Bab 2 Bagian 10
Kesalahpahaman itu tak bisa dimaafkan
“Aaah——”
Aku membawakan apel yang telah dikupas ke dalam mulut yang terbuka lebar, layaknya bayi yang sedang menunggu untuk diberi makan.
“......Aaaahmmm......nn......nghh......hmm, apel ini rasanya tidak terlalu manis.”
“Aku sedang menyuapimu di sini, jadi jangan banyak mengeluh.”
“Habisnya apa boleh buat ‘kan? Bagaimanapun juga aku sedang terluka.”
“Ya itu memang benar, tapi kakimu lah yang terluka! Tanganmu sehat-sehat saja!”
Saat ini kami berada di sebuah ruangan di belakang kantor sekaligus rumah kami, sebuah apartemen.
Siesta mengabaikan tanggapanku saat dia berbaring di atas ranjang, meregangkan tubuhnya. Sungguh jarang melihatnya mengenakan setelah parka* yang agak kasual, tapi yah, ada alasan mengapa saat ini dia sedang dalam mode non-tempur.
[Catatan Penerjemah: Parka, jaket wool yang memiliki tuduung.]
“Apa kau sudah lupa bahwa hari itu kau menghabiskan waktu yang sangat lama untuk memarahiku? Padahal saat itu aku sedang terluka loh!”
“...Kupikir itu cuman sekedar luka ringan karena kau tidak terlihat kesakitan. Maafkan aku.”
“Yah, saat itu adrenalinku sedikit meningkat, jadi aku sendiri tidak sadar bahwa aku sedang terluka.”
“Terus, kenapa malah aku yang dimarahi sekarang?”
Beberapa hari yang lalu, terjadi pertarungan mematikan, dan karena Siesta terjatuh dari atas Big Ben, dampaknya mengakibatkan kakinya memerlukan waktu dua minggu untuk dapat pulih sepenuhnya.
Harusnya sekarang kami mengejar Hel yang melarikan diri, tapi kami tidak punya pilihan lain karena Siesta terluka parah, alhasil kami hanya bisa mundur ke markas kami yang berada di London, dan menunggun dirinya pulih sepenuhnya.
“Kau sendiri bagaimana, apa kau baik-baik saja?”
“Aku cukup sehat untuk dapat merawat rekanku yang keras kepala.”
“Begitu ya. Baguslah kalau begitu.”
“Sekarang ini aku lagi bersikap judes loh.”
“Aku tidak bisa hidup tanpamu.”
“.....Jangan mencoba mengubah topik dengan bertingkah malu-malu secara tiba-tiba.”
Dan lagian, kau sama sekali tidak pernah memikirkan sesuatu yang spesial seperti itu.
“Baiklah, buruan habisin dan cepatlah sembuh. Aku ini buruk dalam menangani pekerjaan rumah.”
Selama hampir tiga tahun aku berkeliling dunia bersama Siesta, kami menghabiskan cukup banyak waktu untuk hidup bersama di bawah satu atap. Namun, hampir semua pekerjaan rumah ditangai oleh Siesta. Aku merasa sedikit tidak enak, tapi yah, itu hanya berada di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat. Kuharap ini akan membalas saat-saat dimana dia hanya akan menyuruhku ngegabut.
“Bukkannya ini adalah kehidupan kohabitasi yang kau inginkan. Bagaimana kalau kau lebih menikmatinya sedikit?”
“Jangan menyebutnya kohabitasi. Itu terlalu taktis.”
[Catatan Penerjemah: Kohabitasi, hidup bersama sebagai suami-istri (pasutri).]
“Selain itu, kau harus lebih melatih keterampilan hidupmu. Apa yang akan terjadi padamu kalau aku tidak ada?”
“...Oi, kata-kata seperti itu dilarang untuk diucapkan.”
“...Oh ya.”
Aku dimarahi lagi, mengatakan itu, Siesta tersenyum kecut.
“Tapi setidaknya, kau harus tahu caranya mencuci pakaian. Pria yang tidak berguna biasanya dibenci loh.”
“Aku akan memikirkannya..., tapi yah, untuk beberapa alasan...”
“Hm? Ahh, maksudmu celana dalamku?”
Oi, aku sudah mencoba untuk bertindak bijaksana loh. Jangan katakan itu.
“Kalau kau mau memakainya, pakai saja saat aku sedang tidak melihatnya.”
“Memikirkan untuk melakukan itu pun sama sekali tidak pernah terlintas di benakku.”
“Ah, tapi mungkin itu tidaklah pantas kalau mau mengendus-ngendusnya.”
“Kau ini sama sekali tidak percaya pada asistenmu, ya?”
Seriusan dah, apa sih gunanya kita menghabiskan waktu bersama selama hampir tiga tahun?
“...Haa”
Astaga, rekanku yang satu ini. Aku tersenyum masam, lalu perlahan berdiri.
“Hm, kau mau keluar?”
“Hah? Aku mau ke supermarket.”
“Loh? Bukannya tadi pagi kau bilang kalau kau sudah membeli semua kebutuhan harian?”
Oi oi, Siesta, kau ini....
“Kau sukanya yang manis-manis, kan?”
Ya ampun, jangan melupakan sesuatu yang baru saja kau katakan.
Lalu, untuk suatu alasan, Siesta tampak terkejut.
Tapi itu hanya berlangsung sesaat, karena dia kemudian dengan cepat tertawa.
“Ke-kenapa? Apa yang kau tertawakan?”
Tiap kali Siesta tertawa seperti ini, dia pasti akan menggodaku. Aku sama sekali tidak tahu..., kenapa Siesta menertawakanku...
“......Hei,”
Siesta dengan cepat menyuarakan suaranya, seolah-olah dia berusaha menahan tawanya.
“Tidakkah kau menyukaiku?”
......!? ............!?!?!?!?!?!?
“Hah? Tidak, aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan. Hah? Tidak, hah? Haaaah??????”
Apa yang dia ucapkan dengan begitu tiba-tiba? Ah, apa mungkin itu karena lukanya? Apa kepalanya terbentur? Jika bukan demikian masalahnya, sama sekali tidak mungkin seorang seperti dia akan mengucapkan kata-kata yang canggung seperti itu. Aku hanya merawatnya yang sedang sakit, dan memutuskan untuk pergi keluar dan berbelanja hanya karena dia bilang dia ingin memakan apel yang manis..., tidak, kurasa aku terlalu memanjakannya, atau mungkin lebih seperti aku sangat menghargainya. Aku tidak berpikir bahwa ini akan sama denganku yang memikirkan Siesta sebagai orang yang spesial. Ya, dengan kata lain—
“Diamlah, tolol!”
Aku merasa seolah-olah diriku bereaksi seperti anak SD. Tapi yah, lupakan saja. Waktunya untuk menjadi tenang dan cepat pergi keluar.
Hm, ini aneh? Untuk suatu alasan, gagang pintu terasa licin, dan aku tidak bisa membukanya.
Apa pintu ini rusak? Ini rusak ya. Aku akhirnya menendang pintu tersebut, dan kemudian meninggalkan rumah.
“Sialan, aku tidak akan bersikap baik padamu.”
......Yah, ini akan menjadi yang terakhir kalinya. Lagipula kan, dia sedang terluka. Ya, sekali ini saja. Umu, hanya sekali ini saja. Aku bergumam begitu pada diriku sendiri, dan bergegas pergi ke supermarket.
Dan aku, yang pergi berbelanja, membawa seorang gadis yang tersesat di sebuah gang dekat jalan besar Baker.
Update min,saya tunggu🤗
ReplyDeleteTsundere akut nih MC giliran siesta mati, baru sedih canda sedih
ReplyDeleteGiliran Siesta mati kena mental :")
ReplyDeleteEmg anjng si MC, ditinggal mati siesta Nanges, gliran dia Hidup lu Marahin, Sini gelud kita anjg!!1!, kaga tau diri jadi human ngnttd
ReplyDeleteStress
DeleteSehat bang?
DeleteSegat bang
Delete