Bab 127 - Dadah
“(Hei, apa kau tidak bisa mengendalikan ini?)”
[Enggak.... Untuk beberapa alasan, kekuatanku tidak cocok dengan itu... Daripada itu, apa sebenarnya itu, Alistar?]
“(Tidak, sekalipun kau bertanya padaku...)”
[Itu kan tubuhmu sendiri?]
Alistar dan Pedang Suci melakukan percakapan batin.
Namun, dia bermasalah. Karena kesadarannya muncul dan dia sekarang bisa mengendalikan tubuhnya, dia harus melakukan pertarungan sendiri.
Sampai sekarang, dia hanya menyerahkan segala sesuatunya pada Pedang Suci, tapi sekarang dia harus melawan iblis itu dengan kekuatannya sendiri.
Alistar, yang akan terlempar dalam bentrokan langsung dengan seorang bocil, tidak pernah berpikir bahwa dia akan bisa bertarung sebanding dengan iblis.
“(Aku tidak benar-benar tahu cara bertarung. Apa yang harus kulakukan?)”
[Hmm... Tapi, pertama-tama, keadaanmu saat ini mungkin yang paling kuat. Jadi meskipun kau tidak memiliki keterampilan atau sesuatu seperti itu, kupikir kau akan bisa menekannya...]
"(Sungguh?)"
Alistar menampilkan raut keraguan pada penilaian Pedang Suci.
“Celah, aku melihat celah. Apakah ini kesempatan? Peluang? Aku harus membunuhnya...”
Iblis itu meregangkan tentakelnya dan kembali menyerang Alistar. Terlebih lagi, kali ini dia menciptakan tentakel dari seluruh tubuhnya untuk menghindari tebasan kilat. Jumlah tentakelnya sangat banyak, mungkin ada beberapa ratus.
“(Gyooeeeeeeeehhhhhh!? Mana bisa aku menekannya! Aku akan menjadi orang yang dihajar secara sepihak!!)”
Alistar menjerit.
Dia tidak bisa langsung menghindar dan hanya bisa melihat tentakel-tentakel itu mendekatinya...
“Gyaaaaaahhhhh!?”
Jeritan bergema. Namun, jeritan itu bukan dari Alistar yang putus asa, melainkan dari iblis yang menyerangnya. Jeritan yang memekakkan telinga itu menyebabkan sebagian besar orang yang ada di sini secara tidak sengaja menutup telinga mereka.
Namun Alistar, justru malah terpana dengan fenomena yang ada di depannya. Tentakel-tentakel yang mendekat dan hendak menyentuh tubuhnya akan hancur saat mereka menyentuh miasma yang dipancarkan oleh tubuhnya.
“(Eh, apa ini...)
“Apa, mengapa, bagaimana, apa-apaan ini...!?”
“(Tidak, bahkan jika aku bertanya kepadaku...)”
Alistar tidak menjawab pertanyaan iblis itu. Yah, dia hanya tidak bisa menjawabnya. Saat tentakel melakukan kontak dengan tubuhnya, itu runtuh seperti buah yang membusuk. Tidak ada cara untuk mengetahui apa yang telah terjadi.
“(Y-yah, iblis itu tidak bergerak sekarang, dan sepertinya ada celah. Oke, ayo rebut kembali target parasitismeku selagi aku punya kesempatan.)”
Melihat iblis itu menjadi kaku oleh kejadian tak terduga, Alistar membuat keputusan itu.
Dia menekuk lututnya sedikit, mengumpulkan kekuatan di kakinya, dan menendang tanah dengan keras, mencoba untuk berlari secepat yang dia bisa....
Boom!
“Ohiii!?”
Suara seperti ledakan bom bergema.
Retakan besar terbentuk di gereja dan bangunan itu berguncang dengan hebat. Semua itu karena tendangan keras Alistar di tanah.
Namun, orang yang lebih terkejut dari siapa pun adalah Alistar. Dia tidak menyadari bahwa kemampuan fisiknya yang dalam keadaan menghitam akan meningkat secara dramatis bahkan lebih dari biasanya... atau lebih tepatnya, dia tampak tidak bisa mengendalikannya.
Alistar, yang meluncur dengan kecepatan tinggi seolah-olah dia dilempar oleh naga, mendekati iblis itu dalam waktu singkat dengan ekspresi menghitam dan tak terlihat yang berubah dalam ketakutan.
“Kyaah...!?”
Perasaan melayang menyelimuti tubuh Marla.
Dia membuka matanya lebar-lebar karena terkejut akibat tiba-tiba dilepaskan dari pengekangan yang ketat.
Saat dia buru-buru mempersiapkan dirinya, berpikir bahwa dia akan terlempar kembali tanpa pertahanan ke tanah, tubuhnya diselimuti oleh kehangatan yang meyakinkan. Pada saat yang sama, perasaan melayang menghilang, dan rasa aman menyebar dari lubuk hatinya.
"Apa kau baik-baik saja? Aku datang untuk menyelamatkanmu seperti yang dijanjikan.”
“Alistar-san...!”
Saat dia membuka matanya dengan takut-takut, dia melihat wajah gelap menatapnya dengan mata merah cerah.
Dia memiliki penampilan yang akan membuat siapa pun merasa takut, namun tangan lembut yang memeluknya serta suara lembut yang membuat orang merasa aman tetaplah milik pria itu. Itu sebabnya, Marla dapat mempercayakan tubuhnya kepadanya tanpa kewaspadaan.
Marla sangat tersentuh sehingga dia menempelkan wajahnya ke dada pria itu dan menitikkan air mata.
“Terima kasih telah menyelamatkanku. Tapi, kumohon jangan melakukan hal gegabah seperti ini lagi...!”
“Kalau begitu, setelah ini, tolong biarkan aku tetap berada di sisimu untuk dapat terus melindungimu. Jika demikian, aku tidak perlu melakukan sesuatu yang gegabah seperti ini.”
Sungguh pemandangan yang indah. Di tengah gereja yang runtuh, sang pahlawan baru saja menyelamatkan sang heroine. Kaca patri yang indah pecah dan jatuh, cahaya berkilauan yang dipantulkan dari jatuhnya pecahan kaca tampak seolah-olah memberkati penyelamatan Marla.
Heroine itu menangis untuk pahlawannya. Pahlawan mewarnai dirinya dengan kekuatan aneh untuk menyelamatkan sang heroine. Ini benar-benar adegan klimaks dari cerita ini.
"Itu!"
Itu adalah Iblis yang meredam pemandangan yang begitu indah. Dia juga tidak bisa membiarkan dirinya kehilangan Marla dengan mudah.
“Itu adalah rahimku! Pikirmu berapa banyak kesulitan yang harus kulalui untuk mendapatkannya!?”
Iblis itu mengulurkan tentakelnya dan menyerang sekitarnya. Dia, yang bertindak jahat karena naluri, sekarang seperti api yang berkobar-kobar, terbakar karena amarah.
Orang-orang mungkin mengatakan bahwa itu membuat iblis tumbuh.
Iblis, yang menaruh perhatiannya ke setengah iblis naga bernama Marla, terus bertindak dengan bersusah payah untuk membuat Marla melahirkan anaknya. Dia memiliki seorang bangsawan bernama Gerhardt untuk dijadikan peran, dan selangkah lebih dekat untuk memiliki Marla secara resmi.
Marla kini ada di tangannya. Namun sekarang....
“Kembalikan rahimku! Kembalikan rahimku, rahimku, rahim, rahim rahim rahim rahim rahim rahim rahim rahim rahim rahim rahim!!!!!”
“(Hiiiii...)”
Iblis itu mengayunkan tentakelnya dan mulai mengamuk.
Meskipun gereja itu dibangun dengan kokoh, tembok dan lantainya dihancurkan dan diguncang dengan hebat. Tidak akan aneh kalau gereja itu bisa runtuh kapan saja.
Di dalam hatinya, Alistar begitu ketakutan terhadap iblis yang menggumamkan kata-kata yang sama berkali-kali, tapi dia mengumpulkan kekuatan sihir yang ganas di pedang sucinya.
Singkirkan segala hal yang berbahaya. Alistar, sebagai penganut absolutisme diri, memastikan hal itu.
“Aku tidak akan memberikan Marla padamu. Aku benar-benar tidak akan memberikannya kepadamu... yang hanya melihatnya sebagai orang yang berfungsi melahirkan anakmu.”
“Alistar-san...!”
Wajah Marla, dengan pipi menempel di dada Alistar, sudah meleleh. Evaluasi Alistar sudah dinaikkan ke tingkat di mana dia akan mempercayainya secara membuta.
Puas dengan itu, Alistar mengangkat pedang sucinya....
“Kembalikaaaaaaaaaan Diaaaaaaaaaaaa!!”
“Persetan denganmu iblis. Aku membencimu."
Alistar bergumam begitu singkat dan dingin kepada iblis yang berteriak mendekatinya.
Dari sudut pandang Marla, Alistar mengucapkan kata-kata itu karena dia memikirkannya, jadi matanya sekarang bersimbol hati. Namun kenyataannya, kemarahan Alistar adalah karena si iblis menyakiti dirinya sendiri.
Dia menembakkan tebasan sihir yang tidak bisa dia gunakan sebelumnya karena Marla digunakan sebagai perisai. Karena hanya ada iblis di garis pandang, tidak ada alasan untuk tidak menggunakannya.
"Dadah."
Dengan kata-kata dingin dari Alistar, pedang suci itu diayunkan. Kemudian, cahaya dan suara menghilang dari dunia.
Ditelan oleh kegelapan jahat yang lebih gelap dari malam, iblis itu benar-benar dimusnahkan tanpa meninggalkan satu titik pun keberadaannya di dunia.
---
【Kejahatan yang mendekati Marla adalah iblis. Iblis, yang hanya berpikir untuk memuaskan keinginannya sendiri dan mengekspos naluri jeleknya yang buruk, sedang mengincar Marla untuk membuatnya melahirkan anaknya. Selain itu, iblis licik itu memiliki seorang bangsawan yang hebat dan memaksanya masuk ke dalam situasi di mana dia tidak bisa menolak. Peniruan buruk iblis yang luar biasa membawanya selangkah lebih dekat untuk mendapatkan Marla.
Dalam situasi itu, orang yang menghalangi jalannya adalah Pahlawan kita, Alistar. Dia bertekad untuk menyelamatkan Marla, sekalipin jika itu berarti membuat negara melawannya. Itu benar-benar kisah tentang Pahlawan dan Putri.
Meskipun demikian, nantinya Alistar akan menikah dengan ■■■, jadi tidak ada perasaan lemah seperti itu. Hanya kebaikannya lah yang murni sehingga dia akan mengubah negara menjadi musuhnya untuk melawan iblis.
Alistar kemudian bertarung dengan iblis yang telah menunjukkan sifat aslinya. Alistar terluka oleh iblis yang mengamuk saat menggunakan Marla sebagai perisai. Namun, dia tidak menyerah untuk menyelamatkan Marla.
Alhasil, Alistar berhasil menaklukkan iblis dengan kekuatannya yang luar biasa. Itu berakhir dengan Marla diselamatkan. Suatu akhir yang bahagia... atau begitulah kelihatannya. Tapi bagi sang Pahlawan, tantangan terbesar akan segera datang.】
Kutipan Bab 12 dari [Legenda Pedang Suci].
Menikah dengan siapa hayo, aokwkwkwk
ReplyDeleteSebagai tim Magali saya merasa tenang dengan nama istri yang Alistar dimasa depan
ReplyDelete