Bab 3 Bagian 6
Setelah melalui momen menegangkan di tengah malam, ingatan saat esok paginya membuatku ingin mati
“Fuu, aku ingin mati.”
Keesokan paginya, saat aku terbangun dari tidurku dan mengingat sejenak apa yang terjadi tadi malam, sontak aku langsung mengucapkan kata-kata itu.
Tapi pertama-tama, kepalaku pusing sekali. Kayaknya aku benar-benar mabuk tadi malam. Baik secara fiskik dan mental, aku mengalami sakit kepala yang kuat, dan penyebab dari rasa sakit ini adalah keberadaan dari seorang detektif hebat yang tengah bernapas dengan lembut di sampingku.
Orang-orang biasanya mengatakan bahwa setelah kau mabuk, maka kau akan melupakan beberapa hal keesokan paginya..., tapi sayangnya, pikiranku benar-benar mengingat kegoblokan yang semalam kulakukan.
“Ugh, aku ingin mati...”
Ini adalah pertama kalinya aku mengonsumsi alkohol, ada begitu banyak ketegangan di tengah malam kemarin, dan aku melakukan sesuatu yang sangat memalukan, aaah, aku ingin mati. Apa sih yang kemarin kupikirkan..., apa yang kupikirkan, sampai meringkuk di atas ranjang bersama Siesta..., dan setelah itu....
“Uggghhh.”
Aku merasakan beragam emosi bergejolak di dalam batinku, yang membuatku merasa sedikit mual. Aku kemudian menutup mulutku, dan bermaksud untuk turun dari ranjang,
“............”
Namun, aku berakhir berhadapan dengan Siesta yang matanya telah terjaga. Untuk beberapa saat, kami saling menatap satu sama lain, dan berkedip-kedip.
“......Selamat pagi.”
“............”
Aku mencoba menyapanya seperti itu, namun tidak ada tanggapan yang datang darinya. Malahan, Siesta justru menutupi kepalanya dengan selimut, memeriksa sesuatu, dan kemudian menjulurkan kepalanya lagi. Dia menampilkan wajah poker, dan jika aku harus mengatakannya, dia tetap seperti dirinya yang biasanya..., cuman untuk beberapa alasan, itu rasanya agak menakutkan.
“Selamat pagi.”
Siesta akhirnya menanggapi saapanku, memastikan mantel mandinya terbungkus seluruhnya, dan kemudian mengambil tas atase perak kecil dari koper yang selalu dia bawa-bawa.
Karena sekarang dia memunggungiku, aku tidak bisa melihat apa yang sebenarnya dia lakukan, tapi dia pasti mengeluarkan sesuatu dari tas itu, kan? Saat aku berpikir begitu, Siesta kemudian berbalik ke arahku.
“Asisten, ulurkan tanganmu.”
“Sebelum kau bilang begitu, bisa tidak kau simpan dulu jarum suntik yang besar itu!”
Saat ini, Siesta memegang jarum suntik yang besar di tangannya, dan terdapat cairan yang bocor keluar dari ujung jarum suntik itu.
“Tenanglah, sakitnya cuman sebentar kok.”
“Aku menolak! Memang benar kalau tadi aku bilang aku ingin mati, tapi aku sebenarnya tidak ingin mati!”
“Santuy, aku tidak akan membunuhmu. Dengan menyuntikkan jarum suntik ini, ingatan seseorang dapat bisa dihapus untuk sementara.”
“Kau pasti bercanda, kan! Apa itu salah satu dari 《tujuh alat 》mu itu!?”
“Bukan, apa kau sudah lupa? Dulu kita menangkap 《Toilet Terikat Hanako-san》 di festival budaya sekolahmu, kan? Ini mengandung beberapa zat yang sedikit mirip dengan narkoba itu.”
U-uh oh..., dia ini sama sekali tidak menjamin efeknya, kan....
“Ini akan baik-baik saja kok. Yang ini adalah versi halus yang telah diuji berulang kali, dan pastinya tidak akan merugikan siapa pun.”
“Tunggu dulu, apa aku yang menjadi subjek tesnya!? Akhir-akhir ini aku merasa seperti aku telah melupakan beberapa hal, apakah ini alasannya?”
Tidak mungkin bagiku untuk begitu saja menganggap itu sebagai lelucon. Aku berniat lari dari kamar dengan tetap mengenakan mantel mandi..., tapi,
“Kau tidak akan bisa melarikan diri.”
“Gu, ahh.”
Siesta melompat dan menaiki punggungku, kemudian menekanku.
“Nah sakarang, ulurkan tanganmu. Lupakan segala sesuatu perihal yang kemarin..., perihal aku yang kemarin.”
Aku benar-benar tidak mampu melawan balik Siesta yang serius, dan jarum itu terus mendekati tangan kananku—
Ding dong! Tapi sebelum jarum itu menusuk tanganku, bel pintu berbunyi.
“......Kayaknya ada seseorang yang datang ke sini.”
“............”
“Kau tidak mau menyambut tamu itu?”
“Tsk.”
“Jangan mendecakkan lidahmu.”
Karakterisasimu telah hancur di sini.
Dengan sangat enggan, Siesta turun dari punggungku, atau begitulah kelihatannya, dan kemudian dia pergi ke pintu.
“Iya.”
Dan yang muncul dari luar pintu itu adalah— “Tadi aku dengar ada ribut-ribut, apa ada sesuatu yang terjadi?” —sang detektif pengganti, Alicia.
“Yah, terserahlah,” bergumam begitu, dia meletakkan tangannya di pinggul, dan kemudian berkata kepada kami.
“Misi selesai.”
Sambil memegang tas kecil di tangannya, Allicia menatap ke arah kami dengan ekspresi yang gembira.
Misi selesai—tunggu, apa setelah dia pergi tadi malam, dia benar-benar berhasil menemukan Mata Safir itu?
Apa Alicia benar-benar menemukannya, bahkan di saat Siesta tidak benar-benar berpikir bahwa dia bisa menemukannya?
“Nih.”
Alicia kemudian menyerahkan tas yang dipegangnya kepadaku. Apa yang ada di dalamnya adalah—
“Penutup mata?”
Itu adalah penutup mata hitam biasa, yang sama sekali tidak sesuai dengan topik ini.
Namun, dengan ekspresi berbangga diri, Alicia berkata,
“Itu adalah mata yang sangat penting, kan?” katanya, sambil menunjuk ke arah mata kiriku. “Matamu itu tidak akan bisa sembuh jika kau tidak mengenakan penutup mata.”
Menegakkan punggungnya, Alicia kemudian memasangkan penutup mata itu di atas mata kiriku.
“...Kau menyadarinya?”
“Tentu saja aku menyadarinya. Lagian kan selama dua minggu terakhir ini kita sudah berkerja bersama-sama.”
Pada dasarnya aku tidak benar-benar bermaksud menyembunyikan fakta ini dari Alicia—tapi mata kiriku terluka saat aku bertarung melawan Hel. Dan yah, luka itu tidak benar-benar menjadi penghalang akan kehidupan sehari-hariku, tapi penglihatanku tetap terganggu, yang membuatku sering kehilangan Alicia di jalanan.
“Kita tidak tahu apakah mata misterius itu benar-benar ada, tapi matamu itu memang ada, dan mata itulah yang jauh lebih penting.”
Tampaknya aku telah salah paham tentang Alicia. Gadis yang ekspresif itu hanya dilakukannya sebagai fasad. Pastinya, di dalam dirinya—
“Inilah jawabanku.”
Alicia menatap ke arah Siesta.
“Apa ini benar?”
Oh, jadi begitu ya? Itu adalah pertanyaan yang sejak awal Siesta ajukan kepada Alicia. Dia ingin tahu, apa jawaban yang akan Alicia miliki untuk sesuatu yang tidak ada. Setelah melalu keheningan sesaat, Kaguya-hime sang pemotong bambu akhirnya menjawab.
“I-itu benar.”
Mata Siesta tampak goyah tidak percaya.
“Kau ini benar-benar buruk dalam berbohong.”
Pada saat itu, sang detektif pengganti melampaui sang detektif hebat.
Wtf, kejadian yg semalam gimaan woe ngentid
ReplyDeleteMasih muda kasihan, mana belum coly
DeleteLawak bro lawak 😂
Deletega tau cokk woee gimana tadi malam itu
ReplyDeleteCeplak ceplok
DeleteSemalem ngapain jimmmm
ReplyDeletewoi semalam mereka ngapain? ada yg bisa menjelaskan nya?
ReplyDeleteCuma ciuman
DeleteYang semalamnya mereka ngapain jimmm?😑
ReplyDeleteSUDAH KUDUGA LASTI TIDAK MENEMUKAN APA APA TENTANG KEJAIDAN SEMALAM DISINI DAH LAH┐( ˘_˘)┌
ReplyDeleteSemalem ngapain njir
ReplyDeletetau ajalah wkwkwk
DeleteBagi yang tanya apa mereka melakukan "itu" Kimizuka udah bilang di akhor vol 1 bahwa sayangnya tidak
ReplyDelete