Bab 22
Kalau dibandingkan dengan Nishinari-san
Di hari itu, Mirei bertemu dengan calon tunangannya.
Tempat pertemuannya adalah rumah tempat Mirei tinggal saat ini, yaitu mansion Keluarga Tennoji. Kebanyakan orang yang pertama kali mengunjungi mansion ini biasanya akan tampak tercengang, tapi tidak ada tanda-tanda seperti itu yang terlihat dari pihak keluarga pria.
Perilaku dari calon tunangannya pun sangat khas dari seorang yang berada di kalangan kelas atas, dan kata-kata serta perbuatannya pun penuh dengan budi pekerti dan luhur. Dalam hal ini, Mirei mengerti bahwa pria itu memang layak untuk dipilih oleh ayah dan ibunya untuk menjadi calon tunangannya.
Tapi sekalipun begitu..., hati Mirei masih tetap mendung.
“Baiklah, hari ini pertemuannya kita akhiri sampai di sini saja.”
Hanami, ibunya Mirei, menyerukan akhir dari jamuan makan malam. Dan dengan begitu, si calon tunangan dan ibunya menyapa mereka dengan sopan sebelum mereka meninggalkan mansion.
Kemudian, setelah Hanami menginstruksikan para pelayan untuk membereskan semua perlengkapan jamuan makan, dia memanggil Mirei.
“Kerja bagus untuk hari ini, Mirei~”
“Ya, ibu.”
“Bagaimana pendapatmu tentang pria tadi~? Dari kelihatannya, percakapan diantara kalian cukup baik~?”
“Yah, kurasa dia adalah orang yang baik dan cerdas.” Mengatakan itu, Mirei mengingat kembali percakapannya dengan pria yang duduk di seberangnya saat jamuan makan tadi. “Dia sangat teliti dalam berpenampilan, dan etiketnya juga baik. ...Dia yang menjadi pewaris dari perusahaan besar itu juga sepertinya bukanlah sekadar isapan jempol belaka. Intinya, pria yang ayah dan ibu pilihkan itu memang benar-benar hebat.”
“Bagaimanapun juga kami ingin agar kau bahagia~” kata Hanami, sambil menunjukkan senyuman lembut.
“Tapi..., aku masih harus mengatakan bahwa orang itu sangat bijaksana..., atau dia sangat bermartabat dan bisa dipercaya...”
“Hm? Memangnya apanya yang salah dengan itu?”
“Bukannya ada yang salah dengan itu atau semacamnya... Maksudku, jika dia sempurna dalam berbagai hal, maka tidak akan ada yang bisa kuajarkan kepadanya, dan tidak ada apa pun yang harus kukhawatirkan dari dirinya...”
“.......Memangnya apanya salah dengan itu?”
Ibunya bingung, dan Mirei sendiri pun juga bingung. Bahkan ekspresi rumit yang seolah-olah bertanya. “Apa sih yang sebenarnya kukatakan?”, tampak dengan jelas di wajah Mirei.
“Ngomong-ngomong, tentang pria yang mau ditunangkan denganmu itu~... Aku ingin tahu apa pendapatmu kalau Nishinari-san dibandingkan dengan dia~?”
“M-Mengapa Ibu malah membawa-bawa Nishinari-san?”
“Yah~, Ibu cuman ingin tahu saja, tidak ada niat lain kok~?”
Sekalipun Hanami bilang bilang begitu, tapi sikap yang dia tunjukkan itu adalah sikap yang memiliki niatan lain. Menghadapi ibunya yang seperti itu, Mirei hanya bisa bergumam, “Ibu benar-benar merepotkan”, dan kemudian menjawabnya.
“Bisa dibilang, ada perbedaan layaknya langit dan bumi kalau Nishinari-san mau dibandingkan dengan putra pewaris perusahaan besar. Nishinari-san masih memiliki banyak poin-poin yang buruk..., dan masih ada banyak hal yang harus kuajarkan kepadanya. Selain itu, jika kami menghadiri jamuan makan seperti ini, aku yakin kalau aku pasti akan memiliki banyak kekhawatiran terhadapnya.”
“Ara~, berarti dia sangat ideal ya~”
Ibunya mengatakan sesuatu, tapi karena Mirei tidak mengerti maksud perkataan ibunya, jadi dia memutuskan untuk mengabaikan itu.
[Catatan Penerjemah: Kalian juga bingung maksudnya apa? 理想通り (Risou-douri / Ideal), maksudnya sesuai dengan apa yang Mirei keluhkan dari pria yang jadi calon tunangannya sebelumnya.]
“Ngomong-ngomong, ibu belum pernah mendengarnya sebelumnya..., tapi apa pekerjaan orang tuanya Nishinari-san?”
“Kudengar orang tuanya menjalankan Perusahaan IT di bawah Grup Konohana..., tapi aku belum pernah mendengar nama perusahaannya.”
Setelah Mirei pikir-pikir lagi, dia menyadari bahwa dia belum pernah membicarakan topik tentang perusahaan dengan Itsuki. Biasanya, di antara siswa-siswi Akademi Kekaisaran, topik semacam ini akan dibahas dalam waktu seminggu setelah menjalin hubungan. Tentu saja, topik itu dibicarakan tidak dengan maksud untuk membanding-bandingkan, tapi hanya karena minat murni ingin membicarakannya.
Dalam kasusnya Nishinari-san..., itu saja sudah menjadi salah satu hal yang menarik dari dirinya.
Baik atau buruk, Itsuki bukan seorang yang bisa leluasa untuk membicarakan latar belakang keluarganya, dan di saat yang sama juga tidak bisa leluasa dalam membicarakan hal lain. Bagi Mirei, hal tersebut entah mengapa terasa menyegarkan dan nyaman.
“Jadi orang tuanya menjalankan perusahaan IT, ya? Tapi sebagai seorang putra pewaris perusahaan, dalam artian yang baik dia itu seperti orang biasa yang sederhana dan ramah, ya~.” kata Hanami, sambil menempatkan tangannya di pipinya.
Sekalipun itu hanyalah perusahaan kelas menengah, Itsuki masihlah seorang pewaris perusahaan. Jadi dengan alasan itu, wajar saja kalau Hanami akan berpikiran seperti itu.
Akan tetapi, Mirei tahu alasan Itsuki bersikap seperti itu.
Dia tahu bahwa dia harusnya menyimpan rahasia ini untuk dirinya sendiri..., tapi ibunya tampaknya sangat menyukai Itsuki. Jadi dalam hal ini, Mirei berpikir bahwa tidak akan masalah kalau mulutnya menjadi sedikit ringan.
“...Sebenarnya ini rahasia, tapi sama sepertiku, Nishinari-san juga adalah anak angkat. Makanya, wajar saja kalau perilakunya mirip seperti orang biasa.”
Karena Mirei juga merupakan anak angkat, maka dia yakin kalau ibunya pasti bisa memahami hal tersebut. Namun bertentangan dengan apa yang dia pikirkan, entah mengapa, ibunya langsung menunjukkan ekspresi yang lebih serius daripada biasanya.
“Mirei, apa itu artinya..., orang tuanya Nishinari-san mengadopsinya karena mereka menginginkan putra pewaris?”
“Ya..., harusnya sih begitu.”
Menerima pertanyaan yang tak bisa dia pahami maksudnya, Mirei menjawab ibunya dengan rasa bingung.
“Ini aneh~? Ibu belum pernah mendengar kalau ada perusahaan IT di Grup Konohana yang kesulitan dalam menemukan ahli waris~...”
“...Eh?”
Waduu terciduk kah...
ReplyDeleteTercyduck kamu bgsd
ReplyDeleteYahahah mulai kebongkar nih, bakal seru drh
ReplyDeleteNah loh
ReplyDeleteSeru
ReplyDeleteDhlh, tar gw kena
ReplyDelete