Bab 4 Bagian 5
Tatkala kita masih dapat bertemu
Meminjam motornya Charl, aku menarik gas, dan dengan cepat pergi ke ujung lain pulau ini. Di sini tidak warga sipil, dan tidak perlu mematuhi aturan lalu lintas. Karenanya, aku tidak mengalami masalah besar sekalipun ini adalah yang pertama kalinya aku mengemudi. Apa yang terngiang-ngiang dipikiranku hanyalah bahwa aku harus segera pergi ke sisi Siesta, meksipun itu hanya sedetik lebih cepat.
Pada dasarnya, aku sungguh tak bisa membayangkan kalau Siesta akan kalah dari seseorang seperti Chameleon. Tapi, jika orang yang dia lawan adalah Hel yang telah pulih....
“......Sial.”
Aku hanya memikirkan kemungkinan skenario terburuk.
Tapi, kalau-kalau ada sesuatu yang terjadi pada Siesta..., aku dan Charl saja tidak akan bisa melawan Hel. Dengan demikan, rencana kami untuk menyelamatkan Alicia juga akan gagal. Singkatnya, jika Siesta mati, Alicia tidak akan bisa diselamatkan. Untuk itu, prioritas utamaku saat ini adalah memastikan keselamatan Siesta—
“...Tidak, bukan begitu.”
Bahkan dengan mengesampingkan masalah Alicia, kapan pun Siesta berada dalam bahaya—aku akan bergegas pergi ke sisinya tanpa ragu-ragu.
“Kurasa aku sangat terlatih dengan baik.”
Mengendari motor kesayangan Charl, aku berdoa agar aku bisa segera sampai di tempat Siesta.
“......! Siesta!”
Saat aku akhirnya menemukan Siesta setelah melalui dua jam perjalanan, aku mendapatinya sedang pingsan di atas tanah.
Aku menjatuhkan motor begitu saja, dan langsung berlari menuju rekanku yang akhirnya kutemukan.
“Siesta! Oi!”
Aku menggendongnya dari tanah, dan menidurkannya di pangkuanku.
Wajah putih kecilnya itu dinodai oleh butiran pasir, dan aku menyekanya dengan jari-jariku saat aku menyerukan namanya.
“Kau pasti sedang bercanda, kan! Bukannya kau sudah janji bahwa kau tidak akan mati duluan!? Hei...!”
Tidak, bukan begini. Di situasi seperti ini, aku harus terus bertindak dengan tenang.
Aku harus memenuhi tugasku. Aku harus tenang dan mengambil tindakan agar aku bisa menyelamatkan Siesta.
“Kau akan mengizinkanku melakukannya, kan?”
Menggulung lengan bajuku, Aku meletakkan tanganku di dada Siesta saat dia kubaringkan lagi di atas tanah.
Dengan tangan kanan di atas kiri dan siku yang diluruskan, aku menekannya menggunakan berat tubuhku.
“—5cm.”
RJP tidak akan berhasil jika aku tidak menekan dadanya dalam-dalam.
[Catatan Penerjemah: Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan langkah pertolongan medis untuk mengembalikan napas atau sirkulasi darah di dalam tubuh yang terhenti Resisotaso Jantung Paru bertujuan menjaga darah dan oksigen tetap beredar ke seluruh tubuh.]
Karena kecenderungan terkutuk yang kumiliki ini, anehnya, ini bukan pertama kalinya aku harus menyelamatkan seseorang.
Sambil merasa bersyukur atas kebetulan ini, aku menekan dada Siesta dengan kuat. Dia, yang harusnya adalah orang yang kuat, terasa begitu rapuh dan lembut, seolah-olah dia akan terluka jika aku menekan dadanya dengan terlalu keras.
“Jangan, mati...!”
Dengan ritme tertentu, aku terus menekan dada Siesta.
Sepuluh kali, dua puluh kali... dan kemudian tiga puluh kali.
Setelah itu, perlu dilakukan pernafasan buatan sebanyak dua kali. Aku memastikan Siesta bernapas dengan normal, mencubit hidungnya, dan menarik napas dalam-dalam.
“Kau harus memaafkanku tentang ini.”
Aku membuka mataku lebar-lebar untuk memastikan bahwa aku tidak meleset dari targetku, dan tepat ketika aku hendak mendekatkan wajahku ke bibir Siesta—
“Aku tidak menyangka kau akan datang ke sini.”
Mata birunya terbuka lebar.
“......Whoooooah! K-kau!”
Aku dengan cepat menyentakkan kepalaku ke belakang, seolah-olah aku sedang mematahkan tulang punggungku..., dan kemudian, Siesta tiba-tiba duduk.
“Hm, jadi kau benar-benar datang ke sisiku. ya..., kurasa aku harus menyalahkanmu karena sudah menggagalkan rencanaku.”
Begitu saja, dia menyatakan kata-kata konyol, lalu membersihkan pasir-pasir yang nyangkut di gaun one piece miliknya.
“Apa ini semua terjadi karena cintamu padaku ternyata jauh lebih besar daripada yang kupikirkan?”
“...Aku tidak benar-benar tahu apa yang terjadi sekarang, tapi izinkan aku untuk menyangkal dugaanmu barusan.”
“Ngomong-ngomong, meskipun itu memang tidak masalah bagimu untuk melakukan RJP, biasanya kau harus memerika dulu apakah targetmu benar-benar bernapas secara alami atau tidak.”
Mengatakan itu, Siesta mendekatkan dirinya ke arahku saat aku masih duduk di tanah.
“Apa sedari tadi jantungmu masih berdetak...?”
“Tidak, tidak berdetak.”
“Itu benar-benar tidak berdetak!?”
Jika memang begitu, mengapa dia justru menyalahkanku bahwa aku menggagalkan rencananya?
“Ahh, itu kurang tepat.”
Seperti itu, Siesta melambaikan tangannya untuk menyangkal.
“Lebih tepatnya, bukan jantungku yang berhenti berdetak, tapi aku sendiri lah yang membuatnya berhenti berdetak.”
“...Kau, membuat jantungmu, berhenti berdetak?”
Aku sedikit bingung dengan apa yang barusan dia bilang. Untuk saat ini, aku meraih tangan kanan Siesta yang dia ulurkan padaku, dan berdiri.
“Jadi gini, aku pura-pura mati karena di sini ada musuh yang merepotkan.”
“...Tiga tahun kita telah bersama, tapi aku hanya ingin menanyakan ini.... Kau sebenarnya apa sih?”
Aku bahkan tidak bisa terkejut. Aku sangat terpana, sampai-sampai lututku terasa lemas.
Tapi..., musuh yang merepotkan, ya... Kurasa dia benar. Jad ini artinya, Chameleon berasumsi bahwa dia telah menyelesaikan tugasnya untuk membunuh Siesta, ya.
“Yah, aku memang bilang dia musuh yang merepotkan, tapi aku sama sekali tidak benar-benar berpikir seperti itu.”
Mengatakan itu, Siesta memejamkan mata birunya.
Tapi tetap saja, memangnya itu mungkin untuk benar-benar pura-pura mati?
“Seriusan dah, tubuhmu itu terbuat dari apa sih?”
Aku tersenyum masam, dan hendak menyentil kepalaya,
“Hah.”
...Tapi, tau-tau, aku mendapati diriku berakhir jatuh terduduk di atas tanah.
“Kau kenapa sih?”
“...Tidak, hanya saja.”
Memiringkan kepalanya, Siesta berkata,
“Setelah kau tahu kalau aku baik-baik saja, apa kau benar-benar menurunkan penjagaanmu setelah kau merasa rileks?”
Seperti itu, dia melihatku dengan raut cengar-cengir.
“Jangan ketawa. Dan juga, jangan bersikap seolah-olah kau ragu untuk mengatakan sesuatu.”
“Boleh tidak aku memberitahukanmu apa yang sebenarnya kupikirkan?”
“Tidak, tidak boleh. Jangan mengatakannya. Sekalipun itu adalah dirimu, aku tidak mau mendengarkannya.”
“Menurutku, kau itu cukup imut.”
“Ahhh——! Ahh——! Aku sama sekali tidak mendegar apa-apa!”
Sial, kenapa sih aku harus mendapati penghinaan seperti ini? Padahal aku sudah bekerja sangat keras untuk bisa mengendarai motor yang sampai sebelumnya belum pernah kulakukan..., bahkan aku sampai mempersiapkan diriku untuk melakukan RJP..., ini aneh, aneh esekali...
“Jadi, apa yang harus kulakukan? Haruskah aku menepuk-nepuk kepalamu?”
“Aku sangat menolak itu!”
“Haruskah aku memelukmu?”
“Tidak!”
“Jadi, berdasarkan apa yang kau lakukan tadi, aku akan memelukmu di dadaku.”
“Jangan pernah sekalipun melakukan sesuatu seperti itu kepada pria lain, oke?”
“Ah, tapi kan barusan kau menyentuh dadaku.”
Bahkan sampai tiga puluh kali, Siesta terkikik.
“Astaga, ini sungguh tak masuk akal. Siesta, apa kau berniat membunuhku secara sosial?”
“Fufu, rasanya sungguh menyenangkan untuk menggodamu—sungguh..., sungguh menyenangkan.”
“......Siesta?”
Wajahnya yang tersenyum tiba-tiba berubah menampilkan raut melankolis.
Melihat wajah itu, mau tak mau aku jadi kepikiran. Selama tiga tahun terakahir ini, aku telah melihat wajahnya sampingnya. Apa telah terjadi sesuatu? Ataukah sesuatu akan terjadi? Aku tahu itu dengan sangat baik, dan aku tidak menyukai itu.
“Siesta.”
“Apa?”
“Kupikir sekali lagi..., aku harus menikmati dada itu.”
Aku berdiri, kemudian berbalik.
Di hadapanku, berdiri seorang gadis.
“Yah, tapi itu setelah kita berhasil bertahan hidup dan keluar dari pulau ini.”
Berpura-pura mati, gimaan caranya jantung bisa berhenti bjir lawak
ReplyDeleteSyg mokad jadi gk bisa nikmati dada deh😣
ReplyDeleteKan natsunagi mewakilkan
Deletenah kan dead flag lagi, mentang mentang cuman flasback
ReplyDeleteAh Kiarin gua disini mateknya¯\_༼ •́ ͜Ê– •̀ ༽_/¯
ReplyDelete