Bab 1 Bagian 2
Asisten dan Klien—Detektif itu, Tidak Hadir
“Aku punya permintaan.”
Beberapa menit kemudian, setelah kembali dari toilet, Natsunagi duduk di bangku yang saling berhadapan denganku.
“Dari pada itu, tidakkah ada sesuatu yang harus kau katakan padaku terlebih dahulu?”
“Aku ingin kau meminta maaf karena sudah mengotori jari-jariku.”
“Kok justru aku yang minta maaf!?”
Ini tidak masuk akal. Ini lebih tidak masuk akal daripada gabungan dari segala hal yang tidak masuk akal di dunia ini.
“Yah, tapi itu normal untuk meminta maaf setelah kau melakukan sesuatu yang menjijikkan, bukan?”
“Kata-kata itu, kukembalikan sepenuhnya kepadamu!”
“Apa, kau membuatnya terdengar seperti akulah yang melakukan hal buruk.”
Ya kan sejak tadi itu yang kubicarakan!
Apa sih yang sebenarnya terjadi? Ini pertama kalinya kami bertemu, tapi kenapa gadis ini seperti sedang melakukan manzai denganku?
“Jadi, kau tidak akan keberatan jika orang lain melakukan permainan seperti ini padamu?”
“Eh? ......Ya, b-benar.”
Mata Natsunagi tiba-tiba berkeliaran dengan cemas karena suatu alasan,
“Tentu saja, aku tidak mau sesuatu yang seperti itu terjadi, biasanya...”
“Eh? Kenapa wajahmu jadi sedikit memerah? Dan apa maksudmu dengan biasanya?”
Oi, sifat S-nya itu lenyap begitu saja. Malahan, aku jadi mulai merasa curiga.
...Mungkinkah aku harus memastikannya?
“Kau lebih suka dicintai atu mencintai?”
“Mencintai.”
“Kau lebih suka diikat atau mengikat?”
“Diikat......”
“Aku sedikit kekurangan uang bulan ini.”
“Aku akan membayarnya. Berapa?”
“Ternyata kau ini masokis, ya...”
“Ap—...!”
Seolah ditampar oleh fakta yang mengejutkan itu, mulut Natsunagi terbuka-tertutup,
Sungguh, apa yang terjadi dengan semangat yang kau miliki di awal tadi?
“B-bukan begitu! Aku tidak punya minat yang seperti itu! ...Dari pada itu, bisa gak kau tidak mengalihkan pembicaraan? Aku di sini untuk mencarimu karena aku punya permintaan!”
Entah karena marah, malu, atau pengaruh sinar matahari terbenarm, pipi Natsunagi terlihat cukup merah... dia pun tiba-tiba berdiri sambil memukul meja. Begitu ya, jadi semangat yang dia tunjukkan barusan hanyalah untuk bertindak tangguh.
“Fiuh, Fiuh” setelah menenangkan dirinya seperti itu, “Aku ingin kau mencarikan seseorang untukku.” katanya dengan sikap yang sangat serius.
Begitu ya, jadi dia sedang mencari seseorang. Itu sebabnya dia ingin membuat perminataan pada seorang detektif hebat.
“Kau Kimihiko Kimizuka... kan?”
...Astaga, dia pasti tidak akan melepaskanku sampai aku menjawabnya, kan?
“Ya, nama keluargaku sudah diputuskan sebagai Kimizuka sebelum aku lahir, dan nama yang diberikan kepadaku pada hari kelahiranku adalah Kimihiko.”
“Kau detektif hebat, kan?”
“Sayangnya, kakekku bukanlah detektif, dan aku bukanlah seorang yang diberikan obat-obatan yang akan membuatku berubah menjadi anak kecil. Kau salah orang.”
“Salah orang?”
Natsunagi segera mengangkat alisnya.
“Aku sudah melihat beritanya.”
“Berita?”
Begitu aku mendengarnya, aku mencoba untuk mengingat-ingat kembali... tapi aku masih tidak mengerti apa yang dimaksud Natsunagi.
“Berita malam tiga hari yang lalu. Seorang perampok ditangkap, dan yang menangkapnya adalah siswa SMA.”
“Ahh, itu toh.”
“Ya, itu—tapi jika hanya itu saja, maka aku tidak akan mencarimu.”
Mengatakan itu, Natsunagi membuka tas sekolahnya, kemudian menjatuhkannya isinya ke atas lantai.
“Ini semua adalah laporan tentangmu.”
Terdapat banyak koran yang dikliping.
“...Kau menyeldikinya?”
Semua laporan ini memiliki nama dan wajahku... Yah, aku masih tidak tahu apa yang sebenarnya Natsunagi coba katakan ketika dia mengatakan dia membaca berita.
“Nah, [Siswa SMA super muncul untuk menggagakan transaksi penipuan!], [Menemukan hewan peliharaan yang hilang! Pemuda K menemukan anak kucing yang hilang!]. [Spesialis Penyelamat, menyelamatkan dua nyawa dalam perjalanan ke sekolah!]—Kalau bukan detektif hebat, lalu apa sebenarnya dirimu?”
Itu adalah keseharianku. Jadi aku sudah terbiasa. Sama seperti biasanya, aku cenderung terlibat dalam masalah yang menyusahkan.
Harusnya tidak perlu untuk menyebutku sebagai detektif hebat... tapi yah, aku mengerti apa yang dia katakan.
“Kau terlau melebih-lebihkan. Jangan hiperbola seperti itu.”
Kecenderunganku menyebabkanku terlibat dalam situasi seperti itu, namun entah bagaimana aku dapat dengan beruntung menyelesaikannya... Yah, itu tidak seperti aku memiliki keahlian khusus atau semacamnya.
Dulunya aku terlalu percaya diri dengan pengalaman yang kualami, tapi baru setahun yang lalu aku menyadari bahwa pengalaman ini tidak ada artinya.
Karena itulah aku lebih memilih untuk tidak dipuji secara berlebihan. Maaf saja, tapi aku tidak bisa berperan sebagai detektif—pada saat ini, aku lebih suka keseharaian yang santai.
“Kau rendah hati.”
“Terima kasih.”
“Aku tidak memujimu.”
“Yang barusan itu bukan pujian?”
“Mengapa aku harus memuji seseorang yang tidak sadar dengan kemampuannya sendiri?”
Begitu ya, sepertinya itu bentuk penghinaannya yang unik.
“Aku tidak dapat menyadari kemampuanku sendiri, tapi orang lain justru menyadarinya?”
“ ‘Kaulah yang paling memahami dirimu sendiri’! Nah, itulah yang kusebut arogansi.”
Natsunagi melipat lengannya di depan dadanya, kemudian mendengus.
“Subjektivitas adalah hal yang paling tidak bisa diandalkan di dunia. Apa yang paling penting adalah fakta objektif.”
“Apa aku salah?” mengatakan itu, Natsugi kembali meraih kerah bajuku, dan menarikku ke arahnya.
Bibirnya yang lembab hanya berjarak beberapa inci dariku, dan aku bisa merasakan sedikit kehangatan dari hembusan napasnya.
Mata merah delima itu menatap tajam ke arahku, seolah hendak menembus diriku.
“Semua yang kau lakukan adalah fakta. Tapi, orang lain sepertiku memiliki kebebasan untuk memutuskan bagaimana memujimu dan menilai hasilnya, kan?”
Mata lugas dan angkuh itu sepertinya sangat mirip dengan orang tertentu yang sudah tidak ada lagi.
“...Katamu kau sedang mencari seseorang kan?”
Ini hal yang buruk untuk menjaga percakapan pada jarak ini.
Aku meletakkan tanganku di bahu Natsunagi, mendorongnya, dan berdiri menghadapnya.
“Benar, terus...?”
Bahkan aku merasa kalau aku adalah seseorang yang mudah mengatasi itu.
Tidak, tunggu, demi harga diriku, aku harus menambahkan sesuatu di sini. Aku tidak goyah karena kata-kata Natsunagi, aku tidak menerima sudut pandangnya, dan aku tidak berniat untuk diyakinkan olehnya.
Hanya saja, aku tiba-tiba teringat siluet itu, dan aku tidak tahu bagaimana menolaknya.
Ya ampun, aku benar-benar terlatih dengan baik.
“Apa kau akan mengambil tugas detektif itu?”
Tiba-tiba, wajah Natsunagi yang terkejut mulai berubah. Sepertinya dia sangat kekanak-kanakan, dan hanya seorang gadis yang ekspresinya dapat berubah dengan mudah.
“Tidak, aku tidak bisa menjadi detektif. Tapi—”
“Tapi?”
“Aku akan mengambilnya jika itu hanya menjadi asisten.”
“Apa maksudmu?” tidak mengerti maksudku, Natsunagi menunjukkan senyum masam.
Maaf, tapi aku sudah berada di posisi itu sejak empat tahun lalu.
“Jadi? Siapa yang kau cari?”
Jika dia mencari seseorang, itu tidak akan memakan banyak waktu. Aku meregangkan tubuhku, dan Natsunagi berkata dengan tatapan serius.
“Sebenarnya, aku tidak begitu tahu. Aku ingin kau membantuku mencari tahu siapa yang kucari.”
Begitu ya, itu pada dasarnya merupakan masalah yang cocok padanya, karena dia mengatakan “Subjektivitas adalah hal yang paling tidak bisa diandalkan di dunia.”.