Bab 6
Pahlawan Elf
“Apa kau baik-baik saja? Apa itu terasa sakit?” tanya Regina.
“Ugh ...” Gadis yang terbaring di tanah itu meringis.
“Aku telah mengobati lukanya, tapi itu tetap bukan pemikiran yang baik untuk bergerak terlalu banyak, oke?”
“Tampaknya kau sudah terbiasa dengan sesuatu seperti ini... Apa kau seorang dokter atau penyembuh?”
“Aku seorang pelayan.”
“Apa yang dilakukan seorang pelayan di tempat seperti ini...?” gadis itu bertanya dengan bingung, melihat ke bawah di bagian pinggangnya yang diperban.
“Meski begitu, sekalipun kau memiliki luka-luka itu, aku terkejut kau bisa meladeni Sakuya dalam pertarungan pedang,” kata Elfiné.
Gadis muda itu tampak beberapa tahun lebih muda dari anggota peleton ke-18. Dia mengikat rambut hijaunya menjadi model ponytail, dan matanya yang besar sedikit goyah ketika dia sesekali menderita rasa sakit. Ciri fisiknya yang paling mencolok adalah telinganya yang panjang dan tajam—ciri khas warisan elf.
“Jadi...,” Regina memulai topik baru sambil menyimpan peralatan medis, “mengapa kau mencoba menyerang kami sebelumnya?”
“Kupikir kalian bersekutu dengan monster-monster itu.” merajuk, gadis itu mengalihkan pandangannya.
“Monster? Maksudmu Void?”
“...” Gadis itu mengangguk tanpa suara.
“Aku tahu beberapa Void yang berbentuk seperti manusia, tapi...” Elfiné terdiam, menyatukan jari telunjuknya sambil berpikir.
Beberapa Void, seperti kelas duyung dan Pemakan Otak, memiliki bentuk yang menyerupai manusia, tapi wajah luar mereka dapat membantu untuk dengan cepat mengidentifikasi mereka sebagai jenis makhluk yang berbeda dari manusia.
“Ada Void yang terlihat identik dengan manusia,” Sakuya, yang baru saja kembali dari mengintai lingkungan mereka, menyerukan itu. “Aku pernah melihat mereka sebelumnya.”
“Void yang benar-benar terlihat seperti manusia?” Elfiné mengerutkan alisnya. “Tidak ada sesuatu seperti itu yang pernah dilaporkan.”
“Yah, begitulah,” balas Sakuya, dan kemudian dia mencondongkan tubuhnya ke depan untuk berbicara dengan gadis yang terluka itu. “Luka yang kau miliki. Apa yang menyebakan itu adalah Void?”
“...Ya,” gadis berambut hijau itu mengakui dengan rasa pahit. “Aku lengah, dan mereka menyerangku secara tiba-tiba.”
“Siapa namamu?”
“...” Dia tampak ragu sejenak, tapi kemudian, “...Arle. Namaku Arle Kirlesio.”
“Arle. Itu nama yang bagus,” kata Sakuya sambil tersenyum.
Melihat itu, Arle mengalihkan pandangannya dengan canggung. Elfiné pun segera mengaktifkan salah satu bola dari Pedang Suci miliknya. Dan sebagai tanggapan, bola itu mulai menampilkan lautan kata-kata.
“Seorang elf bernama Arle... Tidak ada yang cocok dengan deskripsi itu di database Assault Garden Ketujuh.”
“Apa kau yang mengirim sinyal marabahaya ke akademi?” tanya Regina.
“Apa yang kau bicarakan?” Arle menggelengkan kepalanya dan kemudian mengalihkan pertanyaannya sendiri pada peleton ke-18. “Kalian sendiri siapa? Apa yang kalian lakukan di tempat ini?”
“Kami adalah tim pengintai yang dikirim oleh Assault Garden Ketujuh untuk menyelidiki kota yang hancur ini.”
Secara singkat, Elfiné menjelaskan keadaan mereka. Dia memberi tahu Arle tentang bagaimana kota metropolis terapung ini telah dihancurkan enam tahun lalu, serta kemisteriusan dari kemunculan kembali kota ini.
“Assault Garden...,” bisik Arle pada dirinya sendiri setelah mendengar penjelasan Elfiné. “Aku mengerti. Jadi umat manusia masih memiliki beberapa benteng yang tersisa.”
“Kami telah memberi tahumu tentang kami. Bisakah kau memberitahu kami tentang dirimu?” tanya Elfiné.
“Aku datang ke sini untuk menjatuhkan dewi,” kata Arle setelah jeda, mencengkeram pedang di tangannya dengan erat.
“...Dewi?” Elfiné dan Regina bertukar pandang.
“...Jadi legenda tidak bertahan selama bertahun-tahun, ya.” Arle berbisik pada dirinya sendiri dengan sedikit kekecewaan saat melihat reaksi mereka yang bingung. “Yah, kurasa itu wajar saja. Bagaimanapun juga ini sudah lewat seribu tahun...”
Mengangkat suaranya, dia kemudian memanggil Elfiné, Regina, dan Sakuya.
“Aku tidak punya kewajiban untuk memberitahu kalian banyak hal. Aku, erm, aku berterima kasih atas tapal kalian, tapi aku mohon agar kalian untuk meninggalkanku.”
“Maaf, tapi kami tidak bisa melakukan itu.” Elfiné menggelengkan kepalanya. “Mungkin hanya kau lah satu-satunya orang yang selamat di sini. Kami tidak bisa meninggalkanmu begitu saja. Bagian dari tugas tim pengintai Pengguna Pedang Suci adalah untuk melindungi para pengungsi.”
“...”
“Kami tidak akan memperlakukanmu dengan buruk, jadi bagaimana kalau kau tinggal sebentar bersama kami?” Sakuya mengambil sesuatu dari sakunya dan menawarkannya pada Arle.
“...Benda apa ini?” tanya Arle.
“Itu disebut monaka. Itu adalah kue yang kusukai. “
“K-kau mencoba menggodaku dengan kue?” Wajah Arle sontak marah, dan dia memamerkan gigi kecilnya. “Apa kau menganggapku sebagai anak kecil?!”
Namun, seolah diberi isyarat, perutnya mengeluarkan geraman yang menggemaskan.
“...” Para anggota peleton ke-18 tetap diam dalam keheningan.
“T-Teresah kalian lah!” Arle membuang muka, pipinya tampak memerah.
---
Apa yang wanita itu lakukan di sini?
Saat dia mengawasi kelompok itu dari bayang-bayang reruntuhan, tangan Shary membeku di udara tepat saat dia akan menggigit donat.
Arle Kirlesio, Peri Pedang Badai. Seorang putri dari Hutan Roh dan murid terakhir Shardark, Ahli Pedang dari Enam Pahlawan. Banyak jendral dari Pasukan Penguasa Kegelapan telah dikalahkah oleh pedangnya. Dia dianggap sebagai wanita yang setara satu batalion di medan perang. Dia bahkan telah tiga kali menyusup ke Death Hold Necrozoa dan mencoba untuk membunuh Leonis.
Aku pernah dengar kalau dia menghilang setelah pertempuran di Benteng Skeleton... Shary menyipitkan mata merahnya. Apa yang dilakukan seorang pendekar pedang yang telah mengancam pasukan penguasa kegelapan di era ini? Para elf dikenal karena mereka memiliki umur yang panjang, tapi mereka tidaklah abadi. Paling tidak, mereka bisa hidup sampai tiga ratus tahun. Bahkan tidak ada satu pun dari jenis mereka yang bisa hidup selama seribu tahun.
Sama seperti tuanku, mungkinkah dia terlahir kembali?
Itu tidaklah mungkin. Ritual reinkarnasi merupakan mantra tingkat tiga belas, yang mana itu hanya bisa dicapai dengan bantuan dari dewi Roselia. Bahkan para sage elf tidak akan mampu mencapai prestasi seperti itu.
Pokoknya, aku harus menyelidiki ini dengan hati-hati.
Tampaknya Arle sedang terluka, tapi tuan Shary sering memperingatkannya agar dia tidak bertindak dengan sembrono. Menelan sepotong donatnya, Shary pun memudar menjadi bayangan.
---
Cahaya sihir Leonis memancarkan sinar lembut di atas gudang yang luas. Saat Riselia menunggu tubuhnya sembuh secara alami, Leonis pergi menyelidiki tempat itu.
“Selia, aku menemukan beberapa makanan,” seru anak itu, saat dia membawa sekotak makanan. Menurut tanggal kedaluwarsa yang tercantum di makanan itu, semua makanan itu masih aman untuk dikonsumsi.
Semua ini sudah ada di sini selama sepuluh tahun. Sungguh, keajaiban macam apa sih yang telah dikembangkan oleh manusia? Pikir Leonis dengan tidak percaya. Dia bisa mencapai hasil yang sama menggunakan mantra fiksasi waktu, tapi itu adalah sihir tingkat delapan, jauh melampaui apa yang bisa dicapai oleh orang biasa.
“Hmm, jadi bagaimana caranya supaya ini bisa dimakan...?” Leonis mengeluarkan salah satu kantong makanan dan membaca instruksinya.
“Apa kau mau makan itu, Leo?” tanya Riselia.
“Berhenti memperlakukanku seperti anak kecil. Aku bisa menangani ini sendiri.”
“B-benarkah? Oke. Kalau begitu aku akan menyerahkannya padamu.” Riselia tersenyum, tampak sedikit senang.
Hmm. Instruksinya mengatakan untuk memanaskannya dengan api. Leonis menyalakan api kecil di ujung jarinya dan mencoba menghangatkan kantong makanan itu.
“... L-Leo! Panci! Kau mesti memasak itu dengan air di dalam panci!”
“Panci?”
“Iya. Kau merebus air dan kemudian memasukkan itu ke dalamya.”
“Oke.”
Leonis memanggil bejana logam dari lemari besinya di Alam Bayangan. Itu merupakan harta tak ternilai yang disebut Cawan Suci. Penguasa Kegelapan menjarah itu dari suatu negara, namun demikian itu tidaklah masalah untuk digunakan dalam hal ini. Leonis menuangkan air yang telah dia simpan dan membuang isi kemasan tersegel ke dalam air.
“Begini..., kan?”
“Ya, begitu.” Mengatakan itu, Riselia menepuk kepala Leonis. Namun, saat dia melakukan itu, Leonis menyadari bahwa pipi gadis itu memerah.
Napasnya juga agak terengah-engah. Apa ada sesuatu yang salah dengan dirinya?
“Kau harus istirahat sebentar, Selia.” kata Leonis.
“Y-ya ...” denganan suara yang sedikit lemas, gadis itu menganggukkan kepalanya.
Saat Leonis menunggu air mendidih, dia mencoba untuk mencerna pikirannya. Pertama ada Archsage Arakael, dan sekarang wanita itu kembali...
Tearis Resurrectia adalah salah satu musuh bebuyutan Leonis, namun Leonis tidak pernah melawannya secara langsung selama pemerintahannya sebagai Raja Undead. Kekuatan yang Tearis miliki dapat menyembuhkan dan membangkitkan orang-orang, menjadikan mereka kebalikan dari kekuatan milik Leonis yang berbasis kematian.
Dia memberdayakan pasukan para dewa dan membangkitkan pejuang manusia dari waktu ke waktu saat mereka binasa di medan perang. Itulah peran sang Wanita Suci dalam Enam Pahlawan.
Meski begitu, kurasa itu menjawab satu pertanyaan.
Tearis adalah simbol bagi para pengikut Sekte Suci. Ada kemungkinan kalau simbol yang Leonis lihat di Assault Garden Ketujuh digambar oleh Void yang wanita itu buat.
Sama seperti Arakael sang Archsage, Wanita Suci juga dikonsumsi oleh Void. Setelah sekian lama, mengapa saat ini Enam Pahlawan muncul kembali? Roselia tidak pernah menubuatkan sesuatu semacam itu...
Penjajah misterius yang disebut Void, umat manusia yang mengembangkan masyarakat dengan teknologi magis yang sangat canggih, dan kekuatan aneh Pedang Suci—semua itu tidak ada di sebutkan. Itu melampaui apa yang telah diramalkan oleh Dewi Pemberontak.
“L-Leo...”
“!?”
Leonis langsung menjadi kaku saat dia menyadari kalau wajah Riselia sangat dekat dengan wajahnya.
“S-Selia?” Leonis menelan ludahnya dengan gugup, merasakan bahwa jantungnya berdetak kencang.
Pipi gadis berambut perak itu tampak merona. Napas yang samar keluar dari bibir merah mudanya yang indah saat mata merahnya yang berkaca-kaca menatap tajam pada Leonis.
“A-aku... Maafkan aku, Leo...”
“...?”
“...Aku menginginkan darahmu...,” Riselia mengakui itu dengan bisikan yang merayu.
Dengan jelas, Leonis bisa mendengar suara Riselia yang menelan ludahnya.
Oh, iya ya...
Kemampuan penyembuhan yang Riselia miliki menghabiskan mananya, dimana itu akan mendorong nafsu vampirnya.
“B-Baiklah,” Leonis menerima permintaan gadis itu, dan dia mulai menggulung salah satu bahu seragamnya. Namun, sebelum dia selesai menggulungnya...
“!?”
Riselia meraih bahu Leonis dengan keras dan menusukkan taring kecilnya yang baru terbentuk ke leher Leonis.
“Mmm... Haaah... Nnnn...”
“... S-Selia... T-tunggu...”
“Mmm... Sluuuurp... Nha...”
Sebelumnya, sekalipun rasa hausnya menguasai dirinya, Riselia akan selalu mematuhi Leonis. Namun, kali ini dia jelas sangat berbeda. Dia sangat menginginkan darah seolah-olah itu adalah satu-satunya hal yang penting bagi dirinya.
“W-Weoooo... maafkan aku...”
Riselia mendorong Leonis ke lantai, hampir merobek seragam anak itu. Ini adalah yang pertama kalinya Leonis melihat Riselia bersikap seperti ini. Mungkin perasaan campur aduk yang dia miliki saat kembali ke reruntuhan tempat kelahirannya telah membuatnya menjadi tidak stabil.
“Schlurp. Menggigit. Menggigit.”
Rambut perak Riselia tergantung di wajah anak lelaki itu.
“...A-aah...!” Erangan ringan keluar dari tenggorokan Leonis.
Biasanya, saat Riselia menghisap darahnya, prosesnya akan disertai dengan rasa sakit yang manis dan memabukkan. Namun kali ini, Leonis hanya merasakan tusukan yang tajam di lehernya, dimana itu menjadi butki bahwa Riselia benar-benar haus darah.
“Schlurp... Menggigit. Menggigit. Schlurp...!”
Sihir api Leonis berkedip di dalam kegelapan saat suara sugestif dari bibir Riselia yang basah bergema di seluruh gudang.
“S-Selia...”
Boing. Payudara Riselia yang lembut dan kenyal menempel di tubuh Leonis. Ujung jarinya secara refleks menggenggam erat bagian belakang seragam gadis itu.
“...Aah... Leo... Mmm, aah♪” Tanpa memperdulikan roknya yang acak-acakan, Riselia terus menggigit leher Leonis. Blusnya terlepas, membuat pakaian dalam yang ada di balik blusnya jadi sedikit terlihat.
“...Aah... K-kita tidak boleh... melakukannya lebih jauh dari ini...” Jari-jari Leonis perlahan-lahan menjadi lemas. Saat ini Riselia telah kehilangan semua akal sehatnya dan hanya didorong oleh nafsu vampir.
I-ini buruk... Tubuh Leonis adalah tubuh dari anak berusia sepuluh tahun. Jika Riselia terus menghisap darahnya, Riselia akan membuat darah anak itu kering.
Aku tidak punya pilihan... Aku harus menggunakan sihirku untuk membuatnya tertidur...
Leonis meraih Tongkat Penyegel Dosa yang tergeletak di tanah, tapi saat itu...
“Mm... Weeeeo... Mha... Schurp... Mm... ♪”
“—lia... Selia...!”
“Sedikit lagi... Mm...”
“Erm... Selia, apa kau bisa mendengarku?” Sebuah suara berbicara kepadanya dari atas.
“Ah... Mm... Haaaaaaa?!” Mendengar suara itu, Riselia tersadar dan sontak memekik panik. “Elfiné?!”
Melihat ke atas, Leonis melihat salah satu bola Mata Penyihir Elfiné melayang di dekat mereka.
---
“...M-maaf, kami, erm, kami telah membuatmu khawatir, Finé!” Riselia membungkuk meminta maaf di depan bola setelah memperbaiki pakaiannya.
“...Suaramu terdengar agak bernada tinggi. Apa kau baik-baik saka?”
“A-Aku baik-baik saja! Sangat baik!“ Riselia mencicit sambil menggelengkan kepalanya. Wajahnya praktis seperti tomat.
“B-Baguslah...”
Untungnya, entah bagaimana Riselia berhasil meyakinkan Elfiné bahwa tidak ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Sementara itu, Leonis tersungkur tanpa daya di lantai di belakang sosok Riselia yang menunduk.
Aku... benar-benar... terlalu lembut jika itu menyangkut pengikutku..., Leonis menegur dirinya sendiri saat dia mendengarkan percakapan Riselia dan Elfiné. Kembali ketika dia masih menjadi Raja Undead, dia tidak akan pernah membiarkan siapa pun untuk memperlakukannya seperti itu. Penguasa Kegelapan yang hampir mati gara-gara pelayannya menghabiskan darahnya pasti akan menjadi cerita memalukan yang ditertawakan selama berabad-abad.
“Kudengar kalian berdua terlibat dalam masalah yang sulit dengan beberapa Void. Apa kalian terluka?” tanya Elfiné.
“Y-ya. Aku sedikit terluka, tapi itu seharusnya tidak menghalangi misi. “
“Aku terkejut kau masih baik-baik saja setelah jatuh dari ketinggian seperti itu.”
“Err, itu karena Leo menggunakan kekuatan Pedang Sucinya...,” Riselia mengelak.
“Yah, pokoknya, aku senang kalau kalian berdua baik-baik saja. Regina dan Sakuya juga merasa lega.”
Meskipun hanya bola itu yang menjadi satu-satunya penghubung antara Riselia dan Leonis dengan Elfine dan yang lainnya, mereka masih merasakan perasaan lega dari rekan-rekan mereka saat mengetahui bahwa mereka baik-baik saja.
“Saat ini kalian berada di sektor bawah tanah yang terbawah, kan? Kami tidak memiliki cara untuk turun ke sana, jadi kita harus berkumpul kembali di suatu tempat di permukaan.”
“Dimengerti. Oh iya, Finé, ada sesuatu yang harus kulaporkan terlebih dahulu.” kata Riselia.
“...Laporan?”
“Iya. Ada kemungkinan kalau di kota ini ada Void Lord.”
“Apa?!” Elfiné menjerit dalam keterkejutan.
Meninggalkan bagian perihal hantu, Riselia memberi tahu Elfiné tentang Void yang mereka lawan di permukaan, serta kemungkinan kalau Void Lord telah bergabung dengan tungku mana di bawah Central Garden.
Manusia di era ini tidak percaya pada hantu ataupun undead. Karenanya, Riselia dengan tepat berasumsi bahwa memberi tahu mereka tentang hantu hanya akan membingungkan dan mengalihkan perhatian mereka.
“Void Lord... Tidak mungkin...,” gumam Elfiné dengan suara tegang.
“Tentu saja, semua ini masih spekulasi, tapi...” kata Riselia, yang saat ini telah menjadi lebih tenang, “karena Assault Garden Ketiga masih maju menuju ke Assault Garden Ketujuh, kupikir kita harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya Stampede.”
“Kau benar. Kalau ada Void raksasa yang muncul, besar kemungkinkan kalau ada Void Lord di belakangnya. Intinya, kita harus menyelidiki tungku mana di Central Garden.“ Bola Mata Penyihir berkedip di udara, seolah-olah sedang mengangguk.
“Bagaimana dengan kalian, Elfiné? Apa ada sesuatu yang kalian temukan?” tanya Riselia.
“Erm...” Elfiné berhenti sejenak sebelum menjawab. “Kami... mungkin telah mengamankan seorang warga sipil. Dia adalah gadis elf.”
“Warga sipil? Kalian menemukan orang yang selamat di reruntuhan ini?!” seru Riselia dalam keterkejutan.
“Tidak. Dia memiliki Pedang Suci, jadi kami tidak yakin apakah dia warga sipil atau bukan, tapi kupikir akan lebih baik jika kami memberi tahumu rinciannya saat kita telah berkumpul kembali.”
“B-baiklah, aku mengerti. Kalau begitu, di mana kita akan bertemu?”
“Nah, ini adalah kampung halamanmu. Apa kau punya satu tempat yang tepat untuk dijadikan tempat pertemuan?”
Riselia diam sejenak untuk berpikir, dan kemudian dia berkata, “Bagaimana kalau di kediaman Crystalia yang ada di Central Garden?”
“Kediaman Crystalia... Baiklah. Regina bisa menunjukkan jalan ke sana. Kalian berdua, berhati-hatilah.”
“Kalian juga, berhati-hatilah.”
Transmisi berakhir, dan bola Mata Penyihir kehilangan cahayanya saat bola itu beralih ke mode tidur. Bagaimanapun juga, menjaga Pedang Sucinya tetap aktif akan melemahkan kekuatan mental Elfiné. Riselia menarik napas dalam-dalam dan berbalik menghadap Leonis.
“Apa kau akhirnya telah menjadi lebih tenang?” tanya Leonis dengan kesan sedikit kesal.
“...M-Maafkan aku, Leo!” dengan wajah yang memerah, Riselia meminta maaf.
“Sudah kubilang kalau kau boleh minum darahku, tapi jika kau mengisapnya dengan terlalu banyak... Itu, yah, itu bisa menjadi masalah.”
“..U-um, tadi itu, p-pikiranku menjadi kosong. Aku tidak menjadi diriku sendiri, dan...” Bahu Riselia merosot. Ada air mata di matanya.
Itu mungkin cukup antagonis.
Karena Leonis selalu baik kepada pengikut favoritnya, dia pun berdeham dan berkata, “Aku bercanda. Aku senang kau telah memulihkan manamu, Selia. “
“Leo...”
“Biarkan aku beristirahat sedikit lebih lama, setelah itu kita bisa pergi ke titik pertemuan,” kata Leonis, saat dia bangkit berdiri. Meskipun anemia dan pusing, dia masih bisa bergerak. Dia kemudian menuangkan beberapa sup ransum yang telah dia panaskan ke dalam mangkuk, lalu menyerahkannya kepada Riselia.
“Terima kasih.” Riselia menyatukan tangannya dengan rasa terima kasih dan tersenyum.
“Ngomong-ngomong, mengenai Kediaman Crystalia yang kau sebutkan kepada Elfiné...”
“Ya. Itu rumah keluargaku,” tegas Riselia. “Tempat itu terletak di pulau di jantung kota ini, bangsal administrasi di Central Garden. Sebagian besar bangunan hancur tanpa bisa dikenali, jadi kita tidak bisa menggunakannya sebagai landmark, tapi kupikir Regina dan aku bisa menemukan kediaman Crystalia dengan cukup mudah. Dan juga...”
Riselia terdiam. Bahkan tanpa menyebutkannya, Leonis bisa mengerti alasan mengapa gadis itu terdiam. Ayah Riselia, Duke Crystalia, bisa jadi sedang mengembara di sisa-sisa rumahnya, sama seperti jiwa-jiwa para Ksatria Crystalia yang ada di bawah sini.
Atau mungkin, dia sudah diubah menjadi Void oleh Wanita Suci...
Satu hal yang pasti, Leonis sama tertariknya untuk menyelidiki tempat itu seperti halnya Riselia. Dia harus mengungkap kebenaran dari semua ini.
---
Di bawah Central Garden, di bawah tanah tingkat paling bawah, berdiri tungku mana yang memancarkan cahaya yang menerangi dinding di sekitarnya.
“Aaaa, sebentar lagi... Sebentar lagi, wadah dewi akan terisi.”
Di tempat yang tenang layaknya kuil itu, seorang pria muda dengan pakaian pendeta—Nefakess Void Lord—tengah berbahagia. Dia berdiri di depan altar di mana ada beberapa lusin Pedang Iblis yang telah dikumpulkan oleh sektenya. Dia mengambil masing-masing pedang dan menusukkannya ke tungku mana, seolah-olah sedang menambahkan minyak kedalam api.
Vnn... Vnn... Vnn...
Tiap-tiap pedang yang Nefakess berikan ditelan oleh tungku mana.
“Oh, dewi, kami telah menunggu selama seribu tahun.” Nefakes melihat ke atas, matanya penuh dengan gairah. “Agung, satu-satunya dewata yang berani untuk menentang Kekuatan Cahaya...” Matanya tertuju pada sosok pucat wanita yang menyatu dengan tungku mana.
Wanita Suci dari Enam Pahlawan telah muncul kembali di era yang sama dengan dewata tertentu. Matanya yang tanpa cahaya menatap kosong ke udara saat bibirnya membisikkan lagu pujian.
“Aaah, nada yang sungguh manis, Tearis Resurrectia. Tidak kusangka nyanyian dari musuh bebuyutan pasukan dewiku akan terdengar sangat menyenangkan di telingaku.”
Pahlawan yang dikonsumsi oleh Void sekarang akan berfungsi sebagai wadah terlahirnya kembali Dewi Pemberontak. Pecahan jiwa Roselia Ishtaris akan bangkit kembali dalam ketiadaaan ini.
“...Sebentar lagi. Sebentar lagi...”
Saat Nefakess selesai melemparkan Pedang Iblis terakhir ke dalam tungku, Elemental Buatan berbentuk merpati mendarat di bahunya.
“Apa? Sungguh tidak sopan.” Dia meringis setelah mendengar laporan Elemental itu, tapi ekspresinya segera kembali tenang seperti biasanya. “Malaikat itu dihancurkan?” Dia mengirim Void besar itu untuk menyingkirkan pembunuh dari Sanctuary.
Apa aku terlalu meremehkan pahlawan elf itu? Tidak...
Nefakess mengaktifkan terminal yang terhubung ke sistem keamanan Assault Garden. Setelah beberapa saat, jaringan mendeteksi objek mencurigakan di sekitarnya—pesawat tempur kekaisaran.
“...Tim pegintai Pengguna Pedang Suci. Mereka menemukan tempat ini lebih cepat dari yang kupikirkan.” Nefakess mengangkat bahunya dengan desahan lelah. Itu sulitlah dipercaya bahwa hanya Pengguna Pedang Suci yang telah mengalahkan malaikat itu. “Yah, biarlah. Kupikir aku harus pergi dan membersihkan sampah,” bisik Nefakess, menatap tungku mana yang berdenyut-denyut dengan senyum puas.
Lanjut min
ReplyDeleteLanjut up min
ReplyDeleteLanjut up min
ReplyDelete