Bab 3 Bagian 3 - Pukul 8 Malam X Etiket
“Waa~ Ramen Bawang Putih Vegetarian Ekstra Besar itu rasanya enak sekali!”
“...Kau benar.”
Aku sudah kehilangan harapanku pada horoskop TV!
Setelah kami meninggalkan rumah makan, kami berdua berjalan berdampingan di peron stasiun, dimana di dalam obrolan biasa kami, aku harus berkata dengan nada keras karena saat itu sedang ramai.
Restoran yang ingin dikunjungi oleh Haruka adalah toko ramen yang terletak di depan stasiun.
...Sejujurnya sih, hari ini aku tidak ingin makan ramen. Toko itu juga baru-baru saja dibuka, dan kami biasanya membicarakan tentang toko itu setiap kali kami melewatinya. Tapi yah, aku tidak bisa mengatakan tidak pada Haruka, lagian aku sendiri yang bilang bahwa kemanapun dia ingin pergi aku akan ikut saja.
Dan tentunya, tidak mungkin bagiku bisa menciumnya setelah memakan makanan seperti itu. Itu adalah perilaku yang buruk.
Dengan kata lain, rencanaku ini telah hancur.
*Haaaah*
“...Haruka, kau suka makan ramen, kan?”
“Mm, aku menyukainya. Itu karena setelah melakukan aktivitas klub, aku perlu mengisi kembali energiku. Jadi yah, sesekali aku sangat ingin untuk makan ramen seperti hari ini. Kalau mau dikesankan, itu seperti seperti tubuhku menjerit minta air, garam, dan minyak.”
“Oh iya ya, lagian kan kau berlatih dengan keras.”
“Apa kau secara pribadi tidak menyukai ramen, Hiromichi-kun? Kita terlalu banyak memakannya saat kita sedang kencan.”
“Yah, lagipula ramen itu satu-satunya makanan yang bisa dibeli oleh dompet seorang pelajar, dan kau juga menyukainya. Tapi setelah kupikir-pikir lagi, menurutku sih tidak banyak gadis yang menyukai ramen, jadi kupikir itu agak tidak biasa aja.”
“Eh?”
Terhadap kata-kataku itu, mata Haruka membelalak bingung.
“Bukan begitu loh, semua gadis menyukai ramen. Seperti misalnya, semua gadis di klub drama suka makan ramen.”
“Begitukah? Itu mengejutkan. Kesan yang kumiliki sih..., mereka itu tidak suka sesuatu yang berlemak dan bau bawang putih.”
“Oh, aku bisa mengerti itu, banyak sekali gadis yang memesan ramen tanpa bawang putih. Itu sungguh disayangkan, padahal Ramen akan terasa jauh lebih enak kalau pake bawang putih. Oh... Mungkinkah kau tidak menyukai gadis yang memasukkan bawang putih ke dalam ramen mereka?”
Saat itu, raut wajah Haruka menjadi pucat.
Ini buruk.
Aku mengatakan sesuatu yang goblok hanya karena rencanaku telah hancur.
Alasan kenapa saat ini aku ingin sekali mencium Haruka adalah karena hatiku yang sangat lemah, yang telah diguncang oleh Shigure.
Ini jelas bukan salahnya Haruka, tapi aku malah membuatnya merasa seperti ini. Astaga, apa yang telah kulakukan?
Aku segera menyangkal kekhawatiran Haruka.
“Tidak, tidak! Itu sama sekali tidak benar kok! Maksudku, kita kan makan bersama tuh, jadinya aku tidak akan bisa mencium apapun. Jadi jangan khawatir, makan saja apa yang kau inginkan. Ngomong-ngomong, kau terlihat sangat seksi loh saat makan ramen.”
“Waa~ I-itu mengejutkan.”
Eh, oh...
Uwaaaaaaa! Aku panik banget hingga aku jadi terlalu banyak bicara.
Bahkan sampai kata ‘seksi’ keluar begitu saja dari mulutku. Tapi, itu adalah kata yang buruk yang biasanya tidak kuucapkan.
“M-maaf.”
Haruka tersipu malu. Aku sendiri juga merasa malu, jadi aku meminta maaf.
“Um...” Lalu, Haruka menatapku dengan sedikit cemberut dan melanjutkan, “Tidak, maaf. Sejujurnya, aku ingin kau lebih sering memujiku.”
Aa, ack, Apa—...
Aku tidak percaya betapa imutnya pacarku ini.
Aku pasti akan memujinya sebanyak yang dia mau.
Tapi ketika aku hendak berbicara, sebuah pengumuman terdengar bahwa kereta akan tiba.
Woy kereta, setidaknya baca dikit dong suasananya!
Yah, pada akhirnya, kami berpisah tanpa terjadi sesuatu apapun yang istimewa.
“Maaf..., kurasa sekarang kita harus mengucapkan selamat tinggal.”
“...Y-Ya. Sampai jumpa besok di sekolah.”
Aku melambai ke arah Haruka yang menaiki kereta, dengan perasaan hampa di batinku.
Tapi kemudian, Haruka berbalik dan berkata,
“Aku suka dengan kencan yang seperti kemarin..., karena dengan seperti itu kau membuatku merasa istimewa. Tapi, kau tahu, Hiromichi-kun. Aku juga suka dengan jenis kencan di mana kita bisa makan dan bersenang-senang saat sepulang sekolah! Itu sebabnya..., tolong pastikan untuk mengajakku kencan lagi!”
“A-ah... Tentu saja.”
Saat aku menjawab begitu, Haruka terkikik.
Dia tampak sangat bahagia.
Dan kemudian, begitu pintu kereta tertutup, Haruka segera menghilang dari pandanganku.
Aku mengawasinya dari peron sampai aku tidak lagi bisa melihat kereta.
“Hm~~~~”
Malu-maluin banget njir.
Habisnya, di saat Haruka menikmati kencan makan malam hari ini, aku sungguh heran pada diriku yang justru merasa hampa dan tidak puas.
Sebelumnya, kami berdua merasa malu hanya karena berpegangan tangan.
Apa cuman aku satu-satunya yang menjadi semakin berani..., dengam cara yang buruk?
Tapi satu hal yang pasti, tidak diragukan lagi kalau aku sangat menikmati waktu yang kuhabiskan bersama Haruka.
Semua masalah ini terjadi karena..., ciuman dari Shigure yang penuh gairah, berbahaya, namun menyakitkan memenuhi beberapa nafsu dalam diriku.
Ini buruk, sangat buruk. Ini harus dihentikan.
Bukannya aku merasa tidak nyaman, atau seperti aku terlalu banyak memikirkan Shigure ataupun perasaan bersalah pada Haruka.
Tapi, cinta dari Shigure telah mengubah persepsi harga diriku.
Itu menghancurkan siapa diriku yang sebenarnya.
Racun ini..., terlalu mematikan.
Jika aku sampai terkontanminasi racun itu lagi, itu sudah tidak akan bisa diberikan penawar.
Aku harus melakukan sesuatu, apapun itu..!
Semangat min
ReplyDelete👍
ReplyDeleteSemangat coy
ReplyDeleteSemangat
ReplyDeleteSemangat
ReplyDelete