Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 2 - Bab 3 Bagian 9

Bab 3 Bagian 9
Orang-orang menyebutnya Jack the Devil


Meskipun kelihatannya ada banyak sekali perhatian, tindak kriminal kian meningkat, dan beritanya dibatasi. Dalam kasus pembunuhan berantai yang aneh ini, korban kelima telah dipastikan, dan inkarnasi modern dari Jack the Ripper—《Jack the Devil》, diungkapkan kepada semua orang.

Alasan untuk itu dikarenakan meski keempat kasus sebelumnya terjadi saat tengah malam, kasus kali ini terjadi saat hari masih cerah, dengan saksi yang jauh lebih banyak. Selain itu, yang menjadi faktor terpentingnya, korban kali ini adalah seorang senator wanita muda yang terkenal di daerah ini.

Kecantikan yang karismatik dari politisi wanita ini dibunuh dengan sangat brutal, yang membuat media mulai meliput kasus yang sensasional ini.

“...Jadi ini hasilnya?”

Saat ini, kami sedang berada di rumah korban kelima, namun di sana terdapat banyak sekali reporter yang bersenjatakan kamera, mengelilingi rumah besar tersebut. Aku mencoba untuk mendekat, dengan pemikiran kalau aku akan bisa mendapatkan semacam petunjuk atau sesuatu..., namun, ini terlalu berlebihan.

“Padahal di saat seperti ini...”

Alicia melihat ke arah media yang tidak peduli dengan perasaan dari keluarga korban, dan dia mengepalkan tinjunya ketika dia berdiri di sampingku.

Layaknya orang gila, mereka menekan-nekan bel pintu, seolah-olah mereka mencoba untuk merusaknya, bahkan sampai ada yang menggedor-gedor pintu tersebut..., dan akhirnya, seseorang mungkin telah kehilangan kesabarannya, karena pintu itu kemudian dibuka. Seorang wanita lemah yang berusia sekitaran enam puluh tahun keluar dari pintu tersebut, dan reporter dengan cepat mengelilinginya.

“Kimizuka, itu...”

“Ya, kemungkinan besar dia adalah Ibu korban.”

Wanita itu, yang besar kemungkinnya merupakan ibu dari korban, dibanjiri oleh kamera, dan tampak sedikit kewalahan.

“......Permisi, jika ada yang ingin anda katakan......”

Meski demikian, media terus melontarkan pertanyaan, dan pemandangan itu sudah seperti wanita itulah pelaku dari kasus ini.

“Kimizuka......”

Dengan lembut, Alicia menarik lengan bajuku.

“Ya, aku mengerti.”

Apa ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk mengusir mereka? Saat aku bertanya-tanya seperti itu, kemudian,

Bam, suara tembakan yang nyaring bisa terdengar dari kejauhan.

Dan dengan begitu, para media segera bergegas menuju tempat tembakan itu terdengar, hanya untuk bisa mendapatkan berita terbaru. Puluhan detik kemudian, tidak ada orang lain lagi selain kami.

“Mereka itu benar-benar pragmatis.”

[Catatan Penerjemah: Pragmatis, memandang sesuatu menurut kegunaan yang akan bermanfaat.]

Mereka sudah seperti hama yang melompat ke arah umpan. Naluri kebinatangan yang benar-benar tidak dapat dipercaya itu benar-benar bisa digunakan seperti ini. Yah, seperti yang bisa diharapkan dari detektif hebat kami yang luar biasa.

“Aku memang harus menyerahkan ini padamu—Siesta.”

“Jadi, apa kau ingin kembali kepadaku?”

Tanpa sepengetahuanku, Siesta sudah berdiri di sampingku, dan menatap ke arahku saat dia menanyakan itu.

Cuman yah, aku tidak sama sekali tidak punya ingatan kalau hubungan kami sebagai rekan telah terputus.

“......Terima kasih.”

Mengesampingkan fakta kalau hubungan di antara kami menjadi agak canggung, Alicia juga menggumamkan terima kasih.

“Aku tidak melakukan ini untuk siapa pun.”

“Kau sungguh orang yang tidak jujur.”

Ah yah, aku pernah mengatakan perkataan tentang diriku. Aku tidak menyangka kalau aku akan mendengar perkataan ini darinya.

“Ah.”

Alicia tampaknya menyadari sesuatu, karena dia memekik singkat. Tapi, saat aku menoleh ke arahnya, dia tidak terlihat di mana-mana—malahan, dia sudah berada di pintu masuk, memeluk wanita yang sebelumnya dikelilingi oleh media itu.

“Kalian berdua, cepat ke sini!”

Alicia memanggil kami.

Wanita itu mungkin ambruk setelah dia terlepas dari stresnya..., Aku dan Siesta menopang pundaknya, dan kemudian membawanya masuk ke dalam rumah.

 

“Aku minta maaf karena telah merepotkan kalian.”

Sekarang kami berada di ruang tamu, dan karena wanita menundukkan kepalanya ke arah kami, tampaknya dia sudah mendapatkan kembali kekuatannya setelah dia istirahat sebentar.

“Oh iya, tehnya...”

“Tidak, itu—”

Dan kemudian, dia tersandung ketika dia mencoba berdiri dari sofa.

“Apa kau baik-baik saja?”

Alicia, yang duduk di sebelah wanita itu, menopang punggungnya ke sofa, dan mereka duduk di seberangku dan Siesta.

“Maafkan aku, ini semua terjadi secara tiba-tiba, dan aku tidak tahu harus berbuat apa...”

Kata wanita itu, sambil melihat bingkai foto yang ada di sebelahnya. Di dalam foto tersebut, ada dia dan putrinya—korban dalam kasus kali ini. Mereka berdiri bersama, tersenyum bahagia.

“Suamiku telah lama meninggal karena kecelakaan, dan anak itu selalu merasakan penderitaan..., namun, dia selalu mengatakan “jika aku mampu menghasilkan uang yang banyak, aku bisa memastikan bahwa hidupmu akan jauh lebih mudah, Bu”... dan dia jadi benar-benar menonjol. Dia juga membangun sebuah rumah yang seperi itu. Dan bagiku, sangat disayangkan apabila anak itu tetap di sisiku, harga diriku...”

Sambil berbicara, wanita itu terisak-isak. Dan di sebelahnya, Alicia menepuk-nepuk punggungnya.

“Pada hari kejadian.” Namun, saat wanita itu sedang menangis, Siesta bertanya, “Apa putri anda kelihatan aneh?”

Wajahnya sangat tenang dan tanpa ekspresi. Siesta benar-benar fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya, seolah-olah itu adalah suatu hal yang harus dia lakukan.

“...Siesta, kau ini...”

Ya, aku sudah salah paham. Dia yang mengalihkan perhataian para media tidaklah untuk menolong wanita ini—melainkan agar tidak ada orang yang dapat menggangunya ketika dia melakukan interogasi.

Harusnya aku mengetahuinya. Karena bagaimanapun juga, seperti itulah cara Siesta bertindak, seperti itulah tindakan yang akan diambil oleh seorang detektif hebat yang rasional dan tidak akan melibatkan sentimennya.

“Hari itu..., tidak, tidak ada keanehan yang khusus. Dia hanya meninggalkan rumah seperti biasa...”

Ibu korban menyeka matanya dengan sapu tangan, dan menjawab demikian sambil merasakan kepedihan.

“Jika demikian, kami mungkin dapat menemukan sesuatu dari mayat putrimu—”

“Siesta.”

Aku menghentikannya untuk mengatakan apapun lagi. Siesta menatapku, dan kemudian terdiam.

“Aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk anak itu.”

Ibu itu terus berbicara dengan lepas.

“Dia terus-terusan bekerja, sama sekali tidak meminta imbalan apa-apa. Aku tidak pernah berpikir kalau bebannya akan sesakit itu.”

Aku sama sekali tidak pernah memikirkannya, katanya, saat air mata mengalir dari matanya.

Dan di sisi lain, baik Siesta..., maupun aku yang menghentikannya, sama sekali tidak bisa berkata apa-apa untuk membalasnya.

“Itu..., tidaklah benar.”

Suara isak tangis itu bergetar, yang dimana kupikir itu terlontar dari sang Ibu.

Namn, setelah menilai suara itu dengan lebih jeli, kusadari bahwa itu terlontar dari orang yang ada di sebelahnya.
 

“Sama sekali tidak ada hubungan sepihak dalam menerima berkat, ataupun sepanjang waktu terus menjadi orang yang menerima.”

 

Dengan air mata yang berlinang, Alicia berdiri dan mengatakan itu kepada sang Ibu.

“Jika anda bermaksud mengatakan bahwa anda menerima berkat dari putri anda—maka pasti anda telah memberikannya dengan lebih banyak kepada putri anda! Apa aku benar!?”

Jelas sentimen manusia bekerja dalam kedua pemikiran tersebut. Karena..., memang seperti itulah seharusnya. Tidak ada bukti, yang artinya, itu sama sekali tidak meyakinkan—namun, Alicia mengucapkan kata-kata itu dengan semua emosi yang ada di dalam dirinya.

Dia benar-benar kebalikan dari Siesta, dan pastinya aku juga tidak akan bisa melakukannya. Alicia menjangkau orang yang membutuhkan pertolongan.

“...Terima kasih.”

Wanita itu berdiri, dan dengan lembut memeluk Alicia.

“Untuk beberapa alasan, aku merasa seperti aku ditegur oleh putriku sendiri.”



close

4 Comments

Previous Post Next Post