Bab 2 Bagian 5
Itulah kualitas Yui-Nya~
Beberapa hari kemudian, di hari Sabtu.
Sehari sebelum live konser Yui Saikawa diadakan.
Aku dan Natsunagi tiba di Dome, lokasi dari live konser tersebut.
“Cepatlah, Natsunagi. Gladi bersihnya akan segera dimulai.”
Aku menaiki tangga panjang menuju ke Dome, dan berbalik memanggil Natsunagi yang kelelahan akibat menaiki puluhan anak tangga.
“Astaga, perlunya membawa handuk dan tongkat cahaya saja kau tidak tahu, ya kali ‘kan datang tepat waktu untuk gladi bersih saja juga tidak bisa... apa kau ini benar-benar seorang penggemar?”
“Tidak, aku memang bukan penggemar.”
Dan untuk beberapa alasan, Natsuragi memberiku tatapan sekilas dan menghela nafas keras.
“Hei, bukankah itu konflik kepentingan?”
“Itu? Yang mana?”
“Yang itu!”
Natsunagi akhirnya menyusulku, dan menunjuk ke pakaianku.
“Apaan coba ini? Kenapa kau memakai T-shirt dari live konser Saikawa-san? Kenapa kau punya handuk yang didesain untuk ini? Kenapa kau bahkan punya banyak tongkat besar di pinggangmu? Apa-apaan dengan gelang itu? Topi? Sepatu kets?”
Tampaknya Natsunagi sangat kesal, karena dia terus-terusan mengomel dalam satu tarikap nafas.
“Ini semua adalah perlengkapan untuk live konser Yui-Nya.”
“Yui-Nya!?”
Semua penggemarnya, memanggilnya dengan sebutan seperti itu.
“Apa yang sebenarnya telah kau lakukan selama seminggu terakhir ini? Kau bahkan tidak pergi ke sekolah, membalas pesanku pun juga tidak, dan ketika kau akhirnya membalasnya, kau justru menyerukan agar kita datang ke gladi bersih ini sehari sebelum live konser...”
“Ah, yah, aku menontoni acara TV yang menayangkan Yui-Nya, jadi aku pun terus melakukannya, dan tanpa kusadari, aku berakhir seperti ini—”
“Oke, matilah dua kali.”
“Guh, hentikan... itu ilegal mencekikku dengan handuk... guee...”
Aku menepuk-nepuk bahu Natsunagi, memberinya tanda kalau aku menyerah.
“Kau tahu ‘kan kalau besok hari apa?”
Kami menaiki tangga, dan Natsunagi, yang selangkah di belakangku, bertanya dengan tidak senang.
“Tentu saja, itu adalah hari live konsernya Yui-Nya, kan?”
“Ugh, itu memang benar... tapi tujuan kita yang sebenarnya bukanlah itu, tahu? Tindak kriminal akan dilakukan besok—dan tidak peduli apa pun yang terjadi, kita harus melindungi [safir ajaib]. Bukankah begitu?”
Begitu ya. Jadi Natsunagi bertanya mengapa kami berada di tempat seperti ini jika tindak kriminal itu akan terjadi keesokan harinya.
“Aku mengerti apa yang ingin kau katakan, Natsunagi, tapi memahami sejarah klien juga akan membantu kita dalam mengetahui kebenaran, kan?”
“...Yah, itu,”
Dia sepertinya tidak bisa menerima pemikiran ini.
“Aku tahu kita menerima permintaan Saikawa-san, tapi apa kita memang harus melihat gladi bersihnya? Apa itu memang normal?”
“Apa pun pekerjaan yang kita terima, kita harus mengerjekannya dengan teliti. Selain itu, pada hari live konser kita akan pergi ke rumahnya Yui-Nya. Itu sebabnya, kita harus menikmati diri kita sendiri untuk hari ini.”
“Barusan kau mengatakan menikmati, kan?”
Untungnya dia tidak menggunakan istilah yang sulit seperti konflik kepentingan, atau divisi gereja dan negara.
“Kau benar-benar telah jatuh cinta pada anak itu.”
“Tidak. Aku hanya ingin mengetahuinya saja.”
“Ahh, bukankah itu sama saja.”
Benarkah? Yah, tidak masalah, kan?
Seminggu yang lalu, kami benar-benar bisa bercanda satu sama lain. Melihatnya dari satu sisi, hal itu menunjukkan bahwa kami telah berhubungan sangat baik satu sama lain. Atau begitulah kelihatannya.
“Lagu pembukanya pasti [Raspberry x Grizzly]. “
“Dengar, aku tidak tahu lagu utamanya apa.”
Yang jelas, gladi bersih akan dimulai.
Natsunagi memiringkan kepalanya dengan bingung, dan aku menarik tangannya saat kami bergegas ke arena.
“Kereta Cinta tidak akan berhenti ♪”
“Fu Fu—!”
“Tunggulah aku di terminal ♪”
“Fuwa Fuwa!”
“Semua stasiun~ harus ditinggalkan~ ♪”
“Jangan tinggalkan aku~!”
“Tak ada yang padam ♪ Bintang Nomor Sembilan ♪”
“Yeaahhh!!!!!!!!”
Aku berdiri di belakang tribun, menghadap ke panggung sambil melambai-lambaikan tongkat cahaya merah muda.
Gladi bersih itu tiba-tiba menjadi gaduh, dan sorakannya benar-benar bersemangat.
Di sampingku, Natsunagi menatapku dengan tatapan “ampun dah nih orang”, tapi aku mengabaikannya.
“Terima kasih banyak~~! Itu tadi adalah lagu dari album keduaku, [Bintang Sembilan Tiba mendadak berhenti!]!”
“Emangnya tadi ‘berhenti’, ya?”
Di sampingku, Natsunagi menggumamkan itu.
“Ehh, bukannya kau baru saja menyanyikan Keretea Cinta tidak akan berhenti?”
“Jangan memusingkan detailnya. Ini adalah kualitas Yui-Nya.”
“Kualitas Yui-Nya...”
Selama seminggu terakhir ini, aku telah mendengarkan lagu-lagunya, dan semuanya mirip.
Melodinya yang menarik dan liriknya yang gila sama membekukannya seperti ketika seseorang secara tidak sengaja menggigit lidahnya sendiri, namun itu tetap mampu menciptakan rasa yang aneh. Kualitas Yui-Nya mampu menciptakan ilusi seperti itu.
“Terima kasih banyak juga, Hentai-san~!”
Dari atas panggung, Yui-Nya melambaikan tangannya ke arah kami.
“Natsunagi, dia barusan membicarakanmu.”
“Ada 1000% kemungkinan kalau dia sedang mengacu padamu!”
“Tidak, itu pasti karena dia tahu ada suatu elemen yang aneh darimu Natsunagi.”
“...Ugh! Jangan memaksakan peran aneh itu kepadaku!”
Wajahnya menjadi memerah, dan kemudian menendangku menggunakan sepertu hak-nya.
“Hei, kenapa kau malah memakai sepatu hak tinggi di live konser? Kan jadinya sulit untuk melompat-lompat.”
“Aku tidak akan melompat-lomat! Satu-satunya yang akan lompat di sini adalah kepalamu!”
Astaga, kasanya nih orang. Padahal aku hanya ingin menikmati live konser ini.
“Kalau begitu, ayo nyanyikan lagu berikutnya~”
Dan saat itu, Yui-Nya mengalihkan pandangannya ke arah staf audio.
“Itu dia.”
“Apa?”
“Oi Natsunagi, barusan [81] tahu? Jadi lagu yang selanjutnya adalah?”
“Begini, aku tidak tahu apa list lagunya, dan juga jangan persingkat lagu itu menjadi [81]. Aku sudah muak dengan pemikiran otaku yang dibuat dari persamaan matematika.”
Seperti yang diharapkan dari detektif hebat, dia benar-benar memahaminya dengan baik.
“Nah, yang berikutnya adalah spesialisasi Yui-Nya. Untuk itulah kita datang ke sini.”
“Ini pertama kalinya aku mendengar ini.”
Oh iya, aku belum menjelaskannya pada Natsunagi.
...Tidak, sebenarnya, yah.
Aku tidak pernah bermaksud untuk menjelaskannya pada siapa pun.
Mau itu Natsunagi, atau siapa pun.
Karena dengan seperti itu, pastinya akan lebih baik.
Aku hanya memainkan peran sebagai otaku menyedihkan yang terpesona oleh Yui-Nya saat dia tampil.
Dan jika aku harus memainkan peran itu, maka aku,
“Kau tidak tahu? Yui-Nya hanya akan membuka segelnya saat lagu ini ada di melodi.”
“Segel?”
Ya, segel.
Yui-Nya... tidak, Yui Saikawa menambahkan segel pada dirinya sendiri. Dimana orang lain tidak mengetahuinya.
“Sekarang, tolong dengarkan—[Sapphire☆Phantasm]”
Intro bertempo cepat dimulai, dan Saikawa juga memulai langkah ringan dengan iringan musik.
“Dunia biru, menjadi cermin~ ♪”
Selama seminggu terakhi,r aku telah mendengarkan semua lagu Saikawa, dan yang terpenting, aku juga menonton semua cuplikan penampilannya sampai saat ini.
Saat itulah aku memperhatikannya, memperhatikan satu kelainan besar.
Dan itu semua terkait dengan gangguan yang kurasakan saat pertama kali bertemu dengannya hari itu.
—Yui Saikawa berbohong.
Itu sebabnya, aku datang ke sini hanya untuk mengkonfirmasi ini.
Syair pertama sudah selesai, dan sekarang sudah masuk ke interlude.
Pada saat itu.
“Eh, Kimizuka... itu.”
Di sampingku, Natsunagi sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan.
Di sisi kiri panggung, terdapat seorang pria berkacamata dan berpakaian serba hitam berdiri disekitar situ.
Dia tidak tampak seperti pekerja staf.
“Hei, bukankah orang itu sedikit aneh?”
Seperti yang diharapkan dari detektif, nalurinya sangat baik,
“Hm, ada apa?”
Aku berpura-pura tidak mengetahuinya.
Maaf Natsunagi, tapi mohon tunggu sebentar lagi.
Dengan begitu, syair kedua berakhir, dan tepat ketika kami sampai di melodi... orang berpakaian hitam itu akhirnya berjalan menuju Saikawa, dan kemudian,
“Eh... kyaaaahhh!”
Jeritan Saikawa terdengar dari mikrofon, dan bergema di seluruh aula.
“Oi, siapa orang itu!? Tangkap dia!”
Tapi tepat pada waktunya, petugas keamanan menangkapnya sebelum dia bisa sampai ke Saikawa.
“...Aku mengerti. Jadi begitu ya.”
Selama seminggu terakhir, aku telah memiliki perasaan aneh ini, dan setelah melihatnya secara langsung, aku akhirnya yakin bahwa merupakan pemikiran yang baik bagiku datang ke tempat ini.
“Kimizuka! Ayo cepat!”
Ketika Saikawa berjongkok tercengang di atas panggung, Natsunagi menendang sepatu hak-nya hingga terlepas, dan berlari ke panggung tanpa alas kaki.
Sebagai manusia, penampilannya itu sungguh cantik.
Tapi, emosi seperti itu tidak dibutuhkan oleh seorang detektif.
Pada saat-saat tertentu, hal-hal seperti kebaikan dan antusiasme justru akan menjadi racun.
Apalagi, Natsunagi tidak tahu apa-apa tentang itu.
“Apa kau baik-baik saja?”
Aku tiba di panggung beberapa saat kemudian, dan segeta memanggil Saikawa yang masih ketakutan.
“Ah, Hentai-san... terima kasih banyak.”
“Kau masih memanggilku hentai dalam situasi seperti ini?”
Tapi kesampingan lelucon, aku sangat berharap kalau itu tidak akan membuatnya jadi trauma.
“Tapi, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Selain itu, besok juga penting untuk menjaga ruang harta, meski begitu kita perlu memperketat keamanan di sini juga. Bisakah kau membawa kami ke belakang panggung nanti?”
“Iya...”
Sepertinya Saikawa belum pulih dari keterkejutannya, dan dia mengangguk seperti tak bernyawa.
Aku merasa bersalah.
Tapi detektif adalah orang yang akan mengambil tindakan setelah semua pikiran rasional diproses. Kuharap Natsunagi mengerti ini... tapi yah, aku hanyalah asisten.