Bab 7
Persiapan Festival Budaya
Sudut Pandang Makihara Taiga
Berkat Fuuko-san dan Ai-san, demamku menjadi sembuh.
Beberapa hari kemudian, saat sepulang sekolah, aku datang menghadiri rapat Panitia Persiapan Festival Budaya.
Satu orang per kelas dari 18 kelas di Akademi Sinar Harapan ini dipilih untuk menjadi panitia dan akan mempersiapkan acara ini di bawah arahan Noblesse.
Moral dalam hal ini amat tinggi. Dari sudut pandang siswa-siswi umum, ini adalah kesempatan untuk bekerja dengan Konoe R Chika yang karismatik di sekolah.
Si moderator, saudari ketiga yang memiliki kesan gadis gyaru... Hikari-san, mengacungkan tinjunya.
“Kuy kita meriahkan Festival Budaya ini!”
“““Kuyyyyy!”””
Seorang influencer memang hebat. Kemampuannya untuk memotivasi semua orang sangat luar biasa.
Hikari-san kemudian duduk di sebelahku dan menyilangkan kakinya yang panjang. Saat dia melipat tangannya, dadanya yang besar itu tampak bergoyang. Sungguh, dia masih tetap tampil seksi seperti biasanya.
“Baiklah, Tiger-kun, ayo kita mulai~”
Dengan satu kalimat itu, suasana menjadi tegang dan semua orang bergumam:
“Tiger-kun…?”
“Nama panggilan…?”
Saat ini, aku tenggelam dalam rasa superioritas. Mereka sampai bereaksi seperti itu hanya karena Hikari-san memanggilku dengan menggunakan nama panggilan. Kira-kira seperti apa reaksi mereka jika tahu kalau Hikari-san sempat menghabiskan waktu di kamarku?
Kukuku, asal kalian tahu saja, hubunganku dengannya itu memiliki bobot berat yang jauh berbeda daripada hubungan kalian dengannya!
Terlepas dari pemikiranku yang menyimpang itu, aku memulai rapat dengan senyum yang menyegarkan,
“Baiklah, ayo kita mulai rapatnya. Pertama-tama, apakah ada poin yang ingin kalian perbaiki dari festival budaya tahun lalu?”
Mendengar pembukaan dariku, seorang siswa mengangkat tangannya.
“Bagaimana kalau kita lebih banyak mempromosikan festival budaya kita di luar sekolah? Tahun lalu, jumlah pengunjung dari luar sekolah cukup rendah. Jadi untuk tahun ini, aku berpikir akan bagus jika kita memajang browsur di distrik perbelanjaan.”
“Kalau begitu, kita juga bisa mempromosikannya di medsos kita masing-masing.” kata HIkari-san.
Hikari-san adalah seorang yang memiliki 200.000 followers, jadi dengan itu kurasa dia akan bisa menarik beberapa pengunjung.
Tapi kemudian, seorang siswi mengungkapkan pendapatnya.
“Tapi dengan lebih banyak pengunjung yang datang, akan ada lebih banyak masalah dalam hal keamanan, kan?”
“Tidak perlu khawatir tentang itu, lagipula kan kita punya Ketua! Tahun lalu saja, Konoe-san seorang diri mengusir sekelompok berandalan yang datang dari luar.”
Oh, kejadian seperti itu pernah terjadi? Yah, kurasa orang yang mengusir berandalan itu adalah Fuuko-san.
“Konoe-san, bagaimana caranya supaya bisa menjadi kuat sepertimu?” tanya para siswa, dengan mata yang berbinar.
“Aku tidak kuat. Bagaimanapun juga, jalan bela diri itu tidak pernah berakhir.”
“Sungguh kata-kata yang dalam! Seorang yang sudah master memang hebat!”
Njir, sekalipun Hikari-san bilang begitu, tetap saja apa yang dia katakan itu tidak bisa dianggap sebagai kebohongan.
Kemudian, seorang siswa lain mengangkat suaranya.
“Baiklah, selanjutnya, ayo kita putuskan slogan kita.”
Slogan, itu merupakan suatu semboyan yang mengungkapkan tujuan dari suatu kegiatan.
Karenanya, setelah semua orang memberikan ide mereka satu demi satu tentang slogan yang bagus, inilah yang menjadi pilihan terbaik.
Ichi-go Ichi-e (Sekali Seumur Hidup).
Ini adalah idiom dari empat huruf sederhana, tapi... wajah Hikari-san tampak bingung. Eh? Mungkinkah....
Dia tidak mengerti artinya?
[Catatan Penerjemah: Empat huruf yang dimaksud adalah ini 一期一会 (Ichi-go Ichi-e).]
Oh iya, Hikari-san dan saudari-saudarinya tinggal di Seattle sampai mereka lulus SMP, jadi wajar saja kalau dia tidak tahu artinya, tapi...
[Konoe R Chika] adalah salah satu dari lima akademisi terbaik di negeri ini. Oleh karena itu, tidak mungkin seorang sepertinya tidak tahu arti dari idiom [Sekali Seumur Hidup].
“Jadi, Ketua, bagaimana menurutmu dengan slogan ini?” tanya salah seorang siswa.
“M-Masih belum pas. Aku merasa seperti masih ada yang kurang dari slogan itu.”
Mungkin, yang dia maksud kurang itu adalah kemampuan akademis.
“Ketua, mungkinkah kau tidak tahu arti dari slogan itu?” tanya siswa lain dengan bercanda.
“Apa sih yang kau bicarakan? Ketua adalah salah satu dari lima orang jenius di negeri ini. Bahkan orang tolol pun tahu arti dari idiom empat huruf itu!”
Oi, hentikan itu.
Lihat tuh, Hikari-san jadi gemetaran dan matanya berkaca-kaca! Yah, meskipun penampilannya itu juga masih tetap imut,
Aku memutuskan untuk berpura-pura mencatat—
[Sekali Seumur Hidup]... anggap saja bahwa itu adalah pertemuan sekali seumur hidup, jadi bersikaplah ramah.
—dan kemudian menunjukkannya secara diam-diam pada Hikari-san.
Kemudian, Hikari-san melihat ke sekeliling dengan rasa percaya diri, layaknya ikan yang mendapatkan air.
“Yah, kalau kupikir-pikir lagi, itu adalah kata-kata yang bagus. Baiklah, slogan yang akan kita gunakan adalah [Sekali—”
Sial, ini buruk.
[Catatan Penerjemah: Di sini, Hikari salah membaca huruf 一期 sebagai “Ikki” yang harusnya dibaca “Ichi-go”.]
Itu adalah kesalahan umum untuk membaca idiom tersebut sebagai “Ikki Ikkai”.
Menggunakan refleksku yang telah terlatih dalam klub bisbol, aku menyelas perkataan Hikari-san dengan keras sebelum dia selesai berbicara.
“Baiklah, sudah diputuskan, slogan kita adalah [Sekali Seumur Hidup].”
[Catatan Penerjemah: Arti dalam terjemahannya sama, tapi di sini Makihara Taiga mengucapkan “Ikki Ikkai”, bukannya “Ichi-go Ichi-e”.]
Kemudian...
Terdengar suara tawa dari seluruh penjuru ruangan.
“Hah? Dia ngomong apaan sih? Yang benar itu ‘Ichi-go Ichi-e’ goblok!”
“Tolol.”
“Eh, begitukah? Maaf kalau aku salah, bagaimanapun juga aku adalah seorang yang telah kehilangan rekomendasi olahraga.”
Terhadapku yang ditertawakan seperti badut, Hikari-san menatapku dengan pipi yang merona.
---
Setelah rapat selesai.
Aku meninggalkan kelas dan berjalan menyusuri koridor bersama Hikari-san. Di tanganku. ada kantong kertas berisi browsur festival budaya sekolah yang akan kami pajang dan sebarkan di distrik perbelanjaan.
“Terima kasih telah menolongku sebelumnya, Tiger-kun.”
Hikari-san menempel padaku, dimana kedua lenganku diapit oleh dadanya yang besar.
“Mereka dekat sekali.”
“Sepertinya Ketua dan pria itu...”
Tatapan dari para anggota panitia persiapan sangat menyengat.
Rumor bahwa [Konoe R Chika mulai berpacaran dengan Makihara Taiga] mungkin akan menyebar ke seluruh sekolah. Hal seperti itu...
Mantap banget!
Sebarkanlah rumor seperti itu supaya akan semakin sedikit orang-orang yang mau mendekati Ketua. Pada dasarnya sih, aku adalah orang yang tidak mempercayai opini publik, tapi bukan berarti aku tidak akan memanfaatkan hal tersebut.
“Ngomong-ngomong, kau terlihat cocok dengan memakai kacamata, Tiger-kun. Aku tidak tahu kalau sebelum-sebelumnya kau selalu memakai lensa kontak.” tanya Hikari-san, sambil memiringkan kepalanya.
“Ya, karena kalau dengan mata telanjang, penglihatanku agak buram.”
Itu bohong. Penglihatan di kedua mataku adalah 1,5.
Alasan mengapa aku mulai memakai kacamata palsu adalah sebagai persiapan untuk——menghadapi suatu insiden tertentu. Aku tidak berpikir kalau itu akan terjadi, tapi aku adalah orang yang sebisa mungkin akan mempersiapkan diri.
“Saat aku mabuk tempo hari pun, kau juga telah menolongku. Padahal aku ini lebih tua darimu, tapi aku justru selalu mengandalkanmu.”
Tapi, tambahnya denagn nada iseng, dan kemudian...
“Saat melihatku tidur di kamarmu, apa kau ada merasakan keinginan untuk sesuatu yang aneh-aneh?”
Uggh.
Tentu saja aku merasa seperti itu. Bahkan setelah Hikari-san pulang, aromanya yang manis tetap bertahan di kasurku, yang membuatku merasa seperti akan kehilangan akal.
“Yah, bagaimanapun juga aku adalah laki-laki.”
Mendengar jawabanku, Hikari-san mengangguk puas.
Kemudian, dia meraih daguku dan memaksaku untuk menatap matanya.
“Kalau gitu, lain kali aku akan datang ke rumahmu lagi, dan aku akan memakan——”
Eh, mungkinkah... m-memakanku?
“Sup krim kerang buatanmu.”
Yah, sudah kuduga dia akan mengatakan itu, pikirku saat menjadi lesu. Tapi, seolah-olaj memanfattakan celah sesaat yang tercipta itu...
“Dan juga, memakanmu.”
Dia membisikkan itu di telingaku dengan napas hangatnya, yang sontak membuatku jadi merasa deg-degan. Ya ampun, entah apakah dia yang seperti itu karena dia dibesarkan di Amerika, atau entah apakah dia memang agresif dalam hal-hal seperti itu?
Aku harus bertahan dari ini, jadi aku harus mengubah topik pembicaraan.
“Ngomong-ngomong, apa kau akan pergi ke distrik perbelanjaan dengan menggunakan kepribadianmu, Hikari-san?”
“Kepribadian?”
Hikari-san tampak bingung sejenak, tapi kemudian...
“Oh, iya, iya, kepribadian ya! Bukan kepribadianku yang akan pergi, tapi kepribadiannya Ai!”
Ya ampun, tampaknya dia masih belum mencerna sepenuhnya pengaturan cerita lima kepribadian yang dia dan saudari-saudarinya buat.
Setibanya di depan kantor ketua, Hikari-san membuka pintu dan memberikanku ciuman di pipi.
“See you. Aku akan mengganti kepribadianku sebentar.”
Apakah itu mungkin dengan melalui make-over, seseorang bisa mengubah kepribadian ke kepribadian lain?
Yah, itu adalah cerita bohong yang telah diatur.
Aku pun memutuskan mengeluarkan buku kosakata bahasa Arab dari sakuku.
Jadi selanjutnya aku akan bertemu Ai-san, ya?
Ai-san..., dia telah memutuskan untuk memperlakukanku seperti adik laki-lakinya. Dalam persaingan saudari-saudari itu untuk memperebutkanku..., dialah yang masih tertinggal satu langkah di belakang.
Entah bagaimana caranya, aku mesti membuatnya mengubah posisinya.
Sudut Pandang Saudari Kelima, Ai
Aku adalah orang yang tidak suka terlibat konflik dengan orang lain.
Saat makan siang di sekolahku di Seattle, ketika hanya terisa satu jeli jeruk yang merupakan makanan kesukaanku, aku tidak akan ikut serta dalam permainan lempar koin untuk memutuskan siapa yang akan memakannya.
Di kereta yang penuh sesak, sekalipun di depanku ada kursi yang kosong, aku akan memberikannya kepada orang lain.
Apalagi, tidak mungkin aku akan terlibat konflik dengan saudari-saudariku hanya karena masalah percintaan.
Itulah sebabnya, aku memutuskan untuk menjadi [kakak perempuannya] Tiger-kun. Lagipula, dia juga tampaknya kesepian karena terpisah jauh dari kakak perempuan kandungnya.
Setelah berganti tempat dengan Hikari-neesan, aku keluar dari kantor Ketua.
Setelah aku keluar, aku melihat Tiger-kun sedang membaca buku kosakata. Padahal sekarang bukanlah masa-masa untuk ujian, tapi dia masih tetap tekun untuk belajar,
Saat dia memperhatikanku, dia langsung tersenyum.
Kemudian, dia berlari ke arahku seperti anak anjing sambil berkata, “Ai Onee-chan!”, Yap, dia memang sangat imut. Tingkahnya itu benar-benar sesuai dengan sosok adik laki-laki.
“Baiklah, ayo kita pergi ke distrik perbelanjaan!”
Ya, jawab Tiger-kun padaku, saat dia memegang tanganku.
Penampilan kami saat ini benar-benar tampak seperti sosok kakak-adik yang sangat akrab...
Yah, kurasa tidak. Mau dilihat dari manapun, kami terlihat seperti sepasang kekasih!
Siswa-siswi memperhatikan kami, dan tangan Tiger-kun yang memegang tanganku terasa kecil namun kuat. Aku khawatir tanganku akan berkeringat karena merasa gugup.
Kami kemudian meninggalkan gedung sekolah dan pergi ke jalan raya yang mengarah ke kawasan distrik perbelanjaan.
Lalu, entah kenapa, tiba-tiba saja Tiger-kun jadi lebih sedikit berbicara. Wajahnya juga tampak pucat, jadi jelas ada yang aneh dengan kondisinya.
“Ada apa? Apa kau demam lagi?”
Terhadap pertanyaanku, Tiger-kun menggelengkan kepalanya. Dan kemudian, saat ada truk lewat di dekat kami—dia langsung memelukku.
[Catatan Penerjemah; Kimak!]
“!?”
Oh, aku tahu!
Tiger-kun yang tidak lagi bisa bermain bisbol itu karena dia cedera tertabrak truk. Jadi, sudah pasti ‘kan kalau dia masih menderita trauma?
Saat dia memelukku, aku bisa merasakan kalau dirinya sangat ramping tapi juga berorot... Sungguh, dia benar-benar memiliki gambaran umum dari seorang [pria].
Apalagi, dia bahkan terlihat semakin cantik saat aku melihatnya dari dekat seperti ini. Dan juga, aromanya sangat harum!
Lalu, sambil terus menjaga ketenanganku, aku membelai rambutnya dengan lembut.
“T-Tidak apa-apa kok, Tiger-kun. Onee-chan ada di sini bersamamu.”
[Catatan Penerjemah: Tiger anjingngentotkontolbabiasukimakbangsat! Lupakan apa yang baru saja kalian baca!]
“Onee-chan...?”
“Ya?”
“Kalau kau adalah kakakku, terus kenapa wajahmu merah merona seperti itu?”
Aku terkejut.
Ya, perasaan yang kurasakan saat ini bukanlah perasaan yang seharusnya dimiliki oleh seorang kakak.
“Seperti yang kupikirkan, aku masih tidak bisa menganggapmu sebagai saudariku. Kau juga pasti sama sepertiku kan, Ai-san?”
...Memang benar, aku berbohong pada diriku sendiri.
“Kau mungkin benar. Kepribadianku ini tidak ingin terlibat dalam konflik. Mungkin ituah sebabnya aku tidak mau ikut campur dalam pertarungan untuk dirimu, jadi aku hanya membuat alasan.”
“Maaf kalau kata-kataku ini akan menyinggugnmu, tapi... Ai-san, kau hanya ingin memilih jalan yang mudah, kan?”
Lagi-lagi dia mengatakan hal yang benar.
Tentunya, tidak ingin terlibat dalam konflik memang merupakan jalan yang mudah. Kau tidak akan menyakiti siapapun saat menang, dan kau tidak akan terluka saat kalah...
“Aku..., aku tidak akan memilih jalan yang mudah. Aku bertekad untuk meraih impianku, tidak peduli sebepara sulit jalan yang harus kulalui untuk meraihnya.” ucap Tiger-kun.
“Impian—mungkinkah, saat kau membaca buku kosakata tadi, itu untuk meraih impianmu?”
Tiger-kun menganggukkan kepalanya, dan kembali berbicara.
“Untuk bisa meraih impian itu, aku siap untuk mempertaruhkan hidupku!”
Sungguh mata yang penuh tekad!
Menurut apa yang kudengar dari Chika-neesan, impian Tiger-kun adalah...
Menjadi dokter.
Saat lengan kanannya patah, dia mengagumi kerja keras dari para pekerja medis untuk mengobatinya.
Bahkan setelah mengalami kecelakaan yang dramatis seperti itu, dia tidak menjadi patah semangat dan masih terus berjuang untuk impian baru.
S-Sungguh orang yang luar biasa!!
Dadaku terasa bergetar..., anak ini, dia sudah berada pada tingkat yang dapat ditemukan di dalam buku pelajaran moral.
Jangan mengambil jalan yang mudah, ya?
Mungkin aku memang harus menghadapi perasaanku.
Paling tidak, aku tidak bisa berhubungan dengan Tiger-kun sebagai [kakak]-nya lagi.
“Terima kasih telah memberitahuku semua itu, Tiger-kun... Kalau begitu, untuk saat ini, ayo lakukan yang terbaik untuk menyebarkan browsur.”
“Ya.”
Kami pun sampai di distrik perbelanjaan.
Dengar-dengar, distrik perbelanjaan di seluruh negeri itu selalu bermasalah, tapi kenyataannya ada banyak orang yang berjalan-jalan di distrik perbelanjaan ini.
Aku kemudian berbicara kepada staf toko CD yang kukenal.
“Selamat siang.”
Saat aku memberitahu staf itu tentang niat kami, dia setuju untuk menempelkan browsur kami. Apalagi, dia memasangnya di tempat yang terbaik di tokonya.
......Hmm. Oh, itu adalah poster penjualan CD dari idol yang akhir-akhir ini populer, [Tono Mika]. Haa~ dia benar-benar gadis yang cantik, sebutannya sebagai “gadis tercantik dalam seribu tahun” benar-benar sesuai dengan dirinya. Bahkan dikeluargaku juga ada yang sangat nge-fans dengan dirinya.
Setelah itu, kami pergi ke berbagai toko, dan mereka semua memberikan jawaban yang positif kepada kami. Dan juga, ada banyak orang-orang yang lewat yang tertarik dan berbicara kepadaku.
Kemudian, aku membeli enam kroket di toko daging yang kami kunjungi.
“Banyak juga yang kau beli.”
“Ya, ini untuk makan malam.”
Oh iya, yang Tiger-kun tahu aku harusnya tinggal sendirian, jadi di sini aku mesti mengakalinya.
“Kalau di simpan di dalam kulkas, ini akan bertahan untuk sementara waktu.”
“Begitu ya.” Angguk Tiger-kun, dan kemudian dia lanjut berbicara. “Ngomong-ngomong, hari ini kau berbicara dengan banyak sekali orang ya, Ai-san.”
“Ya, mereka adalah orang-orang yang kukenal dari toko-toko yang biasanya kukunjungi, rumah sakit tempat aku membacakan buku untuk anak-anak, dan juga relawan-relawan dari dapur umum...”
Oh iya, berbicara tentang relawan untuk dapur umum...
“Tiger-kun, tempo hari, ketika kepribadian Maihime berpakaian seperti gelandangan, kau memberikannya makanan meskipun kau tidak tahu identitas aslinya, kan? Terima kasih, ya.”
Dia sungguh anak yang baik. Aku jadi semakin tertarik kepadanya sebagai lawan jenis.
Saat aku tenggelam dalam perasan manis..., aku menerima panggilan masuk di ponselku. Itu dari Maihime-neesan, jadi aku menjauh dari Tiger-kun dan menjawab panggilannya.
“Ada apa?”
[Sebentar lagi akan adalah latihan drama di gedung olahraga. Karena aku yang akan melakukan itu, jadi cepatlah kembali ke sekolah.]
Hadeeeh, sungguh tidak nyaman memainkan peran satu orang sebagai lima orang.
Pada akhinrya, aku memutuskan untuk memberitahu Tiger-kun kalau aku harus kembali lebih dulu karena ada urusan mendesak.
“Kalau gitu, aku akan membagikan beberapa browsur yang masih tersisa, jadi aku akan kembali setelah aku selesai membagikannya.”
“Maaf ya, dan terima kasih!”
Aku pun pergi. Meskipun aku sendiri merasa aneh tentang ini, tapi aku merasa kecewa harus berpisah dengan Tiger-kun.
Sudut Pandang Makihara Taiga
Mission Complete—Aku berhasil menghilangkan ‘perlakuan sebagai adik laki-laki’ dari Ai-san kepadaku.
Memegang tangannya dan memanfaatkan traumaku terhadap truk untuk memeluknya juga berhasil dengan baik.
Yah, bagaimanapun juga, Ai-san itu sama seperti wanita seusianya. Wajar jika [lawan jenis] akan lebih mencolok daripada [adik] jika dia berhubungan dekat dengan laki-laki macho dan berparas cantik sepertiku.
Selain itu, [investasiku] pada Maihime-san tempo hari juga membuahkan hasil yang baik.
Ini kemajuan yang baik untuk jalan haremku.
Tapi, Ai-san, dia cukup ceroboh juga. Padahal dia harusnya tahu kalau ada pengaturan cerita tentang dirinya yang tinggal sendirian, tapi dia justru membeli 6 kroket untuk makan malam.
Kroket yang dia beli kelebihan satu, tapi tampaknya Fuuko-san akan makan dua.
Lalu, saat aku kembali ke sekolah...
Aku mendengar suara Maihime-san dari gedung olahraga. Kedengarannya dia sedang berlatih untuk pentas drama. Oh, aku mengerti. Sepertinya alasan Ai-san kembali lebih awal tadi adalah untuk berkutar tempat dengan Maihime-san.
Setelah membeli minuman dari mesin penjual otomatis, aku pergi ke gedung olahraga. Di dalam, Maihime-san berdiri sendirian di atas panggung. Mengibaskan rok merahnya, dia menarikan tarian flamenco yang indah.
“Oh, Tiger.”
Maihime-san berlari ke arahku. Dia berkeringat cukup banyak, yang menunjukkan betapa panasnya latihannya.
“Antusiasme-mu sangat besar, Maihime-san.”
“Tentu saja. Selama aku berakting, aku harus memberikan yang terbaik yang bisa kulakukan.”
Seperti biasanya, dia sangat profesional.
Saat aku semakin jatuh cinta kepadanya, aku memberikan cola kepadanya.
“Oh! Terima kasih, Tiger.”
Dia memegang botol cola itu denga kedua tangannya dan meminumnya. Sungguh, tingkahnya itu benar-benar imut.
“Ngomong-ngomong, Tiger, apa pelajaran akting yang kuajarkan padamu tempo hari berguna?”
“Tentu saja.”
Aku selalu bisa memanfaatkan itu ketika aku berhadapan dengan kalian lima bersaudari.
“Aku senang kau memiliki ketertarikan dalam dunia akting!”
Yay, tambah Maihime-san, saat dia berseru dengan semangat.
Kepolosannya itu membuatku merasa tidak enak karena memanfaatkannya, tapi...
Yah, jika itu agar mereka semua bahagia, maka itu oke-oke saja!
Selain itu, mampu mengontrol mental dengan cara yang positif juga merupakan persyaratan untuk menjadi pitcher yang baik. Sungguh, kerja kerasku dalam bisbol telah membantuku dalam membentuk harem.
Maihime-san kemudian meminum semua colanya, lalu...
“Baiklah, latihanku untuk hari ini sudah selesai. Aku akan pergi ke kantor ketua untuk berganti pakaian, jadi kau datanglah ke sana setelah beberapa saat.”
---
Setelah mempelajari bahasa Arab sebentar di buku kosakata, aku pergi ke kantor ketua dan mengetuk pintu.
“Masuklah.”
Suara yang terdengar seperti cara bicara laki-laki ini..., Fuuko-san, ya.
Saat aku membuka pintu, aku melihat Fuuko-san sedang duduk di lantai, lagi menjahit. Selain itu, karena dia duduk bersila, aku jadi bisa melihat pahanya yang sehat, yang membuatku jadi sulit untuk menatapnya.
Apa yang dia jahit itu adalah tirai penyerap cahaya?
“Klub peramal ingin menggunakan ini untuk festival budaya, tapi ternyata rusak, jadi aku memperbaikinya... Hmm? Apa kau terkejut bahwa aku mahir dalam menjahit?”
“Jujur saja, aku terkejut.”
“Hahahaha. Asal kau tahu saja, yang membuat kostum untuk [Carmen] itu juga aku loh? Gini-gini aku tuh orangnya cukup terampil.”
Fuuko-san kemudian menyipitkan mata berkesan nostalgia saat dia menggerakkan jarum dengan terampil.
“Aku..., kepribadianku ini selalu bermain-main di luar dan sering merobek pakaianku. Setiap kali aku melakukan itu, ibuku akan kerepotan untuk memperbaiki pakaianku, dan aku jadi merasa tidak enak karenanya.” Kata-katanya terhenti saat dia menggigit benang, dan kemudian dia melanjutkan. “Itu sebabnya, aku belajar untuk menjahit sendiri.”
Saat aku semakin jatuh cinta dengan episode yang luar biasa itu, dengan kesan yang sedih, Fuuko-san...
“Jadi, Tiger, aku punya sedikit permintaan kepadamu. Maukah kau memakai pakaian yang aku buat?”
“Tentu.”
Jika itu bisa membuat Fuuko-san jadi senang, maka itu bukanlah masalah yang besar. Yah, itulah yang kupikirkan, tapi...
Apa yang dia tunjukkan padaku adalah pakaian gothic lolita, pakaian pelayan, dan pakaian kelinci.....
Astaga, jadi pada akhirnya seperti ini, ya?
Tampaknya, Fuuko-san adalah tipe orang yang tertarik dengan anak laki-laki yang cross-dressing.
Yah, tapi aku tidak keberatan sih untuk memakainya. Lagian saat aku masih SMP aku pernah berdandan seperti perempuan.
Sebelumnya aku sudah menyebutkan kalau aku sempat memiliki rekan tim yang sudah seperti sumber cuan, tapi ketika pelatih memintaku untuk berpakaian seperti seorang wanita, dan aku memutuskan untuk memakai pakaian pelayan, aku jadi khawatir dengan masa depan pendidikan di Jepang.
Jadi yah, intinya, aku bisa ber-cross-dressing tanpa harus melakukan make-up pada wajahku...
Baiklah, ayo lakukan ini dengan kesan sedikit gelisah. Melalui pengalamanku, aku tahu kalau itu akan membuat pihak lain menjadi semakin bergairah.
Aku meletakkan tanganku di mulutku, dan dengan suara yang bergetar...
“I-Itu memalukan...”
“!”
Napas Fuuko-san menjadi kasar dan dia mendekatiku seperti orang mesum.
“Jangan bilang begitulah, oke?”
Aku melangkah mundur dan menyandarkan punggungku ke dinding. Baiklah, setelah tiga kali terjadi pertukaran [Gak Mau] dan [Ayolah~], aku akan memakainya.
Saat aku memutuskan demikian...
Kyaa!!
Aku mendengar teriakan dari atas.
Secara refkles, aku melihat ke arah atas, dan bagian dari langit-langit terbuka. Eh, apa seorang dari mereka akan keluar dari situ?
“Ups, kaki dan tanganku terpeleset!”
Dalam sekejap, Fuuko-san menghalangiku dan membuat kacamataku terlepas.
Tapi karena itu adalah kacamata palsu, jadi aku masih tetap bisa melihat dengan jelas. Aku pun memutuskan untuk berpura-pura mencari kacamataku sambil diam-diam mengamati mereka.
Sebuah tangga muncul dari lubang di langit-langit... dan di sepanjang tangga itu, Chika-san turun.
Chika-san mendekati Fuuko-san sambil meredamkan suara langkah kakinya dan berbisik di telinganya.
“Apa!? Ada kecoa!?”
Oh, jadi itu sebabnya Chika-san dengan ceroboh turun ke sini.
Kali ini, bayangan hitam terbang dari lubang di langit-langit. Itu adalah kecoa.
“Gyaa, seriusan nih!” teriak Fuuko-san.
Chika-san mencoba melarikan diri, tapi dia menabrakku, dan kami terjerat...
Aku berakhir menindih Chika-chan, dan memegang payudara yang besar di kedua tanganku. Aaah, ini sungguh-sungguh keberentungan mesum yang klasik!
“————!!”
Tapi, karena Chika-san adalah orang yang harusnya tidak ada di sini, dia tidak bisa berteriak. Dia tidak bisa apa-apa selain merubah rona wajahnya menjadi merah cerah.
Sebagai ganti dari dia yang tidak bisa berteriak itu...
“Hentikan, Tiger, jangan sentuh itu~”
Setelah melakukan sulih suara, Fuuko-san meneriakkan itu, meskipun pengucapannya cukup buruk.
Aku meminta maaf, dan kemudian menjauh dari Chika-san.
B-Be... B-Besar sekali...!
Layaknya persik, kelembutan dan kekenyalannya luar biasa!
Apakah itu karena dia memiliki darah orang asing di dalam dirinya? Aku memang selalu berpikir kalau payudaranya itu besar, tapi saat aku menyentuhnya, itu jauh lebih besar daripada yang kupikirkan... Aku merasa deg-degan sampai-sampai rasanya seperti pembuluh darahku akan pecah.
“F-Fuuko-san, kau bisa keluar dulu dari sini. Aku akan menyingkirkan kecoaknya... jadi tolong ambilkan kacamataku dan keluarlah.”
“B-Baiklah.”
Fuuko-san mengangkat Chika-san yang kini memegangi dadanya.
Kemudian, dia memberikan kacamataku dan pergi keluar.
Sungguh, segala sesuatunya menjadi sangat luar biasa.
Nah, ngomong-ngomong, alasan mengapa aku mulai memakai kacamata palsu adalah karena... kalau-kalau kelima saudari itu muncul pada saat yang sama karena insiden terntentu, aku bisa membuat alasan dengan mengatakan [Aku tidak bisa melihat dengan jelas karena kacamataku lepas.]
Dan hasilnya, itu sangat membantuku dalam hal ini. Seperti yang kupikirkan, persiapan adalah sesuatu yang mesti dilakukan secara menyeluruh.
Dan juga, tampaknya aku memang benar kalau ada ruangan tersembunyi di balik langit-langit... Hm, eh?
Tau-tau saja, tangga dan lubang di langit-langit telah menghilang.
Mungkin itu adalah tipe remote control. Mereka pasti segera mengembalikannya seperti semula karena takut aku akan melihatnya
Tapi tetap saja, apa kelima bersaudari itu bisa membuat mekanisme seperti itu?
Mereka juga tinggal di tempat yang disebut apartemen menara, dan kupikir ada kekuatan yang lebih besar yang bekerja di belakang mereka. Dan itu..., adalah alasan mengapa kelima bersaudari itu datang ke Jepang... dan juga, tampaknya ada hubungannya dengan keadaan yang membuat mereka berlima memiankan peran satu orang.
Ups, tapi sekarang bukan waktunya untuk berdeduksi.
Dengan menggunakan pamflet bekas, aku menyingkirkan kecoa yang mengganggu ke tempat sampah.
“Sekarang sudah tidak apa-apa.”
Saat aku mengatakan itu, Fuuko-san masuk sambil menggaruk-garuk pipinya seolah-olah merasa menyedihkan.
“Makasih ya. Tiger. Aku takut sama kecoak.”
“Tidak masalah. Aku juga mau minta maaf karena telah menyentuh payudaramu.”
Yah, meskipun yang kusentuh itu adalah payudaranya Chika-san.
Nah, di saat aku berpikir bahwa Fuuko-san akan mengatakan “Tidak apa-apa”...
Entah kenapa, Fuuko-san memegangi dadanya sendiri dan meneteskan air liur.
“Ya, aku juga jadi merasa kesakitan... Itu sebabnya...”
Dengan mata yang antusias dan mempersiapkan kamera...
“Sebagai hukuman untukmu, kau harus melakukan cross-dressing.”
Dalam hal ini, aku tidak bisa mengatakan tidak. Tanpa perlawanan, aku berakhir memakai gothic lolita.
Yah, anggap saja ini sebagai latihan positif untuk mendapatkan uang melalui Super Chat dengan melakukan cross-dressing sebagai pendanaan untuk harem.
Aku melakukan berbagai pose, dan difoto dari berbagai sudut pandang.
Oh, kalau kuingat-ingat lagi...
Sebelumnya Fuuko-san pernah mengatakan, [Itu pasti akan sangat menarik ketika melihatnya setengah menangis dan menatapku.]
Jadi, aku mencoba melakukan hal itu. Dan hasilnya, Fuuko-san hampir mimisan.
Setelah sejam, sesi foto akhirnya berakhir.
Saat aku pergi ke ruang resepsi di sebelah untuk berganti ke seragaku dan masuk kembali ke kantor ketua...
“Tiger-kun, maaf ya kalau kepribadian Fuuko membuatmu jadi kerepotan. Nah, ayo kita lanjutkan pekerjaan kita.”
Oh, dia bertukar tempat dengan Chika-san.
Mungkin karena tadi aku menyentuh dadanya, wajahnya tampak sedikit memerah.
Aku kemudian duduk di seberang Chika-san, dan mengerjakan beberapa dokumen.
Sekitar satu jam kemudian... aku mulai merasa lelah, jadi aku melakukan peregangan, dan Chika-san juga melakukan hal yang sama. Payudaranya yang besar tampak kencang dan seragamnya memiliki kerutan besar.
Lalu, saat aku memutar bahu kiriku, Chika-san juga melakukan gerakan yang sama.
Eh...?
Sejak beberapa waktu lalu, Chika-san terus meniru gerakanku. Mungkinkah...
Apa dia melakukan “efek pencerminan”?
Itu merupakan fenomena yang baru-baru ini kupelajari tentang [suka melakukan gerakan yang sama seperti seseorang].
Aku meletakkan tanganku di pipiku untuk memastikan, dan Chika-san melakukan hal yang sama.
Kali ini, aku mengangkat kedua tanganku seperti kucing, dan... Oooo! Chika-san yang biasanya bersikap keren sekarang sedang melakukan pose kucing. Dia benar-benar imut.
Kemudian, aku melakukan pose double peace dan mengedipkan mata, tapi dia tidak meniru ini.
“...Apa yang kau lakukan, Tiger-kun?” tanya Chika-san dengan suara dingin.
“Kau tahu buku [Praktek! Psikologi Cinta] yang tempo hari kau pinjam di perpustakaan? Aku hanya ingin tahu, apa kau sedang melakukan [efek pencerminan] yang dijelaskan di buku itu...”
“Eh, kau juga membaca buku itu, Tiger-kun?”
Karena aku penasaran itu adalah buku yang seperti apa, jadi aku meminjamnya.
Sontak saja, wajah Chika-san menjadi merah sampai ke telinganya dan dia menggosok paha bagian dalamnya yang dibaluk stoking hitam. Yah, tentu saja dia akan merasa malu jika dia ketahuan sedang mempraktikan apa yang diajarkan di buku pedoman cinta.
Baiklah, kurasa akan menyenangkan untuk sedikit menggodanya.
“Aku senang. Apa kau meminjam buku itu supaya kau bisa lebih dekat denganku?”
“Tidak, erm, aku meminjamnya untuk kepentingan akademis.”
“Begitukah? Kalau aku sih, aku meminjamnya karena aku ingin lebih dekat denganmu.”
“......”
Mendengar kata-kataku, Chika-san mulai memain-mainkan rambutnya. Oh, itu adalah kebiasaannya saat dia merasa senang—aaaah, sial, dia benar-benar menggemaskan.
Kalau sudah seperti ini, bagaimana jika aku mengajukan pertanyaan yang sedikit lebih berani kepadanya?
“Hei Chika-san, di masa depan nanti, keluarga seperti apa yang ingin kau miliki?”
“Eh? …Yah, tentang itu... Karena di keluargaku ayahku lalai, dan ibuku sering menampilkan wajah sedih...” dia berhenti sejenak, dan dengan ekspresi malu-malu, “Aku ingin memiliki keluarga yang harmonis dan tersenyum.”
Begitu ya. Saat haremku selesai nanti, keluarga kami pasti akan menjadi seperti itu. Yah, meskipun itu akan sangat berbeda dari apa yang dibayangkan oleh Chika-san.
“Kalau kau, Tiger-kun, keluarga seperti apa yang ingin kau miliki?”
“Kalau aku, aku ingin memiliki keluarga yang memiliki cukup anak untuk membentuk tim bisbol.”
“Erm, banyak orang mengatakan sesuatu seperti itu, tapi bukankah itu tidak mungkin?”
Dengan memiliki harem dari kalian lima bersaudari, itu sangat mungkin.
Selain itu, jangankan bermain lempar tangkap bola, memainkan permainan yang terdiri dari tim merah dan putih pun bisa dilakukan.
---
Setelah itu, hampir setiap hari...
Aku dan kelima Konoe-san bersaudari terus melanjutkan persiapan untuk festival budaya.
Chika-san bertugas memeriksa peralatan serta kesehatan makanan yang akan dijual di stan makanan.
Fuuko-san bertugas membuat gerbang masuk, mempersiapkan api unggun, dan memasang kamera keamanan.
Hikari-san bertugas untuk beriklan di medsos dan menyebarkan browsur.
Maihime-san berlatih untuk pentas drama.
Dan Ai-san, dia bertugas mendekorasi gedung sekolah dan merawat hamparan bunga.
Aku terus membantu kelima bersaudari itu, tapi dikarenakan aku ingin membuat harem, aku masih tetap tidak lupa untuk belajar dan melanjutkan pelatihanku.
Jadwalku memang jadi sibuk, tapi itu sangat bermanfaat. Oh iya, aku juga senang Chika-san mengajariku cara belajar yang baik seperti yang dia janjikan padaku saat kami di perpustakaan tempo hari.
Dan kemudian, datanglah hari dimulainya festival budaya sekolah——
Andai MC nya gw😂
ReplyDeleteTaiga. Kontolanjingbabingentotbangsat
ReplyDeleteIri gw cok!!
Mc kawai banget🗿
ReplyDeleteMantap, lanjut min
ReplyDeleteSeperti biasa lord taiga selalu menggunakan taktik yg keren 😎
ReplyDeleteLah kok ngegas🤣🤣
ReplyDeleteGg lord taiga
ReplyDeleteLord ngga ngotak
ReplyDelete