Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 2 - Bab 1 Bagian 5

Bab 1 Bagian 5
Gaun Putih dan Pengantin Terbang


[Catatan Penerjemah: Maaf, sebelumnya ada kesalahan terjemahan mengenai masalah kostum. Sebelumnya gua menyebutkan kostum bunny (di sini gua pikir bunny girl), tapi ternyata kostum kelinci biasa. Jadi sekarang 'bunny' dirubah ke 'kelinci'.]

“Cepat.”

Siesta mendesakku, dan untuk beberapa alasan yang aneh, aku hanya bisa mengejar-ngejar si kelinci itu. Pada dasarnya jarak di antara kami tidak terlalu jauh, jadi kupikir aku bisa menangkapnya dengan mudah.

“Aku tidak menyangka gerakannya secepat itu...”

Kalau dipikir-pikir lagi, aku ingat dia mengenakan sepatu lari yang benar-benar tidak cocok dengan setelan yang dia kenakan. Apakah dia sudah memperkirakan kalau dia akan dikejar atau semacamnya?  

“Whoa.”

Saat itu, aku menyandung sesuatu dan terjatuh. Aku memeriksanya menggunakan cahaya ponselku..., dan mendapati kepala palsu terletak di dekat kakiku. Yap, kini kami sedang berlari menyusuri lantai rumah hantu. Di sini remang-remang, dan nuansanya yang seperti labirin membuat tempat itu lebih sulit untuk ditelusuri dari yang kami duga.

“Astaga, ini mah trik yang cuman mempan sama anak-anak.”

Aku menghela nafas, dan kemudian berdiri.

“Hei, apa yang kau maksud dengan mengatakan kalau kelinci itu adalah Hanako-san?”

“Penjelasannya nanti saja. Sekarang kita harus mengejarnya dulu.”

“Masalahnya aku sangat tidak memiliki motivasi untuk mengejarnya kalau aku tidak memahami alasannya.”

“Kita tidak punya waktu sekarang. Dan lagi, kenapa tangan kananmu memegang tangan kiriku?”

Uh, jadi dia tahu, ya? Kupikir dia tidak akan sadar kalau aku bertingkah bodoh.

“Apa, kau menyukaiku atau semacamnya?”

“Kau ini tolol apa?”

“Woah, perkataanmu itu membuatku marah.”

“Sudah jelas ‘kan kalau aku memegang tanganmu karena aku takut dengan kepala itu, oke?”

“Lah, kenapa kau terlihat sangat bangga tentang itu? Kau sekarang lebih tidak masuk akal dariku, tahu?”

“Haha, aku menang.”

Sambil melanjutkan basa-basi seperti itu, kami meninggalkan rumah hantu. Kami menyusuri koridor panjang yang menghubungkan gedung baru dengan lama, kembali ke area didirikannya stan-stan..., tapi.

“Ini...”

Apa yang memasuki penglihatan kami di koridor adalah beberapa orang yang mengenakan kostum kelinci yang sedang membagi-bagikan browsur dan balon. Di lihat sekilas saja, tidak mungkin untuk membedakan kelinci mana yang sedang kami kejar.

“Seperti menyembunyikan daun di tengah hutan, ya..., nyam, nyam.”

“Ya, kurang lebih begitu perumpaannya, tapi kayaknya barusan aku mendengar onomatopoeia* yang sepertinya tidak cocok dengan situasi ini.”

[Catatan Penerjemah: Onomatopeia, adalah pembentuk kata yang meniru suara atau bunyi.]

Aku menoleh ke arah Siesta, dan mendapatinya lagi makan Jaga Bata.

“Memangnya ini waktunya untuk beli makanan? Bukannya kau yang jadi alasan mengapa kita melakukan pengejaran ini. Setidaknya tunjukkan sedikit ketegangan situasinya.”

“Kalau aku tidak mengisi kembali tenagaku, aku tidak akan bisa bergerak. Oh iya, ini harganya 300 yen.”

“Bukannya kau hanya sekedar ingin mengisi perutmu? Selain itu, jangan membuatku membayarkannya seolah itu adalah hal yang wajar.”

“Kalau gitu aku akan memberikannya sedikit kepadamu. Nah, dengan begini kita impas.”

“Apa maksudmu, impas? Oi, bukankah itu kelinci yang kita kejar?”

Aku melihat siluet kostum kelinci menatap ke arah kami dari jendela di kejauhan, di seberang gedung berbentuk tapal kuda ini. Tampaknya dia menyadariku memperhatikannya, dan dia bergegas pergi dari sana.

“Apa dia pikir dia tidak akan terlihat jika dia bermain tolol? Baiklah, ayo tangkap dia.”

“Sepertinya kau akhirnya termotiviasi. Tidak buruk, terus lanjutkan seperti itu.”

“Gak usah memberikan komentar menyebalkan seperti itu. Dan juga, jangan memulai proyek mengurus asisten semaumu.”

Melanjutkan senda gurau sepert itu, kami mulai berlari lagi, dan kemudian,

“Kami dari klub kostum! Di sini kalian bisa mendapatkan pengalaman menguji coba kostum secara gratis!” seorang siswi tiba-tiba menyatakan itu.

Kalau sekarang kami punya waktu, aku ingin melihat Siesta mengenakan seragam pelayan dengan telinga kucing, tapi sayang, kami sedang terburu-buru.

“Mohon kostum untuk dua orang.”

Kemudian, itu terjadi.

“Tidak, kita tidak seharusnya melakukan ini! Bisa-bisa kelinci itu lepas dari pandangan kita!”

Aku meraih lengan baju Siesta saat dia hendak memasuki kelas, seolah-olah dia tersedot ke dalamnya.

“Apa sih, ini juga termasuk bagian dari rencana kita. Karena musuh bercampur dengan kawanan kelincinya, kita juga akan memakai cosplay sebagai taktik.”

“Kau yakin rencana ini bisa berjalan dengan lancar? Kalau kau berpakaian seperti pelayan dengan telinga kucing, itu akan menarik perhatian banyak orang.”

“Yah, yah, tidak apa-apa..., tapi kenapa seolah sudah ditentukan kalau aku akan mengenakan seragam pelayan bertelinga kucing? Aku tidak akan memakai itu, tahu?”

Memasuki ruang kelas, kami menerima tas yang berisi kostum dan memasuki ruang ganti sederhana yang dipartisi dengan tirai. Aku berdiri di balik tirai sendirian, dan kemudian mengeluarkan kostum dari tas itu.

“...Ini ‘kan?”

Tapi jujur saja, aku tidak terlalu antusias memakai kostum dari tas ini..., atau lebih tepatnya, rasanya sedikit memalukan bagi anak SMP untuk memakai kostum ini. Tapi terserahlah, karena kami mesti menyamar, aku tidak punya pilihan lain. Dengan sedikit enggan, aku berganti pakaian, memantapkan tekadku, dan menarik tirai ke samping.

“Lah, tidak ada yang melihatnya?”

Pukimak, padahal aku sudah memantapkan tekadku. Sialan dah orang-orang itu.

Sedangkan mengenai di mana orang-orang dari klub kostum berada, mereka ada di ruang ganti sebelah. Untuk beberapa alasan, aku bisa mendengar suara-suara yang bersorak. Tentunya, orang yang ada di balik tirai itu adalah orang yang masuk ke kelas ini bersamaku.

“Maaf membuatmu menunggu.”

Akhirnya, tirai terbuka dan memperlihatkan sosok Siesta yang mengenakan gaun pengantin putih bersih.

“Bagaimana menurutmu?”

Siesta, yang menatapku sambil berseri-seri, menanyakan pendapatku sambil memiringkan kepalanya.

Menanggapinya yang seperti itu,

“Yah..., itu terlihat cocok untukmu,”

Aku memalingkan wajahku, dan hampir tidak mampu mengucapkan kata-kata tersebut.

“...Aku tidak menyangkaa kau akan memberikan penilaian yang jujur.”

“...Yah, lagian tidak ada gunanya kalau aku berbohong.”

“Tapi, itu juga cocok untukmu loh..., tuxedo itu.” kata Siesta, menunjuk ke tuxedo* yang kukenakan.

[Catatan Penerjemah: Tuxedo, pakaian resmi pria (jas, kemeja putih, dan celana hitam).]

“B-Begitukah?”

“Ya...”

Aku jadi merasa canggung dan kaku, dan dengan serempak, kami memalingkan wajah kami.

“Kalau kalian mau, kami akan mengambil foto kalian!!”

Mengatakan itu, gadis dari klub kostum menyiapkan kameranya.

“Yah, haruskah kita berfoto?”

“Kau benar, lagipula ini adalah kesempatan yang langka, mungkin?”

Dan kemudian, kami kembali menoleh untuk melihat satu sama lain secara serempak, menerima saran gadis tersebut.

“Baiklah, bilang cheese!”

Cekrek,

Kami tidak menunjukkan simbol damai, yang sebagian karena pakaian kami, dan satu-satunya yang diambil adalah fotoku dan Siesta yang berdiri bersebalahan. Kemudian, kami meminta mereka mengirimkan foto terseut ke ponsel kami.

“Ini kenangan yang cukup bagus.”

Siesta terlihat malu-malu, dan aku pun tersenyum tipis.

Ya, ini benar-benar kenangan yang bagus—

 

“—TIDAK!!”

 

Tanpa berpikir dua kali, aku segera bertariak.

“Bukannya kita harus mengejar kelinci itu!?”

Kenapa kami begitu terbawa suasana dengan cosplay? Kami benar-benar melupakan tujuan awal kami...

“Waduh, kita tidak sengaja terlibat dalam adegan romcom. Ayo cepat.”

Dengan cepat, Siesta kembali ke dirinya yang dulu dan berlari keluar sambil masih mengenakan gaun pengantin.

“Oi! ......Ah sial, maaf, kami akan mengembalikan kostumnya nanti!”

Aku berseru kepada anggota klub yang tercengang, dan untuk saat ini, aku mengejar Siesta.

“Rasanya sangat tidak nyaman untuk bergerak dengan mengenakan pakaian ini.”

“Kau pastilah satu-satunya orang yang suka bermain-main dalam hal ini.”

Dua orang yang mengenakan gaun pengantin dan tuxedo berlarian di koridor. Semua orang mengeluarkan ponsel mereka, mungkin berpikir kalau itu adalah acara cosplay atau semacamnya. Tidak diragukan lagi kalau sejarah hitam ini akan diunggah ke SNS.

“Hei.”

Namun, Siesta menunjukkan senyum bahagia, seolah dia ingin menyingkirkan semua kekhawatiran ini,

“Ini sungguh menyenangkan, asisten.”

Ini terkesan layaknya kami menikmati masa muda kami, dan dia tersenyum manis kepadaku.

“Siapa yang kau panggil asisten?”

“Ah, bukankah itu sudah jelas?”

Jelas? Tidak! Dan juga, jangan kembali ke dirimu yang lama. Hadeh...

“Asisten, di sana.”

Tiba-tiba, Siesta menunjuk ke arah jendela, dan apa yang ada di sana adalah,

“Dia sampai di sana, ya?”

Kelinci itu memotong jalan menembus kerumunan di halaman.

“Dia pelaku yang cukup terbuka untuk ​​berlarian dengan setelan itu.”

“Jangan pikir itu bisa dilepas sendiri.”

“Sungguh menyedihkan.”

Kurasa orang itu sedang mandi keringat, lagipula dia berlari dengan kecepatan tinggi dalam cuaca seperti ini, apalagi dengan mengenakan pakaian seperti itu.

“Ayo cepat dan tangkap pelaku itu.”

Mengatakan itu, Siesta membuka jendela.

“...Tunggu dulu, aku punya firasat yang buruk tentang ini? Apa kau benar-benar akan melompat dari sini?”

“Hm, tidak.”

Begitu ya, jadi bukan begitu. Selamat dah.

“Yang melompat bukan aku saja. Tapi kau juga akan ikut lompat.”

“Hah?”

“Tidak apa-apa. Sekarang aku memakai sepatu ini. Ini adalah salah satu dari 《tujuh alat》 yang sempat kusebutkan padamu sebelumnya—”

Saat dia mengatakan itu, Siesta segera memelukku dan meletakkan kakinya di ambang jendela,

 

“—Mereka terbang.”

 

Pada hari itu, ada rekaman seorang anak laki-laki yang mengenakan tuxedo sedang digendong oleh seorang gadis yang mengenakan gaun pengantin, terbang di udara, dan itu sangat populer di media sosial.



close

3 Comments

  1. Pantesan gua kok merasa aneh kek bunny apaan, maksudnya bunny girl... Tapi gua udh sadar sih kalo kostum bunny biasa, salah dikit gpp makasih udh di note di awal min

    ReplyDelete
  2. yang nata story anime nya joss dah.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post