Bab 2 Bagian 3
Setelahnya, si asisten bersenang-senang
Setelah lelucon bangun tidur itu berakhir.
“Oh, ini dia.”
Berdiri di dapur dengan memakai celemek, Natsunagi menyipitkan matanya saat dia memegang sendok layaknya seorang pemain bisbol profesional yang terlebih dahulu menyatakan bahwa dirinya akan melakukan homerun. Padahal aku sudah menyiapkan sarapan, tapi dia menyarankan diri untuk membuat sarapan.
Selain itu, ada juga orang lain yang melakukan hal yang sama sepertinya.
“Kau bisa masak, Nagisa?”
Dalam penampilannya yang memakai celemek, Charl mengejek Natsunagi dari samping.
“! Aku gak akan kalah darimu, Charl-san.... tidak, Charl!”
“Hee~, kalau gitu, haruskah kita menyelesaikan skor dari yang terakhir kali?”
Mereka berdua berdiri di westafel dan saling tatap muka.
“Seperti biasanya, Nagisa-san dan Charl-san memang tidak akur, ya?”
Tepat di belakang mereka, Saikawa menggumamkan itu dengan kepala yang ditopang oleh tangan di pipinya, sikunya bertumpu di atas meja.
Seminggu yang lalu, Natsunagi dan Charl bertemu saat tur kapal pesiar. Waktu itu, mereka berdebat tentang Siesta.
“Tapi ‘kan itu aneh kalau memutuskannya melalui kontes memasak...”
Aku juga bersama Saikawa di meja, dan melihat mereka berdua dari jauh. Untuk beberapa alasan, kami ditunjuk sebagai juri dalam kontes memasak ini.
...Tapi yah, kalau mereka sampai berdebat seperti ini, tampaknya hubungan di antara mereka tidaklah terlalu buruk. Ini tampak seperti hubungan mereka jauh lebih sehat kendati mereka menjadi canggung atas kebenaran dari kasus setahun yang lalu.
“Yah, kupikir aku tidak akan kalah dari Nagisa.”
Mengatakan itu, Charl mengibaskan rambut pirang yang ia banggakan.
“! Akulah yang akan memenangkan perut Kimizuka!”
Natsunagi membalas kata-katanya..., tapi...,
“...? Eh, memangnya kontesnya tentang apa?”
“...Tadi itu cuman lelucon kok.”
Dengan cepat, Natsunagi menggumamkan itu dan berbalik.
“Kimizuka-san, apa kau punya komentar perihal Nagisa-san yang barusan bertingkah super imut?”
“Aku tidak mendengar apa-apa. Serius, sama sekali tidak dengar apa-apa.”
Mengesampingkan itu, aku bertanya pada Natsunagi.
“Ngomong-ngomong, kamu mau masak apa?”
“Mungkin...., tumis lobster dari Brittany ~dengan sayuran musiman dan mousseline~?”
“Lah, memangnya kau mau memulai pertarungan memasak seperti yang ada di suatu manga tertentu?”
Namun Natsunagi mengabaikan jawabanku dan mengeluarkan lobster merah dari kulkas. Ntar dulu, memangnya kita punya bahan-bahannya? Apa 《Siesta》 memang biasa mengkonsumsi makanan enak seperti itu?
“...Ya, intinya, seperti itulah. Perutmu yang kelaparan itu bisa menantikan masakanku.”
Berbalik ke arahku, Natsunagi menutup matanya dan mengarahkan sendok ke arahku.
“Ini aneh.”
Puluhan menit kemudian, di dapur, Nastunagi memiringkan kepalanya dalam perasan bingung.
Apa yang ada tepat di depan pandangannya adalah oven microwave, dan di dalam oven itu ada sesuatu yang dulunya merupakan bahan makanan, sedang menggeliat layaknya monster hitam yang mencoba untuk keluar dari oven itu. Entah siapa pun itu, mereka pasti akan menyebut ini sebagai kegagalan.
“Tapi ini tidak bisa disebut gagal kalau aku tidak membuka ovennya, kan?”
“Lah, memangnya itu Kucing Schrödinger?”
Apa nantinya oven microwave ini tidak akan pernah digunakan lagi?
“Uu~, padahal aku biasanya membuat bekal makananku sendiri...”
Dengan sedih, Natsunagi melemaskan bahunya.
“Alamak, masakanmu jadi seperti ini gara-gara kau ingin melakukan sesuatu yang sangat rumit.”
Menyaksikan kegagalan yang luar biasa, Charl mendengus dengan tercengang.
“Aku akan membuat nasi goreng biasa, nantikanlah.”
Dia mengangkat wajan, mengarahkannya pada kami seperti senapan, kemudian berbalik menghadap kompor.
“Ini aneh.”
Di depan kompor, Charl memiringkan kepalanya dalam perasaan bingung.
Puluhan menit telah berlalu setelah ia membuat pernyataan luar biasa, dan hasilnya...., yah, aku sudah sudah menduga ini, apalagi saat melihat ada tumpukan sesuatu yang hangus di penggorengan.
“Tidak, tunggu dulu, mungkin kelihatannya memang seperti itu, tapi ini bisa dimakan, tau?”
“Oh, kau mau makan itu, silakan, makan saja. Oi, jangan melihat ke arahku.”
Ya ampun, aku sudah muak dengan tingkah 2-koma ini.
“...Habisnya aku selalu sibuk, jadi aku tidak bisa memasak.”
Charl mencari-cari alasan sembari ia mengotak-atik rambutnya. Yah, mungkin itu memang salah satu masalah khusus yang dimiliki seorang agen.
“Astaga, ya udah, kurasa aku tidak punya pilihan lain di sini.”
Tiba-tiba saja, bahtera keselamatan muncul.
“Sekarang sudah mau siang, jadi biar aku saja yang memasak!”
Berdiri dari panel juri, Saikawa memakai celemek dan kemudian pergi ke dapur.
“Aku mau buat makanan yang bisa dimakan saat siang juga, jadi ayo kita masak kari. Nagisa-san, tolong potong-potong dagingnya. Charl-san, tolong masak nasinya lagi.”
Mengatakan itu, Saikawa mengambil pisau dan memotong-motong sayuran dengan terampil.
“O-oke...”
“Eh, iya..”
Natsunagi dan Charl mengangguk, menuruti instruksi Saikawa.
“Astaga, mengapa ini seperti Saikawa lah yang paling bisa diandalkan sepanjang waktu?”
Padahal dia harusnya adalah yang satu-satunya masih SMP diantara kami.
Terhadap gumamanku, Saikawan membalas...,
“Fufu, bagaimanapun juga aku telah melalui begitu banyak cobaan dan kesengsaraan.”
Dia berbalik semabari dia memotong sayuran, dan menunjukkan senyum masam.
Tiga tahun yang lalu, orang tua Saikawa meninggal. Mungkin karena itulah, dia belajar memasak sendiri.
“Jadi, sekarang aku lah yang teratas dalam menguasai keterampilan tugas-tugas rumah dan kemudaan.”
Tapi kilasan dari kesan sulit seperti itu hanya terjadi dalam sesaat, dan kemudian Saikawa tiba-tiba meletakkan tangannya di pinggulnya saat dia berbalik untuk mengejek gadis-gadis yang lebih tua darinya... tapi, aku tidak pernah bilang padanya tentang konsekuensi kalau dia memprovokasi mereka.
“Yui-chan?”
“Yui?”
Mereka berdua mengapit Saikawa, dan menatapnya dengan ekspresi dingin yang bisa membunuh binatang buas.
“...Ki-Kimizuka-san, kakak-kakak ini menakutkan...”
“Itu salahmu sendiri.”
Akhirnya setelah penungguan
ReplyDeleteAkhirnya yang kutunggu2
ReplyDelete