Bab 1 - Himeno yang Menyembunyikan Perasaan Sesungguhnya
Awal November, akhir dari berlangsungnya musim gugur.
Hari ini, herpaan angin dingin yang menyengat kulit akan membuat semua orang teringat bahwa musim dingin kian dekat. Di suatu universitas tertentu, di dalam kelas tahun pertama, ada dua orang yang bisa dikatakan memiliki sikap yang saling bertolak belakang sedang bercakap-cakap.
“Aaaaah, aku ingin punya pacar... Aku ingin banget punya pacar.”
“......”
“Seriusan dah, Kira-kira kemana ya aku harus pergi untuk menemui sang pujaan hatiku, Himeno!?”
“......Kau berisik sekali Ami.”
“Jangan galak-galak gitu dong, kau sendiri juga ingin punya pacar, kan?”
“Aku bahkan tidak punya pemikiran tentang itu,”
Himeno Kashiwagi, yang barusan menanggapi perkataan Ami dengan wajah yang datar, mengoperasikan ponsel cerdasnya sambil memegangi rambut peraknya.
“Hah!? Aku sama sekali tidak mengerti maksudmu itu! Kalau seperti itu, mana mungkin kau bisa menikmati masa mudamu!?”
“Yah, aku tidak peduli tentang itu. Lagian ‘kan aku punya hobi.”
“Kau ini menyia-nyiakan wajah cantikmu itu loh, Himeno. Bahkan sampai sekarang, kau sering sekali dibicarakan oleh para senior.”
“Dibicarakan?”
Seperti yang baru saja dia lakukan, Himeno adalah tipe gadis yang tidak terlalu banyak bicara. Dia jarang sekali menunjukkan emosinya dan hanya menampilkan ekspresi yang datar, tapi...
“Seperti misalnya gini, kau itu terlalu imut hingga rasa ingin melindungimu selalu muncul? Eh bukan deh, kalau tidak salah mereka bilang rasa ingin menjadikanmu sebagai sosok pacar jadi meningkat?”
“Aku tidak butuh sesuatu seperti itu.”
Sebagai seorang mahasiswi tahun pertama, tinggi badan Himeno kurang dari 150 cm. Namun, kesenjangan antara penampilannya yang kekanak-kanakan dan suasana tenang serta dewasa yang dia tampilkan inilah yang membuat dirinya populer di kalangan orang-orang di sekitarnya.
“Tapi yah, akhir-akhir ini aku punya pemikiran..., Himeno, kau ini sebenarnya ingin punya pacar, kan?”
“Kenapa kau bisa sampai pada pemikiran itu?”
Mengalihkan pandangannya dari ponselnya, Himeno menyipitkan mata bulatnya yang berwarna ceri dan menoleh ke arah Ami dengan ekspresi kesal. Yah, lagipula gadis itu sudah sering sekali mengatakan ‘Aku tidak membutuhkan pacar’, jadi kalau dia dikatai seperti itu, tentunya dia akan merasa kesal.
“Habisnya, setiap hari kau terus mengenakan riasan. Kau bahkan juga memakai tunik dan kalung, dan kau juga jadi sering merapi-rapikan ponimu, Pokoknya kau benar-benar berpenampilan feminim.”
“Loh, pada umumnya ‘kan wanita yang memakai riasan dimaksudkan agar mereka terlihat lebih cantik dari biasanya. Yang kulakukan hanyalah sesuatu seperti itu,”
“Yah..., kau mungkin memang benar, tapi kalau hanya untuk alasan itu, kupikir kau tidak perlu untuk terlalu melakukannya sampai seteliti itu, kan?”
“Intinya tuh gini, semua gadis ingin diri mereka terlihat cantik.”
“Rasanya ada yang tidak beres aja gitu...”
“Kau hanya terlalu banyak memikirkannya.”
Meninggalkan sepatah kata itu, dengan perlahan Himeno berdiri dari kursinya.
“—Aa, kau mau kemana?”
“...Toilet. Aku mau pergi sendirian aja,”
“Sendirian...? Aku mengerti. Pastikan untuk mencuci tanganmu dengan benar, oke!”
“Aku tidak ingin diberitahu sesuatu seperti itu olehmu.”
“Hei!? Aku ini mencuci tanganku dengan benar. oke!? Jangan mengatakan apa-apa yang bisa menyebabkan rumor aneh!”
Menerima tanggapan yang menusuk, Ami membalas Himeno sambil mengungkapkan kekesalannya.
---
Setelah menyelesaikan tugasnya, Himeno yang sedang mencuci tangannya bergumam di dalam hatinya.
Pacar ya..., mana mungkin ada orang yang tidak menginginkan sosok seperti itu?
Jika kau bertanya tentang fakta bahwa dia sebelumnya mengatakan ‘Aku tidak butuh sesuatu seperti itu’..., maka itu hanya untuk terlihat keren. Memang benar kalau Himeno memiliki hobi. Dia menghargai hobinya dan menikmati itu dalam kehidupannya. Namun, hobi dan keinginannya yang ingin memiliki seorang pacar juga sama. Dia adalah mahasiswi baru di perguruan tinggi yang masih berusia 18 tahun. Sudah sewajarnya kalau dia akan tertarik pada hal-hal seperti itu.
Sampai saat ini, dia sudah beberapa kali menerima pengakuan cinta..., tapi saat dia pertama kali menerima pernyataan cinta..., dia melihatnya. Di belakang anak laki-laki yang mengakui perasaannya itu, ada beberapa anak laki-laki lain yang bersembunyi di pojok dan melihat ke arah mereka.
Kemudian, dia mendengarnya dari seorang teman..., bahwa pengakuan cinta itu adalah hukuman karena kalah dari permainan hukuman,
Mereka yang terburuk.
Entah sudah berapa kali dia memikirkan itu, Dan sejak saat itu, dia tidak bisa mempercayai seorang pria. Nah. jika pengakuan cinta yang pertama kali dia terima justru seperti itu, wajar saja jika dia tidak bisa mempercayai seorang pria.
Dia kemudian curiga bahwa pengakuan cinta berikutnya yang akan dia terima, atau pengakuan cinta setelah itu, itu semua hanya karena permainan hukuman..., alhasil, dia terus menolak pria yang menyatakan perasaan mereka kepadanya.
Bahkan sekarang, pemikiran yang skeptis seperti itu masih terus tertanam di benaknya, yang dimana melalui itu saja sudah menunjukan bahwa hati Himeno sangatlah terluka. Karenanya..., meskipun dia ingin punya pacar, dia tidak memiliki keberanian.
Ada sesuatu yang sangat dia pedulikan. Suatu hal yang selalu dia pastikan karena ingin sekali punya pacar...
Aku harus terlihat imut supaya bisa punya pacar.
Himeno ingin menjadi gadis yang ‘imut’. Tentu saja, bukan berarti dia ingin jadi burikko*.
[Catatan Penerjemah: Gak tau mau diterjemahkan kek bagaimana, intinya sih, burikko adalah wanita yang bertingkah imut dengan bermain polos gitu.]
Alasannya sederhana, itu karena dia merasa senang jika dia mendengar orang lain mengatakan dirinya ‘imut’. Dia berpikir bahwa betapa bahagianya dirinya jika bisa bersenang-senang menghabiskan hari-harinya sambil menjalin hubungan romantis masa muda,
...Uug, aku udah kayak orang tolol aja. Padahal sesuatu seperti itu masih belum boleh untuk kulakukan sekarang,
Dengan senyum pahit di wajahnya, Himeno mematikan air yang mengalir dari keran dan berjalan keluar ke koridor sambil mengelap tangannya dengan saputangan biru langit yang dia letakkan di sudut.
“Hari ini pulang bareng-bareng yuk, pria jelek”
“Bacot, Kalau kau mengatakan itu, aku akan pulang sendiri, jelek.”
“Ya, ya. Kau mengatakan itu padahal kau akan kesepian kalau tidak bersamaku yang jelek ini.”
“Jangan lari-lari di lorong!”
Karena mereka sangat dekat, mereka bisa dengan leluasa mengatakan hal-hal buruk yang tidak akan menyakiti pihak lain. Sepasang kekasih itu benar-benar menikmati diri mereka sendiri seolah mereka sedang berada di dimensi lain.
Uu, iri banget......
Himeno tahu bahwa dia seharusnya tidak melihat mereka. Karenanya, sambil melirik ke belakang, dia bergumam di dadanya tanpa mengatakan itu dengan lantang,
Kemudian, tepat di momen dimana dia tidak melihat ke depan karena matanya terfokus pada kedua pasangan itu..., timing yang buruk terjadi tepat pada saat itu.
Bruk!
“Aw!!?”
“Ah, maaf.”
Tiba-tiba, hantaman yang kuat menghantam bagian kanan tubuhnya, dan saputangan biru langit yang Himeno pegang jatuh ke lantai. Mungkin karena terburu-buru, mahasiswa laki-laki yang berlari dari depannya meminta maaf dan pergi dari situ.
Astaga..., Itu membuatnya kesal. Itu sakit, tahu...
Mengeluh seperti itu, Himeno mencoba untuk mengambil sapu tangannya yang terjatuh. Namun, tepat ketika dia hendak mengambilnya, sebuah tangan memasuki bidang penglihatannya. Kemudian, tangan itu meraih saputangannya sebelum Himeno bisa mengambilnya.
“Sepertinya tadi kau bertabrakan dengan cukup keras..., apa kau baik-baik saja?”
“Hmm, ya, aku baik-baik saja...”
“Syukurlah.”
Itu adalah pria lain yang kebetulan berjalan di belakang Himeno, dan dengan hati-hati, dia membersihkan debu dan melipat saputangan itu sebelum memberikannya kepada Himeno.
“...Terima kasih”
“Tidak usah dipikirkan.”
Pria itu tersenyum kecil dan kemudian berjalan maju.
Itu hanyalah suatu pertukaran beberapa patah kata, suatu percakapan dengan seseorang yang wajahnya bahkan tidak dia kenal, tapi..., entah kenapa itu membuat dirinya merasakan suatu kehangatan dan kelembutan di hatinya. Dia benar-benar merasa senang bahwa perlakukan yang seperti itu masih ada di dunia ini.
“Selamat datang kembali, Himeno.”
“Mm.”
Saat dia kembali ke kelas, temannya yang bernama Ami menyambutnya.
“Hei, mungkin ini agak terlalu tiba-tiba, tapi baru saja aku membuka Twitter dan menemukan sesuatu yang menarik, coba lihat ini.” kata Ami, menunjukkan layar ponsel cerdasnya ke arah Himeno.
Apa yang ditampilkan di layar itu adalah—
“...Rental pacar...?”
“Ya! Kalau dilihat-lihat orang ini punya reputasi yang bagus, jadi kupikir lain kali aku akan mencoba menghubunginya! Lagian barusan aku sudah bilang ‘kan, kalau ingin punya pacar!”
“...”
Tanpa membalas kata-kata Ami, Himeno memperhatikan layar ponsel itu dengan seksama.
“Himeno? Oi.”
“...Hmm, ah tidak apa-apa.”
“Biaya rentalnya sih agak mahal, yaitu 20.000 yen.., tapi yah, bukankah itu harga yang baik untuk bisa memiliki pengalaman kencan selama satu hari? Itu sudah seperti hadiah selama satu bulan.”
“Kalau bagimu sih mungkin begitu.”
“Kau ini benar-benar tidak tertarik dengan sesuatu seperti ini, ya, Himeno...”
Tidak mengetahui perasaan Himeno yang sebenarnya, Ami menghela nafas dalam dan kembali mengarahkan layar ponselnya ke arahnya.
Malam itu, di tempat tidur di rumahnya, Himeno lagi baring-baring sambil ngebrowsing.
‘Rental Pacar’ Kalimat itu. Bahkan sampai informasi nomor telepon.
Setelah menyelidiki mekanismenya sampai pada batas tertentu, Himeno membuka Twitter dan men-tweet tentang serangkaian peristiwa yang terjadi hari itu.
[Hari ini seorang seorang pria mengambilkan saputanganku. Aku sangat senang.]
Itu adalah tweet yang sederhana tanpa emotikon ataupun embel-embel. Namun, terlepas dari semua itu...,
[Kalau aku sih, sebelum saputangan itu menyentuh lantai, aku pasti sudah akan mengambilkannya.]
[Apa ada orang yang menyentuh saputangannya Debiru-chan!? Aku iri sekali!]
[Dia pria yang baik. Kalau itu aku, sudah pasti kalau aku akan mengambil saputangan itu dan kemudian melarikan diri.]
Balasan dengan elemen material ditampilkan secara real time.
Akun Twitter Himeno, Debiru-chan, memiliki 115.466 followers. Tweet tersebut memiliki lebih dari 1000 suka dalam waktu kurang dari tiga jam.
Penerus kanojo okaerishimasu versi ln ini
ReplyDeleteWelp
ReplyDeleteMantap lanjutan min ini yang gw tunggu tunggu
ReplyDeleteHmm icip icip dulu ah
ReplyDeleteMantap min lanjut
ReplyDeleteRental kareshi?
ReplyDeleteWait, what?
ReplyDeleteHmm 100k folower
ReplyDelete