Bab 10
Hari Pertama Kemah Pelatihan Ekstrakulikuler ①
Tenggelam dalam rencana sendiri di dalam perjalanan bus
Akhirnya, pagi dimana dimulainya hari kemah pelatihan ekstrakulikuler pun tiba.
Seperti biasanya, aku dan Kaede-san pergi bersama-sama ke sekolah.
Untuk menuju ke tempat kemah pelatihan, kami akan melakukan perjalanan selama tiga setengah jam dengan menggunakan bus yang dibagi per kelas, tapi Kaede-san tampaknya merasa tidak puas dengan aturan itu.
“Hei, Kaede-san, tidakkah menurutmu akan sulit untuk berjalan jika kau memegang lenganku dengan begitu erat? Kita juga punya barang bawaan yang kita bawa, tau?!”
“Bodo amat! Lagian untuk tiga setengah jam kedepan aku tidak akan bisa bersamamu! Issh, padahal ‘kan kita mau bepergian dengan bus, tapi kita malah harus dipisah-pisahkan, kalau kayak gini ‘kan nanti aku jadi kesepian!”
Aku bisa mengerti perasaanmu, tapi ‘kan biasanya kita memang tidak banyak menghabiskan waktu bersama-sama di sekolah karena kita berada di kelas yang berbeda dan aku ada aktivitas klub. Dibandingkan dengan itu semua, bukankah tiga setengah jam itu cuman sebentar?
“Ini dan itu berbeda, tau! Makanya aku tidak akan bisa tahan selama tiga setengah jam tanpa kamu. Aku maunya berbicara, melihat pemandangan, dan melakukan banyal hal lainnya bersamamu saat di dalam bus, tapi..., Sensei-nya juga terlalu keras kepala!”
Lah? Kok kamu malah nyalahin sensei? Sebaliknya, jika siswa-siswi bisa seenaknya mau menaiki bus yang mana, nantinya malah akan merepotkan untuk melakukan absen, jadi kupikir aturan ini adalah hal yang bagus.
Tapi yah, meskipun dibilang absen, namun itu hanya cukup dengan memastikan kehadiran satu sama lain. Karenanya, aku cukup yakin tidak akan ada masalah dalam melakukan absen sekalipun bus-nya tidak dibagi per kelas, tapi kupikir aku tidak perlu mengatakan itu.
“Isshh..., dasar tidak berperasaan...”
Jika bisa, aku pribadi juga mau naik bus bersama Kaede-san. Karena bagaimanapun juga, aku merasa bahwa keberadaannya telah menjadi begitu besar dalam diriku. Semenjak kami mulai menghabiskan waktu kami bersama-sama dan mulai tidur sambil berpelukan, perasan itu jadi semakin meningkat di dalam diriku. Eh, tunggu dulu, apa ini artinya aku akan tidur tanpa bisa merasakan kehangatannya Kaede-san selama tiga hari dua malam kedepan?
“Aku..., aku sudah mencapai titik dimana tubuhku tidak akan bisa puas tanpa adanya kamu, Yuya-kun...”
“Bisakah kau lebih berhati-hati lagi terhadap cara pengucapanmu? Mungkin yang kau itu memang tidak salah, tapi itu bisa menyebabkan kesalahpahaman, jadi itu harus dikoreksi!”
Sudah lebih dari seminggu semenjak kami mulai tidur berdampingan di tengah ranjang. Beberapa hari pertama aku merasa sangat gugup sampai-sampai aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, tapi sekarang aku sudah benar-benar terbiasa dalam merasakan kehangatan tubuhnya saat aku tertidur. Malahan, tidaklah berlebihan untuk mengatakan kalau tubuhku tidak akan bisa merasa puas untuk tidur jika dia tidak tidur bersamaku.
“Tapi jangan mengatakannya seperti itu karena orang-orang bisa menjadi salah paham! Jadi, jangan terlalu terbawa suasana sampai mengatakan sesuatu yang tidak perlu, oke?!”
“Aku tahu, aku akan berhati-hati tentang itu. Kau sendiri juga harus berhat-hati supaya tidak keceplosan oleh pertanyaan menuntunnya Higure-kun. Yah, aku sih tidak keberatan sekalipun itu terjadi.”
Kami bebas untuk memilih tempat duduk kami di dalam bus, jadi aku pasti akan memilih tempat duduk di sampingnya Shinji. Atau lebih tepatnya, duduk di samping anak laki-laki lain akan menjadi suatu siksaan bagiku, dan tidak diragukan lagi kalau aku akan dibombardir dengan berbagai pertanyaan dimana aku tidak akan memiliki cara untuk melarikan diri jika aku duduk bersama anak laki-laki selain Shinji.
“Kalau aku rencananya mau duduk disampingnya Akiho-chan, jadi nanti kami bisa mengobrol banyak hal dalam perjalanan. Yah, kurang lebih kami akan membual tentang kelebihan-kelebihan dari pacar masing-masing.”
Apa-apaan coba itu, kalian mau membicarakan aku dan Shinji di saat kami tidak ada? Dan karena itu terjadi di dalam bus, maka tak pelak kalau gadis-gadis yang duduk di sekitar kalian akan mendengar pembicaraan kalian dan jadi ikut nimbrung, kan? Eh, bagaimana kau akan membicarakan tentangku?
“Hmm... ‘Kau itu seorang yang bisa bekerja keras lebih dari siapa pun. Seorang dengan hati yang kuat yang tidak menyerah pada keputusasaan. Seorang yang peduli. Seorang yang jago masak. Seorang yang tidak bisa berterus terang, dan ada beberapa bagian kikuk dari dirinya, tapi dia adalah seorang yang sangat baik dan akan mengatakan kalau dirinya peduli padaku...’ Yah, kurang lebih itulah yang ingin kubualkan. Hmm, ada apa, Yuya-kun? Kok kamu memalingkan wajahmu? Kenapa kau tidak mau menatapku?”
Mana bisa aku menatapmu sekarang. Bagaimana bisa kata-kata pujian terus keluar dari mulutmu? Aku ‘kan jadi sangat malu dibuatnya. Perasaan panas benar-benar terkonsentrasi di pipiku sampai-sampai aku tidak bisa percaya kalau ini adalah pagi di musim dingin. Malahan, telingaku juga sampai terasa panas. Duh, apa yang harus kulakukan? Sebentar lagi kami akan sampai di sekolah, jadi tidak mungkin aku bisa muncul dengan ekspresi wajah seperti ini?!
“Fufufu, itu karena aku selalu memikirkanmu. Aku juga ingin tahu apa yang akan kau katakan ketika Higure-kun bertanya padamu tentang apa yang kau sukai dariku. Aku sangat menantikan itu!”
Tunggu dulu, bukankah ada yang aneh dari caramu mengatakan itu? Kalian tidak merencanakan sesuatu di tempat yang tidak aku ketahui, ‘kan?
“Itu rahasia, jadi aku tidak bisa menjawabnya. Pokoknya, nantikan saja ketika bus sudah berangkat.”
Buset dah, kok rasanya jadi menakutkan gini! Apa yang akan ditanyakan Shinji padaku di dalam bus nanti?
Tau-tau saja, kemah pelatihan ekstrakulikuler menjadi bergerolak, parahnya lagi, gejolak itu sudah dimulai.
“Kemah pelatihan ini pasti akan menyenangkan!”
“Kau benar..., jika kita mengesampingkan cerita barusan, ini pasti akan menyenangkan.”
Yah, tidak peduli apapun yang akan ditanyakan kepadaku, aku akan menjawabnya secara terbuka. Jadi, sebaiknya kau persiapkan dirimu, Kaede-san!
---
Gara-gara mendengarkan kata-kata sambutan dari kepsek di cuaca yang dingin, tubuhku menjadi kedinginan. Astaga, apa dia tidak bisa menyingkat kata-kata sambutannya? Yah, daripada pusingin itu, setelah kata-kata sambutan selesai, kami langsung naik bus untuk pergi ke tempat tujuan kami.
Ngomong-ngomong, sebelum naik bus aku dibuat kewalahan saat mencoba melepaskan Kaede-san yang meraih tanganku seolah-olah untuk mengucapkan selamat tinggal.
“Jangan menangis ya hanya karena kau terpisah dari Hitotsuba-san kesayanganmu.”
Dengan senyum iseng di wajahnya, Nikaido mengatakan itu kepadaku. Yaelah, aku ini bukan anak kecil yang sedang bepergian seorang diri, jadi tidak mungkin aku akan menangis. Tapi yah, kuakui bahwa aku akan merasa kesepian.
“Sebelumnya aku memang memberitahumu untuk lebih jujur dengan perasaanmu sendiri, tapi tidak kusangka kau akan sampai melangkah sejauh ini. Apa aku yang memberimu semangat itu adalah kesalahan, ya?”
Sambil menghela napas dengan sengaja, Nikaido menaiki bus. Ngomong-ngomong, teman duduknya adalah perawat dari UKS, Saegusa-sensei. Dengar-dengar, wali kelas kami, Umezawa-sensei (masih lajang di usia 40 tahun), mengajak Saegusa-sensei untuk duduk bersamanya. Dan karena Saegusa-sensei kebingungan tentang bagaimana cara untuk menolak ajakannya Umezawa-sensei, makanya dia memanggil Nikaido dan memintanya untuk duduk bersamanya.
“Makasih ya, Nikaido-san. Berkatmu, aku terselamatkan.”
“Tidak perlu berterima kasih, Saegusa-sensei. Aku sendiri juga masih belum memutuskan untuk duduk dengan siapa, dan selain itu aku juga ingin berbicara beberapa hal denganmu.”
“Oh~, maka dengan senang hati aku akan mendengar ceritamu. Mungkinkah, kau ingin berbicara soal masalah cinta?”
“Erm..., yah, kurang lebih soal itu.”
“Secara mengejutkan mereka berdua itu akrab, ya.”
Segera setelah Nikaido dan Saegusa-sensei duduk, aku dan Shinji juga duduk sambil melihat mereka berdua yang memulai percakapan yang tampaknya menarik.
Ngomong-ngomong, tempat duduk kami berada di beberapa kursi di belakang para gadis, di bagian tengah bus. Itu sebabnya, karena ini adalah tempat yang tidak mencolok, jadi aku tidak perlu khawatir kalau-kalau ada yang akan menguping percakapan kami.
“Aku tidak berpikir akan ada yang bisa menguping di dalam bus yang berisik seperti ini, jadi tidakkah kau terlalu was-was?”
Menurutmu salah siapa yang membuatku jadi was-was seperti ini? Itu karena kalian sedang merencanakan sesuatu, ‘kan?
“Apa sih maksudmu? Lagian, menurutku itu bukanlah sesuatu yang istimewa-istimewa amat? Kita ‘kan cuman akan berbicara tentang apa yang kita sukai dari pacar masing-masing. Atau mungkinkah kau ingin membicarakannya di depan semua orang saat malam hari?”
Aku tidak mau itu sampai terjadi. Di kemah pelatihan ini, kami akan menginap di pondok dengan satu ruangan untuk empat orang. Di dalam ruangan itu ada dua kamar tidur, jadi kami akan berpisah ketika tidur, tapi kami mungkin akan berkumpul di ruang tamu untuk mengobrol. Untungnya, tidak termasuk Shinji, dua orang lainnya yang satu ruangan dengan kami sudah punya pacar, jadi kurasa tidak akan ada kecemburuan yang tidak perlu. Tapi, aku yakin mereka akan tetap bertanya tentang ini dan itu, makanya aku benar-benar tidak mau itu terjadi.
“Tidak, tunggu dulu, apa kau bermaksud mengatakan bahwa pembicaraan soal itu tidak akan berlangsung di pondok, tapi sekarang? Bisa tidak kalau aku menolak untuk membicarakannya dengan sopan?”
“Jangan mengatakan sesuatu yang membosankan lah. Kita akan melakukan perjalanan dan aku merasa bosan, jadi biarkan aku mendengar semua cerita darimu. Ataukah kau ingin mendengarku membual tentang Akiho? Yah, itu gak masalah sih, tapi..., persiapkan dirimu, oke?”
Mendengarkan Shinji membual tentang Otsuki-san rasanya seperti sedang melalui siksaan. Dia selalu menanyakan pendapat dan persetujuanku, dan karena dia terlihat begitu bahagia saat membicarakannya, aku dibuat kewalahan dalam menanggapinya sampai-sampai aku tidak tahu harus bilang apa lagi selain ‘ya’ atau ‘imut ya’. JIka aku harus duduk di sampingnya selama hampir tiga jam dan mendengarkan dia terus membual ini dan itu tentang Otsuki-san, maka——
“Oke, oke. Aku akan membual padamu.”
Lebih baik kau persiapkan dirimu. Jika ini yang kau mau, maka aku akan serius untuk membual tentang Kaede-san. Oi, kau sudah siap untuk menggeliat iri, ‘kan?
Absen selesai, dan bus mulai berjalan. Sambil mendengarkan pengumuman dari pemandu bus, aku memikirkan apa yang harus kukatakan,
---
Sudah satu setengah jam setelah kami berangkat, dan kami telah melewati bundaran ke tujuan kami. Ngomong-ngomong, ada yang aneh dengan Shinji yang duduk di sampingku. Dia kenapa ya?
“Hei, Yuya..., aku yang salah di sini, jadi bisakah kau segera memaafkanku?”
“Hah? Mengapa kau harus meminta maaf? Sejak awal ‘kan kamu sendiri yang ingin mendengarku membual tentang Kaede-san.”
Aku mengambil alih rencana Shinji dan menjelaskan secara rinci apa yang menurutku menarik dari Kaede-san. Karena Shinji pernah datang ke rumah kami sekali, jadi dia telah melihat gap-nya Kaede-san dan itu pasti tidak akan mengejutkan baginya, makanya aku memberitahunya contoh spesifik seperti bagaimana ketika Kaede-san menggodaku tapi segera menjadi malu ketika aku menggodanya balik, terutama tentang apa yang terjadi pada malam Valentine.
“Hahahaha..., maaf Yuya. Aku benar-benar minta maaf. Kalau kau berbicara lebih jauh lagi, aku tidak akan bisa bertahan, aku tidak akan sanggup mendengarnya. Tidak kusangka kalau kamu akan seserius ini... Tampaknya aku terlalu naif...”
“Hah? Apa maksudmu?”
Saat aku hendak menanyai Shinji, bus berhenti di area service, lalu kami diberitahu bahwa kami akan beristirahat di sini selama lima belas menit.
Kemudian, begitu bus berhenti total, Shinji langsung buru-buru keluar dari bus seolah-olah dia mencoba melarikan diri dariku.
Aku juga sontak keluar dari bus untuk mengejar Shinji, yang melarikan diri seperti kelinci, tapi sayangnya dia sudah menghilang. Sial, cepat sekali dia.
“Kelihatannya kau sangat bersemangat, Yoshizumi...”
Dari belakangku, Nikaido yang baru turun dari bus mengatakan itu dengan suara tercengang.
“Haa..., aku benar-benar iri pada Hitotsuba-san. Dia pasti sangat bahagia bisa memiliki pria yang memikirkannya sampai sejauh itu... Aaah..., aku ingin tahu kapan datangnya musim semi untukku...”
Saegusa-sensei juga turun dari bus, tapi bahunya tampak terkulai dan langkahnya goyah. Oi Nikaido, apa yang terjadi di sini, ada apa dengan Saegusa-sensei?
“Erm..., itu bukan sesuatu yang perlu kau pedulikan. Ayo pergi, Saegusa-sensei, aku akan membelikanmu minuman, jadi semangatlah lagi.”
Dengan bantuan dari Nikaido, Saegusa-sensei berjalan pergi setelah dia mengatakan ‘ya’ dengan suara yang terdengar tanpa daya. Melihat mereka yang seperti itu, aku jadi tidak tahu siapa sebenarnya yang murid dan guru diantara mereka.
“Ah... Yuya-kun...!”
“Oh, Kaaede-san, apa kau baik-baik saja? Bagaimana rasanya di dalam bus? Apa kau mabuk?”
"A-Aku baik-baik saja. Di dalam bus tadi aku ngobrol-ngobrol dengan Akiho-chan dan mendengarkan musik. Kau sendiri bagaimana?”
Entah kenapa, sepertinya wajah Kaede-san tampak memerah? Tapi lebih penting daripada itu, pertanyaan dari Shinji di dalam bus tadi itu benar-benar merepotkan. Aku sampai menghabiskan satu setengah jam terakhir untuk berbicara kepada Shinji tentang sisi-sisi imutnya Kaede-san.
"Yah..., seperti yang sebelumnya kau katakan, tadi Shinji menanyakan beberapa hal kepadaku, tapi aku tidak mengalami masalah dalam menanggapinya. Malahan, kupikir justru Shinji yang jadi kewalahan saat dia mendengarku membual! Ahahaha.”
Dengan tertawa seperti itu, kuputuskan untuk tidak memberitahunya apa yang sebenarnya terjadi di dalam bus. Bagaimanapun juga, tidak mungkin aku bisa bilang padanya kalau aku memberi tahu Shinji bahwa aku tidak bisa membayangkan seperti apa hidupku tanpa Kaede-san! Aku bahkan belum mengatakan “Aku mencintaimu” pada Kaede-san, tapi aku malah sudah mengatakan sesuatu yang seperti suatu lamaran!
"B-Begitu ya! I-Itu pasti sulit ya! Oh, aku mau pergi ke toilet, jadi sampai jumpa lagi di tempat kemah nanti!”
Melambaikan tangannya, Kaede-san berlari denga kencang ke toilet! Hmm, aku ingin tahu, ada apa dengan perasaan seperti sengaja ditinggal sendiri seperti ini?
“Yaaah——sepertinya aku tidak bisa mengabaikanmu begitu saja, Yoshi! Halo, iblis pembual!”
“—Otsuki-san? Hah? Iblis pembual? Apa maksudmu?”
Sambil memukul punggungku, Otsuki-san memanggilku. Astaga, itu sakit, tau!
"Maksudku ini loh, cerita tentang Kaede-chan yang sangat kau cintai! Baiklah, sampai jumpa lagi, Yoshi!”
Sambil tertawa “Nyahaha!”, Otsuki-san mengejar punggung Kaede-san. Sungguh, aku benar-benar ingin tahu apakah ada sesuatu yang mencurigakan terjadi tanpa sepengatahuanku.
“...Kurasa aku harus menyakannya pada Shinji.”
Biarpun sekarang dia melarikan diri, tapi saat dia kembali nanti, itu akan menjadi akhir dari dirinya. Aku akan membuatnya menceritakan semua yang telah mereka rencanakan.
“Maaf, Yuya. Kami yang salah di sini, jadi kami benar-benar minta maaf.”
Begitu Shinji kembali, ketika aku bertanya padanya apa yang mereka rencanakan, dia hanya terus meminta maaf kepadaku, dan kemudian mulai memakai earphone-nya untuk mendengarkan musik.
Pada akhirnya, kami sampai di tempat tujuan tanpa aku bisa memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
Akhirnya d up jga min, thank lah buat ngetl nya nanti lain waktu gw trakteer buat penambah semangat mimin🔥🔥
ReplyDeleteYeah Di Up
ReplyDeleteNext
ReplyDeleteAkhirnya setelah sekian lama menunggu akhirnya di up juga. Thanks min, love you
ReplyDeleteKeren lanjut min😁
ReplyDeleteNext
ReplyDeleteMin novel ini Ga ada ya ? tokidoki bosotto Russia GW pengen banget baca nya
ReplyDeleteUwahhhh pada kena mental semua aowkwk
ReplyDelete