Bab 3
Insiden Mandi Pagi dan Kencan Belanja
Terlepas dari aku yang mengalami mimpi buruk, gara-gara fakta bahwa siswi paling imut di Jepang sedang tidur nyenyak dengan mengenakan piyama halusnya di sebelahku membuatku jadi tidak bisa tidur.
Karena kurang tidur, kepalaku terasa berat. Di saat-saat seperti ini, berendam di bak mandi air panas adalah satu-satunya cara menyegarkan diri.
Aku mengatur pemanas, dan kemudian memanfaatkan waktu sampai bak mandi siap untuk mengeluarkan konsol gim yang kubawa dari rumah dan menghubungkannya ke TV. Tidak seperti TV murah yang ada di rumahku sebelumnya, ini adalah TV Polytron 4K terbaru. Jika gim dimainkan di TV yang seperti ini, dunia yang dibuat ulang pasti akan menjadi lebih indah. Resolusinya juga lebih halus, jadi enak untuk dilihat. Ini benar-benar yang terbaik.
“Cuman masalahnya..., haa~..., tampaknya aku tidak bisa melakukannya...”
Aku menghela nafas saat mengubungkan kabel. Memang sih, itu menyenangkan bagiku untuk main gim, tapi bagaimana perasaannya Hitotsuba-san nanti saat dia melihatku bermain?
Kalau aku berada di ruangan yang sama tapi ditinggal main gim sendirian oleh pasanganku, aku yakin kalau aku akan merasa kesepian. Mungkin Hitotsuba-san juga akan merasa seperti itu, dengan pemikiran itu, kuputuskan untuk menahan diri dari bermain gim.
“Yah, kurasa aku bisa memainkannya di saat Hitotsuba-san tidak ada...”
Meskipun aku bilang begitu, karena aku memiliki aktivitas klub, aku tidak akan punya banyak waktu. Jika demikian, maka aku harus menunggu sampai dia pergi tidur. Dan dengan itu juga, aku tidak perlu bermain gim di pagi-pagi sekali.
Masih ada waktu sampai air di bak mandi panas. Saat aku memikirkan tentang apa yang harus dimakan untuk sarapan, aku ingat kalau di rumah ini tidak ada makanan. Dan di tempat pertama, rumah ini tidak memiliki kulkas. Waduh, apa yang akan kami makan untun sarapan nanti?
“Selamat pagi, Yoshizumi-sama.”
“Whoa! Eh, Miyamoto-san? Kok kau ada di sini? Kau datang dari mana?”
Si sopir, Miyamoto-san, berdiri di sana seolah-olah sejak awal dia memang sudah berada di sana. Di tangannya, ada dua kantong hamburger yang akrab dengan logo M. Eh, mungkinkah dia membawakan itu karena di rumah ini tidak ada makanan?
“Ya, saya membawakan sarapan untuk kalian berdua.”
Bahkan Miyamoto-san bisa membaca pikiranku, ya? Lebih penting lagi, mengapa kami harus makan hamburger di pagi hari? Itu tidak baik untuk perut, kan?
“Ini adalah permintaan Kaede-sama. Tadi malam dia menghubungiku dan mengatakan kalau dia ingin makan sesuatu yang disebut M* di pagi hari.”
Permintaannya, Hitotsuba-san? Kemarin pizza, dan pagi ini M*, tampaknya dia sangat menyukai junk food. Yah, aku sendiri juga tidak membencinya. Tapi sekarang aku jadi merasa ragu tentang apa yang dia bilang kemarin kalau dia bisa memasak.
“Jangan khawatir tentang itu. Masakannya Kaede-sama memang sedikit aneh, tapi aku bisa menjamin rasanya. Nah, sebenarnya saya ingin anda memakan ini selagi masih hangat, tapi kenapa anda tidak mandi dulu?”
Melodi dimainkan untuk menandakan bahwa pemanasan air sudah selesai. Kalau bisa, aku ingin membangunkan Hitotsuba-san yang masih tidur dan sarapan bersama sebelum makanannya dingin, tapi kalau begitu air mandinya akan dingin dan perlu dipanasin lagi, yang mana itu merupakan pemborosan gas.
“Tidak apa-apa. Kaede-sama lemah di pagi hari, jadi dia belum bangun. Karenanya, kupikir akan lebih baik jika anda membangunkannya setelah anda selesai mandi.”
“Jadi aku yang akan membangunkannya, ya. Yah, tentang itu aku akan mempertimbangkannya. Tapi terima kasih karena sudah repot-repot mengantarkan kami sarapan, Miyamoto-san.”
“Tidak perlu berterima kasih, bagaimanapun juga ini adalah bagian dari pekerjaanku. Selain itu, hari kalian akan pergi keluar, kan? Aku akan ikut dengan kalian, jadi mohon bantuannya.”
Setelah membungkuk dengan sopan, Miyamoto-san meninggalkan rumah. Dari cara dia berbicara, apa belanja yang disebut kencan hari ini akan ditemani dengan sopir? Sungguh, itu benar-benar cerita yang mewah.
Namun, bukan itu intinya sekarang, tapi mandi. Kemunculan Miyamoto-san telah benar-benar menyegarkan kepalaku, tapi aku akan tetap masuk untuk mandi! Tadi dia bilang kalau Hitotsuba itu lemah di pagi hari, dan belum akan bangun, jari kruasa tidak akan ada masalah yang terjadi. Ayo berendam dengan santai tanpa segan.
Mandi air hangat untuk menghangatkan tubuh yang dingin dan kemudian menyelam ke dalam bak mandi yang besar. Ah, ini surga. Sangat menyenangkan untuk berendam di bak mandi yang bahkan meregangkan kaki pun masih terasa luas. Rasanya mantep euy.
“Bagaimana perasaanmu jika berbagi bak mandi yang besar itu dengan siswi SMA paling imut di Jepang?”
“Tentu saja itu akan menjadi perasaan yang terbaik. Kalau aku mandi bareng Hitotsuba-san, keberuntungan hidupku pastinya sudah berakhir di saat itu juga.”
“Oh, kalau begitu yakinlah bahwa keberentungan itu akan bertahan seumur hidup. Karena, kita akan selalu mandi bareng setiap hari.”
“Eh? Mandi bareng dengan Hitotsuba-san setiap hari? Bukankah itu yang terba—lah, kenapa kau ada di sini!?”
Pada saat pintu kamar mandi terbuka, aku langsung menyesali apa yang tanpa sadar kukatakan, tapi di saat yang sama, aku merasa dunia tampak berjalan dengan begitu lambat.
Dengan wajah senang yang tidak biasa dan senyuman bak seorang dewi, Hitotsuba-san datang menghancurkan waktu mandi pagiku dengan handuk yang menutupi tubuhnya.
Meskipun dia menutupi tubuhnya dengan handuk, aku melakukan yang terbaik untuk melihat ke arah lain sehingga aku tidak akan terganggu oleh dua bom yang merangsang laki-laki. Dalam pikiranku, aku terus menghitung bilangan prima agar aku tetap tenang.
“Hm, kau kenapa Yuya-kun? Wajahmu memerah sampai ke telingamu loh?”
Oi oi, bukankah dia ini hanya mencoba mengacaukan segalanya?
“Kenapa kau malah masuk, Hitotsuba-san? Kau tahu dan sudah memastikan kalau aku sedang ada di dalam kamar mandi, kan?”
“Tentu saja. Tadi, saat aku bangun, aku merasa kesepian karena kau yang harusnya tidur di sampingku tidak ada. Jadi kupikir aku harus membuat dirimu menyembuhkan kesedihan ini meskipun hanya satu atau dua menit... Tapi, apakah pemikiran itu salah?”
Tentu saja salah. Pikiran jernihku nanti akan menguap dalam sekejap.
“Tapi tetap saja, aku tidak menyangka kalau pagi ini kau akan membiarkan pintu kamar tidak terukunci meskipun kemarin malam kau menguncinya.... Bolehkah aku berasumsi kalau kau telah jatuh cinta padaku dalam satu hari? Oh, kenapa kau malah menyembunyikan wajahmu?”
“I-Itu..., itu karena sekarang kau sedang telanjang, kan!?”
Sekalipun dia memakai handuk; fakta bahwa kulitnya yang putih seperti salju murni yang mengintip dari bagian yang tidak tertutupi handuk, kakinya yang terlihat seperti dirinya tidak berada di usia SMA, dan fakta bahwa dia tidak sepenuhnya telanjang agak mendorong batas erotisme. Jangan lihat, jangan lihat, jangan lihat!
“Fufufu, aku tidak menyangka kalau kau begitu naif. Jika kau laki-laki, tidakkah kau ingin melihat tubuh wanita di sini dan merasa kegirangan? Bahkan di sini aku inginnya supaya kau melihatnya...?”
Tentu saja aku ingin melihatnya! Aku benar-benar ingin melihatnya, tapi jika aku melihatnya, aku merasa kalau segala sesuatunya akan berakhir. Aku juga cukup yakin dialah satu-satunya yang bisa melakukan—tidak, lupakan yang baru saja kukatakan! Tidak apa, aku pasti akan baik-baik saja! Meskipun aku tidak tahu apanya yang baik-baik saja!
“Tenang saja, Yuya-kun. Handuk yang kupakai menempel dengan erat kok. Seperti yang kupikirkan, aku sendiri juga masih malu untuk melakukannya tiba-tiba. Jadi, bukalah matamu, oke?”
Dia mengucapkan kalimat terakhir dengan bisikan yang samar. Aku percaya pada kata-katanya yang malu dan membuka mataku dengan ragu-ragu.
“Lihat, kalau begini gak masalah, kan? Sekarang aku memang tidak memakai pakaian, tapi aku tidak telanjang, kan?”
“Y-Ya?? Apakah ini benar-benar gak masalah? Tidak, menurutku ini benar-benar masalah...”
Berpikirlah dengan tenang. Jangan sampai aku dimakan oleh situasi ini. Kalau misalnya dia mandi, bahkan handuk madi pun bisa terlepas, atau mungkin juga bisa terlepas tanpa sengaja jika dia berendam di bak mandi. Karenanya, sekarang aku tiba-tiba mengetahui satu kemungkinan.
“Oh, aku tahu! Kau pasti memakai pakaian renang di balik handuk mandi itu, kan! Kau pasti berpikir kalau aku akan jadi deg-degan dan berharap handuk mandimu lepas, namun ternyata kau memakai pakaian renang dan membuatku jadi kecewa karena terlalu berharap! Begitu, kan!”
“...Fufufu, kau memang hebat, Yuya-kun. Aku ingin memujimu karena telah menemukan jawabanmu, tapi maaf. Aku akan melangkah lebih jauh, karena—”
Saat dia mengatakan itu, dia menunjukkan senyum tanpa rasa takut. Jangan bilang—!?
“—Aku tidak memakai apa-apa. Lihat.”
Hitotsuba-san melepaskan handuk mandinya. Aku mendapati penglihatan sosok telanjang seorang dewi dan secara tidak sengaja berteriak padanya yang melanggar janjinya. Dia memiliki kulit yang sehat dan lembut seperti salju, membuatku jadi merasa cemas kalau dia terpapar sinar matahari.
Ini adalah momen ketika impian seorang pria menjadi kenyataan untuk dapat melihat secara langsung dua buah yang melimpah terbebas dari kekangannya dan memantul-mantul. Kupikir aku harus menyentuh buah itu dan merasakannya, tapi hanya dengan melihatnya saja sudah memberiku perasaan bahagia... Tunggu, bukan itu intinya sekarang!
“Kenapa kau berbohong goblok—!!”
“H-Habisnya..., cara yang terbaik untuk memahami satu sama lain adalah dengan melakukan hubungan telanjang, kan?”
“Kurasa aku lebih suka untuk melakukan hubungan telanjang di atas ranjang saat malam hari lebih dulu?”
“Oh, kalau gitu aku ingin kau mengatakan [Fufu, aku tidak membiarkanmu tidur malam ini, wahai kucing keciliku].”
Sial, itu terlalu imut! Aku melompat keluar dari bak mandi, sambik berteriak dalam pikiranku. Aaaa, aku bisa mendengar suara sedih Hitotsuba-san, tapi aku mengabaikannya. Jika aku tetap berada di kamar mandi bersamanya, aku pasti akan kehilangan kendali!
“Isssh..., dasar Yuya-kun jahat.”
Hitotsuba-san menjilat bibirnya sendiri saat dia berbicara, dan nada suaranya membuatku merasa seperti mendengar itu dari mulut iblis kecil yang nakal.
---
Aku menemui pagi yang mengerikan, meskipun dalam artian yang menyenangkan. Aku mengarahkan pandanganku ke TV sambil menyantap sarapan yang sudah benar-benar dingin.
“Hei Yuya-kun, kita mau pergi ke mana dulu nanti? Aku sih inginnya kita melihat-lihat peralatan makan dulu baru peralatan elektronik, tapi bagaimana denganmu?”
Hitotsuba-san mengatakan sesuatu, tapi aku tidak menanggapinya. Sebenarnya itu mudah untuk setuju dengannya di sini, tapi mengingat apa yang terjadi tadi, aku mau supaya dia sedikit merenungkan itu.
“Hei Yuya-kun, peralatan makan apa yang kau suka? Apa kau lebih menyukai yang couple-an? Berapa banyak nasi yang biasanya kau makan? Kau juga butuh mangkuk, dan piring kari? Kita punya banyak ruang penyimpanan, jadi ayo kita lihat-lihat berbagai hal.”
Jangan, jangan menanggapinya. Sekalipun aku menyukai kari dan pasta, tapi jangan sampai terpancing pada ucapannya. Aku mesti fokus pada TV saja.
“Bagaimana dengan peralatan elektronik? Kita adalah murid SMA, jadi kupikir akan lebih baik untuk membeli kulkas yang besar sehingga kita dapat menyimpan makanan untuk dijadikan bekal. Kemudian, kita juga perlu membeli penanak nasi berkualitas tinggi supaya nasi tetap terasa enak meskipun sudah dingin. Dan jika kita punya microwave yang bagus, kita bisa membuat berbagai hidangan. Oh, apa kau tahu, oven microwave saat ini juga sudah bisa membuat pasta loh! Itu luar biasa ya!”
Tentunya, itu sungguh nyaman untuk bisa membuat pasta dengan microwave yang biasanya harus direbus. Dan juga, rasanya menyenangkan kalau bisa menyantap nasi yang enak meskipun sudah dingin sebagai bekal. Penanak nasi dirumahku yang sebelumnya akan merubah nasi menjai kuning dan keras segera setelah dihangatkan. Ntar dulu, yang lebih penting untuk saat ini, bukankah dia tau banyak tentang peralatan elektronik?
“Untuk mesin cuci sebaiknya memilih yang bertipe drum, yang bisa beroperasi baik untuk mencuci maupun mengeringkan pakaian. Dengan mesin cuci seperti itu, kau bisa langsung mencuci pakaian setelah pulang dari aktivitas klub, dan malam sebelum tidur bisa langsung dilipat.”
Jika aku tidak harus mengeringkannya, itu akan sangat membantu. Apalagi kalau ada fitur pemuatan deterjen otomatisnya, itu akan sangat nyaman. Habisnya, aku biasanya selalu tidak mengerti dan memasukannya begitu saja. Tapi tetap saja, rupanya HItotsuba-san benar-benar tahu banyak.
“Gini-gini aku adalah putri tunggal dari pemimpin perusahaan elektronik, Jadi ini wajar saja.”
“Hahaha, kau luar biasa, Hitotsuba-san. Aku sih tidak tahu apa-apa tentang peralatan elektronik.”
“Kupikir kayaknya kalimat kita terbalik. Tapi yang lebih penting lagi, akhirnya kau berbicara juga. Apa kau marah karena aku tiba-tiba masuk ke kamar mandi?”
Sial, karena refleks, aku jadi menanggapinya.
“Jangan khawatir. Barangkali, sepertinya, mungkin, aku tidak akan melakukan itu lagi, jadi kumohon jangan marah seperti itu.”
Aku terkesan dengan pengucapannya yang indah, tapi dapat dipastikan 100% bahwa ini adalah pernyataan dari mereka yang akan terus melakukan hal yang sama. Tidak ada elemen yang dapat membuat perkataannya meyakinkan, dan jika ada, itu malah akan terasa lebih buruk.
“Untuk kedepannya..., aku akan melakukannya di ranjang seperti yang kau inginkan. Jadi maafkan aku ya, nyan~”
“...S-Secara khusus kali ini aku akan memaafkanmu. Hanya kali ini, oke! Kalau kau melakukan sesuatu seperti itu lagi, aku benar-benar tidak akan berbicara denganmu! Yah, mungkin aku akan seperti itu selama tiga jam!”
Aku ingin tahu, adakah pria yang tidak bisa menyerah pada senyuman gadis cantik dengan gerakan seperti kucing dan mengatakan ‘nyan~’. Jadi itu bukan kesalahan di pihakku kalau aku jadi menyerah!
“Fufufu, aku benar-benar menyukai dirimu yang bertingkah imut seperti itu. Nah sekarang, kita sudah selesai sarapan, jadi ayo segera bersiap-siap. Meskipun kita akan diantar dan dijemput Miyamoto-san, berbelanja membutuhkan waktu dan tenaga. Jika kita tidak pergi lebih awal, kita akan terlambat pulang nantinya.
“Yah..., kau benar. Baiklah, aku akan bersiap-siap.”
Aku segera berdiri dari sofa. Tapi dalam kasusku, tidak butuh waktu lama bagiku untuk bersiap-siap. Yang harus kulakukan adalah mengganti pakaianku, merapikan rambut, dan menunggu. Mengapa aku harus merapikan rambutku? Karena aku ingin tampil sebaik mungkin ketika berdiri di samping gadis cantik yang terlihat seperti dewi.
“Tidak apa-apa, kau yang saat ini saja sudah keren kok. Selain itu, aku lebih menyukai hatimu lebih dari apapun, jadi penampilan adalah nomor dua. Karenanya, tidak peduli apapun yang orang-orang katakan, tidak usah dipikirkan, oke?”
Aku menghela nafas dan menggaruk-garuk kepalaku. Aku heran, kenapa ya Hitotsuba-san suka mengatakan hal-hal yang membuatku senang dan malu? Apalagi dia mengatakannya sambil tersenyum.
“Itu curang tahu, Hitotsuba-san.”
Namun keluhanku itu tidak pernah mencapainya.
---
Segera setelah Hitotsuba-san selesai siap-siap, kami meninggalkan rumah dan pergi membeli peralatan makan sesuai rencana. Ada begitu banyak peralatan makan yang beredesain trendi sehingga menjadi sulit untuk memilih-milih.
Tidak hanya itu, ada berbagai peralatan yang biasa digunakan di festival dan toko sampel makanan, membuat suasana semakin asyik dinikmati. Hitotsuba-san, yang melihat-lihat kesana-kemari dengan mata berbinar benar-benar imut.
Setelah makan siang, kami pergi ke toko elektronik untuk membli satu set peralatan rumah tangga lengkap termasuk kulkas, meski begitu, rupanya poresesnya itu cukup sulit.
Hitotsuba-san, yang teringat acara TV tentang petugas toko yang berkacamata tipis biasanya berpengetahuan luas, memanggil petugas toko yang mirip dengan kriteria itu dan menanyakannya berbagai hal.
Selain itu, petugas toko ini tidak mempedulikan fakta bahwa kami adalah murid SMA dan mendengar apa yang ingin kami lakukan dan apa yang kami butuhkan, kemudian mengusulkan produk yang sesuai satu per satu. Percakapannya menarik, dan dia memberikan kami diskon. Yang lebih menariknya lagi adalah semakin banyak kami mendengarkan ceritanya, semakin banyak peralatan elektronik dari perusahaan Hitotsuba diputuskan ingin dibeli. Perusahaan yang berkelas dunia seperti Perusahaan Hiotsuba memang luar biasa.
Namun, karena percakapannya berlangsung lama, jadi sudah lewat pukul 19:00 ketika kami menyelesaikan prosedur dan membayar tagihan.
Belanja hari ini lebih sering dilakukan oleh Hitostuba-san, yang membuatku merasa seperti aku hanya pelayan yang menemaninya. Tapi tentu saja, aku juga memberikan pendapatku sendiri. Sebenarnya sangat mudah untuk menjadi pria yang selalu memberi jawaban ‘Ya’, tapi karena aku dan Hitotsuba-san akan hidup bersama, jadi akan salah jika aku menyerahkan semuanya kepadanya.
Oh iya. Pembayarannya benar-benar mengejutkan, langsung tunai. Ketika Hitotsuba-san mengeluarkan segepok uang tunai yang tersegel dari amplop tebal, bahkan petugas toko yang menyenangkan itu sontak membeku di tempat. Aku sendiri juga tidak bisa menutup mulutku yang ternganga.
“Ayahku mempercayakanku uang ini kepadaku. Sebagai gantinya, aku harus melaporkan berapa banyak peralatan yang kubeli. Saat aku melakukan itu, aku akan memberitahu namamu kepadanya, jadi bisakah kau memberiku kartu namamu?”
“Ah, iya...”
Dengan sedikit gemetar, petugas tersebut memberikan kartu namanya kepada Hitotsuba-san. Saat dia menerimanya, dia tersenyum seperti seorang dewi.
“Terima kasih. Kau telah membuat pengalaman belanjaku hari ini menjadi sangat menyenangkan. Aku pasti akan memberitahu ayahku tentang dirimu.”
Setelah itu, petugas toko tersebut melanjutkan jalur karier-nya yang akhirnya membawanya ke level eksekutif, tapi itu nanti di cerita lain.
“Fuu~..., ini memakan waktu yang lebih lama dari yang kuduga. Jadi, bagaimana Yuya-kun? Apa kau maunya makan di rumah saja?”
“Sebenarnya aku capek sih, tapi kita makan di rumah saja lah. Kalau kau mau, aku bisa membuat pasta sederhana?”
Itu tidak baik bagi keuangan untuk makan di luar, jadi kalau bisa memasak sendiri ya masak sendiri saja. Dengan seperti itu, keuangan bisa menjadi lebih hemat.
Untungnya, kulkas akan dikirim besok pagi, jadi di musim dingin seperti ini, sekalipun kami membeli beberapa bahan makanan dan meninggalkannya dalam semalam tidak akan apa-apa. Supermarket akan tetap buka, dan tidak butuh waktu lama untuk membuat pasta meskipun aku membelinya secara acak.
“Kau yang akan membuatnya, Yuya-kun? Tapi kau kan lagi capek..., apa itu gak masalah?”
“Yah, tentunya aku juga ingin makan masakanmu, Hitotusa-san, tapi kan itu tidak harus hari ini juga. Lagian, kedepannya akan ada banyak peluang untuk itu, kan?”
“Ya, ya, tentu saja! Kalau begitu besok aku akan memamerkan keterampilan masakku padamu, jadi bersiaplah! Nah, kalau semuanya sudah diputuskan, ayo cepat pergi menemui Miyamoto-san dan pergi ke supermarket. Aku sangat menantikan masakanmu!”
Dengan senyum terbahagia hari ini, dia menarik tangannku dan kami meninggalkan toko.
Aku mengatakan kalau aku akan membuat pasta, tapi rasa apa yang harus kubuat? Akankah Hitotsuba-san menyukainya? Aku sangat bersemangat dan ingin melihat penampilan seperti apa yang akan dia tunjukkan padaku, tapi ketika aku memikirkan bagaimana hari-hari seperti ini akan menjadi bagian dari kehidupan kami setiap hari, aku merasakan perasaan hangat di hatiku.
---
Pada saat kami sampai di rumah setelah berbelanja, waktu sudah lewat pukul 21:00. Aku memutuskan untuk membuat Peperoncino yang mudah dibuat karena itu sulit untuk membuat pasta yang rumit seperti saus daging.
“Mmmm—! Enak sekali! Arowa bawang putih yang kuat dan bercampur kesegaran peterseli membuatnya sangat mudah untuk dimakan. Rasa ladanya juga menggugah selera! Yuya-kun, apa kau ini sebenarnya jenius?”
Aku lega karena tampaknya masakanku sesuai dengan seleranya Hitotsuba-san.
“...Kalau ini disebut jenius, maka semua koki di dunia akan menjadi dewa, dan peraih penghargaan akan menjadi sang Pencipta atau semacamnya.”
“Tidak apa-apa, bagiku kau adalah koki, Yuya-kun, Entah apapun yang orang katakan, bagiku masakanmu itu enak.”
Mendengar kata-katanya, aku langsung menggaruk-garuk pipiku. Ini adalah pertama kalinya aku memasak untuk orang lain selain orang tuaku, jadi sejujurnya aku senang ketika Hiotsuba-san mengatakan kalau masakanku enak dengan senyum lebar di wajahnya. Yah, meskipun aku jadi sedikit malu.
“Fufufu, sepertinya aku juga tidak boleh kalah dari ini. Aku juga akan memasak besok, jadi tolong nantikan, oke? Aku akan membuat sesuatu yang kau sukai!”
“Memangnya kau tahu apa yang kusukai?”
“Tentu saja. Yang paling kau sukai adalah steak hamburger! Kau biasanya makan roti manis, tapi di hari-hari ketika kantin sekolah menyajikan hamburger, kau akan selalu memakan itu. Bagaimana? Apa aku salah?”
“...Benar. Hebat juga kau bisa tahu kalau aku tidak akan pernah melewatkan hamburger di kantin sekolah.”
Maaf untu mengatakan ini, tapi itu agak menakutkan tahu, Hitotsuba-san. Dari mana kau bisa mendapatkan informasi seperti itu? Jika orang yang terkenal sepertimu mencari informasi tentangku, itu akan menjadi rumor dalam waktu singkat.
“Fufufu, kau naif sekali, Yuya-kun. Informasi tidak hanya terbatas pada siswa-siswi saja. Orang yang memberitahuku informasi ini adalah—bibi dari kantin sekolah!”
Astaga, apa sih yang kau lakukan bibi kantin? Tunggu, mungkinkah..., fakta bahwa dia tahu kalau aku biasanya lapar setelah aktivitas klub, dan terkadang memberikan makanan yang tidak terjual kepadaku juga karena dia memiliki kontak dengan Hitotsuba-san!?
“Tentu saja. Dari apa yang paling kau sukai dan yang tidak kau sukai, dia menceritakan banyak hal padaku, termasuk hal-hal apa yang senang kau bicarakan dengan teman-temanmu. Apa yang lagi booming diantara kau dan teman-temanmu saat ini adalah gim fantasi yang baru rilis, kan? Dia bilang kalau kau sering mengoceh tentang pesona heroine yang merupakan teman masa kecil berpayudara besar...”
Mengapa kau membeberkan percakapan kami dengan begitu akurat, Bibi!? Apakah ada kamera tersembunyi atau perangkat penyadap di suatu tempat? Sekarang aku jadi takut untuk makan dikantin sekolah.
“Bibi kantin itu punya kemampuan khusus. Dan akulah yang memintanya untuk memberikan makanan yang tidak terjual di kantin sekolah kepadamu, Yuya-kun. Kau ingin tahu kenapa aku bisa melakukan itu? Itu gak boleh ditanyain!”
Aku terkejut dengan dirinya yang meletakkan jari telunjuknya di mulutnya dan mengedipkan matanya, membuat hatiku jadi terasa meleleh. Yah, meskipun ceritanya bukan hal yang baru, tapi keimutannya sama. Karakter berpayudara besar dan kikuk memang merupakan yang terbaik.
“Sepertinya kau mengetahui cerita itu dengan baik, Hitotsuba-san.”
“Fufufu, bagaimanapun juga itu adalah karya yang terkenal, jadi aku juga membacanya. Tapi aku lebih menyukai karakter pendiam di klub sastra daripada karakter berpayudara besar yang kikuk.”
Aku terkejut mengetahui kalau Hitotsuba-san juga membaca novel ringan. Dan anehnya, aku juga lebih menyukai karakter pendiam daripada karakter utama. Mengapa demikian? Karena bukankah itu adalah momen yang terbaik ketika seorang yang biasanya pendiam mengeluarkan emosinya?
Kami menikmati makan malam yang larut sambil membicarakan hal-hal yang sepele tapi menyenangkan.
---
Setelah menghabiskan pasta dan mencuci piring, Hitotsuba-san tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya padaku.
“Ngomong-ngomong, Yuya-kun. Aku punya sesuatu yang mau kutanyakan padamu, apa boleh?”
“Hm, apa itu? Aku akan menjawab apa saja yang bisa kujawab?”
“Kalau begitu aku tidak akan segan. Yu-Yuya-kun, apa kau lebih menyukai wanita..., b-berpayudara besar seperti heroine teman masa kecil di gim?”
“...Eh? Apa?”
Aku langsung merasa kalau dunia telah berhenti. Apa yang baru saja Hitotsuba-san katakan? Apa aku lebih menyukai wanita berpayudara besar? Hahaha, tidak mungkin Hitotsuba-san akan menanyakan hal yang bodoh seperti itu! Aku pasti salah dengar.
“Meskipun aku sendiri yang mengatakan ini, tapi kupikir punya juga besar. D-dan menurutku punyaku tidak akan kalah kalau mau dibandingkankan dengan punya orang lain!”
Hitotsuba-san memalingkan wajahnya ke arahku, dua buahnya juga berayun mengikuti irama berpalingnya. Terlebih lagi, dia memakai gaun bergaris dengan siluet yang pas dengan tubuhnya. Semua itu membuat daya penghancurnya jadi lebih kuat dari biasanya, dan karena dia mencodongkan tubuhnya ke depan, kedua buah yang terduduk di atas meja itu benar-benar buruk untuk mata. Apakah saat ini aku sedang melihat halusinasi?
“Hei, Yuya-kun Apa aku..., benar-benar tidak menarik? Bahkan dengan ini aku terpilih sebagai gadis terimut di Jepang loh?”
“Tidak..., ermm...,”
“Padahal aku sudah seperti ini..., sungguh memilulkan sampai aku tidak bisa menahan air mataku...”
Hitotsuba-san sengaja memegang wajahnya dengan satu tangan dan meniru tangisan. Namun, jelas kalau dia sedang menatapku melalui celah-celah jarinya. Kemarin dan pagi ini, aku sudah terlalu sering diserang olehnya, jadi ayo berikan serangan balik kepadanya di sini.
“Hah..., Hitotsuba-san tidak menarik? Jelas tidak mungkin lah! Kurasa kau tidak mengetahui tentang ini Hitotsuba-san, tapi aku adalah salah satu orang yang mengagumimu, tau? Kupikir kau adalah gadis yang keren, namun sebenarnya kau adalah gadis yang nakal dan suka berbicara. Gesturmu lucu, dan wajahmu yang memerah saat tersipu itu benar-benar imut! Gadis seperti itu mengatakan kalau dia suka padaku dan mengatakan kalau aku bisa melakukan apapun padanya? Normalnya aku mana bisa menahan diri!”
Sambil memukul meja secara berlebihan, aku juga mencondongkan tubuhku ke depan. Bahu Hitotsuba-san sedikit gemetar. Aku bisa mlelihat rasa antisipasi dan ketakutan di matanya, eh, atau malah itu keinginan?
“Dengar ya, semua laki-laki itu serigala. Kalau kau bercandanya terlalu berlebihan..., a-aku..., a-aku akan dengan serius menyerangmu, loh? Apa kau tidak masalah dengan itu?”
Suaraku gemetar dan tanganku gemetar saat mengatakan ini. Ini bukan sesuatu yang biasa kulakukan, tapi kuharap Hitotsuba-san akan sedikit merenungkannya. Dia terlalu menarik, jadi aku mau supaya dia jangan terlalu gegabah.
Namun, ini adalah langkah yang sangat buruk. Ini malah menjadi bumerang. Karena Hitotsuba-san dengan lembut memegang wajahku dengan kedua tangannnya dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Eh, Tunggu! Terlalu dekat! Ujung hidungnya bersentuhan dengan hidungku!? Bibirnya yang merah muda, lembut, dan indah berada tepat di depanku??
“Kau tahu. Yuya-kun. Kalau kau memang serius..., aku tidak keberatan loh?”
“Hi-Hitosuba-san. Tapi..., itu...,”
“Fufufu. Aku tahu. Tapi sebaliknya. Aku tidak akan memberimu belas kasihan ketika kau benar-benar jatuh cinta padaku...”
Hitotsuba-san menjilat bibirnya dengan tatapan tajam dan mengilap seperti predator. Jantungku berdebar kencang. Gerakannya yang menggoda serta seksi membuatnya sulit dipercaya kalau dia seusiaku, sampai-sampai aku tanpa sadar jadi menelan ludah. Aku ingin tahu, apakah aku akan terbawa suasana jika seperti ini.
“Ngomong-ngomong, kau seberapa serius, Hitotsuba-san?”
“Yah... Anggap saja jika aku serius, aku tidak akan membiarkanmu tidur semalaman.”
Lebih dari merasa senang ataupun bahagia, aku merasa ketakutan. Mata yang ditunjukkan oleh Hitotsuba-san adalah mata pemangsa yang telah menemukan mangsanya. Sontak saja, aku langsung mengambil jarak darinya sambil memeluk diriku sendiri.
“Eh, kenapa kau mengambil jarak? Kau mau kemana? Apa kau mau main gim? Duh, tolong kembali ke sini, Yuya-kun!”
Merasakan bahaya, aku menyerah untuk bermain gim dan memutusukan untuk mundur ke kamar tidur. Aku mesti melindungi kesucianku.
“Lagi-lagi kau melarikan diri ya, tapi suatu saat nanti, aku yakin…!”
Sekilas, aku melihat kebulatan tekad Hitosuba-san saat dia mengepalkan tangannya. Itu adalah saat ketika aku merasa ragu apakah aku bisa melindungi diriku.
Terima kasih min :)
ReplyDeleteLN Yatarato gak ngelanjut lagi min?
ReplyDelete"Kenapa Kau Menyiksa diri dengan Dongeng Percintaan"- Squidward
ReplyDeleteLanjut min gambare
ReplyDeleteLebih baik membayangkan dan tersenyum sendiri
ReplyDeleteAhhhhh kapan gw punya pacar kek Kaede:)
ReplyDelete