[LN] Because I Like You Volume 1 - Bab 1

Bab 1
Kau tidak Akan Pernah Apa Yang Akan Terjadi Dalam Hidup


Suatu hari, di musim dingin masa kelas 1 SMA-ku.

“Oi, Yuya. Dimana ayahmu sekarang?”

Aku, Yoshizumi Yuya, saat ini sedang duduk menghadapi sekelompok om-om menakutkan yang mengenakan jas hitam serta kacamata hitam. Masing-masing dari mereka memiliki bekas luka di pipi mereka, yang kalau dinilai dari itu saja, mereka jelas merupakan orang-orang yang berbahaya.

“Aku tidak tahu dia ada dimana, aku baru saja pulang dan tau-tau menemukan ini ditinggalkan di atas meja....”

Aku memberikan catatan yang ditinggalkan di atas meja tersebut kepada bos dari orang-orang yang terlihat menakutkan ini. Begitu si bos membuka kacamata hitamnya dan selesai membaca apa yang tertulis diatas catatan itu, bahunya mulai bergetar. Oh, dia pasti sedang marah.

“Bajingan itu..., dia melarikan diri...! Apalagi dia bahkan meninggalkan putranya sendirian! Sungguh tidak tahu malu!”

Kau tidak akan pernah tahu apa yang mungkin akan terjadi dalam hidup. Itulah apa yang ayahku biasa katakan kepadaku.

Dia terusan-terusan menggunakan tren pasar yang terbaru dengan harapan bisa mendapatkan keuntungan, tapi selalu saja dia tertinggal satu langkah dibelakang yang lain. Karenya, pada saat dia baru saja memulai usahanya, tren pasar miliknya sudah ketinggalan jaman, dan pada akhirnya dia hanya memiliki barang dagangan yang tidak terjual, dengan banyak hutang. Apa ya hal terakhir yang dia coba? Kalau tidak salah sih Tapioka, tapi sejujurnya aku tidak ingin mengingatnya.

Parahnya lagi, terhadap seseorang seperti ayahku yang tidak memiliki bakat bisnis dan tidak berguna itu, ibuku, dia sangat mencintai beliau.

Wajah ibuku awet muda dan seperti tidak akan pernah menua. Bahkan saat kami berjalan berbarengan, kadang-kadang orang lain akan mengira kalau kami itu kakak-adik. Dia sangat cantik dan juga pandai memasak, jadi sebagai putranya, aku merasa sangat bangga terhadap ibuku. Itu sebabnya, dulu aku pernah bertanya apa yang membuat dirinya mau menikahi orang yang tidak berguna, eh taunya dia menjawab dengan malu-malu...,

“Yah, bukankah itu rasanya menyenangkan saat melihat seseorang yang tolol bekerja keras dengan caranya sendiri yang tolol? Ibumu yang sangat mencintai ayahmu itu karena dia adalah pria yang seperti itu.”

Seperti yang pepatah katakan, cinta itu buta. Setiap kali aku melihat orang-orang yang bekerja keras dalam hidup mereka, aku pasti akan memiliki banyak sekali rasa hormat pada mereka dan ingin menjadi seperti mereka. Namun demikian, dalam kasusnya ayahku, dia benar-benar sudah melampaui batas ketololan, yang membuatku ingin mencerahamihnya dengan mengatakan ‘Manusia mesti belajar dari kesahalan mereka.’

Namun sebenarnya, satu-satunya orang yang benar-benar perlu dicerahami di sini adalah diriku sendiri.

Aku sama sekali tidak mengatakan apa-apa kepada ayahku yang gagal memulai bisnis baru dan malah menumpuk hutang, dan juga kepada ibuku,  yang justru mendukung dan tidak menghentikan suaminya itu. Hasilnya ya, bencana yang kualami saat ini.

“Taka-san, berapa banyak uang dipinjam oleh ayahku kali ini?”

“Aah? Tidak, maaf, aku tidak bisa menyalahkanmu karena tidak mengetahuinya. Coba lihat, yah..., sekitaran 30 juta. Ayahmu terus-terusan meminjam uang dan berjanji mengembalikannya, dengan demikian, utang yang ia miliki terus menumpuk.”

Sambil mengatakan itu, Taka-san dan kelompoknya menyesap teh mereka. Oh, aku lupa menyebutkan ini, tapi aku tidak merasa takut terhadap orang-orang ini. Karena bagaimanapun juga, aku sudah mengenal Omichi Takashi alias Taka-san sejak aku masih Sd. Dia adalah pria yang kuat dan pekerja keras, tapi dia sangat baik kepadaku, yang membuatku menganggapnya sudah seperti kakak laki-lakiku  sendiri.

Nah, kembali ke masalah utama, utang ayah sekitaran 300 juta, ya. Dengan uang hadiah tahun baru (Otoshidama) serta uang yang kuhasilkan dari pekerjaan sambilku selama liburan musim panas, semua itu hanyalah setitik air dalam ember dihadap utang 300 juta itu. Apalagi, pekerjaan sambilan itu hanya kulakukan di musim panas, dan sekarang aku tidak bekejar sambilan lagi. Duh, apa yang harus kulakukan?

“Kotaro sialan itu. Dia akhirnya meninggalkan Yuya sendirian dan melarikan diri ke luar negeri. Apalagi, dia menyerahkan sisanya kepada pengacara? Sialan, memangnya dia pikir sebara jauh dia bisa berbuat semana-mena?”

Saat aku pulang tadi, aku tidak melihat ibuku di rumah dan lampu dimatikan. Dan ketika aku masuk ke kamar sambil bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, aku menemukan ada surat yang diletakkan di atas mejaku, yang bertuliskan...

 

Yuya! Aku tahu ini memang tiba-tiba, tapi ayah dan ibumu telah memutuskan untuk pindah ke luar negeri! Tampaknya, Jepang terlalu kecil bagi kami! Jadi untuk saat ini, kami akan pergi ke kasino Vegas dan menghasilkan banyak uang, jadi nantikan saja ya! Jangan khawatir, kami telah meminta kenalan kami yang merupakan pengacara untuk mengurus sisanya! Sampai jumpa!

 

Sejujurnya, aku meragukan apa yang tertulis di catatan itu, tapi mereka pasti serius karena barang-barang mereka sudah tidak ada di rumah. Sekarang setelah aku ditinggal sendirian seperti ini, apa yang harus kulakukan? Ketika aku bingung harus berbuat apa, saat itulah Taka-san dan kelompoknya datang, yang menciptakan situasi ini.

“Meskipun kau lahir dari pasangan seperti itu, Yuya, kau benar-benar tumbuh dengan baik. Bukankah ini adalah keajaiban? Tidak, mungkinkan ini justru berkat diriku?”

“Haha..., yah, bagaimanapun juga aku hidup di sekitar ada orang-orang yang tidak berguna, jadi mungkin aku belajar banyak untuk tidak menjadi seperti mereka. Lebih penting lagi, apa yang akan kau lakukan selanjutnya, Taka-san?”

“Mengenai itu, seperti yang bisa kau bayangkan, ayah tidak akan tinggal diam lagi tentang ini, dan aku juga tidak bisa menutupinya. Jadi aku harus membawamu bersamaku.”

[Catatan Penerjemah: Di sini Taka-san mengatakan Oyaji (Ayah).]

Taka-san mengatakan itu dengan ekspresi canggung di wajahnya. Semua rekan-rekannya juga sama sepertinya.

Aku mengerti, saat ini akulah yang harus menanggung hutang kendati ayahku yang tidak berguna, dan mungkin itu tidak akan kulakukan dengan cara yang benar. Jika demikian,  apa hidupku akan berakhir di sini dan saat ini?

“Tenanglah, Yuya. Aku pasti akan berhasil meyakinkan ayah untuk membiarkanmu tinggal bersamaku. Aku akan melakukan semua yang kubisa untuk memastikanmu hidup dengan baik, jadi jangan khawatir.”

“Itu benar, Yuya! Hal yang terbaik bagimu saat ini adalah tepat menjadi dirimu apa adanya dan menjadi siswa SMA biasa!”

“Jangan menjadi orang seperti kami, Yuya!”

Taka-san menggigit bibirnya dan mengatakan itu dengan ekspresi tegas di wajahnya. Rekan-rekannya yang lain juga sampa sepertinya, mengepalkan tangan mereka dan menyemangatiku. Meskipun orang-orang ini memiliki wajah yang menakutkan, tapi mereka semua adalah orang yang sangat baik. Mungkin itu juga yang menjadi salah satu penyebab ayahku begitu terbawa suasana dengan mereka.

“Baiklah. Maaf kalau ini terlalu tiba-tiba, tapi kau harus ikut denganku, Yuya. Aku, tida, kami akan memperlihatkan bagaimana dogeza yang sempurna.”

[Catatan Penerjemah: Dogeza adalah postur permintaan maaf terbesar di Jepang.]

Aku sangat menghargai isyaratmu itu, tapi kalimat yang menyertainya terdengar tumpang tindih, Taka-san! Dengan senyum pahit di wajahku, aku berdiri dan menuju dapur untuk mencuci cangkir yang telah dipakai oleh mereka.

Ding dong~

Bel pintu berbunyi, menandakan ada tamu yang datang. Siapa ya? Sekarang masih terlalu dini untuk pengumpulan surat kabar. Apakah itu utusan dari suatu agama? Tidak,  aku sudah mengusir mereka berkali-kali. Aku juga sudah membayar layanan K-Vision, jadi siapa itu?

Ding dong~ Ding dong~

Setelah dua atau tiga kali, jeda di antara bel berangsur-angsur memendek. Pada akhirnya, setelah setiap terdengar bunyi bel, paduan suara dari bel berikutnya juga akan berdering, Saking kerasnya sampai-sampai aku dan Taka-san harus menutupi telinga kami. Tampaknya aku tidak memiliki pilihan lain selain merespon tamu tersebut...

“Ya, ya! Aku datang! Siapa itu!?”

Sambil merasa sedikit kesal dengan rentetan ding dong yang berbunyi, aku membuka pintu, dan orang yang berdiri di balik pintu itu adalah...

“Halo, Yoshizumi-kun. Aku datang ke sini untuk membantumu.”

Gadis, seorang gadis di depanku memiliki rambut hitam yang panjang, lurus, dan jernih yang mengingatkanku pada langit malam. Matanya yang bulat dan indah, serta jernih dan tidak berkabut, layaknya mutiara. Dirinya adalah sosok akan tidak sopan untuk dibandingkan dengan para model-model yang terlihat di majalah, intinya, dia adalah gadis bak seorang dewi dari lukisan terkenal.

“Hitotsuba Kaede?”

Hitotsuba Kaede. Kurasa tidak ada siswa-siswi di SMA Meiwadai tempatku bersekolah yang tidak mengetahui namanya. Kalau memang ada, maka pasti itu adalah orang benar-benar buta terhadap informasi.

Bagaimanapun juga, dia adalah gadis yang memenangkan Grand Prix di Miscon Gadis SMA Nasional yang diadakan pada bulan Desember lalu, dan membuatnya disebut sebagai gadis SMA terimut di Jepang.

[Catatan Penerjemah: Miscon (Miss Contest).]

Sejak awal, Hitotsuba-san adalah gadis tercantik di sekolah kami, dengan penampilan dewasa dan proporsi yang jauh melebihi siswi SMA manapun. Senyumannya yang memikat baik pria dan wanita itu seringkali digambarkan sebagai senyuman seorang dewi. Aku juga adalah salah satu dari orang-orang yang mengaguminya. Tentu saja, itu hanyalah kekaguman semata, ini tidak seperti aku menyukainya atau semacamnya, oke! Cuman masalahnya, mengapa Hitotsuba-san mengenalku? Harusnya kami tidak satu kelas, dan aku yakin kalau kami tidak pernah saling berbicara.

“Ada apa, Yoshizumi-kun, wajahmu tampak mereka loh? Mungkinkah kau lagi flu!? Gawat dong! Kau harus segera pergi ke rumah sakit—!”

“Tidak, aku tidak apa-apa! Aku tidak flu! Aku sehat kok!”

“Begitukah...? Tapi untuk berjaga-jaga, aku akan memeriksanya.”

Whoaaa, aku berteriak, tapi tak bisa dihindari jika aku bersikap seperti itu.

Itu karena Hitotsuba-san melepas sarung tangan yang dia kenakan dan meletakkan tangannya yang indah dan bersih layaknya salju murni di keningku. Suhu tubuhku melonjak saat aku merasakan kehangatan yang sejuk tapi pasti yang terpancar dari telapak tangannya. Aku bisa merasakan diriku seolah-olah terbakar, dan itu bukan hanya di pipiku, melainkan di seluruh tubuhku.

Namun, tanpa memperdulikan kegugupanku, setelah beberapa saat dia memiringkan kepalanya seolah memikirkan sesuatu. Gerakannya itu saja sudah merupakan gerakan yang sangat imut, tapi dengan pipinya yang digembungkan, kekuatan penghancurnya menjadi berlipat ganda.

“Hm..., suhu tubuhmu cukup tinggi, loh? Mungkin memang lebih baik jika kau pergi ke rumah sakit...”

“Tidak, aku tidak apa-apa! Itu pasti Cuman imajinasimu saja! Lihat, aku yakin kalau suhu tubuhku tinggi karena sampai sekarang aku berada di ruangan berpemanas! Lebih penting lagi, ngapain kau datang ke rumahku, Hitotsuba-san? Dan juga, apa yang kau dengan mengatakan ingin membantuku?”

“Oh! Itu benar. Yoshizumi-kun, bolehkah aku masuk ke dalam lebih dulu?”

Kalau bisa, aku ingin menolaknya dengan sopan. Karena saat ini, di dalam sana sudah ada Taka-san dan sejumlah pria yang mengenakan setelan jas serta memancarkan aura yang menekan. Aku tahu kalau mereka adalah orang-orang yang baik meskipun penampilan mereka terlihat menakutkan, tapi jika seorang seperti Hitotsuba baru akan bertemu dengan mereka untuk yang pertama kalinya, dia mungkin akan terkena stroke. Itu sebabnya, sebisa mungkin aku ingin menghentikannya masuk ke dalam, tapi...

“Hei, Yuya. Apa kau kedatangan tamu? Maaf, tapi tolong suruh tamu itu untuk pulang. Karena sekarang kita akan pergi.”

Timingnya buruk banget cuk. Kenapa kau malah datang ke pintu masuk di waktu yang unik ini, Taka-san? Selain itu, kenapa rekan-rekanmu juga malah ikut datang ke sini! Padahal aku baru saja akan membuat Hitotsuba-san pergi karena aku tidak mau membuat dia melihat kalian.”

“M-M-Mungkinkah dia adalah Hitotsuba Kaede!? Wow... dia terlihat jauh imut daripada yang kulihat di internet!”

Salah satu bawahan Taka-san sontak mendengus ketika dia melihat Hitotsuba-san. Nah, selama diselenggarakannya miscon, foto dan video Hitotsuba-san yang diunggah di media sosial sangatlah imut sehingga menimbulkan sensasi para warganet, dan itu bahkan sampai dibuat menjadi artikel berjudul “Munculnya Gadis SMA yang Seperti Malaikat!”. Jadi tidak heran kalau bawahannya Taka-san akan mengenal Hitotsuba-san.

“Hei, apa kau mengenal gadis ini?”

“Kau tidak tahu tentang dia, Taka-san!? Gadis ini adalah Hitotsuba Kaede. Dia merupakan gadis cantik yang terpilih sebagai Siswi SMA Terimut di Jepang!”

Sambil mengepalkan tangannya, si bawahan itu menjelaskan kepada Taka-san dengan sangat bersemangat. Seiring dengan suasana yang tegang menjadi santai, pihak yang bersangkutan, Hitotsuba-san, sema sekali tidak merasa ragu untuk tersenyum layaknya dewi di hadapan Taka-san dan rekan-rekannya.

“Aku ingin berbicara denganmu, Omichi Takashi-san. Tidak, haruskah aku memanggilmu sebagai pemimpin muda klan haratsu, Omichi-san?”

Dia melemparkan bom kepada kami. Bagaimana dia bisa mengetahui klan yang diafiliasi oleh Taka-san, bahkan sampai mengetahui posisinya! Dia ini ‘kan seharusnya tidak menjadi bagian dari dunia berdarah seperti itu.! Bahkan Taka-san dan bawahannya, yang tadinya bersikap ramah, sekarang memiliki kilatan niat membunuh di mata mereka.  Oi, jangan mengirimkan tatapan tajam seperti kepada gadis SMA di saat kalian bahkan tidak pernah mengarahkannya kepadaku.

“T-Taka-san! Tenanglah! Jangan menunjukkan wajah yang seram seperti itu! Apa kau sudah lupa kalau dulu saat kau bekerja di salah satu satu stan saat festival, kau yang menunjukkan wajah menyeramkan seperti jadi membuat anak kecil berlari sambil menangis!? Saat itu ‘kan kau sudah bersumpah kalau kau akan menjadi pria yang baik!”

“…Maaf, Yuya, tapi itu adalah cerita yang berbeda dari yang satu ini. ...Hei, nona muda, tampaknya kau mengenakan seragam yang sama dengan seragam sekolahnya Yuya, tapi siapa kau? Bagaimana kau bisa tahu siapa aku?”

Kakakku, Taka-san, yang sampai beberapa saat lalu bersikap ramah, telah menghilang. Dan saat ini, yang berdiri di sana adalah Omichi-san, pemimpin muda dari klan haratsu. Dia bertanya pada Hitotsuba-san dengan tekanan yang sama seperti yang akan dia lakukan terhadap ayahku. Tapi, gadis itu sama sekali tidak bergeming dan menjawabnya...

“Namaku adalah Hitotsuba Kaede. Oh, kau tidak perlu mengingat namaku. Atau lebih tempat, aku tidak berpikir kalau kau dapat mengingatnya, jadi lupakan saja.”

“Oh? Apa kau sedang memperlakukanku sebagai orang yang tolol?”

“Apa kau berpikir kalau aku akan merasa takut jika kau menunjukkan penampilan yang seperti itu..., sungguh, kau itu sama saja seperti organisme bersel tunggal, ya. Oh, maaf. Tapi membandingkanmu dengan organisme bersel tunggal sebenarnya benar-benar tidak menghormati semua organisme bersel tunggal yang ada di dunia ini. Maafkan aku. Selain itu, dasimu itu terlihat sangat noak. “

Mengapa kau malah memprovokasinya, Hitotsuba-san?

Taka-san sebenarnya adalah seorang pekerja yang sangat baik, begitu baik hingga dia menjadi orang nomor dua di klannya di usia muda! Tapi, tolong jangan bertanya padaku pekerjaan apa yang dia lakukan. Aku sendiri tidak ingin mengetahui itu.

“…Hahaha. T-Terlepas dari penampilanmu itu, lidahmu cukup beracun ya!  Kalau saja kau bukan kenalannya Yuya, aku pasti sudah menghukummu dengan banyak cara, tau? Tapi, untuk kali ini, aku akan mentolerir kata-katamu.”

Oh, tidak, terlepas dari kata-katanya itu, mata Taka-san tampak berkaca-kaca. Astaga, dia ini benar-benar berbeda dari citra luar yang dia miliki.

Tapi yah, kurasa pembelaannya itu masuk akal. Ketika seorang gadis cantik yang baru saja kau temui menghinamu, dan akhirnya mempermalukanmu karena mengenakan dasi ungu norak yang menurutmu akan terlihat bagus untuk dan akan sesuai dengan selera fashionmu, kau pasti ingin menangis, bukan? Yah, aku sendiri sih juga akan menangis.

“Hei, Yuya. Kau juga berpikir kalau aku ini tolol, kan? Aku bisa tahu itu dari melihat wajahmu, tau?”

Seriusan, kau bisa mengetahuinya? Tidak, tidak, aku tidak berpikir kalau dirimu adalah orang yang tolol, Taka-san. Malahan, aku sangat menghormatimu, tau?

“Huuh... Hitotsuba Kaede, kan? Sampai sekarang kau sudah banyak bicara, tapi kau masih belum menjawab pertanyaanku. Aku akan bertanya sekali lagi. Siapa dirimu?”

“...Hitotsuba Yoichiro. Nama itu pasti tidak terdengar asing bagimu, kan?”

Mendengar nama itu, aku tidak bisa memikirkan apa-apa. Aku hanya bisa menebak kalau itu adalah ayahnya Hitotsuba-san atau orang lain yang berhubungan dengannya, tapi Taka-san seperti tahu siapa orang itu. Wajahnya, yang menjadi merah padam karena amarah dan kesal, dikejutkan, dan berangsur-angsur jadi membiru.

“Direktur Biro Investigasi Kriminal Badan Kepolisian Nasional..! Apa dia adalah ayahmu?”

“Tidak, Yoichiro-san adalah pamanku, tapi seperti ayahku, dia sangat menyayangiku. Aku yakin dia akan sedikit menyalahgunakan otoritasnya jika aku memintanya.”

“Kau..., apa yang kau inginkan dari kami?”

“Sederhana saja. Tolong jangan pernah terlibat lagi dengan Yoshizumi-kun. Tentu saja, aku tidak bermaksud mengatakan kalau kalian harus pergi dengan tangan kosong. Jumlah uang yang dipinjam oleh orang tuanya Yoshizumi-kun dari kalian, seluruhnya adalah 36.067.077 yen termasuk bunganya, semua itu akan ditransfer nanti. Karenanya, tolong jangan pernah terlibat lagi dengan Yoshizumi-kun.”

Woi, woi, woi. Aku mendengarkan semua ini dengan tenang, tapi ceritanya menjadi semakin serius! Mungkinkah pamannya Hitotsuba-san adalah orang yang sangat penting di Badan Kepolisian Nasional, dan Hitotsuba ingin menanggung hutang besar yang ditumpuk oleh ayahku? Dan lagi, itu adalah jumlah uang yang benar-benar gila! Bagaimana bisa hutang tersebut ditangani seperti itu!?

Aku  sangat bingung sampai-sampai kepalaku hanya bisa memikirkan hal-hal yang tidak jelas. Tapi coba pikirkan baik-baik, tepat ketika aku putus asa karena orang tuaku melarikan diri ke luar negeri dan aku harus mulai bekerja untuk suatu klan pada usia 16 tahun sebagai bayaran atas hutang-hutang orang tuaku, teman satu sekolahku yang terpilih sebagai gadis SMA terimut di Jepang datang, dan dengan wajah dingin, di memperlakukan pemimpin muda klan haratsu sebagai orang tolol, dan yang terpenting, dia mengatakan bahwa dia akan melunasi seluruh hutang yang kutanggung! Mengetahui semua, wajar kan kalau aku menjadi panik?

Namun demikian, kebingunganku masih belum berakhir. Karena saat ini,  ada orang lain lagi yang muncul.

“Hei, Kaede. Sudah kubilang untuk jangan mendahuluiku—!”

Tanpa membunyikan bel ataupun mengetuk pintu, seorang wanita cantik yang terlihat seperti Hitotsuba-san versi dewasa tiba-tiba memasuki pintu. Dia pasti datang ke sini dengan terburu-buru, karena meskipun saat ini masih pertengahan musim dingin, dahinya tampak basah oleh keringat.

“Maaf karena datang tiba-tiba. Namaku Hitotsuba Sakurako, ibu dari Hitotsuba Kaede yang berdiri di sini, dan juga seorang pengacara.”

Dia memiliki tubuh yang ramping dan sedikit lebih tinggi dari Hitotsuba-san. Dan rambut cokelat kemerahannya dipotong sepanjang bahu. Dia memiliki wajah yang cantik dengan alis yang anggung, membuat dirinya terlihat seperti seorang dewi perang yang membawa kemenangan kendati dewi kecantikan.

“Omichi-san, pemimpin muda klan haratsu. Tampaknya kalian terlibat dalam bisnis yang sangat berisiko.”

Ekspresinya tenang. Tapi nada suaranya terdengar setajam bilah pedang dan terasa seperti tidak ada yang bisa lolos dari pedang yang ditusukkan ke tenggorokan mereka. Bahkan aku, yang harusnya bukanlah orang menjadi lawan bicaranya, bisa merasa tekanan yang terpancar darinya, jadi aku yakin kalau Taka-san yang berhadapan secara langsung dengannya mungkin merasa takut.

“A-Apa  maksudmu? Di sini kami hanya meminta kembali uang yang kami pinjamkan. Tapi orang yang meminjam uang dari kami, Ayah anak ini, melarikan diri ke luar negeri tanpa melunasi hutang yang dia pinjam pada kami. Jadi meskipun apa yang kami lakukan tidak bertanggung jawab, kami tidak punya pilihan lain selain memintanya melunasi hutang tersebut, kan? Bukankah seharusnya begitu?”

Oh, apakah dia secara mengejutkan bisa mempertahankan ketenangannya? Tidak, ini adalah Takan-san, jadi tidaklah mungkin demikian. Nah, saat dilihat baik-baik, dahinya bersimbah keringat dingin dan sudut mulutnya sedikit bergetar, itu jelas merupakan tanda bahwa dia berusaha untuk bersikap keras.

Itu benar-benar sama seperti dengan cerita ini! Di sebuah pameran, di kios yakisoba, dia bermaksud untuk membagi-bagikan barang dengan senyum di wajahnya, tapi dia justru terlihat seperti iblis bagi anak-anak, yang membuat mereka menangis dan ketakutan. Dimana itu membuat dirinya merasa sangat sedih, sehingga dia harus menahan air matanya!

“Tidak ada logika seperti itu. Faktanya, bisnis peminjaman uang yang kalian lakukan adalah diluar batas dalam segala hal. Kalian tidak membicarakan perihal suku bunga atau semacamnya, kan? Kalian sadar bahwa kalian melanggar hukum, kan?”

“Hah! Bagaimana aku bisa meminjamkan uang jika aku takut pada sesuatu seperti itu! Terus apa, kau akan melakukan apa terhadap kami, nona pengacara? Atau, apa kau akan memberitahu petinggi di departemen kepolisian? Ayo? Apa yang akan kau lakukan?”

Oh. Taka-san sudah memantapkan tekadnya. Tapi yah, aku yakin kalau jantungnya berdebar kencang dan dia bermandikan keringat dingin, bisa dikatakan, ini adalah prestasi yang mengesankan baginya. Dalam hatiku, aku meneteskan air mata dan bertepuk untuk Taka-san.

Namun demikian, bagi ibu Hitotsuba-san, Taka-san tidaklah lebih dari keroco di awal perang. Baginya, Taka-san itu seperti musuh tutorial yang dia tidak akan pernah bisa kalah darinya.

“‘Papaku adalah pria yang paling di keren di Jepang’. Fufufu, dia benar-benar putri yang sangat imut, ya?”

Tanpa ragu-ragu, dia langsung memberikan serangan mematikan ke musuhnya!  Saat Taka-san menyadari apa yang sebenarnya ibunya Hitotsuba-san bicarakan, wajahnya langsung menunjukkan tanda-tanda kaget. Terhadap itu, aku mencoba yang terbaik untuk menahan tawaku.

“’Setiap hari papa selalu bekerja keras untukku dan mamaku. Dia meninggalkan rumah pagi-pagi sekali dan pulang larut malam. Tapi dia selalu memberikan ‘ciuman sampai jumpa’ dan ‘ciuman selamat malam’ di pipiku. Dan kalau dengan mama, itu langsung ciuman di bibir’. Ya ampun, bukankan bagi anak yang masih kelas 1 SD, stimulasi yang diberikan padanya terlalu banyak?”

“K-K-Kau...! Bagaimana bisa kau mengetahui itu...!”

“Jika di depan anak-anak sampai melakukan ciuman yang panas seperti itu..., aku jadi cemas akan apa yang akan terjadi padanya di masa depan...”

Seolah-olah diluncurkan setelah serangan ibunya, Hitotsuba-san melepaskan serangannya sendiri. Dua ibu dan anak sungguh menakutkan.

Terhadap semua serangan itu, Taka-san menjari dari mereka; mulutnya terbuka-tutup seperti ikan yang mencari-cari oksigen.

Benar, Taka-san sangat menyayangi putrinya, Rika-chan. Dan juga, dia sangat mencintai istrinya. Nah, bagaimana aku bisa mengetahui ini? Itu karena aku sudah beberapa kali pergi ke rumahnya Taka-san. Putrinya itu, Rika-chan, dia sangat imut, aku yakin, di masa depan nanti dia pasti akan populer.

“Tapi Omichi-san. Untuk istrimu, apalagi putrimu yang membanggakanmu, kau hanya mendeskripsikan pekerjaanmu sebagai pegawai kantoran biasa. Kira-kira apa ya yang akan terjadi jika mereka tahu yang sebenarnya?”

“Oh..., itu..., itu..., memangnya salah, ya! Lagipula, di sini istri dan anakku sama sekali tidak hubungannya!”

“Ya, dan menurutku itu sama. Hutang yang ditinggalkan oleh orang tua Yoshizumi Yuya haruslah dibayar oleh orang tuanya. Yoshizumi Yuya tidak memiliki tanggung jawab untuk itu.”

Aku tidak tahu banyak tentang hukum.  Tapi aku tahu bahwa jika orang tuaku membuat masalah bagi Taka-san dan yang lainnya, maka aku, yang merupakan anak merekalah yang harus menyelesaikan masalah mereka. Selain itu, Taka-san telah sangat baik padaku, dia adalah orang yang sudah kuanggap sebagai kakakku.

“Tapi tentu saja, itu tidak akan meyakinkanmu atau atasanmu. Karenanya, ayo kita buat kesepakatan.”

Dengan mengatakan itu, ibu Hitotsuba mengeluarkan secarik amplop dari tas yang dia pegang. Taka-san menerima amplop tersebut dan memeriksa isinya dengan tatapan waspada. Setelah melihat sekilas, ekspresi terkejut bisa terlihat di wajahnya.

“Apa kau..., gila? Maksudku, kau ini bukan sembarang pengacara, kan?”

“Tidak, aku benar-benar hanya seorang pengacara. Hanya saja, suamiku adalah orang yang sangat kaya.”

Senyuman yang ditunjukkan ibu Hitotsuba-san sangat mempesona, namun pancaran dan pesona yang dia miliki itu terasa seperti bunga mawar yang berduri. Mawar seperti itu bisa berakibat fatal bagi seseorang jika disentuh dengan sembarangan. Menghadapi senyuman seperti itu, Taka-san merasakan aroma yang berbahaya, dan setelah menggaruk kepalanya beberapa kali, dia mengangkat tangannya untuk menyerah.

“Baiklah. Jika kau tidak masalah dengan ini, maka kesepakatan ini disepakati. Aku berjanji, bahwa kami tidak akan pernah terlibat dengan Yuya lagi.”

Eh? Apa maksudmu Taka-san? Seluruh hutang senilai 36.067.977 yen itu, akan itu lunas begitu saja dengan isi amplop tersebut? Seriusan lunas begitu saja? Apa-apaan itu, aku jadi merasa takut.

Hutang yang ditinggalkan oleh ayahku yang tidak berguna cukup besar. Jadi, apa sebenarnya yang berada di dalam amplopnya Hitotsuba Sakurako  yang bisa menghapus seluruh hutang itu? Aku cukup penasaran, tapi Taka-san segera menyimpan amplop tersebut ke sakutnya tanpa menunjukkan apa isinya. Mungkinkah itu... adalah cek yang biasanya terlihat di drama televisi?

“Dengan begini, hutang yang dimiliki bajingan Yoshizumi Kotaro telah lunas, kan?”

Njir, dia baru saja menyebut ayahku bajingan di depanku. Memang sih dia adalah bajingan yang tak terbantahkan, tapi ibunya Hitotsuba sama sekali tidak ragu untuk melontarkan kata-kata tersebut. Mungkinkah, mereka ini saling mengenal?

“Ya. Dengan ini pinjaman si tolol itu telah benar-benar dikembalikan. Itu sebabnya, aku turut bahagia untukmu, Yuya. Mulai sekarang, kau akan bisa menjalani kehidupan yang lebih baik. Jangan sampai kau berakhir seperti bajingan itu, oke?”

“Eh, ya, tentu saja, aku tidak menjadi seperti ayahku. Tapi Taka-san, apa yang terjadi? Aku sama sekali tidak bisa mengikuti situasi di sini.”

Saat aku merasa gelisah, Hitotsuba-san dengan lembut meraih tanganku. Terhadap itu, alih-alih merasa tenang, jantungku mulai berdetak lebih cepat. Yah, itu wajar saja, lagipula itu adalah mustahil kalau aku tidak merasa deg-degan ketika seorang dewi memegang tanganku dan tersenyum padaku.

Tapi, bukankah tangannya Hitotsuba terasa lebih dingin daripada saat dia menyentuh keningku sebelumnya. Terlebih lagi, apakah itu hanya imajinasiku saja bahwa dirinya gemetaran dan sedikit berkeringat?

“Yoshizumi-kun. Mengenai itu, akulah yang menjelaskannya padamu, jadi jangan khawatir. Tidak apa-apa kok. Tidak ada satupun kerugian untukmu.”

“Baiklah, mulai dari sini serahkan saja siswanya pada anak-anak. Oh iya, Omichi-san, kalau kau tidak keberatan, apa kau mau minum teh? Apa kau juga ingin berbicara dengan anggota lain dari Asosiasi Korban Yoshizumi Kotara? Tentu saja, bawahanmu yang menunggu di belakang akan dengan senang hati diterima untuk bergabung dengan kita juga.”

“Aku menolak. Aku tidak ingin terlibat lebih jauh lagi dengan kalian. Hei kalian, kita akan pulang! Ayo pergi!”

Meskipun mereka memakaian kacamata hitam, tapi aku bisa tahu kalau para bawahannya Taka-san yang sedang menunggu di belakang tampak kebingungan. Tapi Taka-san tidak repot-repot menjelaskan apapun saat dia meninggalkan rumah bersama mereka. Tepat sebelum dia pergi, dia memunggungiku dan berseru tanpa berbalik:

“Yuya, hubungan diantara kita berakhir di sini. Aku tidak akan bertemu denganmu lagi. Karenanya, aku akan mendoakan yang terbaik untuk masa depanmu. Selamat tingga!”

Dengan kata-kata tersebut, Taka-san menghilang ke dalam kota yang remang-remang sambil melambaikan tangannya. Dia berusaha terdengar keren, tapi aku sudah tahu dimana dia tinggal. Malahan, istrinya sering memintaku untuk datang menemui Rika-chan yang katanya merindukanku, jadi kami bisa bertemu kapan saja.

“Yah, kurasa itu saja, sisanya kuserahkan padamu, Kaede.”

“Ya. Terima kasih, Bu.”

“Santai saja, tidak perlu berterima kasih. Lebih penting lagi, Yoshizumi Yuya, maaf karena membuatmu terkejut. Bajingan itu, tidak, ayahmu memintaku untuk melunasi semua utangnya untukmu, jadi tolong jangan khawatir tentang masa depanmu. Ini mungkin tidak akan sama seperti sebelumnya, tapi satu hal yang pasti, kau masih bisa menjalani masa-masa SMA yang norma.”

Aku penasaran dengan kata-kata, ‘Ini tidak akan sama seperti sebelumnya’. Tapi sebelum aku bisa bertanya tentang itu, Ibu Hitotsuba-san sudah meninggalkan rumah.

Dan saat ini, tertinggal di pintu masuk, hanya ada aku dan Hitotsuba-san. Selain itu, tanganku masih berada dalam genggamannya Hitotsuba-san, tapi bukankah tangannya itu gemetaran seperti orang gila? Bahkan kakinya juga gemetaran seperti anak rusa yang baru lahir!

“Kau kenapa Hitotsuba-san!? Kau gemetaran loh? Sepertinya kau tidak baik-baik saja?”

“A-apa yang kau bicarakan, Yoshizumi-kun? Aku tidak gemetaran..., sama sekali tidak. Ini tidak seperti aku tidak ingin kau melihatku gemetaran ketika berdiri di hadapan om-om menakutkan itu, dan bukan karena aku membuatnya gelisah lebih dari yang seharusnya. Jadi itu tidak seperti aku takut pada momen menakutkan ketika aku hanya sendirian denganmu, dan aku sama sekali tidak merasa seperti aku akan pingsan.”

Dia berbicara dengan cepat sambil menunjukkan ekspresi kuat, tapi matanya terus-terusan melihat kesana-kemari. Yah, tampaknya dia benar-benar merasa takut kepada Taka-san. Aku menghela nafas, dan kemudian menggenggam tangannya.

“Hitotsuba-san, aku akan menyeduhkanmu teh, jadi kenapa kau tidak masuk ke ruang tamu dan istirahat sebentar? Selain itu, kau juga ingin mengatakan keseluruhan ceritanya, kan?”

“Ya, ya..., tentu saja. Aku mengatakan seluruh ceritanya padamu. Setelah kesepakatan selesai, hutang yang ditinggalkan oleh orang tuamu kepadamu telah dilunasi, tapi itu dengan satu syarat.”

Syarat? Apa ya kira-kira, entah kenapa rasanya menakutkan.

“Syaratnya adalah..., kau harus tinggal bersamaku.”

“.....Hah?”

Tunggu, apa? Apa baru saja dia mengatakan tinggal bersama? Aku dan Hitotsuba-san..., tinggal bersama? Ini cuman lelucon, kan? Jika memang demikian, maka aku pasti akan dibunuh tidak hanya oleh semua anak laki-laki di sekolah, tapi juga oleh penggemar Hitotsuba Kaede dari seluruh negeri!!

“Fufufu, jangan khawatir. Detailnya aku jelas nanti, jadi untuk sekarang, ayo kita masuk ke ruang tamu dulu, Yuya-kun.”

Dengan senyuman yang seperti dewi, Hitotsuba-san memanggil nama depanku. Senyuman itu adalah senyuman omega yang tidak bisa untuk tidak kukagumi. Tapi sayangnya, yang kurang dari dia saat ini mungkin hanyalah kakinya yang masih gemetar ketakutan.

---

Aku membimbing Hitotsuba-san masuk ke ruang tamu, dan setelah dia istirahat dan meminum teh, dengan perlahan Hitotsuba-san mulai angkat bicara.

“Baiklah, Yuya-kun. Biar kujelaskan situasimu saat ini. Dan jujur saja, situasimu itu hanya bisa diringkas dalam beberapa kata...,”

Aku menelan ludahku, dan menunggu kata-kata selanjutnya dari Hitotsuba-san.

“Yuya-kun, saat ini kau adalah propertiku. Itu saja.”

“Ya, aku mengerti. Kau tidak  berniat untuk menjelaskannya, kan? Ya kan?”

“Kupikir mengoceh tidak ada gunanya, jadi aku mencoba untuk membuatnya singkat dan sederhana. Apa itu salah?”

“Tentu saja salah! Sejak kapan aku menjadi propertimu? Ini tidak seperti kau baru saja membeli hewan peliharaan, tau! Tolong jelaskan kepadaku dengan benar sehingga aku bisa mengerti!”

“Hewan peliharaan... Ya benar, mulai hari kau adalah hewan peliharaanku, Yuya-kun. Ya, itu kedengarannya sangat bagus”

Dia sama sekali tidak mau menjelaskan situasinya dan tidak mau mendengarkanku! Dengan tangan yang menemp di pipi meronanya, dia tenggelam dalam imajinasi liarnya sendiri. Terlepas dari sikapnya tersebut, itu merupakan kejahatan untuk menjadi begitu cantik sampai-sampai bahkan postur tersebut bisa diubah menjadi lukisan. Dengan tangan terlipat dan pipinya memerah, dia terlibat dalam delusi dengan Uhufu.

Kemudian, aku sengaja membuat suara untuk mendapatkan kembali perhatiannya saat aku menyesap tehku.

“Jangan begitu, Pochi. Kau tidak boleh minum seperti itu... Maaf, Yuya-kun. Aku terlalu banyak berimajinasi. Tadi pembicaraan kita sampai dimana ya?”

“...Kurasa sampai pada titik dimana aku menjadi ‘propertinya Hitotsuba-san’.”

“Ah, benar. Aku baru saja akan mengatakan mengapa Yuya-kun menjadi propertiku. Ini semua karena ayahmu menangis-nangis meminta tolong pada ibuku.”

Mengapa ayahku menangis-nangis minta tolong pada ibunya Hitotsuba-san? Berikut penjelasan alasan untuk itu.

Singkatnya, ayahku, bajingan dalam keluarga kami, dan ibunya Hitotsuba bersekolah di SD, SMP, dan SMA yang sama. Ibunya Hitotsuba-san pernah mendengar tentang kegagalannya ayahku selama dia melakukan pekerjaan sebagai pengacara, tapi mereka tidak pernah berhubungan lagi sejak mereka lulus dari SMA. Dan kemudian, sekitar satu bulang yang lalu, dia tiba-tiba dihubungi oleh ayahku.  

Isi pesan dari ayahku sederhana,  “Tolong bantu aku”.

“Awalnya, ibuku berniat untuk menolak menolongnya. Dia mengatakan bahwa tidak peduli seberapa busuk hubungan diantara mereka, tindakan tololnya itu tetap merupakan kesalahannya sendiri. Dai juga menambahkan bahwa ibunya Yuya-kun juga sama bersalahnya, karena beliau justru terus mendukung suaminya tanpa menghentikan kesalahannya yang fatal.”

Apa sih yang ayah sialan itu pikirkan? Aku tidak percaya dia akan mengirim SOS secara tiba-tiba ke teman masa kecilnya yang sekarang punya keluarga untuk diurus. Saat dia kembali dari luar negeri nanti, aku akan memukulnya sampai aku puas.

“Namun, ayahnya Yuya-kun menangis dan berkata, ‘Tolong selamatkan anakku. Yuya tidak salah apa-apa. dan tidak sepertiku, dia memiliki potensi.  Aku tidak ingin menghancurkan masa depannya’.”

“.........”

“Yah, meski begitu, ibuku masih tidak punya alasan untuk menganggukkan kepalanya. Baginya, itu sama saja seperti menambahkan minyak ke dalam api.”

...Kurasa itu benar. Dari sudut pandang ibunya Hitotsuba-san, aku hanyalah orang asing. Baginya, itu adalah sesuatu yang picik untuk menggunakan putranya sendiri sebagai alasan untuk meminta bantuan. Alasan seperti itu sama dangkalnya dengan genangan air kecil. Ayah sialan itu, kau kan bisa menggunakan kepalamu sedikit lagi.

“Karenanya, aku yakin kalau Yuya-kun yang cerdas bertanya-tanya, mengapa ibuku masih memutuskan untuk menolongnya! Tentu saja, alasan untuk itu adalah karena keegoisanku.”

Dengan wajah bangga, Hitotsuba-san membusungkan dadanya. Bahkan, meskipun tersembunyi di balik sweater rajutnya, dua gundukan kembarnya dengan sangat jelas bisa terlihat sedang bergoyang-goyang di udara. Apalagi, cara dia membungkuk membuatnya jadi lebih jelas, sehingga aku jadi merasa sulit untuk tidak melihat gundukan kembarnya itu. Aku memalingkan mukaku sejenak, dan kemudian berkata...,

“Errr, apa yang kau maksud dengan keegoisanmu, Hitotsuba-san? Bagaimana hal itu jadi bisa menolong ayahku? Tidak mungkin ‘kan ibumu akan mengambil hutang orang lain hanya karena keegoisanmu?”

“Aku tidak pernah egois dalam hidupku, dan aku selalu menjadi anak yang baik dan patuh. Orang tua dan kakek-nenekku sangat gembira mendengar bahwa putri tunggal mereka menjadi begitu egois untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Mereka bahkan sampai membuat syukuran karena ini.”

Dia baru saja memuji dirinya sendiri sebagai gadis yang baik dan tidak egois, tapi bukan itu poin terbesar yang menggangguku. Barusan dia mengatakan keluarganya sangat gembira karena dia menjadi egois? Itu gila.

“Keegoisanku ada dua. Yang pertama adalah aku ingin agar ibuku membantumu, Yuya-kun. Lagipula, di sini kau tidak melakukan kesalahan apapun, jadi itu wajar saja. Aku tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi pada orang tuamu, tapi aku tidak bisa mengabaikan fakta bahwa dirimu akan menderita karenanya.”

Aku tidak tahu, mengapa Hitotsuba-san mempedulikanku? Tapi meskipun aku tidak mengetahui alasannya, selalu menyenangkan mengetahui bahwa seseorang mempedulikanmu.

“Dan keegoisan keduaku. Di hidupku, ini adalah keegoisan terbesarku, yang dimana aku ingin kau menjadi propertiku, Lagian, aku bilang kalau aku ingin tinggal bersamamu.”

“Oke, bagian ini tidak mungkin untuk dipahami! Itu bahkan bukan lagi yang disebut keegoisan! Kau melewatkan bagian pengakuan cinta, bagian lamaran, dan semua bagian lainnya dan hanya mengatakan kepada orang tuamu bahwa dirimu ingin tinggal bersamaku! Mengapa kau melakukan itu?”

“Habisnya…, aku ingin bersamamu, Yuya…”

Duh, itu licing! Jika Hitotsuba Kaede yang perwujudannya seperti seorang dewi sedang gelisah dan mengatupkan mulutnya dengan sikap malu-malu, pria manapun pasti akan langsung jatuh cinta padanya.

“Setelah itu..., semua orang sangat bersemangat dengan diriku yang akhirnya mendapati cinta pertamaku dan keputusanku yang egois. Ayahku menyiapkan cek, ibuku menghubungi ayahnya Yuya-kun, dan...., semuanya diputuskan seperti itu.”

Sambil bertanya-tanya apakah aku harus menyebutkan kata-katanya yang mengatakan ‘cinta pertamaku’, Hitotsuba-san memberikanku selembar kertas. Itu semacam perjanjian, dengan nama dan cap ayahku ditandatangani di bagian bawahnya. Isinya adalah...,

“...’Pertama. Aku memberi Hitotsuba Kaede izin untuk tinggal bersama Yoshizumi Yuya. Dua. Saat Yuya berusia delapan belas tahun, dia akan setuju untuk mendaftarkan namanya dan menjadi menantu keluarga Hitotsuba. Dengan itu, setelah mulai tinggal bersama, setiap kontak dari orang tua Yoshizumi Yuya terhadap Yuya akan dilarang selamanya.’ Apa..., APA-APAAN INI!?”

Wajar ‘kan kalau aku akan berteriak setelah membaca isi perjanjian itu.

Aku, bukan hanya aku akan tinggal bersama Hitotsuba-san, tapi aku juga akan menikahinya saat aku lulus SMA! Menjadi menantu keluarganya! Apa orang tuaku menyetujui itu!?  Aaah, aku bisa membayangkan ayah brengsekku itu  menandatangani perjanjian tersebut dengan senyuman di wajahnya, dan ibuku tersenyum riang serta mengatakan hal-hal tanpa beban seperti: “Sekarang Yu-kun akan bahagia.”

“Jangan khawatir. Aku sendiri, tentu saja aku akan mendukung Yuya-kun, tapi aku yakin kau sudah memiliki keinginan besar yang tidak akan mengecewakanku. Setelah kau menjadi suamiku, kau akan bekerjasama dengan ayahku dan akhirnya menjadi pemimpin Grup Hitotsuba. Ini telah diputuskan.”

Ada apa sih dengan keluarga mereka? Mereka mengizinkanku, seorang siswa SMA yang tidak pernah mereka temui, untuk menikahi putri mereka yang berharga, dan bahkan telah memutuskan untuk menjadikanku pemimpin berikutnya!

“Orang tuamu dan orang tuaku, kedua belah pihak telah memberkati kita dengan izin mereka. Dan sayangnya, bagi Yuya-kun, kau tidak memiliki hak untuk menolak. Jika kau menolak..., apa kau tahu apa yang akan terjadi?”

Yaa, entah bagaimana aku bisa mengerti. Aku yakin aku akan dipaksa bekerja seperti budak di Grup Hitotsuba. Atau mungkin, aku akan dipaksa bekerja di dunia bawah seperti di dunia-dunia manga. Hanya neraka yang akan menungguku, dimana aku tidak akan bisa melihat matahari sampai aku mati.

 

“Fufufu, kau memang sangat perspektif, Yuya-kun. Jika kau menolak, aku akan membuatmu tetap berada di sisi selama sisa hidupmu sebagai pelayan pribadiku. Hanya pelayan, jadi kau tidak akan bisa menciumku, apalagi melakukan hal-hal yang nakal. Kau akan mengalami neraka dimana kau tidak akan dapat menyentuhku meskipun aku mengekspos tubuhku yang tidak berdaya.”

Memang itu terdengar seperti neraka, tapi jelas itu adalah jenis neraka yang berbeda. Aku tidak menyangka kalau aku akan menemui hari ketika aku mendengar Hitotsuba-san berbicara tentang ciuman dan hal-hal yang nakal, tapi fakta bahwa wajahnya merah padam menunjukkan bahwa dia terlalu memaksakan dirinya. Tapi, cinta terlarang saat melayani wanita sebagai pelayan pribadinya, ya? Kedengarannya tidak buruk.

“Tidak, tidak! Aku tidak mau jatuh ke dalam cinta yang terlarang! Itu memang bukan hal yang buruk, tapi..., toh aku masih lebih suka cinta yang murni... Aku maunya cinta yang bisa membuatku bersamamu di depan umum...”

Apa-apaan dengan gadis ini, dia imut banget. Padahal pas di sekolah, Hitotsuba-san selalu terlihat bermartabat, berbudi luhur dan keren, sosok bagaikan bunga yang tak dapat terjangkau, tapi sekarang, dia benar-benar berbeda. Cantik dan polos, dia tampak seperti seorang gadis yang menyukai shoujo manga. Mungkinkah, ini adalah dirinya yang sesungguhnya? Jika demikian, maka aku pasti merupakan salah satu dari sedikit pria yang mengetahui wajah asli dari Hitotsuba Kaede.

“B-Baiklah, aku akan menerima tawaran itu. Lagipula, sejak awal itu bukanlah sesuatu yang bisa kutolak, dan itu malah merupakan tawaran yang ajaib untukku. Bisa tinggal tinggal dengan wanita cantik seperti Hitotsuba-san, dan bahkan menikahinya..., bukankah itu adalah yang terbaik?”

Aku mencoba yang terbaik untuk bersikap ceria. Aku dengan cepat meneguk seluruh tek dari cangkirku untuk melembabkan tenggorokan yang kering. Itu membawa perasaan tenang ke jantungku yang berdetak begitu cepat.

Oh tidak, apa yang baru saja kukatakan? Aku membiarkan momentumku menguasaiku begitu saja, dan tanpa berpikir panjang aku langsung setuju untuk menjadi suaminya. Tapi..., ini bagus. Aku bisa hidup bersama dengan wanita yang sangat cantik seperti Hitotsuba-san, menikahinya, dan akhirnya akan menjadi pemimpin. Jadi ya, ini bagus. Aku sama sekali tidak akan kesepian—

“Ada apa denganmu, Yuya-kun? Apa kau sakit atau semacamnya!?”

“...Eh? Ada apa Hitotsuba-san? Aku tidak merasakan sakit dimanapun...”

“Lalu Yuya-kun, kenapa kau menangis...?”

Aku menyentuh pipiku. Jari-jariku terasa basah dan dingin. Ini aneh, mengapa aku menangis ketika aku akhirnya telah bebas dari orang tuaku yang tolol? Mengapa ini rasanya begitu menyakitkan sampai dadaku terasa seperti akan terkoyak? Mengapa...

“Tidak apa-apa, jangan khawatir, Yuya-kun. Aku akan berada di sisimu. Aku akan selalu berada di sisimu.”

Sebelum aku menyadarinya, aku mendapati diriku sedang dipeluk oleh Hitotsuba-san. Dia dengan lembut mengusap punggungku seolah-olah dia sedang merawat anak kecil dan memanggilku. Suaranya penuh dengan belas kasih. Secara naluriah, aku merangkul pinggangnya dan memeluknya.

“Kau tiba-tiba ditinggal seorang diri. Maka itu wajar jika dirimu merasa kesepian. Karenanya, mulai sekarang, ayo berbahagia bersama, Yuya-kun.”

Pelukan dari sang dewi terasa begitu nyaman. Aku ingin tetap seperti ini selamanya

“Kalau kau sudah tenang, tolong kemasi barang-barangmu. Sebentar lagi rumah ini akan dirobohkan.”

Aku masih dalam suasana hati yang bahagia sampai kata-katanya membawaku kembali ke kenyataan. Tunggu, rumah ini akan dirobohkan? Seriusan?

“Begitu sudah rata dengan tanah, kita akan membangun kembali rumah untuk disewakan. Pendapatan sewa juga akan masuk ke kantong kita. Oh, tapi sarang cinta kita akan baik-baik saja. Aku sudah menyiapkannya kok. Untungnya, besok adalah hari sabtu Sabtu dan sekolah kita libur, jadi ayo pergi berbelanja!”

Aku terisak dan mengangguk. Hitotsuba-san tersenyum dan menepuk-nepuk kepalaku. Aku tidak mengerti lagi apa yang sedang terjadi di sini.

Tampaknya, darah ayahku benar-benar mengalir ke seluruh tubuhku, dan aku mungkin telah membuat keputusan penting yang sangat penting yang akan memengaruhi hidupku. 



Sebelumnya || Daftar Bab || Selanjutnya
close

28 Comments

  1. Min yang versi WN ga dilanjut kah?

    ReplyDelete
  2. Yg kemaren aja min beda nya apa ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo yang kemarin itu WN, nah yang ini itu LN. Ada sih beda nya, tapi cuma sedikit. Anggap aja LN itu bentuk sempurna dari WN

      Delete
  3. Gas lanjut ln nya min, pemasaran pas admin bilang ada ntr nya di versi ln

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi kayaknya seru gw bosen njir yg versi wn terlalu banyak gula

      Delete
    2. bukan ntr sih tepatny ad konflik karena salah satu temen yuuya suka sama yuuya

      Delete
  4. Up lagi min lanjutin ln nya jgn smpe y lnjt...Smbil selingin wn dikit dikit...Wn ny jg udh ngelebihin eng nya

    ReplyDelete
  5. Weh mantap cuy ada versi LN nya

    Lanjutkann minn

    ReplyDelete
  6. Mangat min penasaran Ama ntr nya

    ReplyDelete
  7. Entah kenapa,malah lebih enak baca yang versi LN daripada yang versi WN,semangat admin

    ReplyDelete
  8. Lanjut min...karena katanya gw denger di LN nya lebih ada konflik. Walaupun kesel juga sih dah baca WN ternyata ada LN nya...Mangat dah

    ReplyDelete
  9. Ayo lanjutkan min gw dukung selalu ya min walaupun gak punya duit buat traktir

    ReplyDelete
  10. Illustration (kaede datang) hilang atau lupa diupload?

    ReplyDelete
  11. Ilustrasi nya nggak ada pas kaede datang bruhhh :v

    ReplyDelete
Previous Post Next Post