Bab 4 Bagian 1
Berapa lama lagi sampai terpikat?
Senin pertama dari pekan itu tiba.
Aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ngomong-ngomong, Hitotsuba-san masih tidur.
Waktu telah menunjukkan pukul 06:30. Jarak dari rumah ini ke sekolah sekitaran 9 menit dengan kereta. Kurasa sudah saatnya membangunkan Hitotsuba-san dari mimpinya. Ngomong-ngomong, aku sudah menyiapkan bekal untuk kami dan telah berganti pakaian ke seragam sekolah. Alasan mengapa aku bersiap-siap lebih awal adalah karena percakapanku dengan Hitotsuba-san tadi malam sebelum kami tidur.
Jadi begini...,
“Hei, Yuya-kun. Besok kita pergi bareng-bareng yuk ke sekolah.”
“...Eh?”
“Loh, kan kita tinggal bersama, jadi sudah semestinya kalau kita harus pergi bareng-bareng ke sekolah. Ini kan sama saja dengan kewajaran jika teman masa kecil yang tinggal di samping rumahmu datang untuk membangunkanmu setiap pagi?”
Tidak, itu tidak wajar. Dunia seperti itu tidak ada di dunia ini. Tidak, mungkin memang ada, tapi itu termasuk dalam probabilitas astronomi.
“Di tempat pertama, bisa gawat kalau kita tiba-tiba pergi bareng ke sekolah.”
“Hm? Kenapa? Kupikir tidak ada yang salah dengan itu?”
Apa kau tidak tahu seperti apa dirimu di sekolah, Hitotuba-san!? Pertama-tama, kau adalah gadis yang sangat cantik sehingga kau terpilih sebagai siswi SMA terimut di Jepang. Menurutmu apa yang akan terjadi jika seorang seperti itu tiba-tiba pergi ke sekolah dengan seorang pria? Orang-orang akan jadi heboh, tau!
“Terus, apanya yang salah dengan itu? Lagipula kan kita tinggal bersama. Malahan, aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk memberitahukannya pada semua orang.”
“Memberitahukan? Apa yang mau kau beritahukan?”
“Bukankah itu sudah jelas? Aku akan memberitahu semua orang kalau Yoszhimi Yuya adalah pacarnya Hitotsuba Kaede, dan aku tidak akan memberikanmu pada siapapuun.”
Dengan ekspresi serius, Hitotsuba-san menatapku. Aku sontak jadi deg-degan terhadap kata-katanya, dan langsung mengalihkan pandanganku darinya. Bahkan wajahku sampai terasa panas.
“Fufufu, wajahmu menjadi merah cerah lagi loh, Yuya-kun? Ternyata kau ini anak yang malu-malu ya.”
“Berisik. Sekalipun kau mengatakan itu, aku tidak akan pergi ke sekolah bersamamu. Tidak, pada dasarnya aku memang tidak bisa melakukan itu. Aku masih ingin hidup lebih lama.”
Kalau aku benar-benar pergi ke sekolah bareng dengan Hitotsuba-san, dua kata ‘damai dan tenang’ akan hilang dari kehidupan sekolahku, dan aku akan takut jika aku ditikam dari belakang. Aku tidak mau menjalani kehidupan sekolah yang abu-abu.
“Kalau kau benar-benar mau pergi bareng, maka berusahalah untuk bangun lebih awal di pagi hari! Aku tidak akan membangunkanmu.”
“Apa—!? Kok kejam sekali sih! Kau ini iblis ya, Yuya-kun? Kita kan tidur satu ranjang, jadi tolong bangunin aku! Kau tahu ‘kan kalau aku itu lemah di pagi hari?”
“Ya, aku tahu, jadi lakukanlah yang terbaik untuk bangun, oke?”
“Apa—!”
...Jadi begitulah ceritanya.
Karena itulah, aku bangun lebih awal untuk menyelesaikan persiapanku supaya aku tidak harus pergi ke sekolah dengan Hitotsuba-san. Aku tidak mau menjadi cukup tolol untuk kehilangan tiga tahun masa-masa SMA-ku hanya demi kebahagiaan sementara. Tapi kalau aku membiarkan Hitostuba-san tidur lebih lama lagi, dia mungkin akan terlambat, jadi aku tidak punya pilihan lain selain pergi ke kamar tidur untuk membangunkannya.
“Apa kau sudah bangun, Hitotsuba-san?”
Saat aku menanyakan itu sambil dengan perlahan membuka pintu, aku tidak menerima jawaban yang datang. Tapi, rupanya Hitotsuba-san sudah terjaga, dan dia sudah mengangkat tubuhnya di ranjang. Baguslah kalau dia sudah bangun.
“Mm..., Yuya-kun...?”
“Cepatlah bersiap-siap, kalau tidak kau akan terlambat ke sekolah loh?”
Aku menepuk pundaknya dengna lembut, tapi dia hanya menggoyangkan tubuhnya seperti ubur-ubur yang hanyut di permukan laut, tidak ada menunjukkan tanda-tanda kalau dia mau berdiri dan bersiap-siap.
Saat aku bertanya-tanya apa yang mesti kulakukan di sini, tiba-tiba Hitotsuba-san mengangkat tangannya di depanku. Dia mau ngapain?
“Mmm..., tolong gantiin pakaianku...”
“—Hitotsuba-san!? Apa sih yang kau bicarakan?”
Sebelum aku bisa mundur, Hitotsuba-san dengan cepat meraih lengan seragamku. Buset dah!! Padahal dia harusnya belum sepenuhnya bangun, tapi reaksinya lebih cepat daripadaku!
“Gan~ti-in.”
Saat dia mengatakan itu, dia memukulkan salah satu tangannya di ranjang dengan senyum seperti anak manja. Lah, bukankah dia ini sudah benar-benar bangun?
“Kalau kau tidak menggantikan pakaianku, nanti aku bisa terlambat ke sekolah loh? Apa kau tidak masalah dengan itu?”
Yap, sudah bisa dipastikan. Orang ini benar-benar penjahat. Buktinya, matanya yang sampai beberapa saat yang lalu tampak lemas telah berbinar, dan mulutnya tersenyun. Hm, aku jadi mulai merasa kesal dengan tingkahnya. Yah, dia bisa menggodaku sebanyak yang dia mau, tapi bukan berarti aku akan diman saja! Aku harus memberikan serangan balasan dua kali lipat di sini!
“...Oke, oke. Kalau begitu, aku akan melepaskan pakaianmu dulu. Nah, angkatlah tanganmu.”
“—!? Yu-Yuya-kun!? B-baiklah...”
Di akhir perkataannya, Hitotsuba-san berbicara dengan suara lemah, dan kemudian dengan patuh mengangkat kedua tangannya ke atas. Aku menelan ludah, dan dengan lembut memegang ujung piyamanya yang halus.
Tenang, ambil nafas dalam-dalam. Baiklah, ayo lakukan. Tidak apa-apa, aku hanya harus melepaskannya dengan cepat. Sip, dengan ini akal sehatku dapat terjaga.
“K-Kalau begitu..., aku akan melepasnya.”
Aku menarik piyamanya dengan perlahan supaya dia tidak menyadari kalau tanganku gemetaran. Pusar yang imut tampak, dan secara bertahap mulai mendekati zona bukit kembar yang mempesona. Ini adalah tempat dimana preferensi dibagi antara payudara bagian bawah dan atas, tapi aku menyukai keduanya. Bagaimanapun juga, dua-duanya sama-sama mantep!
“~!”
“Eh? Apa? Hah..., Hitotuba-san!? Jangan-jangan kau—!?”
Aku menyadari sesuatu, tapi itu sudah terlambat. Setelah melepas piyamanya Hitotsuba-san, kulitnya yang halus dan segar layaknya salju, dan kedua buahnya yang tumbuh dengan subur membentang di depanku. Tapi, masalahnya bukan di situ.
Entah kenapa, Hitotsuba-san tidak mengenakan pakaian dalam. Udara membeku dan waktu berhenti. Aku tidak bisa memalingkan pandanganku, atau bahkan memejamkan mata, aku hanya terpaku pada pemandangan tubuh telanjang sesosok dewi.
“Isssh..., mau sampai berapa lama kau melihatnya? Dasar Yuya-kun mesum.”
Mengatakan itu, Hitotsuba-san memelukku dengan wajah yang merah cerah. Kulitnya yang lembut terasa hangat saat dia baru bangun tidur! Dada yang besar dan kencang sedang menempel di tubuhku! Bahkan melalui seragamku, aku bisa merasakannya dengan sangat jelas, yang mana itu membuat pikiran jernihku langsung sekarat.
“H-Hitotsuba-san, mengapa kau tidak memakai pakaian dalam? Ini tidak seperti pakaian dalammu ikut terlepas ketika aku melepas piyamamu, kan?”
“Ehehe, aku adalah tipe orang yang tidak akan memakai pakaian dalam di malam hari,”
Jangan pura-pura tertawa seperti itu! Kau harusnya memberitahuku sesuatu seperti itu sebelumnya. Jika demikian, aku tidak akan mau membantumu mengganti pakaiannmu.
Ini artinya, saat aku berpikir untuk memberikan serangan balik, dia telah berpikir satu langkah lebih jauh di depanku. Sial, licik juga kau Hitotsuba-san.
“Bagaimana? Apa kau terkejut, Yuya-kun?”
Hitotsuba-san menunjukkan senyum polos layaknya anak kecil yang menginginkan pujian atas keberhasilan kenakalannya. Tingkahnya lucu, seperti anak anjing yang mengibas-ngibaskan ekornya. Cuman, ini tidak boleh dibiarkan tetap seperti ini.
“...Tentu saja aku terkejut. Tapi kau tahu, Hitosuba-san—”
“Eh—? Yu-Yuya-kun?”
Aku meilingkarkan satu tanganku di pinggang kencang milik Hitosuba-san yang memelukku. Hitotsuba-san sontak terjekjut, dan kemudian dengan tanganku yang lain aku mengangkat dagunya dan mendekat ke wajahnya, lalu berbisik di telinganya.
“Kalau kau melakukannya dengan terlalu berlebihan..., aku akan memakanmu loh?”
“—! Y-Ya, lain kali aku akan berhati-hati...”
Fufufu, mantep lah, wajah Hitotsuba-san telah menjadi warna daun musim gugur bahkan sampai ke telinganya. Ketika aku membelai pipinya, kurasakan kalau itu cukup panas. Dengan begini, bisa dibilang serangan balikku sukses besar.
“Baiklah, sekarang aku mau pergi, jadi kau jangan sampai terlambat, oke? Oh iya, jangan lupa untuk membawa bekal makan siangmu, aku sudah mengemas sisa makanan kemarin dan meninggalkanya di dapur.”
Dengan lembut aku melepaskan Hitotsuba-san, dan kemudian menaruh piyamanya di ranjang. Kemudian, Hitotsuba-san merosot di tempat sambil memegang tubuhnya.
“Aku pergi dulu, Hitotsuba-san.”
“Ya..., selamat jalan, Yuya-kun.”
Dengan kata-kata itu, aku meninggalkan rumah dan langsung menuju sekolah.
Aku bermaksud untuk tetap bersikap tenang, tapi jika aku memeluknya lebih lama lagi, pikiran jernihku akan hancur. Bagaimanapun juga, jalan untuk kedepannya adalah jalan yang sulit.
Hmmmm kukira Kau............Akan Berangkat Bareng ternyata Tydyk
ReplyDeletemantep min, semangat lanjutin beda bngt dh ama wn nya
ReplyDeleteTerima kasih min:)
ReplyDeleteWangy wangy
ReplyDeleteUwohhhhh seggssss
ReplyDelete