Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 1 - Bab 1 Bagian 12

Bab 1 Bagian 12
Detektif itu, Sudah Mati


Setelah itu, Fuubi-san kembali untuk menjemput kami, dan dengan dia yang memimpin jalan, aku dan Natsunagi meninggalkan penjara.

“Apa kalian sudah menanyakan semua yang ingin kalian tanyakan?”

Sambil memegang kemudi mobil, Fuubi-san bertanya kepada kami yang duduk di belakang.

“...Ya, kurang lebih begitu.”

Aku pun menjawab menggantikan Natsunagi yang matanya masih merah.

“Oh? Itu mengejutkan bahwa pria itu benar-benar mau bicara.”

“Yang kurang adalah buktinya saja kan? Bukankah dia masih tidak mau mengatakan apa-apa?”

Itulah alasan mengapa Siesta menangkap Komori hidup-hidup dalam penerbangan itu. Dari sana, Fuubi-san lah yang mengambil alih, tapi bahkan setelah empat tahun, dia tidak bisa mendapatkan informasi apapun yang penting dari Komori.

Di samping catatan, sejak Siesta meninggal, ada gencatan senjata dengan 《SPES》, atau lebih tepatnya, orang-orang itu mungkin sengaja mengabaikanku. Ini agak menyedihkan, tapi kurasa mereka memilih untuk mengabaikanku karena aku hanyalah anak kecil di sebelah detektif hebat itu.

“Yah, pokoknya, kalian berhasil mendapatkan tujuan kalian. Berterima kasihlah dengan sungguh-sungguh kepadaku.”

Sepertinya Fuubi-san lupa kalau dia mengatakan bahwa ada sesuatu yang harus dia lakukan di penjara, dan kami hanya mengikutinya. Tapi yah, kami memang harus berterima kasih pada Fuubi-san.

Tapi, ada sesuatu yang bikin aku penasaran.

“Fuubi-san, sejak awal kau sudah mengetahuinya, kan?”

“Apa maksudmu?”

“Tentang... siapa pemilik asli dari jantung Natsunagi.”

“Kenapa kau berpikir begitu?”

“Entahlah? Sekalipun kau menanyakan itu padaku, itu hanya naluriku semata.”

Aku tidak punya dasar untuk mengatakannya, tapi dia mempertemukan kami pada pria itu, jadi aku tidak percaya kalau tidak ada alasan untuk itu.

Kemudian dalam hal itu, mungkin saja, tujuan Fuubi-san adalah—

“Natsunagi.”

Aku harus mengucapkan kata-kata ini di sini dan saat ini,

Aku tetap melihat ke arah depan, dan berkata pada Natsunagi yang duduk di sampingku.

 

“Tidak peduli jantung itu punya siapa, satu hal yang pasti adalah kehidupanmu merupakan kehidupan yang kau sendiri yang jalani, Natsunagi.”

 

Dia tidak harus menjadi pengganti orang lain.

Aku mengatakan itu, dan melihat Fuubi-san mengangkat bahu dari cermin.

Maaf, tapi aku akan menyerahkan tugas mengalahkan 《Homunculus》 kepada kalian—aku tidak bermaksud untuk melibatkan Natsunagi. Aku tidak akan pernah membiarkan Natsunagi menjadi pengganti Siesta.

“Kimizuka......”

Dari samping, Natsunagi melihat ke arahku dengan raut tercengang.

“Apa?”

“...Tidak apa, tapi.” Natsunagi hanya menggelengkan kepalanya dengan ringan, kemudian,  “──Terima kasih.”

Dia menunjukkan senyum bak bunga yang mekar.

 

“Ahh, lelah banget.”

Fuubi-san menurunkan kami di bundaran depan stasiun, dan aku meregangkan punggungku.

Yah, sudah setahun sejak aku benar-benar bekerja seperti ini... dan tidak kusangka trauma masa laluku akan terlibat di dalamnya. Sungguh, aku benar-benar merasa seperti babak belur.

“...Apa itu salahku?”

Mengatakan itu, Natsunagi menunjukkan ekspresi bersalah yang tidak biasanya saat dia melihat wajahku.

“Aku tidak pernah mengatakan kalau itu adalah salahmu ‘kan. Justru, aku ingin berterima kasih padamu.”

“Eh...?”

Natsunagi melebarkan matanya.

“Yah, bagaimana bilangnya, berkat dirimu, erm,”

Untuk beberapa alasan, aku tidak bisa menyusun perkataanku dengan benar.

Tapi sejak aku bertemu Natsunagi, aku menghadapi masa laluku, dan mungkin aku—

“Aku tidak beoleh terus seperti ini... itulah yang kupikirkan.”

Itulah yang kuputuskan.

Yah, masih mungkin sih.

“...Kupikir aku juga sama.”

Natsunagi tampaknya telah mengambil keputusan, karena dia menggigit bibirnya.

Apa? Apakah masih ada sesuatu di benaknya?

Saat aku ingin menanyakan itu—aku malah, “Terima kasih untuk hari ini.” berpura-pura tidak memperhatikan apa pun, dan bermaksud untuk pergi.

Masalahnya Natsunagi sudah terpecahkan.

Dalam hal ini, aku tidak punya alasan untuk terlibat lagi dengan Natsunagi, dan aku memang tidak harus melakukannya.

Lagian sejak awal, aku dan Natsunagi bukanlah kekasih, teman pun juga bukan.

Hubungan kami hanyalah detektif (akting) dan klien, itu saja.

Begitu permintaannya diselesaikan, kami tidak akan terlibat lagi.

Itu sebabnya, aku harus segera meninggalkan Natsunagi.

Natsunagi akhirnya memperoleh kesempatan hidup baru.

Dan karena itulah, aku ingin dia tidak terikat oleh Siesta.

Dan juga, keberadaanku akan mengingatkannya pada Siesta, itulah sebabnya aku tidak boleh terlibat dengannya.

“Sampai jumpa.”

Mengatakan itu, aku mengambil langkah menuju portal stasiun—

“Tunggu.”

Tapi tepat saat aku hendak pergi, tangan kananku tersangkut oleh jari-jari yang ramping.

“...Ada apa, Natsunagi”

“...Tidak, erm.”

Jari-jarinya tetap di sana.

Natsunagi menunduk, ragu-ragu untuk membuka mulut dan berbicara.

Aku tahu Natsunagi mau mengatakan sesuatu, bahwa dia ingin mengatakan sesuatu itu kepadaku.

Tapi itu tidak boleh.

Ini adalah hidup Natsunagi. Aku tidak dapat membuatnya menanggung beban yang sudah menjadi beban orang lain.

Keheningan terus bertahan di antara kami.

Monitor besar di depan stasiun membunyikan lagu idol dengan keras. Kayaknya itu adalah PV atau semacamnya, dengan seorang gadis seusia anak SMP sedang melihat ke kamera, mengedipkan mata, dan menyanyikan lagu pop. Ini membuat keheningan kami jadi semakin canggung.

“Jika tidak ada apa-apa, aku akan pergi.”

“...Kimizuka, kau ini mengerikan.”

Yah, maaf saja karena memiliki karakter yang buruk.

Aku meninggalkan Natsunagi, yang mengucapkan kata-kata yang persis sama seperti sebelumnya, dan hendak berbalik menuju portal sekali lagi—

“Erm!”

Dan kemudian, langkah kaki lainnya pun menghentikanku.

Aku melihat ke samping, di sana ada Natsunagi yang memiringkan kepalanya. Dengan kata lain, kali ini bukan Natsunagi yang menghentikanku,

Aku menunduk sedikit, dan pemilik suara itu muncul di hadapanku.

Itu adalah gadis seusia anak SMP, wajahnya setengah tertutup oleh tudung, dan matanya tampak bersinar, membuatnya memberikan aura yang luar biasa.

Ngomong-ngomong, sepertinya aku pernah melihatnya sebelumnya...

Aku dan Natsunagi pun melihat ke atas berbarengan, dan seorang idol yang tampak tidak asing sedang bernyanyi di sana.

“Erm, sebenarnya, aku seorang idol.”

Oi, oi, aku baru saja menyelesaikan pekerjaan di sini. Mengapa pekerjaan itu malah datang satu demi satu...... tidak, mesti ada alasan pasti untuk ini.

Aku melihat ke arah Natsunagi di sampingku, atau lebih tepatnya, ke arah jantungnya.

Dan kemudian, itu mengkonfirmasi indra keenamku,

“Aku punya masalah yang kuharap detektif hebat bisa menyelesaikannya!”

Astaga, apa kau harus menjelaskannya lagi?

“Maaf, aku bukan detektif...”

Dan pada saat itu,

“Maaf ya, pria yang tidak punya motivasi ini hanyalah seorang asisten.”

Natsunagi tiba-tiba menatapku.

Aku memutuskan ini, itulah yang dia siratkan.

“Eh, kalau begitu...”

“Tapi tidak apa-apa.”

Sementara sang idol itu tampak bermasalah.

Natsunagi bekata kepada kliena baru ini.

 

“Detektif itu ada di sini. Akulah detektif hebat—Nagisa Natsunagi.”

 

Detektif itu, sudah mati.

Tapi, tekadnya itu tidak akan pernah mati.



close

2 Comments

Previous Post Next Post