[LN] Because I Like You Volume 1 - Bab 9

Bab 9
Ungkapan Perasaan dari Nikaido?


Akhirnya, pagi Hari Valentine tiba.

Semua anak laki-laki terlihat lebih gelisah daripada biasanya, sedangkan di sisi lain, para gadis dengan riang saling bertukar cokelat yang dibuat sendiri dengan teman-teman mereka, tapi di mata mereka ada tampak api yang menyala-nyala.

“Pagi-pagi gini kau sudah kelihatan lesu saja, Yoshizumi.”

Ketika aku membaringkan tubuhku di atas meja, Nikaido memanggilku dengan nada suara yang terkejut. Kau sendiri, setiap pagi kau selalu terlihat segar bugar, apa ada rahasia untuk bisa sepertimu?

“Entahlah? Bukankah kau hanya perlu menjalani hidupmu secara benar dan teratur?”

Buset, terima kasih banyak atas jawabanmu yang amat lugas itu.

“Sama-sama. Jadi, bagaimana?”

“...Hmm? Apanya yang bagaimana?”

“Jangan pura-pura tolol. Aku sedang berbicara tentang cokelat. Bagaimana cokelat buatannya Hitotsuba-san? Bukankah kemarin kalian membahas untuk membuat cokelat di akhir pekan? Apa rasanya enak?”

“Oh, yah, tentu saja... rasanya enak.”

Aku tidak tahu mengapa Nikaido repot-repot menanyakan pertanyaan semacam  itu, tapi aku memutuskan untuk menjawabnya dengan jujur.

“Gitu ya. Kau pasti senang.”

Meskipun dia tidak mendecakkan lidahnya, tapi dia mengigit bibirnya setelah dia menggumamkan itu. Dan juga, entah kenapa aku merasa seperti ada kesan berduri dari suaranya, atau apa itu hanya perasaanku saja?

“Aku hanya kesal karena kau terlihat lesu di depanku.”

“Hahaha..., pagi-pagi ini perkataanmu udah nusuk aja.”

“Ini hanya respon kasual. Haa..., tau gini kurasa aku harusnya tidak membuat ini.”

Dengan melontarkan helaan napas yang disengaja, Nikaido mengeluarkan sebuah kotak kecil yang dibungkus dengan hati-hati dari dalam tasnya dan mengulurkannya ke depan dadaku. Mungkinkah ini adalah....

“Kita duduk bersebalahan, dan kalau-kalau cokelat buatannya Hiotsuba-san tidak enak dan kau merasa tertekan, jadi aku membuatkan ini untukmu...., tapi yah, kurasa aku hanya buang-buang waktu saja.”

Sambil tertawa, Nikaido mengangkat bahunya. Ini bukan cokelat yang diberikan untuk orang yang dicintai ataupun cokelat yang diberikan hanya sekedar karena kenal, tapi apapun itu, cokelat ini tetap merupakan sesuatu yang dibuatkan untukku.

“Gitu ya, makasih udah repot-repot buatin aku ini, Nikaido.”

“Oh, kau lumayan lugas juga. Andai saja aku menyadarinya lebih cepat...”

Karena di akhir perkataannya dia berbicara dengan pelan sambil menundukkan pandangannya, aku tidak bisa begitu mendengar apa yang dia katakan. Namun, aku bisa melihat adanya eskpresi melankolis di wajahnya.

“Kau kenapa, Nikaido?”

“Tidak kenapa-kenapa, ini bukan sesuatu yang perlu kau khawatirkan, Yoshizumi. Nah, cepatlah simpan cokelat itu ke dalam tasmu. Sebenar lagi Hitotsuba-san akan datang ke sini, kan?”

Saat aku melihat ke arah jam, ini memang sudah waktunya Kaede-san dan Otsuki-san akan datang untuk bermain ke kelas kami sebelum sesi pelajaran dimulai. Tapi bahkan jika aku menyembunyikan cokelat ini, tetap saja itu tidak akan luput dari perhatian. Jika demikian, maka aku bermaksud untuk terus terang saja, tapi...

“Aku hanya tidak ingin terlibat dalam pertengkaran antar kekasih. Hal seperti itu harusnya kau bisa tau tolol.”

Setelah mengatakan itu, Nikaido berjalan keluar kelas. Dia mau kemana?

“Fufufu, bukankah itu tidak sopan untuk bertanya seperti itu pada seorang gadis?”

“...Maaf.”

Sambil tertawa, Nikaido keluar dari keas. Setelah menatap punggungnya yang menjauh dan menghilang, aku memasukkan kotak kecil itu kedalam tasku agar tidak kehilangan bentuknya. Tapi ngomong-ngomong, apa sih yang Nikaido pikirkan? Aku sama sekali tidak mengerti niatnya.

“Selamat pagi, Yuya. Pagi-pagi gini kok wajahmu terlihat aneh seperti itu, apa ada sesuatu yang terjadi?”

“Selamat pagi, Shinji. Pagi-pagi gini kok tingkahmu udah ngeselin aja. Dan juga, tidak ada apa-apa yang terjadi.”

Perkataan Shinji yang baru saja datang membuatku sedikit terluka, tapi karena aku adalah orang yang lapang dada, aku tidak marah. Aku hampir secara tidak sadar memberikannya tinjuan, namun aku menahan diri. Tapi tetap saja, timing dia datang ke sini benar-benar buruk. Kalau aku terlambat sedikit saja memasukkan cokelat buatan Nikaido ke dalam tasku, situasinya pasti akan menjadi merepotkan.

“Begitu ya, tadi di depan kelas aku berpapasan dengan Nikaido-san, dan kulihat seperti ada yang aneh dengan drinya, makanya aku berpikir mungkin saja kau ada melakukan sesuatu terhadapnya...”

“...Nikaido terlihat aneh? Itu tidak mungkin. Apa kau yakin kau tidak salah lihat?”

“Kuharap juga begitu. Ngomong-ngomong, ganti topik, aku sangat menantikan kemah pelatihan minggu depan! Berkemah di musim seperti ini mungkin memang agak tidak biasa, tapi bermain ski dan mengamati langit berbintang pasti akan sangat menyenangkan!”

“Lah, bukannya perubahan topiknya terlalu jauh... tapi yah, kurasa kau benar. Aku belum pernah bermain ski sebelumnya, jadi aku tidak yakin apakah aku akan bisa bermain ski dengan baik. Eh, ntar dulu, apa-apan coba dengan mengamati langit berbintang? ...Apa itu dorongan menikmati masa muda?”

“Jika itu kau yang mendorongnya, maka dengan senang hati aku akan menerimanya loh, Yuya-kun.”

Whoa! Kau muncul dari mana, Kaede-san? Dan juga, Otsuki-san juga bersamamu seperti biasanya, ya.

“Minggu depan, kemah pelatihan akan berlangsung selama tiga hari. Dan sayangnya, karena kita beda kelas, jadi kita akan pergi dengan bis yang berbeda, tapi sesampainya di lokasi tujuan kita akan bisa menghabiskan waktu kita bersama-sama!”

“Kau benar..., itu memang agak sepi kalau bis-nya sesuai kelas, tapi yah, saat kita sudah sampai di sana maka tidak ada masalah lagi. Aku menantikkannya, Kaede-san. Ayo kita lihat bintang bersama-sama.”

“Eh... Ya! Aku tidak sabar untuk melihat langit berbintang bersamamu, Yuya-kun!”

Senyumnya yang biasa kulihat dirumah itu memang indah, tapi senyum yang dia tunjukkan di sekolah seperti saat ini juga tidak kalah indah. Itu rasanya menyegarkan, atau seperti memiliki kesan yang berbeda gitu.

“Hei, Shin-kun. Ada apa dengan suasana manis yang tiba-tiba muncul ini? Dan juga, mengapa semua anak laki-laki terlihat seperti zombie?”

“Hal ini memang tidak bisa dihindari, Akiho. Mereka berdua berada dalam situasi yang sama seperti saat kita mulai berpacaran. Anak laki-laki memang memiliki wajah yang tampak seperti sudah mati, tapi para gadis memandang mereka dengan iri.”

“Entah kenapa, Yoshi terasa keren... dan sebenarnya, Kaede-chan datang ke sini karena—...”

“Akiho-chan! Jangan berbicara lebih jauh lagi! Kau berjanji untuk tidak mengatakannya, kan!? Apa kau ini punya helium di mulutmu!?”

Helium? Oh, maksudnya mulutnya lebih ringan daripada udara, ya. Sekarang aku jadi tau kalau aku tidak bisa untuk berkonsultasi dengan Otsuki-san. Yah, aku juga tidak berpikir kalau akan ada banyak kesempatan bagiku untuk melakukan itu.

“Eeeh..., kenapa juga harus disembunyikan. Kau kan bilang kalau kau cemas jika Yoshi mendapatkan cokelat Valentine dari Ai-chan.”

Eh? Mungkinkah Kaede-san menduga kalau Nikaido menyiapkan cokelat untukku?

“A-A-AAkiho-chan tolol!! Kenapa kau malah mengungkapkannya!? Kan nanti Yuya-kun jadi salah paham kalau aku itu adalah pacar yang over protektif!”

Tidak, aku tidak akan salah paham. Hanya saja caranya mengisi parit luar begitu kuat. Selain itu, jika dilihat dari sisi lain, over protektif itu adalah bukti kalau dia sangat mencintaiku, jadi aku tidak merasa buruk tentang itu. Tapi, gimana nih? Kalau sekarang aku mengatakan jika aku mendapatkan cokelat dari Nikaido, situasinya pasti akan jadi merepotkan.

“Tolong dengar aku, Yuya-kun! Intuisiku telah membunyikan alarm! Aku yakin kalau Nikaido-san——”

Sambil memegang bahuku, Kaede-san menatapku dengan ekspresi rumit yang merupakan campuran dari kecemasan dan ketidaksabaran.

“——Memangnya aku kenapa?”

Baru saja dibicirakan, Nikaido sudah kembali kelas dengan membawa kantongan besar di kedua tangannya. Terkejut dengan kembalinya Nikaido yang begitu tiba-tiba, Kaede-san dengan cepat langsung menyembunyikan diri di belakangnku. Ngomong-nogmong, mengapa dia membawa kantongan besar itu?

“Oh, ini? Semua ini diberikan padaku saat aku kembali dari kamar mandi. Bagaimana, luar biasa sekali, kan?”

Sambil tersenyum masam, Nikaido dengan lembut meletakkan hadiah yang diberikan untukknya di atas meja. Tentunya, hadiah itu memang sangat banyak. Ya ampun, berapa banyak sih penggemar yang dia punya?

“E-Erm! Apa di sini ada Nikaido Ai-san!?”

Seorang siswi meneriakkan nama Nikaido di depan pintu, dan di tangan siswi itu, ada bungkusan merah muda yang cantik.

“Aku di sini, apa kau punya urusan denganku?”

Perlahan melambaikan tangannya, Nikaido berjalan menghampiri siswi itu. Kemudian, caranya yang menyilangkan tangannya dan tersenyum lembut itu..., benar-benar layak untuk disebut pangeran tampan.

“E-Ern! Aku membuat cokelat untukmu Nikaido-san, kumohon terimalah!”

Siswi tersebut kemudian memberikan sebuah kotak kepada Nikaido sambil menundukkan kepalanya. Melihat itu, Nikaido...

“Makasih udah memberikanku ini. Mungkinkah, ini buatan tangan?”

“Ya, aku telah melakukan yang terbaik dalam membuatnya seharian, tapi aku tidak yakin apakah rasanya akan enak atau tidak...”

“Fufufu, jika kau telah melakukan yang terbaik untuk membuatnya, maka tidak mungkin rasanya tidak enak. Aku akan memakannya, terima kasih.”

Setelah mengatakan itu, Nikaido dengan lembut membelai rambut siswi tersebut. Siswi yang dibelai itu kemudian menunduk lagi dengan wajah yang merah padam dan setelahnya pergi dari kelas kami. Sudah cukup lama aku tidak melihat alasan mengapa Nikaido disebut sebagai pangeran, tapi setiap kali kulihat, itu selalu saja buruk untuk jantung.

“...Kenapa, Yoshizumi. Apa ada yang ingin kau katakan padaku?”

“Tidak ada, pasti sulit bagimu untuk menjadi gadis yang populer.”

“Begitulah, meskipun aku juga sebenarnya berada di sisi yang memberikan. Sungguh, ini benar-benar lucu.”

[Catatan Penerjemah: Maksudnya ‘sisi yang memberikan’ itu karena Nikaido adalah gadis, jadi di hari Valentine dia berada di sisi yang memberikan cokelat atau hadiah. Kalau laki-laki saat White Day.]

Mengatakan itu, Nikaido mengangkat bahu dan menegakkan tubuhnya. Yah, Nikaido adalah seorang gadis, tapi dia memiliki aura seorang pangeran. Dia memiliki style yang bagus, dia juga ace dari klub basket, bahkan perilakunya pun sangat baik, dia benar-benar layak disebut sebagai seorang pangeran. Jadi yah, tidak heran kalau dia sangat populer di antara para gadis.
 
“Siapa juga yang mau jadi pangeran. Bahkan aku juga selalu ingin menjadi seorang tuan putri, tau?”

Dia melipat tangannya dan mendengus. Heeh, jadi Nikaido juga ingin menjadi tuan putri, ya? Yang menjadi pihak lain pasti akan kesulitan. Bisa-bisa posisinya sudah akan terbalik sebelum disadari.

“Gini-gini aku juga seorang gadis, tau..., apa kau ingin aku membuktikannya?”

“...Yah, yah, kau sudah membuktikannya, Nikaido.”

Secara tidak sadar aku menutupi wajahku dengan tanganku. Nada dan gerakannya berbeda dari biasanya, jadi meskipun aku tahu kalau dia hanya ingin melakukan lelucon, tapi jika dia melakukannya secara langsung di depanku, pastinya aku akan malu. Kalau Kaede-san yang melakukannya, itu akan lucu dan imut, tapi kalau Nikaido, itu keren dan membuatku jadi merasa deg-degan.
 
“Uu..., seperti yang kupikirkan, kalian berdua benar-benar dekat...”

Bersembunyi di belakang punggungku, Kaede-san bergumam sambil sedikit menggembungkan pipinya. Di sisi lain, mata Nikaido tampak membelalak untuk sejenak sebagai tanggapannya pada perkataan Kaede-san, tapi kemudian dengan segera dia menyeringai.

Kaede-san tampak seperti anak kucing yang melakukan yang terbaik untuk tetap waspada, sedangkan Nikaido tampak seperti kucing dewasa yang belagu dan percaya diri.  Buset dah, apa-apan coba dengan situasi ini? Ini sudah seperti situasi perang yang memperebutkan wilayah.

“Tidak, bukankah ini lebih bisa disebut sebagai pertempuran untuk memperebutkan Tuan daripada pertempuran untuk memperebutkan wilayah?”

Diamlah Shinji, dan juga jangan tertawa. Jangan mencoba membawa situasi ini menjadi semakin rumit.

“Fufufu. Aku dan Yoshizumi hanyalah teman yang duduk bersebalahan. Hubungan kami tidak seperti yang kau bayangkan, tau, Hitotsuba-san? Benar kan, Yoshizumi?”

Merilekskan tubuhnya, Nikaido menatapku sambil tersenyum lembut. Kupikir dia harusnya tidak mendorongkan pertanyaan seperti itu kepadaku? Tapi yah, meskipun aku mendapatkan cokelat darinya, apa yang dia katakan itu benar, jadi aku menganggukkan kepalaku dengan jujur.
 
Akan tetapi, seolah-olah merasakan sesuatu, ekspresi Kaede-san berubah dari yang awalnya mengintimidasi menjadi ekrepsi yang curiga. Saat aku bertanya-tanya apakah aku bisa memastikan maksud dari ekspresinya, bel berbunyi, menandai bahwa sesi pelajaran akan dimulai.

“Bel sudah berbunyi, jadi ayo kita kembali ke kelas, Kaede-chan! Baiklah, sampai jumpa lagi saat jam istirahat makan siang!”

“H-Hei! Jangan tarik-tarik aku, Akiho-chan! Kalau begitu, sampai nanti, Yuya-kun!”

Aku melambaikan tanganku pada Kaede-san saat Otsuki-san mencengkram lehernya dan membawanya pergi seperti anak kucing. Hm, ada apa, Nikaido? Apa kau ada masalah denganku?

“...Tidak, tidak ada.”

Kumohon, Nikaido-san. Tolong jangan beri aku tatapan yang dingin seperti itu. Shinji juga, tolong katakanlah sesuatu.
 
“Di sini kau benar-benar buruk, Yuya. Kau benar-benar tidak jelas, padahal kau sudah secara tidak sadar menciptakan suasana stroberi.”

Apaan coba itu suasana stroberi? Jelaskan padaku, Shinji!

“Itu benar, yang dikatakan Higure memang benar. Kau sungguh orang yang tidak berguna, Yoshizumi.”

Nikaido tersenyum, tapi entah mengapa ada kesan melankolis yang datang darinya.

---

Waktu isitrahat makan siang, empat jam setelah aku diberitahukan untuk jangan secara tidak sadar menciptakan suasana stroberi.

Kami berempat sedang makan siang di kantin. Ngomong-gomong, tadi aku mengajak Nikaido untuk bergabung dengan kami, tapi dia mengatakan ‘Maaf, tapi aku tidak bisa bergabung dengan kalian.’

Topik yang kami bicarakan saat ini adalah tentang kemah pelatihan ekstrakurikuler yang akan dimulai minggu depan selama tiga hari dua malam.

Tempat kemah pelatihan yang akan kami datangi adalah fasilitas resort yang dibangun seperti kota-kota Inggris abad pertengahan di situs yang luas, berdasarkan konsep tinggal di Inggris tanpa paspor. Tempat itu juga terkenal sebagai tujuan wisata karena sering digunakan sebagai lokasi syuting drama TV.

Ngomong-ngomong, kami akan bermain ski di sana, tapi karena selama hidupku aku tidak pernah terlibat dalam olahraga salju, jadi aku tidak punya peralatan apapun yang diperlukan untuk itu. Aku harus mempersiapkannya sesegara mungkin. Aku ingin tahu, apa tabunganku dari pekerjaan sambilanku di musim panas akan cukup?

“Oh iya, aku sudah menyiapkan satu set pakaian untukmu Yuya-kun, jadi kau tidak perlu mengkhawatirkan itu. Ngomong-ngomong, itu couple-an denganku!””

Tau-tau saja, itu sudah disiapkan oleh Kaede-san. Ketika aku bertanya seperti apa itu, dia menunjukkanku sebuah foto. Desainnya menampilkan blok warna yang berani dengan warna serupa yaitu biru sederhana dan biru muda. Ngomong-ngomong, punya Kaede-san berwarna merah dan merah muda.

“Aku memberitahukan ayahku tentang hal ini dan dia dengan senang hati membelikannya! Dia juga sangat bersemangat karena dengan ini dia akan bisa bermain ski bersama kita di suatu hari nanti!”

“Seriusan..., ini artinya aku harus bisa bermain ski sampai batas tertentu! Apa yang harus kulakukan, Kaede-san?”

“Tidak perlu khawatir! Pada hari itu aku akan mengajarimu secara empat mata! Jadi serahkan saja padaku!”

Oh, sungguh kata-kata yang bisa diandalkan! Kaede-sensei, tolong beri aku bimbingan sebagai seorang pemula!

“Fufufu. Aku akan mengajarimu dengan lembut dan hati-hati, jadi jangan khawatir. Ehehehe... saat kau akan jatuh, aku akan memegangmu dan kita akan berpelukan di atas salju... Ehehehe....”

Yosh. Aku akan berhati-hati untuk tidak jatuh di depan Kaede-sensei. Dikatakan bahwa saat kau jatuh, maka kau harus mencodongkan tubuhmu ke depan, tapi di depan Kaede-san, jangan ragu-ragu untuk jatuh dengan menghantamkan pantat. Kalau cuman berduaan sih mungkin masih tidak masalah, tapi kalau di depan umum akan sangat memalukan untuk jatuh dan berpelukan di atas salju.

“Sepertinya kau tidak bisa mengendalikan suasana stroberi ya, Yuya. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi padamu.”

“Aku tidak menyangka kalau Yoshi itu orangnya spontan.  Kaede-chan, lakukanlah yang terbaik!”

“Tidak mungkin... aku tidak akan bisa tahan jika dia jatuh saat aku tidak menduganya...”

Kaede menunduk, dan tidak hanya wajahnya saja, tapi telinganya juga terlihat merah padam. Aku tidak berpikir kalau aku telah mengatakan sesuatu yang aneh, tapi tolong katakan padaku kalau aku ada melakukan itu, Shinji-senpai!

“Begini, kan kau mengatakan kalau itu akan memalukan jika berpelukan di depan semua orang, tapi jika hanya berduaan tidak masalah, siapun yang diberitahu itu pasti akan merasa malu, kan? Kami yang mendengarkan ini saja entah kenapa jadi malu juga.”

“Itu benar, Yoshi! Berkat ucapan stroberi yang kau ucapkan secara tidak sadar itu, HP kami sudah mecapai 0 tau! Aku jadi iri pada Ai-chan karena dia tidak ada di sini bersama kita!”

Guaaagh, Otsuki-san merosotkan tubuhnya diatas meja seoalah-olah muntah darah. Kalau Nikaido ada di sini, dia pasti akan menunjukkan senyum archaic dan mengatakan, “Bisakah kau melakukannya di tempat lain?”

“.........”

Saat aku memikirkan hal itu, raut sepi yang Nikaido tunjukkan padaku saat ketika dia menolak undangan untuk ikut makan siang muncul di benakku.

“Ada apa, Yuya-kun?”

Dengan ekspresi pentuh tanya, Kaede-san menanyakan itu padaku. Terhadapnya, aku tersenyum dan mengatakan untuk tidak perlu khawatir, kemudian aku berdiri dari kursiku.

“Maaf, aku baru ingat kalau aku ada sedikit urusan, jadi aku akan kembali ke kelas dulu. Sampai nanti ya, Kaede-san.”

“Yuya-kun..., apa hari ini juga kita bisa pulang bareng lagi?”

Saat aku akan pergi, Kaede-san menarik lengan bajuku, kemudian menanyakan itu dengan suara pelan yang semakin lama semakin pelan. Terhadapnya yang seperti itu, dengan lembut aku menepuk kepalanya.

“Tentu saja. Ayo kita pulang sama-sama lagi hari ini.”

“——Yay!”

Awan gelap yang menyelimutinya menghilang, dan wajah Kaede-san kembali tersenyum cerah. Setelah menepuk kepalanya sekali lagi, aku pergi dari kantin dan menuju ke suatu tempat.

---

[Catatan Penerjemah: Ini sudut pandang, Nikaido Ai.]

Aku berada di atap sekolah, di bawah langit yang dingin. Ini adalah hari yang cerah dan tidak berawan, tapi tidak banyak siswa yang akan berpikir untuk bersantai di udara dingin pertengahan musim dingin yang menusuk kulit mereka. Karenanya, sekarang aku bisa sendirian di sini tanpa diganggu oleh siapapun.

“Haa~... aku juga mau menjadi tuan putri.”

Menatap ke arah langit, aku menghela nafas. Padahal kupikir dia hanyalah anak laki-laki yang mudah diajak bicara karena kami duduk bersebelahan dan memiliki hobi yang sama, tapi aku tidak menyangka kalau dia akan menjadi anak laki-laki yang kusukai.

“Butuh waktu lama bagiku untuk menyadari itu. Parahnya lagi, pada saat aku menyadarinya, itu sudah terlambat.”

Sambil merapikan poniku, aku mencela diriku sendiri. Saat bersama Yoshizumi, aku merasa sangat nyaman. Dia juga sangat mudah diajak bicara dan memiliki selera humor yang tinggi. Reaksinya sangat lucu sehingga aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menggodanya, dia sudah seperti sahabatku. Seperti itulah yang harusnya terjadi, tapi semuanya berubah sejak kemunculan Hitotsuba-san.

“Apa ini yang dimaksud dengan tahu goreng diambil oleh layang-layang hitam? Tidak, kurasa sejak awal ini adalah salahku sendiri karena tidak menyadari betapa pentingnya keberadaan tahu goreng itu.”

Saat dia berbicara dengan Hitotsuba-san, Yoshizumi tampak natural dan ekspresif, dan dia terlihat lebih bahagia daripada yang pernah aku lihat. Melihatnya yang seperti itu, aku merasa sangat sedih. Dan aku iri pada Hitotsuba-san yang bisa tersenyum bersamanya disampingnya.

Andai saja aku menyadari perasaanku lebih awal, aku mungkin akan berada di sisi Yoshizumi, tapi tidak peduli seberapa banyak aku berpikir seperti itu, itu sudah terlambat,

Di tempat pertama, aku bahkan tidak secantik Hitotsuba-san. Selain itu, mereka sudah seperti rekan yang telah bersama selama bertahun-tahun, dan tidak memiliki ruang untuk disela.

“Cokelat itu... kurasa harusnya aku tidak memberikannya.”

Seperti biasa, aku dengan bercanda mengatakan sesuatu yang normal dan memberikannya padanya, tapi kuharap aku bisa memberitahunya bahwa aku sangat bekerja keras dalam membuatnya sambil memikirkannya.

“Sungguh... aku benar-benar menyedihkan...”

Aku memegang dadaku yang terasa sesak. Ayo, tenanglah, Nikaido Ai. Jika kau kembali kelas dalam keadaan speerti ini, Yoshizumi pasti akan memperhatikanmu. Aku tidak ingin hal itu terjadi.

“—Akhirnya ketemu juga. Seperti yang kupikirkan, kau ada di sini, Nikaido.”

“M-Mengapa kau ada di sini, Yoshizumi...”

Aku berbalik ke belakang dan melihat pria yang paling tidak ingin kulihat saat ini berdiri di depan pintu menuju atap, Dia tampak tercengang dan kemudian menghela nafas sebelum menjawabku.

“Aku tidak sebegitu kejam sampai-sampai meninggalkan temanku yang mengalami kesulitan sendirian.”

Jawabannya sangat blak-blakan, tapi itu juga adalah caranya untuk menyembunyikan rasa malunya. Aku senang melihat kebaikannya itu, tapi di saat yang sama aku menyesal tidak bisa memonopolinya.

“...Fufufu, hebat juga kau bisa memperhatikan itu. Kupikir akhir-akhir ini kau hanya memiliki Hitotsuba-san saja di pikiranmu.”
 
Mencambuk hatiku hingga menangis, seperti biasa aku mengatakan hal-hal yang sarkastik kepadanya. Dia kemudian bersandar di pagar, dan berbicara...

“Yah, mungkin yang kau bilang itu benar, tapi bukan berarti aku tidak akan menyadari hal seperti ini. Bagaiamanapun juga, sudah hampir satu tahun kita berteman.”

Tidak hanya memperhatikanku, tapi dia juga menyadariku dengan baik. Aku bukanlah tuan putrinya, tapi setidaknya saat ini, tidak apa-apa kan kalau aku bersikap manja?

“Hei, Yoshizumi. Bolehkah aku bertanya padamu?”

“Tentu boleh... tapi kenapa kau harus minta izin mau nanya gitu?”

“Fufufu, jangan khawatirkan perihal itu. Hei, Yoshizumi. Apa yang akan kau lakukan jika aku mengatakan bahwa aku menyukaimu?”

Terhadap pertanyaanku yang terlalu mengejutkan, mata Yoshizumi tampak berkedip-kedip. Kupikir alasan mengapa wajah bingungnya saat ini tampak imut adalah karena aku jatuh cinta padanya.

“Hah..., eh, Nikaido-san? Apa sih yang kau bicarakan?”

“Eh, apa kau tidak mendengar apa yang kukatakan? Haruskah aku mengatakannya lagi?”

“Tidak perlu, Aku mendengarnya dengan baik jadi kau tidak perlu mengulanginya!”

Wajahnya tampak merah cerah, dan kemudian dia memalingkan wajahnya. Dia beberapa kali mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, dan kemudian mengarahkan pandangannya ke atas. Ekspresinya tampak serius.

“...Untuk menjawab pertanyaanmu itu——Maaf, Nikaido. Aku tidak bisa menaggapi perasaanmu. Karena aku..., aku punya orang yang kusukai.”

Aku sudah tahu kalau dia akan menjawab seperti itu. Atau malah, aku merasa segar karena dia mengatakan itu dengan jelas. Tapi, seperti yang kupikirkan, hatiku masih tetap merasa sakit. Namun demikian, aku tidak akan membiarkan dia mengetahui itu.

“Hahaha! Jangan terlalu serius begitu. Padahal aku bertanya padamu dengan maksud bercanda saja, tapi bukankah ini jadi terdengar seperti aku mengungkapkan perasaanku kepadamu dan kau menolakku?”

Aku tertawa dan memukul punggungnya seperti biasa.

“Oi, ada hal yang bisa dan tidak bisa untuk kau jadikan sebagai bahan candaan, tau! Eh, ntar dulu, jangan bilang padaku kalau kau yang sejak tadi pagi bertingkah aneh itu karena kau sengaja ingin membuat candaan ini?”

“Eh, apa akhirnya kau menyadarinya?”

Saat aku menjulurkan lidahku dan tertawa, wajah Yoshizumi sontak langsung menjadi merah dan kesal.  Tapi, aku tidak menanggapi kekesalannya itu dan merangkul bahunya lalu secara paksa mengubah topik pembicaraan.

“Nah, mengesampingkan tentang itu. Bagaimana kemajuan hubunganmu dengan Hitotsuba-san? Apa kau masih bergumul?”

“Tidak..., aku tidak bergumul lagi. Sekarang aku hanya sedang mencari waktu yang tepat. Ngomong-ngomong, kau terlalu dekat denganku! Menajauhlah!”

Ya ampun, hei, jangan meronta-ronta seperti itu. Tapi..., waktu yang tepat, ya? Apa dia sedang meemikirkan suasana yang pas dengan caranya sendiri? Kalau begitu, aku akan memberitahunya semua tentang angan-anganku.

“Kalau aku sih, kurasa apa yang akan membuatku bahagia adalah situasi yang romantis. Seperti misalnya... di bawah langit berbintang? Membayangkan seseorang mengungkapkan perasaannya kepadaku dan bintang-bintang menjadi saksinya saja sudah membuatku sangat deg-degan.”

Saat aku mengatakan itu melaului bisikan di telinganya, Yoshizumi terkejut, dan wajahnya jadi merah lagi. Tapi, angan-anganku masih belum selesai.

“Setelah dia mengungkapan perasaannya, aku ingin dia memelukku dengan lembut. Dan sekali lagi, aku ingin dia menyatakan perasaannya dengan berbisik ‘Aku mencintaimu’ di telingaku.”

Ketika akhirnya aku menghembuskan napasku ke telinganya Yoshizumi, dia langsung melepaskan diri dari pengekanganku dan melompat menjauh.

“A-Apa yang tiba-tiba kau lakukan!? Aku jadi terkejut tau!”

Dia menjadi marah, dan sambil memegangi telinagnya dia berteriak dengan teriakan yang seperti teriakan seorang gadis.

“Fufufu, ini adalah kursus praktik dariku. Bagaimana? Apakah itu bisa membantumu?”

“Y-Yah..., kurasa begitu... Sial, inilah alasan kenapa kau yang disebut pangeran itu sangat menyebalkan.”

Dia masih terus menggerutu dan mengeluh dengan raut wajah yang juga masih memerah, tapi kemudian aku memberikan hadiah khusus berupa informasi kepadanya.

“Ngomong-ngomong, di kemah pelatihan minggu depan, kita akan punya waktu untuk mengamati langit berbintang, loh?”

“...Kemah pelatihan? Oh, aku mengerti!”

Tampaknya dia mengerti apa yang aku maksud. Event kemah pelatihan ini adalah spot yang cocok untuk dijadikan sebagai tempat mengungkapkan perasaan. Dan kudengar-dengar dari seniorku di klub, ada banyak sepasang kekasih yang mulai berpcaran melalui event ini ketika mereka masih kelas 1.

“Terima kasih, Nikaido. Berkatmu, aku sudah menetapkan keputusanku.”

“Baguslah kalau aku bisa membantumu. Semoga berhasil dalam pernyataan cintamu.”

[Catatan Penerejmah: Sad :( ]

“Haaa~... ngomong-ngomong, aku lega karena tampaknya kau baik-baik saja, Nikaido. Aku tidak menyangka kalau semua yang kau lakukan itu adalah untuk mengejutkanku. Jangan melakukan ini lagi, oke? Itu buruk untuk jantungku tau!”

Sambil mengangkat bahunya, dia berjalan menuju tangga. Oh, jadi waktu istirahat makan siang sudah mau berakhir, ya.

“Ada apa? Kalau kau tidak cepat-cepat kembali kelas, kau akan terlambat masuk loh?”

“Kau benar. Kalau gitu, ayo kita kembali ke kelas sama-sama...... Hei, Yoshizumi...”

“Hmm? Ada apa?”

“Umm, tidak apa-apa. Aku hanya menantikan balasan dari hadiah Valentine yang kuberikan padamu! Beri aku hadiah yang mewah, oke!”

Aku menepuk punggungku sendiri dan kemudian berlari menuruni tangga. Dari belakang, suara teriakan Yoshizumi membuatku senang.

Kau tahu, Yoshizumi. Aku mencintaimu karena kau itu orangnya lugas. Namun sayang, cintaku ini hanyalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Tapi satu hal yang pasti, aku tidak menyesal telah mencintaimu. Itu sebabnya...

“Mulai sekarang dan kedepannya, ayo terus berhubungan dengan baik, Yoshizumi!”

---

[Catatan Penerjemah: Sudut pandang Yoshizumi Yuya.]

Setelah menyelesaikan aktivitas klub, aku bergegas pergi ke gerbang sekolah sambil menghembuskan napas yang beruap putih. Aku yakin, Kaede-san pasti sedang menunggku di cuaca dingin ini.

“—Yuya-kun.”

Menyadari aku yang mendekatinya, Kaede-san berbalik ke belakang. Entah kenapa, wajahnya terlihat merasa lega. Ngomong-ngomong, hebat juga dia bisa tau kalau aku mendekatinya. Padahal aku berniat untuk membuatnya terkejut dengan mendekatinya secara perlahan.

“Fufufu, tentu saja aku bisa tau, soalnya sensor  di dalam diriku akan berbunyi ‘bip~bip’ ketika kau mendekatiku.”

Aku tidak tahu kalau Kaede-san memiliki sensor khusus seperti itu. Ini artinya, aku tidak akan bisa menyelinap dari belakangnya dan memeluknya.

“Fufufu, kau tidak perlu khawatir soal itu. Dalam situasi seperti itu, aku akan pura-pura tidak menyadari kehadiranmu. Atau malah, sekarang juga kau bisa memelukku dari belakang loh?”

“...Tidak, itu cukup memalukan...”

Bagaimanapun juga, ini adalah sekolah, dan meskipun tidak banyak orang yang masih berkeliaran di sini, tapi memeluk seseorang di sekolah bukanlah pemikiran yang baik.

“Aku gak mau tau...! Beri aku pelukan sekarang...”

Kaede-san meraih lengan bajuku dan kemudian berbisik dengan suara yang seperti menguap ke udara dan menghilang. Di matanya, tampak ada setetes air mata yang akan tumpah.

“Yuya-kun… Kumohon tetaplah di sisiku… Kumohon… teruslah berada di sisiku selamanya...”

Saat aku mendengar dia mengatakan itu, tau-tau saja, aku sudah memeluk dirinya. Aku mengerahkan semua kekuatanku dalam pelukan itu, dengan pikiran bahwa aku tidak akan pernah melepaskannya.

“Ya, aku akan selalu berada di sisimu, Kaede-san. Jadi, kau tidak perlu khawatir.”

Aku membelai kepalanya dengan lembut saat dia bertingkah layaknya bayi yang sedang menangis karena cemas. Tidak mungkin aku akan menghilang dari sisi Kaede-san, atau malah, itu adalah kalimat yang harusnya aku yang ucapkan.

Kau tidak tahu seberapa banyak dirimu telah menyelamatkan hatiku. Aku yang saat ini berada di sini adalah karena aku bertemu denganmu dan menghabiskan waktuku bersamamu. Tapi, mengapa kau berpikir seperti itu?

“Habisnya... kau itu adalah orang yang jauh lebih menarik daripada yang kau pikirkan.”

“Hm? Apa maksudmu?”

Saat aku bertanya dengan penuh kebingungan, mulut Kaede-san berkedut seolah-olah dia sedang kesal. Eh, apa sekarang dia telah memasuki mode merajuk?

“...Yuya-kun. Kau mendapatkan cokelat dari Nikaido-san, kan?”

Eh, kenapa Kaede-san bisa tahu tentang itu!?

“...Itu adalah intuisi wanita.”

Dia mengembungkan pipinya seolah-olah untuk menunjukkan bahwa dia sedang marah, dan aku hanya bisa memalingkan kepalaku darinya sambil memikirkan apa yang mesti kulakukan di sini.

“Uuugh... seperti yang kupikirkan, kau mendapatkan cokelat darinya. Kalau kulihat-lihat, Nikaido-san itu...”

Ada apa dengan Nikaido? Tidak ada apa-apa antara aku dengan dia, malahan, tadi dia justru menceramahiku di bawah cuaca dingin. Tapi yah, berkat ceramah darinya, akhirnya aku sudah menetapkan keputusanku.

“Hm, keputusan apa yang sudah kau tetapkan, Yuya-kun? Eh, mungkinkah itu——!”

“Udah diam—! Jangan bilang apa-apa—! Aku sudah kelaparan nih, ayo kita cepat-cepat pulang!”

Ini sedikit disesalkan, tapi mau tak mau aku melepaskan Kaede-san dari pelukanku dan mulai berjalan. Sekarang saja aku sudah mersa sangat malu, tapi kalau topik tentang itu sampai diungkit-ungkit, itu akan menjadi merepotkan,

“Loh, kok kau malah pergi sih! Paling tidak ayo kita berpegangan tangan!”

Sebelum aku bisa menjawabnya, Kaede-san meraih tanganku dan menjalinkan jari-jarinya dengan jariku. Kemudian, dia menatapku dengan wajah yang menyeringai.

“Uhufu, akhirnya kau sudah menetapkan keputusanmu ya, Yuya-kun...”

Maaf untuk mengatakan ini, tapi caramu tertawa itu menyeramkan tau, Kaede-san.

“Kau tau, Yuya-kun, aku merasa senang. Kau yang sampai saat ini terus melarikan diri dariku, akhirnya sudah memutuskan untuk mandi bareng denganku!”

“...Hah?”

Setelah mengalami jeda untuk sesaat, aku kemudian memberikan respon yang agak keluar dari karakterku. Apa sih yang orang ini bicarakan?

“Di hari yang cuacanya dingin seperti ini, mandi bareng memang akan menyenangkan! Sayangnya kali ini kita akan mandi di rumah, tapi ini juga akan menjadi latihan ketika nanti kita akan pergi ke penginapan dan mandi bareng di sana!”

Sambil mendengus, Kaede-san mengepalkan tangannya. Aku yakin, saat ini dia pasti memiliki imajinasi yang liar di kepalanya. Buktinya, pipinya memerah dan badannya menggeliat.

“Ehehehe... aku akan menyeka badanmu dna kemudian berendam sambil memelukmu... Eheheh, itu benar-benar yang terbaik!”

“...Sudah cukup, jangan banyak berimajinasi.”

Imajinasinya terlalu berlebihan, jadi aku melayangkan sentilan ke kepalanya untuk menariknya kembali ke kenyataan. Tapi..., mandi bareng dengan Kaede-san, ya? Itu benar-benar berbahaya, hanya memikirkannya saja sudah membuatku merasa seperti akan mimisan.

“Uuu... apa sih yang kau lakukan? Ayo kita mandi bareng. Biarkan aku menyeka badanmu!”

“...Kau bisa melakukan itu nanti di suatu hari. Sekarang sudah mau larut, jadi ayo kita cepat pulang.”

Aku berjalan dengan cepat, sambil berusaha untuk tidak menatap wajah Kaede-san. Aku terlalu malu untuk menatap langsung ke arahnya karena baru saja aku memikirkan sesuatu yang aneh.

“...Jangan lepaskan aku ya, Yuya-kun.”

“Tentu saja. Tanpa kau beritahu pun, aku tidak akan melepaskanmu.”

Dengan tangan yang saling bergenggaman dengan erat, kami berjalan pulang.

---

Sebelum waktunya untuk tidur.

Sambil bersantai di ruang tamu, aku membuka kotak pembungkus cokelat yang kudapatkan dari Nikaido. Ngomong-ngomong, sekarang Kaede-san lagi mandi. Dia meneriakiku untuk mandi bareng dengannya, tapi aku dengan sopan menolak dan mendorongnya masuk ke kamar mandi.

Di dalam kotak itu ada kartu. Dalam tulisan tangan yang indah, di kartu itu ada tertulis ‘Panaskan dulu sebelum kau memakannya.’

“...Ini benar-benar cokelat yang sempurna untuk diberikan kepada seorang yang hanya teman bersebalahan tempat duduk.”

Saat aku membuka kotak itu, aku mendapati cokelat fondant yang indah. Apalagi, cokelat itu berbentuk hati. Aku penasaran tentang wajah seperti apa yang Nikaido tunjukkan ketika dia membuat cokelat ini, tapi pertama-tama aku memanaskan cokelat itu di microwave sesuai dengan yang dia perintahkan melalui kartu.

Kemudian, saat aku dengan lembut memasukkan garpu ke dalam kue yang sudah agak panas dan memotongnya, cokelatnya meleleh ke dalam kue. Aroma euforia menggelitik lubang hidungku, dan di saat yang sama, desainnya yang rumit membuatku tertawa.

“Apa yang kau katakan dan apa yang kau buat ini benar-benar berantakan, Nikaido.”

Aku menyendok cokelat yang meleleh dan menaruhnya di atas kue sebelum memakannya. Tekstur adonan yang lembab dipadu dengan cokelat membuatnya terasa sangat enak. Dan karena ukuran kuenya kecil, jadi aku bisa langsung memakannya, tapi....

“—Rasanya terlalu manis, Nikaido.”

Ini lebih manis daripada cokelat mana pun, dan rasanya seolah-olah dipaksa untuk terus bertahan di dalam mulut selamanya. Ini adalah hadiah Valentine yang benar-benar khas dari karakternya Nikaido.



Sebelumnya || Daftar Bab || Selanjutnya
close

25 Comments

  1. Lapor capten, pejuang kita telah gugur, mohon segera memberikan penghormatan dan merangkulnya.

    ReplyDelete
  2. Makasih min lanjut terus semangat

    ReplyDelete
  3. Putar lagu "badut" baca ini, feel nya bener" dapet :(

    ReplyDelete
  4. Yah gimana emang sad sih tapi emang bener si Nikaido telat menyadari perasaannya

    ReplyDelete
  5. apa cuman menurut gua aja ya sebenernya si yuya itu tau perasaan nikaido cuman kek ngehindar aja gitu

    ReplyDelete
  6. Yaelah kemana aja lo taun kemarin bru mau nyerang mc sekarang, padahal udh ad yg dia sukai

    ReplyDelete
Previous Post Next Post