penyembuh. Jika kau memikirkannya seperti itu, maka semuanya masuk akal."

"Yang Mulia! Jika yang dikatakan Silver Face benar, maka kita harus segera menghentikannya! Kita masih bisa membuat itu berhasil!"

Kaglai menghela nafas panjang, bersandar di sofa saat dia menutup matanya.

"Apa kau tidak mendengarkan?" Kata Hikaru. "Jika itu mungkin, maka kita sudah akan melakukannya sejak tadi. Tapi karena Pemimpin Tertinggi sudah menyetujui persyaratan, tidak ada yang bisa kita lakukan. Bagaimana kau akan mengusulkan agar kita dapat menghentikan mereka? Aku sendiri juga tidak menyangka mereka akan bergerak secepat ini."

"Lady Patricia terlalu terburu-buru."

Kaglai, yang sudah lama mengenal Patricia, menggelengkan kepalanya.

---

"Deena, apa kau di sini?"

Hikaru mengunjungi Deena di kamarnya setelah mendapat izin dari Kaglai. Deena terkejut melihatnya. Hikaru menganggap reaksinya agak aneh.

"Aku harus memberimu pujian." Kata Hikaru.

"U-Untuk apa?"

"Pikiranmu yang tidak keberatan untuk mati."

Deena hanya diam.

"Jadi Rajamu sangat berharga bagimu, ya?"

"Aku tidak yakin apa yang kau maksud. Itu wajar menganggap Raja yang kau layani dengan hormat."

"Gorja berhasil mendapatkan Penyembuh. Jika dia langsung kembali ke Grand Dream, keamananmu tidak lagi dijamin."

Deena tampak panik. "Aku, uhh…"

"Tentu saja, Luke pergi bersama Penyembuh ini, tapi begitu mereka berada di kapal, tidak masalah berapa banyak pria yang dia bawa. Mereka tidak akan memiliki kesempatan. Faktanya, orang-orangmu mungkin berpikir bahwa mereka bisa membunuh semua orang kecuali si Penyembuh. Apa aku benar?"

Deena melirik jam yang tergantung di dinding. Sekarang pukul sepuluh kurang sepuluh menit. Gorja harusnya berangkat ke kapal perang pada pukul sembilan tiga puluh bersama Luke.

(Mereka sudah mendapatkan Penyembuh yang mereka inginkan. Tidak ada gunanya memeriksa waktu…) pikir Hikaru. (Apa, menurutnya Patricia akan menarik kembali kata-katanya? Atau mungkin itu sesuatu yang lain…)

Hikaru memutuskan untuk memancingnya.

"Aku tahu kau menghubungi Gorja tadi malam."

"Apa?! A-Aku tidak tahu apa yang kau—"

"Aku yakin kalian membahas beberapa hal. Gorja bilang dia telah mendapatkan Penyembuh. Dan…"

"………"

"Kau memberi tahu dia tentang kota yang kutunjukkan, dan sihir Roh serta sihir... penyembuhan..."

Deena tidak melihat Hikaru. Wajahnya menjadi pucat, bibirnya bergetar. Dia meremas tangannya erat-erat di depannya.

(Kami menunjukkan sihir penyembuhan padanya. Dia sangat terkesan melihat itu. Dia mengalaminya secara langsung. Tidak mungkin dia tidak memberi tahu Gorja tentang itu.)

Hikaru pin menyadarinya saat itu. Dia mengaktifkan [Deteksi Mana]-nya. Grand Hotel Zentra berada dalam jarak satu kilometer dari Skill-nya.

(Aku tidak dapat menemukannya.)

Rasa dingin menjalar di punggungnya. Lavia dan Paula sama-sama tidak ada. Mereka harusnya sedang bersantai saat ini, membaca buku. Kemudian tidak butuh waktu lama bagi Hikaru untuk menemukan Lavia. Dia berada di Guild Petualang.

(Apa yang dia lakukan di guild sepagi ini? Dimana Paula?)

Lavia hampir tidak akan pernah mengunjungi Guild Petualang. Meski begitu dia ada di sana sekarang. Satu-satunya alasan yang Hikaru pikirkan adalah Lavia pergi ke sana sehingga dirinya akan menemukannya dengan mudah. Atau kalau tidak, untuk melindungi dirinya sendiri.

"Deena."

Sekretaris itu berteriak, merasakan kemarahan Hikaru saat dia melangkah ke arahnya.

"H-Hei! Silver Face?"

Ksatria yang berdiri berjaga di sudut ruangan memanggilnya, tapi Hikaru mengabaikannya. Dia semakin dekat dan lebih dekat ke arah Deena.

"Deena!"

Deena menjerit.

"Hentikan, Silver Face!" Kata ksatria itu. "Hei! Aku butuh bantuan di sini!"

Hikaru, yang kehilangan kendali atas dirinya, meraih bahu Deena. Deena meringis terhadap cengkeraman Hikaru yang begitu kuat dan meratap kesakitan, meski begitu Hikaru bahkan tidak mempedulikan tangisannya. Itu sama sekali tidak perlu.

"Kalian membawanya!"



close

1 Comments

Previous Post Next Post