Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 1 - Bab 3 Bagian 10

Bab 3 Bagian 10
Tiga tahun mempesona yang kuhabiskan bersamamu


Tidak diragukan lagi, orang yang ada didepanku adalah Nagisa Natsunagi.

Tapi,

“Matamu jadi kelihatan tidak ramah sejak terakhir kali aku melihatmu setahun yang lalu.”

Saat aku mendengar kata-kata tersebut, aku tahu siapa yang ada di dalam sana sekalipun aku tidak ingin mengetahuinya.

“Meski begitu, tidak sepertiku, kau terlihat sangat berbeda—Siesta.”

Orang yang terlihat di permukaan adalah Natsunagi—namun, orang yang ada di dalamnya adalah Siesta.

Fenomena ini biasanya tidak akan terjadi, tapi untuk beberapa alasan, aku langsung dapat menerima kenyataannya.

Dan jika ada alasan untuk itu.

“《Jantung》 itu memiliki keberadaanmu?”

Perpindahan ingatan—fenomena yang disebabkan oleh transplantasi organ saat kepribadian dan minat pendonor akan tercermin pada penerima. Secara ilmiah, fenomena tersebut tidak dapat dibuktikan. Namun, di seluruh dunia, terdapat kasus nyata dari perpindahan ingatan ini. Dan Nagisa Natsunagi, gadis yang melakukan transplantasi jantung, juga mengalami fenomena tersebut.

Sekalipun itu adalah transplantasi jantung, biasanya penerima hanya akan menerima beberapa ingatan. Tapi saat ini, Natsunagi tidak hanya mewarisi ingatan Siesta; tapi Siesta sendirilah yang mengontrol tubuhnya. Ini seperti kebalikan dari tuan dan pelayan.

“Sepertinya kau sedang memikirkan sesuatu yang tidak sopan.”

Natsunagi... tidak, Siesta mengerutkan keningnya, terlihat sedikit kesal.

“Aku hanya meminjam tubuh gadis ini. Aku tidak berniat untuk bertukar sepenuhnya.”

Siesta mengatakan itu menggunakan wajah dan suara Natsunagi.

Aku masih memiliki beberapa keraguan tentang fakta itu—tapi meski begitu, aku,

 

“Senang bertemu denganmu lagi, Siesta.”

 

Tidak peduli apapun sosoknya, tubuhku menggigil menghadapi pertemuan ini setelah setahun, dan terjatuh.

“Jadi kau bisa menunjukkan senyuman seperti itu.”

Merasa terkejut, mata Siesta membelalak.

“Yah, mungkin saja aku sediki tembem.”

Entah bagaimana, itulah yang kupikirkan.

Dan saat kami bertukar kata-kata reuni seperti tu.

“—Guh, ruahh.”

Kami sekarang berada di kasino.

Chamelon, yang berdarah karena tembakan Siesta, mengeluarkan erangan pelan.

Pembuluh darah muncul di mata putihnya, dan pembuluh darah biru berdenyut di bawah kulitnya. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan, mengibaskan 《lidah》 dan 《ekornya》. Itu benar-benar sudah bukan pemandangan dari seseorang yang bisa disebut manusia lagi.

“Baiklah, Siesta, cukup dengan basa-basi. Kita harus berurusan dengan orang itu dulu.”

“Tentu saja. Lagipula aku di sini karena alasan itu.”

Mengatakan itu, Siesta mengeluarkan koper perak yang entah dari mana dia dapatkan, dan didalamnya, berisi pistol yang disiapkan untukku. Kemudian, dia mengulurkan tangan kirinya ke arahku,

 

“Kau—jadilah asistenku.”

Saat aku mendengar kalimat itu, kesadaranku kembali ke momen empat tahun yang lalu.

Ini sama seperti dulu, cara yang sama ketika kami pertama kali bertemu, di sepuluh ribu meter di atas permukaan laut.

Pada titik ini, sosok yang berdiri di hadapanku adalah Nagisa Natsunagi—tapi, yang muncul di mataku adalah sosok Siesta empat tahun yang lalu.

...Jika demikian, sejak awal aku tidak pernah memiliki kesempatan untuk memilih.

“Sesuai keinginanmu—detektif hebat.”

Aku menerima uluran tangan itu, dan mencoba yang terbaik untuk menjawab dengan senyuman.

“...Senyumanmu itu terlihat mengerikan tahu.”

“Bacot!”

Kami kemudian mengapit Chamelon dari kedua sisi.

“Ruooooo!!!”

Chamelon melihat ke depan dan belakang, mencoba untuk memeriksa kami.

《Lidah》 dan 《ekornya》 terangkat, seolah siap untuk memburu mangsanya.

“Hati-hati! Benda itu dapat mengubah panjang dan kekerasannya!”

Aku berdiri di depan musuh, dan memberikan informasi itu kepada Siesta yang berada di sisi berlawanan.

“Hah, apa kau baik-baik saja berada di sisi itu?”

“Hm, memangya ada masalah, ya?”

Meski itu adalah Siesta, dia masihlah meminjam tubuh Natsunagi.

Aku harus menjadi orang yang berdiri di depan untuk menghadapi musuh.

“《Lidahnya》 itu tidak bisa menyerangku lagi. Jadi kupikir harusnya aku yang berada di depan.”

“...Oh, aku lupa.”

Sial. Apa aku sampai sebegitunya ingin terlihat keren?

“Hadeh, kebiasaanmu yang kebanyakan melamun itu tidak berubah.”

“Diam.”

Kami menghindari serangan musuh saat kami bertukar posisi.

“Kalau dipikir-pikir lagi, selalu saja seperti ini.”

Siesta berkata dengan sensasi nostalgia sambil terus menembak 《ekor》 musuh.

“Seperti saat kau memasuki kasino karena kau dengan percaya diri bilang [kita pasti akan menginap di hotel resor hari ini], dan akhirnya malah membuang-buang semua uang kita.”

“Grr... tapi kan itu karena sebelum hari itu, kau merengek [Aku lelah kalau harus tinggal di luar!], jadinya aku tidak punya pilihan lain selain mencobanya...”

“Tolong jangan mengarang-ngarang kenangan seperti itu.”

Dan saat berikutnya, sebuah tembakan terbang tepat di depan wajahku.

“Siesta, kau!”

“Bisa tidak kau jangan mendorong dosa kepada orang lain? Kalau kau ingin mengatakan itu... kau sendiri menyelesaikan urusan insting lelakimu di luar ruangan, ketahuan olehku, dan akhirnya harga dirimu terluka, aku akan minta maaf tentang itu”

“Kita sedang berada dalam pertempuran sekarang! Sudah ckup dengan kenangan yang tidak perlu!”

Ampun dah, wanita ini.

Dia entah bagaimana mengobrol tentang masa lalu sambil dengan gesit menghindari serangan musuh.

.............

......Tapi, ini memang sama seperti dulu.

“Tapi Siesta, kau sendiri juga menunjukkan sisi memalukanmu padaku, kan?”

“Apa maksudmu?”

“Yah, aku lupa kapan tepatnya, tapi saat kita minum wine meskipun kita tidak boleh meminumnya, setelah itu...”

“Ahh—ahh—, aku tidak bisa mendengarmu.”

“Hei, jangan arahkan pistolmu ke arahku!”

......Ugh! 《Ekor》 Chameleon menghantam meja permainan di dekatnya, dan puing-puingnya beterbangan.

Ini adalah situasi yang mengerikan, dan kami harus menjadi serius karena ini mungkin merupakan pertempuran terakhir kami... tapi, untuk suatu alasan, aku mendapati diriku merasa begitu santai.

Semua karena Siesta ada di sini.

Semua karena aku bertarung bersamanya. Tubuh dan pikiranku terasa ringan, seolah aku memiliki sayap di punggungku.

“Apa kau lupa kalau kita sedang bertempur? Jadi jangan memikirkan hal-hal yang tidak perlu.”

“Akulah yang harusnya bilang begitu—kau sungguh tidak masuk akal.”

Aku dan Siesta—kami berdua menembak bersama-sama.

“Gaaahhhhh!”

Tepat sasaran. Chameleon jatuh berlutut.

Aku langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk mengisi ulang peluruku.

“Haha, jarang sekali melihatmu begitu panik seperti itu.”

“Sebagai asisten kau terlihat cukup sombong. Apa sekarang kau menjadi orang yang menggodaku?”

“Asal tahu saja, anak laki-laki bisa berubah total dalam tiga hari.”

Mengesampingkan kami yang tidak pernah bertemu dalam setahun.

Setahun—kami bercanda dengan omong kosong, seolah-olah menggantikan waktu yang hilang tersebut.

“...Terus? Apa yang terjadi setelah itu?”

“Apa yang kau bicarakan?”

“...Itu, erm,”

Siesta, masih dengan wajah Natsunagi, tergagap,

“Kita minum alkohol, sama-sama mabuk, dan setelah itu, kita............melakukan itu?”

Aku sungguh berharap dapat melihat ekspresi malu-malu yang langka pada sosok Siesta  itu sendiri.

“Bukannya kau bilang untuk jangan menyebutkan sesuatu yang tidak perlu?”

“Tidak, sebenarnya, aku yang bersikeras untuk tetap tinggal di dunia ini karena aku penasaran tentang itu.”

“Kembalikan semua emosiku.”

Dan pada saat yang sama, Chameleon mengerang dan berdiri.

“Gogaaaaaa—!”

Ini pertama kalinya dia membuat suara gemuruh yang bisa mengguncang tempat ini.

Dan pada saat yang sama, terjadi perubahan pada tubuh Chameleon.

Mata merahnya menjadi lebih besar, dan tubuhnya mulai menumbuhkan《sisik》yang keras. Suaranya menjadi tumpul, dan tubuhnya tumbuh jauh melebihi orang normal. Dia terus tumbuh, pakaiannya robek, dan sisa-sisanya tergantung di tubuhnya. Dia mulai bertingkah layaknya reptil, seolah-olah dia tidak mampu menahan bebannya sendiri. Atau mungkin, dia tampak seperti dinosaurus yang berjalan dengan empat kaki. Dalam keadaan itu, pada dasarnya dia adalah—

“Monster.”

Scara alami aku berseru dengan parau.

“Dia... benar-benar diambil alih oleh 《Benih》.”

Siesta berdiri di sampingku, dan menghembuskan napas.

“Oi detektif hebat, jangan menjelaskan sesuatu dengan istilah yang tidak kuketahui seolah-olah itu adalah pengetahuan umum.”

Ya ampun, aku mulai mengingat tiga tahun kerja kerasku.

Dia tidak pernah memberitahuku hal-hal yang penting. Dan tak terhitung sudah berapa kali aku mendapatkan masalah karena dia yang seperti itu? Kalau sudah begitu, dia akan selalu mengatakan sesuatu seperti “Mana makasihnya?” setelah dia menyelamatkanku di bagian paling akhir dengan tatapan yang gembira. Ahh, memikirkannya kembali membuatku kesal.

“Fufu, wajahmu itu benar-benar nostalgia.”

“Kau benar-benar menganggapku tolol, bukan?”

“Aku menyukainya loh, wajah itu.”

...Kumohon,  berhenti bersikap lugas seperti itu, oke?

“—! Gooogggggaaaaar!”

Monster itu meraung sekali lagi.

Ya, aku mengerti perasaanmu. Padahal kau berada dalam bentuk ultimatemu, tapi kau justru benar-benar diabaikan. Tentunya kau jadi ingin berteriak. Kalau kau punya keluhan, maka katakan saja itu pada detektif hebat ini.

Aku dan Siesta memposisikan diri kami sekali lagi, dan kemudian kami mengapit musuh.

“Terus? Kenapa kau kembali?”

“Kenapa? Apa kau ingin aku mengatakan bahwa aku kembali untuk menyelamatkanmu?”

“Kau sama sekali tidak ada imut-imutnya.”

“Cuman bercanda.”

Peluru melesat, bersamaan dengan bau asap.

Ini seperti lamunan, suatu pemandangan yang benar-benar nyata.

Pipinya diserempet, dan beberapa darah mengalir keluar, sang 《Lamunan》 (Siesta) melompat melalui medan perang.

Kemudian, dia dengan cepat naik ke lidah Chameleon yang mengamuk, sambil menendang kepala musuh dalam prosesnya.

“Sebenarnya, aku dimintai olehnya.”

Dia salto sekali, mendarat, dan berbalik untuk berkata padaku.

“Dia berharap aku menyelamatkanmu—itulah yang dia minta.”

“Natsunagi, padamu?”

“Ya. Sejujurnya, aku ingin mempercayakan semuanya padanya... tapi karena dia meminta sampai sejauh itu, beginilah akhirnya?”

Seseorang pastinya bertanya-tanya, bagaimana bisa dua orang yang berbagi satu tubuh akan saling berbicara.

Tapi satu hal yang pasti adalah perkataan Natsunagi membuat Siesta melakukan pergerakan.

Dan pada saat yang sama, itu merupakan suatu pengecualian. Yang artinya.

 

“Ini akan menjadi yang terakhir kalinya—tidak akan ada yang kedua kalinya, kau mengerti?”

 

Wajah Natsunagi tumpang tindih dengan siluet Siesta.

Dia menunjukkan ekspresi yang serius saat dia menatapku.

“Ya, aku mengerti.”

Aku tahu. Ini merupakan perpisahan yang nyata.

“Gaaaahhhh—!”

Chameleon yang jatuh bangkit berdiri, dan meraung mengerikan.

Dan pada saat berikutnya, itu menghilang. Ini pastilah serangan penyelesaian.

“Siesta, hati-hati.”

Aku berkata pada Siesta, yang kembali ke sisiku.

“Tidak apa-apa—asisten, berpeganglah.”

“Hah? ......woa.!”

Tubuhku terbang ke orbit—.

Seperti empat tahun yang lalu. Saat itu, aku diselamatkan oleh Siesta  seperti ini.

Siesta menarikku, dan menghindari serangan musuh yang tak terlihat dengan indra penciumannya.

“Kurasa aku lebih cocok untuk diseret-seret olehmu.”

“...Kenapa kau membicarakan itu sekarang, asisten?”

.............

 

“Apa kau merasa kesepian?”

Kenapa aku harus feminim seperti itu.

 

“Maaf.”

Jangan minta maaf.

 

“Maaf karena mati lebih dulu.”

Sudah kubilang, jangan minta maaf.

 

“Aku sebenarnya tidak berencana untuk melakukan perjalanan denganmu selama tiga tahun itu.”

Oi, monster itu bukanlah musuh yang bisa kau kalahkan sambil mengenang masa lalu.

“Jika aku sampai membentuk hubungan mendalam dengan manusia, aku akan memiliki penyesalan yang berlama-lama. Belenggu tersebut pasti akan mempengaruhi pekerjaanku.”

Astaga, fokus saja pada pertempuran.

Kita tidak tahu kapan dia akan menyerang, tahu?

“Tapi tanpa kusdari, tiga tahun telah berlalu. Dan tentu saja, aku jauh lebih memperhatikanmu daripada yang kubayangkan.”

Jangan bodoh.

Kita bukan kekasih ataupun teman.

Kita hanya menjalin kemitraan bisnis yang aneh, antara detektif dan asisten.

“Aku tahu kalau kau tidak memiliki perasaan istimewa untukku, dan aku juga tidak pernah menganggapmu sebagai seseorang yang istimewa. Tapi—”

Hentikan, jangan katakan hal-hal seperti itu sekarang.

Jika aku yang mengatakannya tidak apa. Tapi, kau tidak boleh mengatakannya.

Kau bisa saja menyebutku egois jika kau mau. Tapi kau—

 

“Tiga tahun mempesona yang kuhabiskan bersamamu adalah kenangan yang paling berharga yang kumiliki.”

 

Kalau kau mengatakan itu, Aku—

“Kau ini tolol apa?”

Siesta kemudian memukul kepalaku.

“Kenapa kau sampai sebegitu terobsesinya dengan orang mati? Setahun terakhir ini, kau telah benar-benar berjuang keras sendirian kok.”

Tenggorokanku kering, dan kelopak mataku terasa panas.

Apa kau bodoh? Itu... itu sangat tidak sepertimu.

Hadeh. Jika Saikawa dan Charl melihatku seperti ini, atau bahkan Natsunagi yang biasa, mereka pasti akan menertawakanku.

Aku berpisah dari Siesta, dan berdiri di sampingnya.

“Kesepian, katamu? Maaf, tapi aku memiliki rekan-rekan yang sangat berisik sampai-sampai aku tidak punya waktu untuk merasa seperti itu.”

Aku menunjukkan ekspresi yang bermasalah, dan memberikan senyum masam.

“Itu sebabnya, aku tidak lagi sendiri.”

“Begitukah—maka akurlah dengan mereka.”

Kami saling menyandarkan punggung kami, membuatku bisa merasakan kehangatan Siesta dari tubuh Natsunagi.

Setelah pertempuran ini berakhir, Siesta akan menghilang.

Dan, dia tidak akan meminjam tubuh Natsunagi lagi.

Karena itulah,

“Hei, Siesta.”

“Apa?”

“Tidak, sebenarnya, ini lanjutan dari yang tadi, kalau kau bertanya apa yang terjadi setelah kita mabuk untuk pertama kalinya.”

Ini pertempuran terakhir, adegan terakhir bagi kami, dan itu mungkin adalah topik yang tidak pantas, tapi dalam artian tertentu, hal ini benar-benar suatu kekhasan yang akan kami lakukan.

Sambil bersandar satu sama lain, aku meraih tangan kananku, Siesta meraih tangan kirinya, dan kami membentuk garis lurus.

“Sayangnya saat itu—tidak ada yang terjadi.”

Kami kemudian mengarahkan senjata kami ke depan.

Musuh yang tak terlihat mendekat. Jika serangan kami meleset, kami berdua akan mati.

Tapi Siesta kemudian berkata “ini baik-baik saja”.

Tidak ada alasan untuk ragu.

Siesta, tidak ada yang salah. Tak satu pun dari kami salah.

Dan pada saat berikutnya, suara yang keras seperti nada dering berbunyi dari ruang kosong di depan kami.

“Asisten!”

“Aku tahu!”

Kami melihat ke arah tempat itu, dan menekan pelatuknya—

 

—Lalu.

Suara tumpul dan teriakan singkat terdengar, menandakan akhir dari semuanya.

“Begitu ya. Sebenarnya, cukup sekali saja, aku berpikir bahwa jika itu dirimu, aku bisa tidur bersamamu.”

“Harusnya kau memberitahuku hal sepenting itu lebih awal.”

Pada akhirnya, kami berdua sama-sama tertawa seperti orang tolol.



close

3 Comments

  1. Yaelah gua kira bakal ada adegan apa kek pas Kimihiko mabok gegara wine, kecewa kekeke

    ReplyDelete
Previous Post Next Post