Bab 2 Bagian 11
Kau bilang ingin pergi ke laut
Seminggu setelah live konser Saikawa di Dome, liburan musim panas sekolah akhirnya tiba.
Ini adalah waktu yang tepat untuk menindaklanjuti janji yang kubuat dengan Natsunagi dan yang lainnya. Hanya saja, kupikir kami akan pergi ke laut* terdekat...
[Catatan Penerjemah: Sebenarnya sedari dulu penerjemah EN menggunakan ‘sea’, namun sebelumnya gua justru plesetin ke pantai, jadi maaf ya, bakal gua perbaiki.]
“Nah, sekarang, ayo pergi ke laut Aegean!”
“Itu tidak masuk akal!”
Ei ei oooo, gadis itu mengangkat lengan kanannya dengan penuh semangat, dan aku dengan tegas membalasnya.
“Hei Saikawa, aku memang bilang kalau aku dan Natsunagi ingin pergi ke laut bersamamu. Tapi bagaimana bisa ini berakhir menjadi pelayaran 8 hari? Apa kau salah membayangkan laut atau semacamnya?”
Kalau berbicara tentang perjalanan ke laut, apa yang biasa dipikirkan adalah Izu atau Shonan. Terus kenapa ke Eropa... di Mediterania...?
Gadis itu, Yui Saikawa, mengenakan gaun one piece putih dan topi jerami besar, memiringkan kepalanya yang kecil.
“Eh, tapi ‘kan kau sendiri yang ingin pergi ke laut, Kimizuka-san. Lagian, kapal juga sudah berlayar ketika kau ragu-ragu seperti ini, jadinya ya terima saja.”
...Yah, seperti yang Saikawa bilang.
Sekarang kami ada di laut, di atas terjangan ombak. Kami bertiga berdiri di geladak kapal, memandangi kepulauan Jepang yang kian menjauh dari pandangan.
“Tapi tetap saja, aku benci banget sama orang yang kebanyakan ragu.”
Melepaskan kacamata hitamnya, Natsunagi menatapku dengan tatapan mengejek.
Dia mengenakan celana pendek dan kaos fulffy. Aku tidak tahu apakah tali yang mengintip di bahunya adalah pakaian dalam atau pakian renang, namun yang pasti dia terlihat sangat kasual.
“Meski begitu, ini pertama kalinya aku naik kapal pesiar, jadi aku sangat menantikannya. Terima kasih, Yui-chan”
Natsunagi tersenyum pada Saikawa dengan senyuman yang belum pernah dia tunjukkan kepadaku. Sejak insiden itu, mereka berdua jadi benar-benar akrab.
“Tidak, tidak, tidak masalah kok, erm, ini hanyalah hadiah. Karena cuman ini yang bisa kulakukan.”
Ini adalah hadiah—atau penebusan karena telah membahayakan hidup kami.
Tentu saja, dosanya itu tidak akan pernah bisa dimaafkan hanya dengan “pelayaran kapal pesiar mewah yang diselenggarakan oleh kepala keluarga Saikawa”. Saikawa sendiri juga tahu itu, dan itulah mengapa—
“Aku tidak akan mengeluh jika kau bisa bertarung melawan 《SPES》 bersama kami.”
Kami membuat janji, suatu aliansi.
Kami adalah sekutu yang hidupnya sama-sama menjadi target.
“Ya, tentu saja. Aku pasti akan melakukan apa pun yang bisa kulakukan.”
Saikawa melebarkan mata hitam besarnya.
Dan juga, aku bisa merasakan mata safir di balik penutup matanya menatapku dengan seksama.
“Oh, ada apa, Kimizuka-san? Kenapa kau menatap mataku seperti itu..., Oh, aku mengerti, aku mengerti sekarang. Kau pasti telah benar-benar terpikat oleh Yui-Nya, kan. Astaga, Kimizuka-san... fufu.”
Menyilangkan lengannya, Saikawa mengangguk-nganggukkan kepalanya.
Mungkin dia terlalu terbuka padaku, tapi saat aku melihat gadis yang begitu polos sepertinya, aku hanya—
“Kau sungguh gadis yang imut ya.”
—Mengatakan itu.
“Fufu... fufu, fu... fu?”
Kemudian, Saikawa yang tersenyum riang tiba-tiba membeku. Bibirnya yang terangkat juga menjadi kusut, dan pipinya mulai memerah....
“...E-erm, kumohon, jangan terlalu blak-blakan gitu...”
“Oi idol, kau terlalu gampangan.”
Dia baik-baik saja menggoda orang lain, tapi dia tidak tahan saat digoda... Tanpa disadari, aku menemukan sisi yang seperti ini dari dirinya.
“Hentikaaan!”
Dan saat berikutnya, ayunan tangan menyela di antara kami.
“Uwa, hampir saja! Kau ini kenapa sih, Natsunagi?”
“...Aku merasakan suasana romcom.”
“Romcom apanya coba?”
“Yang lebih penting! Kita punya sesuatu yang serius untuk dibicarakan!”
Hmph, Natsunagi mendengus manis, dengan tangan disilangkan di depan dadanya.
“Kenapa organisasi yang bernama 《SPES》 ini baru sekarang melakukan kontak dengan Yui-chan?”
“Ah, benar juga. Kenapa?”
Natsunagi menatap Saikawa, yang memiringkan kepalanya dengan bingung ke arahku.
“Kenapa baru sekarang, itu karena...”
Aku mau mengatakan tidak ada yang terlalu khusus, namun aku menelan kata-kataku.
...Memang benar, kalau dipikir-pikir lagi, ini sangat aneh.
Saikawa menerima 《mata kirinya》 enam tahun yang lalu. Jika 《SPES》 memang ingin menghancurkan itu, maka mereka bisa melakukannya lebih awal. Jadi kenapa mereka justru menundanya sampai sekarang.
Tidak, terlebih lagi, ini bukan hanya Saikawa saja.
Kenapa baru sekarang aku menjadi target 《SPES》?
Selama setahun terakhir, setelah Siesta meninggal, orang-orang itu tidak pernah menunjukkan tanda-tanda ketertarikan padaku. Mereka seharusnya berasumsi kalau itu hanyalah buang-buang waktu untuk berurusan dengan seorang asisten belaka. Lantas, mengapa aku menjadi target lagi setelah satu tahun?
—Tapi begitu aku memikirkan hal ini, secara alami aku sampai pada suatu kesimpulan.
“......Ah.”
Natsunagi mungkin menyadari sesuatu, karena dia baru saja keceplosan.
Dia mungkin mendapatkan kesimpulan melalui mempersempit semua kemungkinan yang ada.
Jika begitu, maka,
“Entahlah? Aku tidak mengerti apa yang orang-orang aneh itu pikirkan.”
Aku menunjukkan senyuman tipis untuk menghapus kegelisahan Natsunagi.
“...Sungguh?”
“Ya, sungguh.”
Itu cuman sekedar hipotesis, dan tentunya... itu tidak benar.
Bagaimana jika target《SPES》yang sebenarnya bukanlah aku ataupun Saikawa, melainkan Natsunagi yang memiliki jantung Siesta? Ada kemungkinan kalau mereka merasa takut begitu mereka tahu kalau dia melakukan kontak denganku, sang asisten, atau semacamnya.
Ahh, itu tidak mungkin. Tidak mungkin seperti itu.
Kenapa hidup Natsunagi harus hancur karena alasan seperti itu?
“Yah, intinya sekarang kita tahu bahwa situasi kita tidak baik, tapi seharusnya ada cara untuk menyelesaikan ini.”
Aku mengatakannya sambil bercanda untuk mengelabui mereka.
Faktanya, apapun alasannya, tidak diragukan lagi kalau musuh akan lebih waspada terhadap kami setelah insiden Saikawa. Saat ini musuh masih belum muncul, yang artinya ini pasti hanyalah percobaan... tapi menilai dari hasilnya, itu jelas merupakan deklarasi perang.
Hari dimana aku harus melepaskan kehidupan sehari-hariku yang damai akhirnya tiba.
“Kita sedang ditargetkan, apa tidak masalah jika bersenang-senang melakukan pelayaran seperti ini?”
Natsunagi mungkin menerima penghiburanku saat dia menunjukkan pose lega.
“Tentang itu aku tidak bisa mengatakan apa-apa, Natsunagi”
Tidak, mungkin ini juga penyikapan yang benar... karena empat tahun lalu pun sama seperti ini.
Empat tahun lalu, aku dan Siesta meninggalkan Jepang seperti ini, dalam perjalanan yang penuh gejolak. Ini pasti rekreasi dari hari itu, takdir.
“Yah, semoga saja segala sesuatunya berlalu dengan lancar.”
Gumamanku menghilang terbawa angin laut.
Ya, aku tahu. Sebenarnya aku tahu.
Begitu banyak hal yang terjadi, dan sekalipun aku menginginkan kedamaian dan ketenangan, tidak mungkin aku bisa mengharapkan sesuatu yang menyenangkan pada saat ini.
Lalu kemudian, firasatku segera menjadi kenyataan.
“—Kimizuka?”
Seseorang memanggil namaku, dan aku melihat ke belakang.
Dan di sana,
“Charl......?”
Melambai-lambai bersama dengan herpaan angin laut adalah rambut pirang yang alami.
Wajah yang terlihat dari keturunan Eropa Amerika, tampak cantik dan membuatnya mempesona.
“...Sudah setahun kita tidak bertemu, ya?”
“Ya... sejak hari itu, ya?”
Kami saling menatap dengan ekspresi yang kaku.
“Kimizuka, apa dia kenalanmu?”
Terhadap Natsunagi yang kebingungan, aku menjawab,
“Ya, dia adalah Charl... rekan kami dulu.”
Nama lengkapnya Charlotte Arisaka Andersen.
Keberadaan yang mengagumi mendiang Siesta, dan menyatakan diri sebagai muridnya.
Charlotte muridnya Siesta, alasan kenapa SPES bergerak skrg karena jantung didonorkan Siesta ke dalam tubuh Natsunagi.... Natsunagi bertemu dengan Kimihiko dan SPES takut karena mereka mungkin akan melakukan sesuatu.
ReplyDeleteLanjut
Sangat menarik
ReplyDelete