Saijo no Osewa Volume 2 - Bab 8

Bab 8
Ojou-sama yang akhir-akhir ini aneh


Sebisa mungkin meredam suaranya saat bangkit dari tempat tidur, Hinako kemudian menatap Itsuki yang tertidur dengan menyandarkan punggungnya di sisi tempat tidur.
 
“...Mungkin ini pertama kalinya aku melihat wajah tidurnya.”

Karena rasa lelah yang ia dapatkan dari aktingnya sehari-hari, Hinako akan pergi tidur kapanpun dia bisa tidur. Karenanya, meskipun orang lain bisa melihat wajah tidurnya, dia pribadi jarang memiliki kesempatan untuk melihat wajah tidur orang lain.

“Apa dia kelelahan...?”

Kalau dipikir-pikir kembali, hari ini Itsuki tampak lebih mengantuk daripada biasanya saat tadi dia duduk di meja belajarnya. Dan karena Hinako sangat memahami perasaan ingin tidur saat merasa kelelahan, jadi dia memutuskan untuk tetap membiarkan Itsuki tidur.

Kemudian, Hinako mulai melihat-lihat barang yang tersebar di meja belajar. Setelah dia melirik rumus yang tertulis di buku catatan Itsuki, dia tiba-tiba melihat suatu buku.

“Ini..., apa ini buku panduan seorang pengurus?”

Hinako mengambil buku tebal itu dan kemudian mulai membalik-balik halamannya.

Awalnya, tidak ada yang namanya buku panduan untuk seorang pengurus seperti buku itu. Namun, karena adanya pergantian personel yang cepat dan dibutuhkan terlalu banyak wakut serta usaha untuk menjelaskan rincian dari pekerjaan ini secara lisan, jadi dibuatlah buku panduan itu.

Di dalam buku panduan tersebut, terdapat memo yang di tempel di beberapa halaman serta stabilo yang menekankan poin-poin yang mesti diperhatikan.

Saat Hinako terfokus melihat pada satu memo, dia melihat di memo tersebut ada tertulis beberapa merk es krim kesukaannya. Di sebelah nama-nama merk es krim itu juga ada catatan yang menusliskan. “Belilah ketika aku bisa membelinya dan simpan di kulkas di kamarku!”.

Membaca memo tersebut, Hinako merasakan dadanya terasa sesak. Tapi, sebelum rasa sesak di dadanya itu sempat menghilang, ada seseorang yang masuk ke dalam kamar.

“Ojou-sama?”

Orang itu adalah Shizune, dan dia berjalan menghampiri Hinako dengan raut wajah yang tampak penasaran.

“Aku melihat pintu kamar ini terbuka, jadi aku penasaran untuk masuk dan melihat apakah ada sesuatu yang terjadi, tapi...”

“...Ssssttttt.”

Hinako mengangkat jari telunjuknya ke depan bibirnya dan mengalihkan pandangannya ke arah Itsuki yang sedang tertidur.

Mengikuti arah pandangan Hinako, Shizune kemudian langsung mengerti situasi saat ini.

“Ya ampun, bagaimana bisa dia menjadi pengurus yang baik jika dia tertidur lebih dulu daripada anda.”

Meskipun Shizune berkata demikian, namun ekspresi di wajahnya tidak tampak kalau dia sedang marah.

Shizune mungkin juga bisa mengerti kerja kerjas yang Itsuki lakukan akhir-kahir ini.  Namun demikian, karena pada dasarnya Itsuki adalah seorang yang selalu serius, jadi bahkan jika Shizune tidak mengatakan apa-apa, ketika dia bangun nanti, secara alami dia pasti akan merenungkan soal ini.

“Ojou-sama, kalau anda mau, saya bisa menuntun anda kembali ke kamar anda.”

“...Mm.”

Hinako menganggukkan kepalanya, dan meninggalkan kamar Itsuki bersama Shizune.

“Shizune.”

“Ya.”

“...Ada yang aneh dengan diriku.” Bergumam pelan seperti itu, Hinako lanjut berbicara. “Meskipun aku merasa senang bahwa Itsuki adalah pengurusku...., tapi, entah mengapa pemikiran bahwa aku diurus oleh Itsuki memberiku perasaan yang tidak nyaman.”

“...Perasaan tidak nyaman?”

Kalau itu dulu, maka Shizune pasti akan mencurigai ada sesuatu yang salah dengan Itsuki, tapi sekarang dia tidak akan seperti itu. Mereka telah bekerja di bawah atap yang sama selama lebih dari satu bulan, jadi Shizune tahu betul kalau Itsuki-san adalah seorang yang tulus.

“Apa anda tidak puas dengan fakta bahwa Itsuki-san adalah pengurus anda?”

“...Bukan begitu.”

Hinako menggelengkan kepalanya, namun ekspresinya tampak gelisah.

Saat mereka terus berbicara seperti itu, mereka sampai di depan kamar Hinako, dan saat Shizune membuka pintu, dengan perlahan Hinako berjalan masuk ke kamarnya.

“Bukan begitu, tapi..., kupikir, menjadi pengurusku saja tidaklah cukup.”

Hinako merobohkan tubuhnya ke tempat tidur, dan kemudian menempatkan lengannya di atas kelopak matanya saat dia mencurahkan kecemasannya.

“Apa alasan Itsuki yang mau mendengarkan kata-kataku adalah karena itu merupakan pekerjaannya?”

Setelah mendengar kata-kata itu, Shizune jadi menyadari apa yang sebenarnya di cemaskan oleh Hinako. Hal itu secara tidak sadar ingin membuatnya jadi tersenyum, tapi dia tetap bisa menahan perubahan ekspresi di wajahnya.

“Anda tidak perlu khawatir.” Dengan nada suara yang lembut, Shizune lanjut berbicara. “Karena alasan mengapa Itsuki-san mau berada di sisi anda bukanlah hanya karena itu adalah pekerjaannya.”

“...Sungguh?”

“Ya, namun, kurasa itu akan memakan waktu yang cukup lama sebelum anda bisa mengerti itu.”

Awalnya, Itsuki yang menerima pekerjaan untuk menjadi seorang pengurus ini adalah karena dia tidak punya uang. Tapi jika yang dia pikirkan hanyalah uang, maka dia harusnya tidak akan mau memprotes Kagen dan kembali bekerja menjadi pengurus lagi. Itsuki saat ini tidaklah seperti dia di masa lalu. Saat ini, Itsuki menjadi pengurus Hinako dengan perasaan bahwa itu adalah sesuatu yang lebih daripada pekerjaannya.

Namun masalahnya, Hinako tidaklah peka pada bagian yang penting seperti itu. Padahal harusnya, hal itu merupakan sesuatu yang mudah dia mengerti jika dia memikirkannya dengan baik.

“Tapi ngomong-ngomong, ini yang pertama kalinya ya anda berkonsultasi secara pribadi seperti ini pada saya.”

“...Begitukah?”

“Ya.”

Hmm? , memiringkan kepalanya, Hinako mulai mengingat-ngingat masa lalu.

Shizune sontak tersenyum saat ia melihat adegan ini. Di dalam hatinya, dia merasa senang saat menyaksikan putrinya yang kian tumbuh semakin dewasa.

“...Duh, apasih yang kupikirkan. Ingat, aku ini masih seorang mahasiswi, aku masih belum bisa menjadi seorang ibu.”

Kemudian, melihat Hinako yang tau-tau saja sudah tertidur, Shizune memasangkan selimut kepadanya dan meninggalkan kamar Hinako.



close

16 Comments

Previous Post Next Post