Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 1 - Bab 3 Bagian 9

Bab 3 Bagian 9
Buenos dias


“Charl...”

Terkejut, aku menatap ke arah mesin yang melayang di langit malam.

Riak terbentuk di permukaan laut saat baling-baling besar dari helikopter militer itu berputar. Dan di bagian palka yang terbuka, berdiri seseorang dengan senapan mesin di tangannya, itu adalah Charl, dan di sampingnya, seorang yang duduk di kursi pilot—

“Yo, lama tidak bertemu, bocah brengsek! Apa kau sudah memutuskan untuk menyerahkan dirimu!?”

Fuubi-san menatapku, melontarkan ejekan melalui pengeras suara helikopter.

“Lah, di sini jelas kalau aku yang menjadi korban, kan!?”

Saat aku mengatakan itu, Fuubi-san melihat ke arahku.

...Ahh, ini?

Pelanggaran hukum senjata api. Ini pertama kalinya aku tertangkap basah.

Astaga. Sekarang dia jadi terdengar seperti polisi yang teladan, bukan? 

Dari pada itu, kau sendiri juga mengemudikan helikopter militer itu tanpa izin, kan?

“Aku sih baik-baik saja! Lagian ‘kan aku seorang polisi!”

Mana mungkin itu baik-baik saja, dan juga, jangan membaca pikiranku.

Ya ampun. Jangan buat aku merilekskan wajahku sekarang.

Jangan buat aku merasa lega hanya karena aku tidak sendiri.

“Grr... sial...”

Aku mendengar erangan yang terdengar seperti itu datang dari bagian bawah kapal.

Sekalipun dia berdarah-darah, Chameleon masih bisa berdiri meksipun terhuyung-huyung.

Matanya yang tipis dan panjang memerah saat dia melihat ke arah Charl yang berada di helikopter di atas langit.

“Lama tidak bertemu, manusia modifikasi. Aku sungguh tidak ingin bertemu denganmu lagi.”

“...Ahh, kayaknya aku pernah melihat wajahmu itu sebelumnya...?”

Nada suara Chameleon terdengar tidak teratur, tampaknya dia mengalami kesusahan bernapas. Hmm, jadi itu ya dirinya yang sebenarnya.

“Kau juga Kimizuka, aku tidak berencana bertemu denganmu lagi.”

“...Astaga, sejak awal kau sudah merencanakan ini, kan?”

Benar-benar gayanya Charl untuk menghancurkan musuh dengan kekuatan.

Dia sudah menyadari identitas musuh, dan kemudian bergegas pergi dari kapal ini untuk meminta bantuan. Setelah berhasil mendapatkan bantuan, dia pun segera kembali ke kapal ini seperti ini.

Sebenarnya dia bisa saja mengatakannya padaku... tapi yah, dari dulu kami memang tidak tidak pernah memiliki kebiasaan tidak berguna seperti itu. Dan karena itu juga, kami selalu dimarahi oleh Siesta.

“...Tapi tetap saja, makasih sudah datang, Charl.”

Aku tidak menyangka akan tiba hari dimana aku diselamatkan oleh Charl.

“Hmph, bagaimana bisa aku tetap diam setelah aku dilabrak oleh anak itu?”

“Tidak, kalian itu seumuran, kan!”

...Mungkin Charl juga menjadi kesal terhadap kata-kata Natsunagi.

Dan Natsunagi mungkin tidak menyadarinya, tapi sesuatu—

“Yang jelas, kau harus mundur sekarang, Kimizukan! Ini giliranku!”

Mengatakan itu, Charl mengangkat senapan mesin yang ditempatkan di dekat pistol, dan mengarahkannya ke si 《Homunculus》.

Kau sungguh malang, Chameleon.

Dia ini benar-benar tak terkalahkan saat dia memiliki senjata di tangannya.

“Larilah terbirit-birit!”

Charl mulai menyapu geladak dengan peluru saat dia meneriakkan kalimat yang benar-benar mengaburkan kesan tentang siapa sebenarnya antagonisnya.

“...Guh.”

Sekalipun dengan tubuhnya yang babak belur, Chameleon terus mengelak dengan cekatan sambil terus mengibaskan 《lidah》 yang mengeras untuk menangkis peluru-peluru yang ditembakkan.

“Grr, ini merepotkan.”

Ini adalah pertarungan antara daratan dan langit.

Dan di sini, Charl lah yang memiliki tempat yang tinggi.

Chameleon hanya bisa menangkis peluru senapan mesin yang jatuh dari atas, dan berlari-lari di sekitar dek dalam gelombang tak berujung itu.

“Kimizuka!”

Tiba-tiba, Charl berteriak dengan suara tidak kalah nyaringnya dengan suara tembakan senapan mesin

“Aku membencimu! Aku sangat membencimu!”

Begitukah? Aku juga.

Maaf saja, tapi aku tidak pernah berpikir untuk akur denganmu.

“Tapi...tapi! Nona memilihmu! Dia tidak memilihku, tapi jutsru memilihmu, orang yang kubenci! J-Jika demikian, aku hanya bisa menyerahkannya padamu! Nona yang kusayangi memimilih dirimu yang kubenci... karenanya, aku hanya bisa mengandalkanmu!”

Pada dasarnya dia meneriakkan doa.

Tidak ada air mata, hanya hujan peluru yang jatuh dari langit.

Charlotte pasti ingin memenuhi permintaan terakhir Nonanya.

“Kimizuka! Dengan kemampuan kita, kita harus berhasil dalam misi ini!”

Ya, aku mengerti. Aku benar-benar mengerti.

Lagipula, sejak awal aku sudah bercenana melakukan begitu.

“Urrraaaaaaaa!!!”

Charl tidak ingin membuang-buang waktu untuk melakukan pengsian peluru, jadi dia mengambil pistolnya di dekat pintu, dan mendapatkan senjata baru untuk ditembakkan ke Chameleon lagi.

Jika dia terus memberikan tekanan seperti ini, kami akan menang.

Nah, itulah yang kuyakini saat bersembunyi di sela-sela dek, dan pada saat itu.

“—Sudah, cukup.”

Tepat ketika serangannya berhenti untuk mengganti senjata.

Chameleon mencondongkan tubuhnya ke depan—dan dia tiba-tiba menghilang.

“Charl! Awas!”

“Eh?”

Dan saat berikutnya, helikopter itu memiring.

“Ugh! Kita tertabrak!?”

Baling-balingnya terlihat baik-baik saja... tapi ada sesuatu yang bocor dari mesin.

“...Avturnya?”

Avtur terihat menetes dari mesin, jatuh di dek tempatku berada.

Helikopter itu menurun sedikit, dan kapan saja bisa jatuh sepenuhnya. Dan dalam situasi tersebut, Chameleon telah membaur sepenuhnya dengan lingkungan, lenyap dari pandangan kami. Kalau seperti ini...

“Kuh, aku tidak tahu apakah kita berhasil menyerangnya...”

Charl terus menembakkan senapan mesin secara acak, tapi kami tidak bisa mengetahui apakah Chameleon tertembak atau tidak. Sedangkan Fuubi-san, dia masih tetap di kursi pilot untuk memegang kemudi dan mengendalikan Helikopter yang miring itu.

Sial, tanpa keunggulan visual seperti ini kami tidak bisa apa-apa.

Bagaimana aku bisa melawan musuh yang tak terlihat? Jika itu Siesta, bagaimana dia akan...

“Haha, sekarang kalian tidak akan bisa menyerangku lagi! Ini sama seperti detektif hebat yang tak berdaya itu!”

Aku tidak bisa melihatnya, tapi aku bisa mendengar suara musuh yang penuh kemenangan.

...Lebih penting lagi, dia barusan bilang apa?

Bahkan detektif hebat pun tak berdaya?

Apa ada sesuatu yang terjadi tanpa kuketahui?

 

“Aku masih ingat wajahnya—wajah dari gadis menjijikkan yang kalah dariku dengan cara yang tidak sedap dipandang!”

 

Ahh, begitukah?

Orang ini.

Itu adalah dia,

Aku akhirnya menemukan musuh bebuyutanku yang sebenarnya.

Tapi untuk beberapa alasan, jantungku benar-benar tenang.

Aku kehilangan semua emosiku.

Aku hanya bisa memikirkan misi—yaitu menghancurkan monster yang disebut 《SPES》.

Sampai misi itu selesai, aku tidak akan pernah berhenti.

“...Nona! Jadi kau......!”

Geraman Charl bergema di seluruh medan perang.

Ya, aku benar-benar tahu perasaanmu lebih baik dari orang lain.

Tapi Charl, lihatlah aku sekarang.

Aku meletakkan dua jari di bibirku sebagai isyarat.

“Kimizuka? —Ya, aku mengerti.”

Tampaknya dia menyadari kalau yang barusan kulakukan bukanlah flying kiss.

Nah, sudah waktunya untuk mengakhiri ini.

Sudah saatnya menyingkirkan monster ini.

“Aku juga berpikir kalau orang yang satu ini harus berhenti merokok.”

“...Ya ampun, aku tidak punya pilihan lain, ya?”

Charl mengambil korek dari Fuubi-san, menyalakannya, dan membuangnya.

Ya, ke dek, tempat avtur helikopter yang bocor menyebar.

“Gaaahhhh!!!”

Api segera menjalar, dan area sekitar Chameleon pun dilahap si jago merah.

Tentunya, tidak mungkin aku tidak menerima dampak saat berada di bidang yang sama, tapi aku sudah siap untuk itu.

“P-panas, ahh... aku akan, mati...”

Tampaknya Chameleon tidak dapat mengubah fungsi untuk mengubah warna kulit dengan benar di lingkungan yang keras seperti itu, karena kini, wujudnya muncul lagi. Dia dilalap api, lidahnya yang panjang terkulai lemah, dan dia jatuh berlutut.

“Terima ini.”

Itu adalah tembakan langsung.

Dipenuhi dengan berbagai emosi, Charl menembakkan senjatanya.

“—! Gahhh!”

Chameleon meraung, dan menyemburkan darah ke mana-mana.

《Lidah》 yang seharusnya mengeras terputus oleh tembakan oleh peluru, dan kemudian jatuh di kakinya.

Tapi,《lidah》yang terputus itu segera mulai tumbuh kembali. Melihat hal tersebut, aku berjalan menuju tempat api yang menyala itu, dan dengan tangan kananku, aku mengambil potongan 《lidah》 yang setajam pisau.

“—Sial, sial.”

Reptil di depanku mencoba mengatakan sesuatu.

“Aku, akan, membunuhmu. Dan kau, akan mati, mengenaskan, seperti, detektif, itu...”

Oh, jadi dia bisa bicara kalau 《lidahnya》 masih bisa tumbuh kembali? Kalau gitu—

“—! Gaaaah!!!”

Aku menggunakan potongan 《lidah》untuk memotong 《lidah》 Chameleon yang tumbuh kembali.

Ini adalah pedang. Pedang bermata dua yang lahir dari dirinya sendiri.

Aku terus mengayunkannya, dengan mewarisi tekad mantan rekanku, sekutuku, dan orang-orang yang mewarisi tekad itu, begitu banyak orang.

“H-Hentikaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan!”

Tentu saja aku tidak berhenti. Ini adalah rasa sakit yang kau alami akibat ulahmu sendiri.

“Gaaaaaaahhhhh!!!”

Karena dia bisa menumbuhkan lidahnya lagi dan lagi, aku akan terus memotongnya sampai dia tidak dapat berbicara lagi.

“Ahh... ahhhhh...”

Benda di depanku ini cuman bisa menggumamkan suara yang tidak jelas. Tapi tangan kanan ini tidak mau berhenti, karena kalau begini saja, itu masih belum cukup. Beri aku lebih banyak, lebih banyak, lebih banyak darahmu.

Untuk Charl, untukku, dan untuk Siesta.

Lagi, Lagi, lebih, lebih banyak—

“—Mati.”

Aku tidak tahu berapa kali aku memotong 《lidah》 itu.

Aku berpikir bahwa ini akan berakhir, bahwa aku pasti bisa mengakhirinya, dan mengangkat pedang itu tinggi-tinggi—

“......!”

Tepat saat aku hendak mengayunkannya, kapal tiba-tiba berguncang, dan pada saat berikutnya.

“Belum.”

Sebelum aku menyadarinya, itu sudah terlambat.

“...!”

Tubuhku dililit oleh lidah panjang Chameleon. Dimana aku tidak bisa memotongnya sepenuhnya...!

“Pergilah, kemana, saja.”

Dan kali ini, dia menjulurkan 《ekor》 panjangnya, dan kemudian menamparkannya dengan keras ke atas dek.

“Guh...!”

Dek itu sudah melemah oleh api, dan itu runtuh begitu saja. Aku dililit oleh lidah Chameleon, dan akhirnya jatuh ke lantai yang ada di bawah.

“Sial!”

Dan  di rentang beberapa detik, terjadi pertempuran di udara.

Aku terus menusuk sisa-sisa lidah yang mengeras ke dalam mulut Chameleon.

“Gu, agh.”

Lidah yang melilit pinggangku sedikit mengendur, dan aku, yang benar-benar babak belur, melakukan yang terbaik untuk mendorong Chameleon ke bawah agar tidak membentur lantai secara langsung.

“Ah. Sial, sedikit lagi.”

Dimana aku? Tempat apa ini? Dimana aku jatuh?

Jarak pandangku buruk karena asap hitam yang masuk dari lubang langit-langit, membuatku tidak bisa memastikan dimana keberadaanku. Suara Fuubi-san dan Charl bahkan tidak bisa mencapai telingaku.

“Pokoknya, aku harus berkumpul kembali bersama mereka...”

Aku tidak bersenjata, dan aku tidak yakin di mana aku berada. Dalam keadaan seperti itu, tidak mungkin aku bisa melakukan pertarungan yang layak.

Aku menggerakkan kakiku, dan menarik jarak dari Chameleon yang cedera.

“...Kalau dipikir-pikir, aku terus-terusan kabur seperti ini selama ini.”

Aku mengejek diriku sendiri... dan dalam situasi ini, aku mencoba mencari tahu alasan mengapa aku harus hidup dalam kesadaranku yang kabur seperti ini.

“...Natsunagi?”

 

[Aku tidak akan mati. Aku tidak akan mati dan meninggalkanmu sendiran, itu pasti.]

 

Aku mengingat kata-kata itu sekali lagi.

Ya, Natsunagi membuat janji seperti itu padaku. Karenanya, aku juga akan menjanjikannya,

Aku tidak akan mati dan meninggalkan Natsunagi.

Kami bahkan belum mengucapkan selamat tinggal.

Aku akhirnya sampai ke dinding, berbalik, dan melihat sekeliling di mana aku berada.

“Haha, tempat yang sempurna.”

Itu adalah tempat yang mewah, indah, dan luar biasa.

Kemarin aku sempat berada di sini, suatu tempat yang dipenuhi dengan hasrat manusia, tanah impian (neraka)—kasino.

Itu benar-benar tempat yang pas untuk pertarungan akhir.

“——!, —bunuh, —kau.”

Chameleon juga kembali sadarkkan diri, memiring ke depan, dan kemudian berdiri.

Dia benar-benar babak belur, namun sekarang aku sama sekali tidak memiliki senjata.

Jadi, bagaimana aku harus bertarung?

Yah, sekalipun aku bilang begitu, kurasa aku tidak punya pilihan lain.

“Ahhhhhh!”

Chameleon tampaknya telah kehilangan semua persepsinya saat dia meraung.

Nah, majulah.

Aku mengulurkan tangan kiriku ke depan, dan memundurkan tangan kananku.

Senjataku adalah tubuh ini. Yang artinya, ini adalah pertarungan fisik.

“Rooooooo!!”

Chameleon berteriak, dan lidahnya yang panjang serta berlumuran darah terbang langsung ke arahku.

“Uoooh!”

Aku mengerahkan kekuatan ke tubuh bagian bawahku, dan memutar pinggangku ke belakang.

Dan saat aku mengayunkan tangan kananku—

 

“—Kau ini tolol apa?”

 

Aku mendengar suara itu.

Kupikir aku mendengar suara itu.

Tidak, kurasa itu hanya imajinasiku.

Di situasi yang kacau di dalam medan perang seperti ini, tidak mungkin ada seseorang, kan?

“Kau mau gelud melawan 《monster Homunculus》? Itu tidak bisa disebut sembrono lagi, tapi gila.”

Kemudian aku mendengar suara senjata—dan saat berikutnya, Chameleon memekik.

Darah kemudian terbang ke mana-mana di depanku, dan 《lidah》 itu dipotong menjadi dua.

“Nah, 《lidah》 itu tidak akan pernah bisa menyerangku lagi.”

Kapan aku pernah mendengar kata-kata yang seperti itu sebelumnya?

Pemilik suara itu melompat masuk melalui lubang langit-langit, dan kemudian mendarat di hadapanku.

Aku mengenali punggung yang menghadapku, dan tidak mungkin kalau aku salah mengira siapa dia.

Belakang ini, kami bekerja sama karena masalah ini dan itu.

Tapi, kenapa dia ada disini? Bukannya dia baru saja melarikan diri dengan Saikawa?

Pertanyaan yang masuk akal seperti itu menghilang di hadapan hipotesis.

Saat aku akan memastikan jawaban itu, dia menolehkan kepalanya.

Dia, Nagisa Natsunagi, berkata kepadaku,

“Lama tidak bertemu.”

Ya, ini benar-benar terasa nostalgia.

Itu adalah senyuman seratus juta poin yang selalu ingin kulihat lagi.

 

“Yah, kau tidak tidur siang lagi? —Siesta”

[Catatan Penerjemah: Codename “Siesta” berarti ‘Tidur siang’.]



close

3 Comments

  1. Karma akibat nyiksa lidah orang, zzzz

    Siesta tidur siang... Natsunagi musim panas.

    ReplyDelete
  2. Kematian si doi siesta yang masih belum tau karena apa dan disini chameleon mengeklaim kalau dia pernah mengalahkan si doi siesta. Pertarungan yang badass antar Chameleon dan Kimizuka dengan bantuan dua temannya.

    Next

    ReplyDelete
  3. Cameleon: Why do i hear boss music?

    ReplyDelete
Previous Post Next Post