Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 2 - Bab 2


Bab 2 | - Manis x Racun -


“Um, Sato-kun. Apa kau masih mengingatku?”

SMA Seiun terletak di atas bukit tertinggi yang ada di kota.

Di belakang gedung sekolah, aku melirik keindahan kota melalui pagar.

Hari itu, sepulang sekolah saat bunga sakura bermekaran, aku dipanggil oleh seorang gadis tidak kukenal dari Kelas Reguler, dan kemudian, dia menanyakan pertanyaan seperti itu.

Merasa panik karena seorang gadis tak kukenal memanggilku seperti ini, sebisa mungkin aku menyembunyikan rasa gugupku.

Kecantikannya membuatku terpana.

Matanya bersinar seolah-olah itu adalah permata.

Rambut hitamnya melambai diterpa angin.

Pinggang dan kakinya yang ramping mirip dengan sosok idol.

Pada saat itu, aku menyadari bahwa dia sangatlah cantik.

Aku tidak ingat kalau aku mengenal seseorang sepertinya.

Kalau memang aku pernah mengobrol dengan gadis secantik itu, maka itu akan menjadi suatu momen luar biasa bagiku, yang terakhir kali mengobrol dengan seorang gadis saat masih SMP. Aku pasti tidak akan melupakannya. Malahan, aku akan menghargai pertemuan itu.

Karenanya, aku bilang padanya bahwa aku tidak mengenalnya.

Mungkin merasa kecewa, dia menurunkan alisnya denagn lemas.

“Um, Ah... Kau tahu, aku Haruka Saikawa. Pas masih kelas 4 SD kita berada di tempat penitipan anak yang sama.”

Aku terkejut. Saikawa. Aku mengingat gadis itu.

Itu tidak lama semenjak ibuku meninggal, dan saat itu ayahku sedang sibuk. Karenanya, saat masih kelas 4 SD aku dikirim ke tempat penitipan anak,

Dia adalah satu-satunya siswi yang satu kelas denganku.

Tapi yang membuatku terkejut itu bukan karena kami bertemu lagi setelah sekian tahun tidak bertemu, melainkan kesan yang kudapatkan tentang Saikawa telah benar-benar berubah dari apa yang kukenal.

Itu karena Saikawa yang kukenal bukanlah gadis dengan kepribadian yang mencolok seperti ini.

Itu merupakan fakta bahwa sekarang dia sudah dewasa, tapi saat itu dia adalah gadis yang pemalu.

“Um, dan... Saat aku masih SD, ada banyak hal yang terjadi dan aku terus sendirian sampai aku bertemu denganmu, Sato-kun.”

Sendirian. Itu mengerikan.

Dia selalu menampilkan raut wajah yang sedih, tubuhnya kurus dan rambutnya tidak terawat. Kala itu, hanya dengan melihatnya saja perasaan iba akan muncul.

Tempat penitipan anak diperuntukkan bagi anak-anak yang usianya masih muda, dan Saikawa kesulitan berinteraksi dengan anak-anak. Mereka tidak ingin bermain-main dengan Saikawa, yang usianya lebih tua dari mereka.

Dan alasan aku aktif terlibat dengan Saikawa adalah karena aku merasa kasihan padanya.

Aku mengajaknya untuk memainkan berbagai permainan denganku, membawa komik dari perpustakaan untuk dibaca bersamaku, dan menggelitikinya tanpa perasaan.

Rasanya sangat menyenangkan melihat senyumnya yang jauh lebih baik dibandingkan dengan ekspresi suramnya yang biasa.

Aku mengingatnya dengan baik.

Namun, itu hanya untuk satu tahun, dan setelah itu aku meninggalkan tempat penitipan anak. Aku pun menjadi begitu asyik bermain-main dengan teman-temanku yang lain, sehingga aku jadi melupakannya.

Itu adalah ingatan yang tidak akan kuingat kecuali jika disebutkan kepadaku seperti ini.

Lalu...

“Aku ingat bagaimana dirimu selalu membantuku saat itu. Dan sejak saat itu, aku jatuh cinta kepadamu.”

Aku membisu di hadapan perkataannya.

“Um, apa sekarang kau sedang berpacaran dengan seseorang atau...?”

Pada saat itu, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku menyadari bahwa di dunia ini ada seseorang yang sangat mencintaiku.

---

[...........]

Aku bermimpi.

Itu adalah ingatan dari dua bulan yang lalu, saat dimana Haruka mengungkapkan perasaannya kepadaku.

Bagiku, itu bukan suatu hal yang aneh untuk memimpikan ingatan ini.

Lagian kan, itu adalah momen dimana aku akhirnya mendapatkan pacar yang kudamba-dambakan sejak masih SMP.

Bahkan sekitaran sebulan setelah kejadian itu, tiap-tiap harinya aku akan selalu memikirkannya sambil cengar-cengir.

Namun, hari ini berbeda. Aku tidak tersenyum...

Itu benar, alasannya adalah apa yang terjadi kemarin.

Aku tidak percaya bahwa aku akan mencium seorang gadis yang bukan pacarku.

Faktanya, aku merasakan semacam perasaan bersalah terhadap Haruka yang membuat hatiku terasa sakit.

Tapi, yah, itu bukan salahku.

“Yo! Selamat pagi, Onii-san.”

Ya, itu salahnya.

Aku pun mengalihkan perhatianku ke arah dapur. Dab seperti biasanya, di sana Shigure sedang menyiapkan sarapan.

Um...

Saat aku melihatnya seperti ini, aku teringat akan kehangatan yang kurasakan di bibirku kemarin.

Memalingkan wajahku karena malu, aku menjawabnya.

“S-selamat pagi...”

“Kenapa kau kesiangan hari ini? Kemarin ‘kan kau sudah tidur pas aku habis mandi.”

“Aku lelah...”

Itu semua karena seseorang tertentu.

Oh iya, Shigure tampaknya salah paham bahwa aku tertidur. Kemarin, begitu aku mendapatkan kembali ketenanganku, aku merasa canggung untuk melihatnya lagi, jadinya kuputuskan untuk tidur saja. Tapi sejujurnya, aku terus terjaga sampai matahari terbit.

“Nah, kang tidur. Cepat bangun, rapikan kasurmu, kemudian atur meja. Sarapan sudah siap.”

“Ah! O-Oh...”

Atas desakan dari Shigure, aku mulai bergerak.

Aku melipat kasur dan menyiapkan meja. Kemudian membantunya membawakan sarapan yang baru saja dia masak, lalu bergabung dengannya untuk makan.

“Selamat makan.”

“Selamat makan...”

Menu hari ini terdiri dari roti bakar renyah yang diolesi mentega, telur goreng yang dimasak setengah matang, sosis, salad yang seimbang, dan disajikan dengan sup jagung serta kopi.

Sup jagung ini mungkin adalah sisa sup instan, tapi dengan rasa sentuhan dari kopi dan salad, rasanya akan seperti hidangan pagi yang ada di hotel-hotel.

Ini kelihatan enak.

Aku menikmati makanannya seolah-olah semuanya normal, tapi aku penasran, apa dia membuatkan makanan ini untukku karena cinta...

Sekarang setelah aku mengetahui perasaan Shigure, secara alami aku menjadi lebih sadar akan kehadirannya.

Dan semakin aku menyadarinya, semakin aku merasa malu untuk melihat wajahnya. Malah, sejak aku bangun pagi ini, aku sama sekali belum ada menatap matanya.

Hal ini secara alami menyebabkan kurangnya percakapan diantara kami.

Meja keluarga Sato diselimuti keheningan yang berat.

Itu... canggung banget.

“A-aku mau nonton berita.”

Udah gak tahan lagi terhadap keheningan ini, aku menyalakan TV untuk menciptakan beberapa suara.

Sebenarnya sih aku tidak terlalu tertarik dengan apa yang sedang terjadi di dunia ini, tapi jika itu bisa mengalihkan perhatianku dari Shigure, aku akan jadi sangat tertarik.

“Berita selanjutnya. Sebuah majalah mingguan memberitakan bahwa aktor Shinichi Kataoka berselingkuh dengan wanita yang sudah menikah. Dan Tuan Kataoka mengakui bahwa [isi laporan itu benar], dan menjelaskan bahwa [aku sudah tobat].”

“Hah, Haha, Hahaha!”

Dalam benakku, aku berteriak karena telah menginjak ranjau darat yang mengerikan. Namun, Shigure hanya menggelengkan bahunya dan tertawa, seolah dia tidak bisa menahannya lebih lama lagi.

“Kenapa? Kau terlihat ketakutan loh. Mungkinkah, Onii-san, kau... kau terlalu memikirkanku. Hmm, mencurigakan!”

“Guh, y-ya kan mau bagaimana lagi. Itu karena apa yang kau lakukan kemarin...”

“Biar kuberitahu, aku tidak akan memaksamu lagi seperti yang kemarin.”

Sekalipun kau bilang begitu, itu tidak mengubah fakta bahwa terasa sulit bagiku untuk bersikap santai di depan gadis yang sangat mencintaiku.

“Hei. kenapa kau tidak memikirkannya dalam-dalam?”

“Maksudmu, cintaku terhadapmu?”

“Ya. Aku bahkan masih belum bilang pada Haruka kalau kita tinggal satu atap.”

Fakta bahwa saudari kembarnya tinggal bersama dengan pacarnya setelah orang tua mereka menikah lagi.

Tentu saja, semua ini terjadi karena akibat dari pernikahan orang tua kami, suatu peristiwa yang berada di luar kendali kami sebagai anak-anak. Jadinya, tidak ada sesuatu yang memalukan tentang itu.

Aku yakin kalau Haruka bisa mengerti. Tapi untuk mampu mengerti dan merasa baik-baik saja dengan itu adalah dua hal yang jelas berbeda.

Oleh karena itu, aku dan Shigure setuju bahwa kami akan menunggu kira-kira satu tahun hingga orang tua kami pulang, kemudian memberitahukan perihal ini pada Haruka. Itu untuk meminimalkan keterkejutan yang harus dia tanggung jika aku memberitahunya tentang hubungan ini.

Itu semua demi Haruka...

...Tapi,

Jika Shigure memiliki perasaan terhadapku, maka arti dari rahasia ini telah berubah.

“Bukankah ini adalah pengkhianatan?”

“...Kau benar. Ini memang pengkhianatan. Tapi di sini, hanya aku yang menjadi pengkhianat. Kemarin kau langsung menolakku Onii-san, jadi itu bukan sesuatu yang perlu kau khawatirkan.”

“T-tapi kan...”

“...Yah, meskipun perasaanku terhadapmu tidak bisa kulupakan, aku tidak akan merasa berkecil hati.”

“B-benarkah? Dan bagaimana supaya kau bisa merasa seperti itu?”

“Jika setiap pagi aku memukulimu sampai wajahmu mulai berubah bentuk, mungkin itu akan berkurang.”

“Pikirmu aku akan membiarkanmu melakukannya! Kau sendiri juga pasti tahu bahwa kau tidak bisa melakukan itu!”

“Kita berdua tahu bahwasannya kita sama, memaksa satu sama lain untuk melakukan apa yang tidak bisa kita lakukan.”

Mengembungkan pipinya, Shigure mengungkapkan ketidakpuasannya.

Sampai dua bulan yang lalu, aku tidak bisa berbicara secara normal dengan gadis-gadis seusiaku, tapi sekarang, aku dicintai oleh dua saudari kembar yang cantik.

Aku masih tidak bisa percaya akan kenyataan ini.

Inikah yang mereka sebut-sebut sebagai populer?

Aku hanya bisa menghela nafas.

Selain itu, sejak awal aku bahkan tidak tahu apa yang dia sukai dariku.

“Um... apa yang kau suka dariku?”

“Kau mau tahu?”

“Iya. Kau ingat ‘kan apa yang kau bilang tempo hari? Kalau kau maunya pria yang tingginya 180 cm, tampan, dan kaya sebagai pacarmu.”

“Ya, aku memang bilang begitu.”

“Tapi kan, tinggiku bahkan tidak sampai 170 cm.”

“Memang, kau tidak setinggi itu untuk usiamu.”

“Lalu, tubuhku kurus.”

“Kau benar, Onii-san. Tubuhmu agak kurus, dan kau terlihat tidak bisa diandalkan. Kenapa kau tidak melakukan beberapa latihan otot?”

“Dan, penampilanku tidak terlalu bagus.”

“Kupikir kau memiliki penampilan yang bagus, hanya saja kau sedikit membosankan. Itu kurang sempurna. Dan kau juga tidak terlalu tampan.”

“Dan aku tidak punya banyak uang.”

“Hahaha. Aku bahkan berpikir kalau kau akan membawaku ke toko ramen untuk kencan.”

Hmm?

Mungkinkah dia tidak benar-benar menyukaiku?

“Tapi aku menyukai semua tentang dirimu.”

“Jangan rbohong.”

“Aku tidak bohong kok.”

Menegakkkan tubuhnya, Shigure menatap mataku.

Caranya yang melihatku membuatku terkesiap.

Sama seperti kemarin, matanya dipenuhi dengan kasih sayang, seolah-olah aku akan tenggelam jika terus menatapnya.

Kemudian...

“Aku menyukai wajah imutmu yang hanya saat kulihat saja, aku bisa membaca apa yang kau pikirkan.  Aku menyukaimu yang tidak terlalu tinggi, karena dengan begitu aku bisa melihatmu dari dekat. Aku menyukaimu yang sekalipun tidak terlalu kuat, tapi akan selalu mengambil beban terberat terlebih dahulu. Aku menyukai fakta bagaimana dirimu tidak menonjol. Menyadari batasanmu dengan segala cara adalah sesuatu yang hebat, namun tetap saja, kau masih dengan jujur ​​mencoba melakukan yang terbaik yang bisa kau lakukan.”

“Eh... itu.”

“Aku juga menyukai saat dimana kau menyukai masakanku. Aku senang sekali saat kau mengatakan, 'Terima kasih untuk makanannya’. Aku menyukai caramu yang bekerja keras dalam studimu. Itu bagus loh menjadi seorang yang serius, yang bisa memikirkan masa depan. Aku menyukai fakta bahwa sekalipun aku jahil terhadapmu, kau akan menyadari niat baikku. Aku senang karena kau sering memikirkanku. Dan juga...”

“Tidak, tidak, itu cukup!”

Rasanya sangat memalukan untuk disampaikan dengan wajah yang lugas seperti itu.

...Ahh~gawat nih.

Wajahku serasa akan meledak karena malu.

Tanpa kusadari, aku sudah menutupi wajahku dengan tanganku.

Uwaa, wajahku memanas...

“Kau itu pria yang jauh lebih menarik dari yang kau pikirkan. Kami bersaudari bisa menjamin itu.”

“U~~~~”

Shigure mengatakan itu dengan senyum yang polos.

Tapi itu cuman sesaat saja, setelah itu dia langsung menyeringai.

“Oh, lihat di TV, itu horoskop pagi. Dikatakan disitu bahwa kau akan mengembangkan hubunganmu menjadi lebih dekat dengan orang yang kau cintai. Apa ini berarti, kau merindukan bibirku?”

“Tidak, dasar goblok! Tidak, jelas tidak!”

Aku menyangkalnya dengan sekuat tenaga, namun wajahku masih tetap panas.

Perubahan ekspresi Shigure menyebabkan jantungku terus berdebar sepanjang pagi.

---

Entah aku lagi di rumah atau sekolah, sepanjang waktu pikiranku dipenuhi dengan Shigure.

Fakta bahwa kami adalah kakak-adik tidak hanya kami sembunyikan dari Haruka, tapi juga dari teman sekelas kami.

Itu adalah kesepakatan antara aku, yang ingin memilih waktu yang tepat untuk memberitahu Haruka, dan Shigure, yang tidak mau disalahpahami oleh teman-teman sekelas.

Karenanya, saat di sekolah kami jarang berinteraksi.

Tapi, karena kejadian kemarin, aku jadi cemas dengan apa yang mungkin terjadi kedepannya.

Saat dia bilang, “Aku tidak akan memaksamu,” dia pasti akan menjaga jarak di antara kami seperti biasanya. Lebih seperti teman sekelas dan kurang seperti teman.

Meski begitu, tidak peduli seberapa banyak Shigure berperilaku normal, aku tidak bisa melakukan hal yang sama sepertinya.

Setiap saat aku akan terus meliriknya, dan akan menjadi gugup saat mendengar suaranya.

Saat dia mengobrol dengan teman-temannya dengan tampilan keren yang tidak terlalu cocok untuknya, aku jadi penasran, apakah Shigure yang menunjukkan jati dirinya kepadaku adalah caranya untuk mengekspresikan perasannya.

Ataukah... Hanya aku seorang yang terlalu memikirkannya? Karena aku menyadari perasaannya terhadapku dalam segala hal yang dia katakan dan lakukan.

Aku merasa tidak enak sama Haruka.

Kalau dipikir dari sisi lain, gadis ini, dia sungguh menyukaiku, kan? Meski begitu, aku tidak mungkin mengkhianati Haruka karena ini.

...Aku merasa perutku mengernyit hanya dengan membayangkan ini.

Aku tahu mengapa aku begitu bingung.

Itu karena ciuman itu.

Racun dari ciuman itu masih tertinggal di tubuhku dan menguasaiku.

Aku perlu menyingkirkan racun ini secepat mungkin.

Dan cara untuk itu sederhana.

Aku perlu mencium Haruka.

Jika aku mencium-nya lagi, maka dia mungkin bisa menghapus sensasi Shigure dari bibirku.

Aku yakin kalau aku akan kembali ke diriku yang dulu.

Lagian kan, sebelum apa yang terjadi kemarin, pikiranku dipenuhi dengan Haruka.

Setelah memutuskan ini, aku bersembunyi dari pandangan guru, dan mengajaknya untuk perrgi makan bareng.

Tepat setelah aku mengirim pesan kepadanya, Haruka membalas pesanku, “Aku ada aktivitas klub, jadi aku mungkin akan terlambat. Tapi jika kau mau menunggu, aku tidak keberatan,” yang kujawab dengan YA tanpa ragu-ragu.



close

7 Comments

Previous Post Next Post