Bab 3 Bagian
Aku membawa pulang seorang gadis kecil, dan kemudian aku dipecat
Di suatu gang yang sempit dengan hanya beberapa pejalan kaki yang berlalu-lalang, ada seorang gadis yang tampak tak terurus dan ditinggalkan sedang tidur di dalam kotak kardus.
Bukan seekor anak kucing, bukan juga anak anjing, melainkan..., seorang gadis kecil. Aku menyingkirkan rambut panjang berwarna merah mudanya yang diikat menjadi model twintail, dan dengan suara hembusan nafas yang ringan, wajah gadis kecil yang sedang tidur muncul di hadapanku.
“...Nah, apa yang harus kulakukan sekarang?”
Sejujurnya sih, aku hanya bisa mencium bau masalah dari ini. Dan sejak awal, alasan mengapa aku memasuki gang yang hanya ada sedikit orangnya ini adalah karena ada apel yang jatuh dari kantong pembungkus yang kubeli dari supermarket. Aku menduga kalau seseorang akan membalasku bahwa ini hanyalah kebetulan, tapi asal tahu saja, aku adalah orang yang memiliki kemampuan untuk cenderung 《terlibat dalam masalah》.
“Yah, kurasa tidak ada cara untuk melarikan diri dari ini.”
Menilai dari pengalamanku, sekali aku terlibat dalam masalah, itu pasti akan terus menggangguku sampai aku menyelesaikannya. Jika demikian, yang terbaik untuk dilakukan adalah menyelesaikan masalah itu sesegera mungkin.
Dan dikarenakan kecenderunganku yang berbahaya ini, aku sering bepergian ke luar negeri untuk mendapatkan beberapa kemampuan linguistik*. Jadinya, bahkan dalam situasi seperti ini, aku dapat bebicara pada gadis ini dengan mudah.
[Catatan Penerjemah: Linguistik—ilmu bahasa, sesuatu yang berkaitan dengan kebahasaaan.]
“Oii, apa kau masih hidup?”
Dengan menggunakan jariku, aku menyodok-nyodok pipi gadis itu. Mn mn, pipi yang kayak mochi itu terasa seperti menyedot jari telunjukku.
“......Nn,......nnnn.”
Koran yang gadis itu jadikan selimut mengelarukan suara gemerisik, dan dia bergerak-gerak dalam tidurnya. Sekali lagi, aku menyodok pipinya itu dari samping. Sodok, sodok, sodok, sodok, ini terjadi selama beberapa kali lagi—dan kemudian....
“Nn—, siapa sih...?”
Terkesiap, gadis itu kemudian dengan cepat mengusap-ngusap matanya, duduk, menoleh ke arah kanan, dan menatap mataku.
Matanya yang besar tampak dipenuhi dengan semangat dan disertai dengan bulu mata yang panjang. Usianya mungkin sekitaran 12-13 tahun, atau mungkin malah lebih. Kesan yang dia tunjukkan adalah sosok gadis kecil yang imut, dan aku bisa memprediksi bahwa dirinya akan menjadi gadis yang cantik di masa depan.
Lalu, tepat saat aku menatap gadis tersebut,
“—Jadi begitu ya,”
Dengan tergesa-gesa, gadis itu menutup matanya seolah-olah dia telah menyadari sesuatu.
“Aku sedang diserang*.”
[Catatan Penerjemah: Mungkin kalian sudah tau maksudnya, tapi biar gua kasih tau aja kalau kalian gak tau, diserang maksudnya sedang melakukan tindak pelecahan seksual.]
Untuk suatu alasan, aku memiliki firasat yang sangat buruk tentang ini, tapi untuk sekarang.... aku memutuskan untuk bertanya padanya terlebih dahulu.
“Diserang oleh siapa?”
“Olehmu!”
Gadis itu menatap ke arahku, dan matanya itu menunjukkan sedikit genangan air mata.
“Kau bisa memiliki dan bermain dengan tubuhku semaumu, tapi kau sungguh salah paham jika kau berpikir bahwa kau bisa memiliki hatiku!”
Sungguh sikap curiga yang cukup cepat..., itu benar-benar tidak beralasan.
“Kau membawaku ke gang belakang yang sepi ya..., kau sungguh yang terburuk! Dasar monster!”
Lah, kau sendiri ‘kan yang tidur di sini? Ya ampun, nih anak bikin kepalaku pusing aja.
“Hei, aku sama sekali tidak tertarik pada anak-anak.”
“! S-siapa yang kau sebut anak-anak!”
“Jelas kamu lah.”
Gadis itu berniat meraih kerah bajuku, tapi karena perbedaan tinggi di antara kami, aku sama sekali tidak merasa terintimidasi.
“Grrr, uryyaaa! Terima ini!”
Dia melompat, mengulurkan jarinya, dan mulai menyodok-nyodok wajahku. Apa dia berniat membuatku buta atau semacamnya? Sungguh gadis kecil yang menakutkan.
“Aku bukan gadis kecil, tahu! Aku ini seorang gadis muda!”
“Ah, iya iya. Nah sekarang, tenanglah sedikit.”
Aku meraih pergelangan tangan gadis itu untuk mengendalikannya.
“Pertama-tama, kita harus memperkenalkan diri kita lebih dulu. Namaku Kimihiko Kimizuka..., siapa samamu?”
“Namaku...” mengerutkan dahinya untuk sesaat, gadis itu kemudian menjawabku. “...... Alicia?”
“Mengapa itu kesannya seperti pertanyaan? Apa kau ini berasal dari semacam negeri ajaib yang aneh?”
“Aku lapar sekali.”
“Itu suatu perubahan topik yang sangat luar biasa.”
Apa sebenarnya kau ini adalah Putri Salju? Pikirku saat aku memberikan apel yang baru saja kubeli kepada Alicia. Dia mengunyah apel tersebut, dan mulai melihat ke sekeliling.
“Kita sekarang ada di mana?”
“Kau bertanya ini ada di mana? Bukannya ini adalah tempat yang kau putuskan untuk tiduri?”
“............”
Sekali lagi, aku memiliki firasat yang sangat buruk tentang ini..., dan firasat itu segera terjadi beberapa detik kemudian.
“...Aku tidak tahu.”
Seperti dugaanku. Tampaknya dia bukan hanya anak hilang biasa, atau sekedar anak yang tidak memiliki rumah untuk pulang.
“Amnesia.”
Saat aku mengatakan itu, gadis menunjukkan ekspresi gelisah, dan gerakan matanya mulai menjadi liar mengamati sekeliling.
Aku mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya, seperti nama orang tuanya, tempat lahirnya, ulang tahun, teman, apa yang kemarin dia makan, dan banyak lagi, tapi..., gadis itu hanya menanggapiku dengan menggelengkan kepalanya.
“Tapi..., aku ingat kalau tahun ini aku berusia tujuh belas tahun.”
“Kau benar-benar salah tentang itu, jadi lebih baik lupakan saja.”
“...Kau melihat kemana saat kau mengatakan itu?”
“Tidak apa-apa kok. Ketika saatnya sudah tiba, kau pasti akan tumbuh dengan baik.”
Yang lebih penting lagi, sekarang bukan waktunya untuk bercanda. Aku harus cepat dan menyelesaikan masalah ini.
“Setelah kau selesai makan, aku akan membawamu ke kantor polisi.”
Mungkin karena dia benar-benar kelaparan. Alicia meraih apel ketiga, dan kemudian,
“...Oi oi, apakah ini semacam keberuntungan?”
Langit yang sampai tadi masih terlihat cerah tiba-tiba menjatuhkan tetasan air hujan. Astaga, kurasa sekarang aku tidak punya pilihan lain lagi.
“Ayo pergi.”
“Eh?”
Aku meraih tangan Alicia, dan menuntunnya pergi ke rumah tempat Siesta sedang menunggu.
“Dengar ya, tolong jangan berisik pas udah di dalam.”
Memutar kenop pintu, aku mengatakan itu pada Alica.
“Apa di sini ada orang lain selain dirimu, serigala?”
“Jangan selalu menganggap seseorang sebagai monster. Aku Kimizuka, Kimihiko Kimizuka.”
Aku membawa pulang seorang gadis kecil yang asal-usulnya tidak jelas, dan aku bertanya-tanya, apa yang akan Siesta katakan tentang ini.
Satu hal yang pasti untuk sekarang adalah..., kami harus mandi, sekaligus mengeringkan pakaian kami saat kami melakukannya. Kemudian, aku harus membawanya ke polisi, dan semuanya akan baik-baik saja.
Dengan langkah yang pelan, aku berjalan melewati lorong, dan membawa Alicia ke kamar mandi.
“Tapi yah, kita benar-benar basah kuyup.”
“Ya, ini rasanya sangat tidak nyaman.”
Aku melepas bajuku di area ruang ganti, dan Alicia hendak menarik gaun one-piece-nya dari atas, kemudian—
“!?!? Kenapa kok ini kelihatannya seperti kita akan mandi bareng!?”
“Kau ini tolol apa? Bukannya tadi aku sudah bilang padamu untuk jangan berisik?”
“Habisnya ini terjadi begitu natural, aku benar-benar hampir tertipu!”
“Sudah kubilang, aku sama sekali tidak tertarik pada anak-anak sepertimu.”
“Apa......!”
Wajah Alicia menjadi merah padam layaknya gurita yang dimasak.
“Asisten, apa kau sudah kembali dari supermarket?”
Dari ruang tamu di kejahuan, aku bisa mendengar suara Siesta memanggilku. Tampaknya aku harus membiarkan Alicia mandi lebih dulu.
“Alicia, setelah kau selesai mandi nanti, gunakan pakaian yang ada di sana.”
Mengatakan itu, aku mengambil handuk untuk menyeka kepalaku, dan kemudian pergi ke ruang tamu sendirian.
“Selamat datang kembali. Di luar sedang hujan ya.”
“Ya, hujannya turun begitu tiba-tiba..., ngomong-ngomong, apa yang sedang kau lakukan?”
Siesta tengah duduk di kursi roda, di dapur yang terhubung dengan ruang tamu. Untuk suatu alasan, dia sedang memegang mangkuk dan mencampurkan adonan di dalamnya. Dia adalah gadis yang sangat pandai mengerjakan pekerjaan rumah, tapi sungguh jarang melihatnya memasak sesuatu. Dia yang mengenakan celemek sepeti ini benar-benar suatu pemandangan yang menyegarkan mata.
“Aku ingin membuat pai apel. Lagipula jarang-jarang bagimu sampai mau membelikan sesuatu.”
Mengatakan itu, Siesta mulai menggerakan tangannya dalam suasana hati yang baik.
“...Ah—”
Aku benar-benar lupa. Alicia sudah memakan semua apel itu...
“Erm, yah, Siesta, sebenarnya...”
“Fufu, yah? Kurasa kau kau cukup menyukaiku, jadi kupikir aku harus melakukan ini sebagai tanggung jawab karena menjadi orang yang membuatmu merasa seperti itu.”
Duh, sekarang aku jadi merasa tidak enak untuk mengatakan kenyatannya. Kenapa juga dia harus menunjukkan ekspresi yang bahagia seperti itu? Bukannya biasanya dia ini menganggapku sebagai kutu atau semacamnya...?
“Tapi yah, ini benar-benar saat yang tepat kau sudah pulang. Nah, mana apelnya?”
“Ah, sebenarnya...”
“Kimizuka—”
Aku mendengar suara dari pihak lain. Dan di rumah ini, hanya ada satu orang lain selain kami yang terpikir olehku.
“Apa kau punya handuk yang lebih kecil?”
Alicia, dengan sosok yang terlilit handuk mandi, menjulurkan kepalanya keluar dari pintu.
Aku mengerti. Aku mengerti. Aku mengerti.
Aku pun menoleh ke arah Siesta, yang sepertinya telah memahami segalanya..., kemudian, mata kami bertemu dan saling bertatapan. Itu rasanya seperti melalui keabadaian, keheningan yang lama tercipta di antara kami, dan segera, aku menerima kata yang sudah kudaga akan Siesta ucapkan kepadaku.
“——Lolicon.”
Kurasa hari ini aku akan dipecat sebagai asisten.
Loliconnnnn
ReplyDeleteTerpecat gegara Alicia, cover volume 2 kek keluarg bae
Iya juga ya 😆😆
DeleteMin jangan nyodok nyodok🗿
ReplyDelete