Bab 275 - Bukan Orang Tua Biasa
Doriachi segera mengabulkan permintaan Hikaru, dan keesokan paginya Hikaru bisa bertemu dengan sesepuh itu. Orang yang membimbing Hikaru dan yang lainnya ke tempat mereka tidak lain adalah Duinkler.
“Apa kau tidak masalah dengan ini? Bukannya seorang pemimpin klan memiliki hal-hal lain yang harus dilakukan?” tanya Hikaru.
“Aku membimbing penyelamat Yang Mulia. maka tidak ada yang lebih penting dari ini.”
Rupanya, mereka pergi minum-minum hingga larut malam, dan setelah itu dia harus mengurus sejumlah dokumen yang menumpuk saat dia pergi ke Virocean. Alhasil, dia kurang tidur.
(Kurasa itu artinya kami adalah orang yang sangat penting), pikir Hikaru.
Hikaru, Lavia (Drake melingkar di lehernya), dan Paula naik di kereta yang ditarik oleh apa yang terlihat seperti keledai berkaki enam, itu adalah monster yang penduduk setempat sebut sebagai Posidonkey. Duinkler, yang tidak membawa penerjemah bersamanya, juga ikut bersama mereka. Meskipun kereta itu tidak sebesar yang dibuat oleh Katy, kereta itu cukup besar untuk memuat empat orang tanpa masalah.
“Kuda adalah hewan yang penting.” kata Duinkler. “Jadi kami menangkap dan menggunakan Posidonkey liar.”
Sepertinya di kota ini tidak ada tempat untuk membiakkan ternak.
“Sesepuh yang akan kita temui. Dia adalah kerabatku.”
“Jadi begitu.”
“Pemimpin lainnya mengajukan diri untuk menjadi pemandu kalian, tapi aku yang dipilih disebabkan alasan itu.”
Ini adalah pertama kalinya Hikaru mengetahui kalau para pemimpin lain juga ingin menjadi pemandu mereka, tidak hanya Duinkler. Dan lagi, dia tidak terlalu mempermasalahkan siapa pun yang mengambil pekerjaan itu. Mereka semua hanyalah sekelompok pria dan wanita yang lebih tua, kecuali Grucel yang muda dan ramping.
“Tadi malam kau membicarakan apa dengan Yang Mulia?”
“Oh, apa kau penasaran? Menurutmu apa yang kami bicarakan?”
Duinkler mengangguk, tampaknya dia menikmati tebak-tebakkan ini. ”Mungkin, kalian berbicara tentang pengkhianat?”
Duinkler langsung ke pokok permasalahan. Karena terkejut, Hikaru berkedip berulang kali. Bahkan dengan mengenakan topengnya, pihak lain bisa mengetahui reaksinya itu.
“Hahaha. Seperti kau tidak pandai menyembunyikan sesuatu. Orang-orang bisa membacamu kalau seperti itu.”
“Aku hanya tidak menyangka kau akan bisa langsung menebaknya...”
Duinkler tertawa.
(Apa yang barusan dia bilang?) pikir Hikaru. Lavia memasang ekspresi yang mengatakan ‘Benarkah?’ (Tunggu tunggu. Apa yang dia maksud, pengkhianat? Kenapa dia bisa sampai pada kalimat itu?)
Hikaru memutuskan bahwa dia harus mengumpulkan informasi apapun sebisa mungkin. Dengan Duinkler yang salah menebak, itu menjadi situasi yang nyaman untuk Hikaru.
“Sebagai catatan, Raja tidak memberi tahuku nama tertentu.”
“Ya, itu tentu saja. Yang Mulia adalah orang yang bijak. Beliau tidak akan mengatakan apapun yang akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Tapi dia ingin mendengar cerita dari orang luar sepertimu. Dan juga tentang teknologi yang kau gunakan dalam membunuh Yamamaneki. Apa aku salah?”
“Aku tidak bisa memberi tahu siapa pun tentang teknologi itu.”
“Aku mengerti. Lagian orang yang kuat tidak akan menunjukkan kartu truf mereka.”
Hikaru mempekerjakan otaknya dengan maksimal saat mereka membicarakan hal-hal yang sangat berbeda. Duinkler mengira ada pengkhianat di Dream Maker.
(Begitu ya. Yamamaneki biasanya tidak muncul di sana. Jadi itu sebabnya pasukan tidak benar-benar siap.)
“Di mana Yamamaneki biasanya muncul?” tanya Hikaru untuk mengkonfirmasi kecurigaannya.
“Di pegunungan jauh ke utara. Itu tempat yang jauh dari sini. Yang sempat menyerang itu telah dilemahkan oleh penghalang.”
“Penghalang?”
“Aku tidak bisa mengatakan apa pun lebih dari ini. Tentu saja, ini merupakan informasi tentang teknologi kami, jadi jika kau dapat memberikan sesuatu yang berharga, aku dapat memberi tahumu.”
Sangat jelas bahwa Duinkler ingin tahu lebih banyak tentang pistol itu, tapi Hikaru tidak akan memberitahunya tentang senjatanya hanya untuk informasi tentang penghalang belaka.
“Itu sangat disayangkan. Aku memang berpikir kalau itu aneh bagaimana tidak ada senjata di kota, padahal di kapal kalian ada banyak senjata. Jadi itu semua adalah ulah dari pengkhianat.”
Untuk sesaat, Duinkler tampak sedih, menyadari bahwa Hikaru tidak berniat membagikan informasi. Seorang pria tua yang menunjukkan wajah seperti itu sama sekali tidak memengaruhinya.
“Seperti yang kau bilang. Kami harus menjatuhkan pengkhianat itu. Demi Yang Mulia.”
(Demi Raja, dan bukan untuk Dream Maker, ya? Itu memang terdengar seperti sesuatu yang akan dia katakan. Pengkhianat, ya? Jika pengkhianat ini memiliki akses ke penghalang, maka itu pasti salah satu pemimpin klan, atau bahkan lebih.)
Namun ketika Doriachi disembuhkan, mereka semua terlihat bahagia dan sangat terharu.
(Tidak, kemungkinan mereka hanya berpura-pura. Ada seseorang yang memakai ‘topeng’, sama sepertiku. Tapi apa yang mereka lakukan itu terlalu berisiko. Yamamaneki itu bisa menghancurkan seluruh kota. Memangnya apa gunanya memerintah negara yang mengalami kehancuran?)
Kereta terus melaju, berguncang-guncang di perjalanan. Hikaru sepertinya tidak bisa mengatasi masalah ini.
---
Sesepuh tinggal di lantai dua dari sebuah kompleks apartemen lima lantai yang berbentuk seperti persegi panjang. Desain interior gedung itu memiliki motif hitam dan putih. Pada pandangan pertama, orang-orang akan sulit percaya kalau ada orang tua yang tinggal di sana.
“Kupikir kita akan dibawa ke rumah tua, rumah pohon, atau gua.” gumam Lavia.
(Aku mengerti perasaanmu.) pikir Hikaru saat mereka naik ke lantai dua.
“Oh, selamat datang. Silahkan masuk.”
Mereka pun disambut oleh orang tua yang berbicara dalam bahasa yang bisa dimengerti oleh Hikaru. Dia mengenakan apa yang tampak seperti pakaian musim panas yang cerah. Rambut peraknya yang panjang mulai berwarna abu-abu, dan itu diikat menjadi sanggul, meski begitu sulit untuk membedakan antara warnanya.
Dengan janggutnya yang menjuntai sampai ke dadanya, dia jelas terlihat seperti orang tua, tapi dia berpenampilan dengan gaya yang tidak sesuai dengan usianya. Namun, dia terlihat lebih kecil dibandingkan dengan penduduk lain yang lebih tinggi di Dream Maker.
“Apa kau terkejut? Rahasia dari kebugaranku adalah ini: saus khusus yang dibuat dengan memfermentasi pepaya biru di bawah tanah!” serunya sambil menunjukkan toples yang dipenuhi lalat.
(Sekarang dia bertingkah seperti orang tua sungguhan), pikir Hikaru sambil dengan sopan memintanya untuk meletakkan kembali toples itu.
“Jadi, kalian adalah tamu dari Vireocean.”
“Kau bisa tahu?”
“Tentu saja. Kakekku lahir dan besar di Vireocean, dan kemudian dia menetap di sini.”
“Apa...?”
(Dia mengenal seseorang yang hidup lima ratus tahun yang lalu?)
“Kakekku adalah seorang Man Gnome. Namaku Wakamaru, nama yang kuwarisi dari beliau.”
Man Gnome memiliki rentang hidup tiga kali lipat dari umur manusia. Bagi mereka, itu normal untuk dapat hidup selama lebih dari dua ratus tahun. Itu sebabnya, dia yang mengetahui keberadaan kakeknya lima abad yang lalu bukanlah hal yang aneh.
(Sekarang kalau kupikir-pikir, Kaglai sepertinya terlalu terobsesi dengan kasus ini. Kurasa baginya, lima ratus tahun tidaklah lama.)
Hikaru dan yang lainnya dipersilahkan duduk di satu ruangan dengan meja indah yang dipotong dari pohon besar.
“Aku Silver Face. Dia Star Face, dan dia Flower Face.”
“Oh, itu sebutan yang menarik. Bagaimana dengan makhluk itu? “
“.........”
Hikaru tidak menyangka kalau Drake, yang menyamar sebagai syal, akan terungkap. Tapi sekarang orang tua itu mengetahuinya, maka tidak ada gunanya lagi untuk terus menyembunyikannya.
“Namanya Drake.”
Ketika namanya disebutkan, Drake mengangkat kepalanya, seolah menanyakan apakah dia dibolehkan untuk bergerak. Duinkler dan penjaga itu pun jadi terkejut.
“Begitu ya. Drake. Naga muda?”
“Tidak, dia drakon. Dia disebut sebagai Drakon Putih Muda.”
“Drakon...”
Wakamaru menatap Drake dengan mata berbinar. Setelah beberapa saat, dia mengangguk.
“Kau ingin mendengar tentang kisah lama, kan? Di dalam kisah itu juga menceritakan tentang drakon.”
Ensiklopedia tua berjalan pun mulai berbicara.