Bab 3 Bagian 8
Bendera Emas Berkibar di Langit Malam
[Katamu aku bukan detektif, tapi,]
Kapan itu terjadi aku sudah lupa, tapi aku pernah bilang pada Siesta “Kesan yang kau tunjukkan lebih seperti agen rahasia daripada detektif”.
[Menurutku definisi seorang 《detektif》 adalah melindungi kepentingan klien sebelum orang lain, apapun yang terjadi. Aku merasa terhormat bisa melakukan pekerjaan ini—jadi bagiku, aku akan terus menjadi 《detektif》, baik itu saat di masa lalu, sekarang, ataupun masa depan.]
Siesta mengatakan itu, dan bersikeras menjadi seorang《detektif》.
Baginya, klien adalah seluruh umat manusia selain dirinya sendiri.
Dan itu sebabnya, dia bercanda bahwa dirinya memiliki sifat bawaan sebagai seorang detektif hebat.
Senyuman yang muncul dari candanya itu sangatlah mempesona.
“Kuserahkan sisanya padamu!”
Untuk sesaat aku teringat pada masa lalu, dan kemudian berteriak pada Saikawa.
Untuk melindungi kepentingan klien—tidak lebih dan tidak kurang, Hanya itu saja.
Bagaimanapun juga, tidak ada gunanya jika seseorang dapat membuat deduksi namun tidak dapat menyelematkan orang lain.
Natsunagi ingin menyelamatkan nyawa orang-orang yang masih berada di atas kapal, dan kebetulan Saikawa mengejar dan menyelamatkannya. Tidak diragukan lagi, mereka berdua mewarisi tekad dari sang detektif hebat.
“Mereka berhasil lolos...”
Aku melihat mereka berdua pergi dengan sekoci kecil.
Tapi, aku tidak bisa membahayakan nyawa mereka lagi.
Mulai sekarang, ini adalah pekerjaanku.
“Kau benar-benar melakukannya, ya...”
Dia masih memiliki nada sopan yang sama, namun wajah asli Chameleon yang tabah diwarnai dengan amarah.
Menyeka darah di mulutnya, dia menjulurkan 《lidahnya》 yang tertembak.
Pemandangan itu mirip seperti kadal yang bisa memotong ekornya sendiri dan menumbuhkannya kembali. Pada dasarnya, dia ini seekor reptil.
Dia telah menolak kemanusiaannya.
“Aku tidak akan berbelas kasihan lagi. Sekarang juga aku akan membunuhmu.”
《Lidah》 Chameleon melesat dengan cepat ke arahku. Seperti Komori, ujung dari lidah tentakel itu menjadi tajam layaknya pisau.
“—!”
Serangan seperti ini sudah pernah kulihat sebelumnya, meskipun begitu, tidak mudah untuk menghindarinya. Aku berguling dan menghindar, tapi itu masih menyentuh sikuku.
“A-Auw...”
Selain itu, empat tahun lalu, bukan aku yang menghindari serangan itu, melainkan Siesta. Kalau tahu akan seperti ini, harusnya aku mengikut beberapa latihan bela diri.
“Sial.”
Menahan rasa sakit, aku menembaknya. Sejujurnya, aku tidak punya rencana setelah itu.
Aku hampir tidak berhasil, tapi aku berpikir untuk menyelamatkan Natsunagi di saat-saat terakhir. Sedangkan untuk penumpang lainnya, karena Saikawa sudah pergi, ini artinya evakuasi sudah selesai.
Dan dengan demikian, tidak apa-apa.
Cukup aku yang menjadi satu-satunya orang yang tenggelam bersama kapal.
“... Fiuh.”
Entah bagaimana aku berhasil kembali berdiri, dan kemudian segera mengisi peluru pistolku.
Enam tembakan ini akan menjadi kesempatan terakhirku.
“Hou, matamu menunjukkan bahwa tekadmu sudah bulat. Apa kau berniat untuk mati seorang diri?”
Mencambukkan lidahnya, Chameleon menyipitkan matanya ke arahku.
“Ah, maaf saja, tapi kau juga akan ikut denganku. Segalanya akan berakhir dengan drama yang menyedihkan tentang dua orang yang sama-sama tenggelam di laut, tapi sayangnya, aku bukan penulis naskah yang baik.”
“Kau cukup banyak bicara sekalipun berada dalam situasi ini. Kau itu lebih mirip seperti badut daripada penulis naskah. Mungkin saja kau bisa kaya jika mulai melakukan pertunjukkan di neraka.”
Kami saling menggertak dengan komedi hitam yang sama sekali tidak lucu, dan mengawasi gerakan satu sama lain.
“Asal tahu saja, aku tidak punya niatan menyerahkan hidupku. Sedangkan untuk gadis-gadis yang melarikan diri itu, aku akan mengambil nyawa mereka setelah aku membunuhmu.”
Mengatkan itu, Chameleon dengan menjijikkan menjilat bibirnya.
“Kenapa kau sampai berbuat sejauh itu...”
Memang benar Natsunagi bilang dia akan mewarisi tekad Siesta, tapi ‘kan, dia hanya siswi SMA biasa. Kenapa mereka begitu gigih terhadapnya—
“Semuanya karena jantung itu.”
Bibir Chameleon mengernyit saat dia menunjukkan ekspresi mengejek.
“Aku baru-baru ini mengetahuinya—tapi itu tidaklah normal.”
Tidak, normal?
Apa jantung Siesta memiliki rahasia di dalamnya?
“Yah, pada dasarnya aku tidak perlu memberitahumu. Tapi biar kukatakan satu hal, situasinya telah berubah bagi kami akhir-akhir ini.”
“...Kau ini bicara apa...?”
“Tapi sepertinya tidak ada yang perlu ditakuti, jadi yakinlah. Bagaimanapun juga, warisan yang ditinggalkan oleh detektif hebat itu akan tenggelam bersama kapal ini. Ini adalah kemenangan kami.”
Haha, hahaha, Chameleon melontarkan tawa yang menyebalkan.
“Nah, begitu aku membunuhmu, aku akan mengejar gadis-gadis itu. Mau mereka di darat, di bawah laut, atau di ujung dunia, aku akan memberi mereka banyak, banyak, banyak penderitaan, sampai mereka menangis dan memohon [tolong bunuh kami]. Dan kemudian, di akhir aku akan membunuh mereka dengan kejam.”
Aku merasakan sesuatu terkoyak di dalam diriku.
“Baiklah, sepertinya aku sudah terlalu banyak mengoceh. Sudah waktunya untuk mengakhiri ini, bukan?”
Hanya perlu sesaat untuk dapat menyadari bahwa suara itu memiliki niat bunuh.
“Apa kau mau berdoa dulu kepada Tuhanmu?”
“Tidak perlu, aku ini ateis.”
“Begitu ya. Maka—”
Chameleon menutup mulutnya. Tapi sayang, akulah yang membalas kata-kata itu padanya.
“—Matilah.”
《Lidah》 itu terbang seperti peluru dan sabit, dan aku segera menyelinap untuk mendekat dan menyerang musuh.
Aku tidak bisa menahan niat membunuh ini, dan mengarahkan pistol ke dagunya—
“Naif sekali.”
Tapi lidah yang seperti cambuk itu terayun ke belakang dan menyambuk tanganku.
“Aggh...!”
Aku buru-buru mengambil pistolku yang jatuh...
“Kau penuh celah.”
“Grr...... Argh...”
Lidah panjang menghantam perutku layaknya pemukul besi yang memukul bola, membuatku terhempas dengan hebat.
“Bernafaslah...”
Aku menabrak dinding geladak, dan mengalami kesulitan bernapas. Bahkan mungkin beberapa tulang rusukku juga patah. Aku merasakan aliran darahku menurun, dan suhu tubuhku menurus drastis.
—Kalau terus begini, aku akan mati.
Itu terlalu sederhana untuk sebuah akhir.
Tapi itu bukanlah firasat. Aku yakin akan itu.
“Bagaimana bisa seorang manusia menang melawan 《Homunculus》.”
Chameleon mendekat, dan entah bagaimana aku berhasil berdiri, lalu segera menodongkan pistolku.
...Namun, penglihatanku tampak kabur.
Mungkin karena napasku terlalu ringan. Aku tidak memiliki kekuatan untuk membidik target dengan benar. Kakiku bergetar hebat.
“Lihat, kau sama sekali tidak bisa melindungi siapa pun.”
“Diam!”
Secara naluriah aku menekan pelatuknya.
Namun peluru itu meleset. Aku merasakan satu tembakan terbang ke arah musuh, tapi itu dipentalkan oleh 《lidahnya》.
Jadi dia bisa menyesuaikan panjang dan kekerasan lidah itu, ya...
“Kau akan mati di sini, dan secara pribadi aku akan membunuh gadis-gadis yang kau biarkan melarikan diri itu.”
“...Grr! Diam!”
Aku menekan pelatuknya lagi... tapi pelurunya tidak kelaur. Aku telah kehabisan peluru.
“Ya, segala sesuatu dan apapun yang kau lakukan sia-sia. Baik kau dan orang yang ingin kau lindungi akan mati. Bersama dengan detektif menjijikkan itu.”
Aku akan mati. Tapi tidak apa-apa.
Aku hanyalah mayat berjalan yang tidak bisa mati setahun yang lalu.
Tapi Natsunagi, dan Saikawa.
Aku harus melindungi mereka.
Aku harus melindungi kepentingan klien.
Seperti yang telah kukatakan pada Charl, aku bukanlah detektif, melainkan hanya seorang asisten. Tapi meski begitu—
“Tapi aku benar-benar ingin mewarisi tekad detektif hebat itu.”
Kupikir aku tidak bisa menggerakkan kakiku, tapi secara tak terduga aku bisa menggerakkanya.
Aku teringat akan kata-kata Saikawa.
Aku memegang tanganku, memutar-mutar pundakku, mengatur napas, memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskannya. Aku merasakan darahku mengalir. Membuka mataku. Dan alhasil, penglihatanku yang kabur menjadi jelas lagi.
Itu seperti aku memiliki mata safir. Tapi tentu saja, itu tidak benar-benar seperti itu. Aku kemudian harus menaruh semua harapanku di telingaku, ke dalam gema pendengaranku.
—Kemudian aku mendengar sesuatu.
Itu adalah suara nyaring yang tidak hanya aku yang mendengarnya, tapi siapaun yang ada di sekitar sini juga pasti mendengarnya.
“Helikopter?”
Aku melihat ke atas—dan di sana ada helikopter yang sedang terbang di langit malam.
“Kimizuka! Tiarap!”
Aku mendengar perintah itu dari jauh, dan segera pergi ke belakang dek untuk berlindung.
Saat berikutnya—
“Matiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!!”
Suara tembakan memekakkan telinga.
Hujan peluru jatuh dari langit malam, dan semua itu menghujani Chameleon.
“Gaahhhhhhh!!!”
Dan di dalam palka yang terbuka dari helikopter tersebut──
“Tampaknya kau mengalami pertempuran yang cukup sulit, Kimizuka.”
Rambut pirang panjang berkibar tertiup angin malam saat Charlotte Arisaka Andersen berdiri di sana, menembakkan senapan mesin.
Because I Like You updatenya kapan min?
ReplyDeleteGak tau, mau selesaikan V1-nya novel ini dulu
Delete