Saijo no Osewa Volume 2 - Bab 27

Bab 27
Mendahului


“Itsuki-san, kerja bagus untuk sesi belajarmu dengan Tennoji-sama hari ini.”

Sesampainya di mansion, Shizune-san menyapaku.

Mulai sekarang, aku wajib untuk memberitahukannya tentang apa yang terjadi hari ini. Jadi itu sebabnya, dengan tangan yang terkepal karena gugup, aku menarik napas dalam-dalam dan mulai membuka mulutku.

“Erm... Shizune-san, ada sesuatu yang mau kubicarakan denganmu.”

“Oh kebetulan, aku juga punya sesuatu yang mau kubicarakan denganmu.”

“Eh?”

Sepertinya Shizune-san juga punya keperluan denganku.

Aku tidak tahu apa itu, tapi..., aku yakin apa yang ingin kubicarakan dengannya pasti jauh lebih penting.

“Kalau gitu, kau duluan yang bicara, Itsuki-san.”

“...Ya.”

Aku menjelaskan padanya tentang semua yang terjadi hari ini. Mulai dari Tennoji-san yang mengetahui identitasku asliku, dan kenyaataannya—itu juga merupakan keinginanku sendiri yang ingin memberitahukannya.

Aku merasa gugup, tapi aku memberi penjelasan secara rinci seolah-olah aku sedang mengakui dosa-dosaku.

“Aku tidak memberitahukan tentang kepribadian asli Hinako kepada Tennoji-san, tapi selain itu..., sebagian besarnya aku sudah beritahukan kepadanya.”

“...Jadi begitu ya.” Shizune-san mengangguk, menunjukkan ekspresi tenang.

Tennoji-san tidak mau aku berbohong kepadanya, tapi dia memperbolehkanku untuk tetap diam pada sesuatu yang tidak boleh kubicarakan. Karenanya, jika aku bahkan sampai mengungkapkan kepribadian Hinako kepadanya, itu mungkin bisa menempatkan Hinako dan Keluarga Konohana berada dalam posisi yang kurang menguntungkan, jadi itu adalah satu-satunya hal yang harus terus kujaga sebagai rahasia untuk kedepannya.

“Aku senang kamu jujur.”

“...Eh?”

Jujur saja, aku takut dengan bagaimana aku akan diperlakukan atas hal ini, tapi Shizune-san menunjukkan ekspresi seolah-olah dia merasa terkesan padaku. Dan karena aku tidak mengerti apa maksud dari ekspresi dan kata-katanya itu, sontak saja kelopak mataku jadi melebar.

“Barusan aku menerima telepon dari Tennoji-sama. Dia bilang kalau dia mohon supaya kamu tidak dikeluarkan dari akademi.”

Aku dibuat tercengang oleh kata-kata itu.

“Kurang lebih aku sudah tahu sebagian besar situasinya... Mirei-sama menyesali bahwa dia telah salah paham terhadapmu lebih dari yang seharusnya karena ketidakmampuannya untuk tetap berpikiran tenang. Dan dia bersikeras mengatakan kalau dia yang bertanggung jawab dalam masalah kali ini.”

“Itu......”

Mungkin... Tennoji-san segera menghubungi Shizune-san tepat setelah kami berpisah tadi. Yah, bagaimanapun juga dia memang orang yang seperti itu. Kadang kala aku dibuat bingung oleh tindakannya, tapi kadang juga aku merasa seperti bisa paham akan apa yang dia lakukan.

“Putri dari Keluarga Tennoji-san memang hebat. Mengetahui bahwa aku tahu tentang statusmu, dia sampai repot-repot menghubungiku secara langsung. ...Kurasa dia pasti tahu bahwa jika dia langsung menghubungi Kagen-sama, itu bisa akan membahayakan posisimu... Karenanya, biar aku saja yang memberitahukan soal ini pada Kagen-sama. Normalnya, ini adalah kesalahan yang harusnya akan membuatmu langsung dipecat... Tapi jika putri dari Keluarga Tennoji-san sampai membuat permohonan seperti itu, maka Kagen-sama tidak akan bisa menolak perhomonannya. Artinya, dengan situasi yang sudah menjadi seperti ini, memecatmu mungkin akan menimbulkan perseturuan dengan Keluarga Tennoji.”

Kalau Tennoji-san tidak menghubungi Shizune-san, aku mungkin akan dipecat sebagai hukuman untuk diriku sendiri karena telah berbohong pada Tennoji-san. Tapi, berkat Tennoji-san yang terlebih dahulu memberikan pembelaan terhadapku, Keluarga Konohana menjadi sampai pada kesimpulan bahwa memecatku akan bisa menyebabkan mereka berseteru dengan Keluarga Tennoji.

“Kau sudah diselamatkan olehnya.”

“...Ya.”

“Aku juga merasa bertanggung jawab atas masalah ini... Sepertinya, ketika kita berurusan dengan keluarga sekelas Keluarga Tennoji, ada batasan untuk bisa memanipulasi informasi. Mungkin kita harusnya perlu mengambil lebih banyak tindakan lagi.” kata Shizune-san, dengan ekspresi wajah serius.

Saat itu, kuperhatikan dari arah seberang lorong, ada Hinako yang sedang menatap kami.

“Hinako?”

Saat aku memanggilnya, Hinako berjalan menghampiri kami dengan langkah kecil.

“Kalian lagi ngomongin apa?”

“Sebenarnya, identitas aslinya Itsuki-san telah diketahui oleh Tennoji-sama.”

“...Eh.”

Mata Hinako yang mengantuk sontak terbuka lebar.
 
“Terus, apa yang akan terjadi pada Itsuki? Jangan-jangan..., dia akan dipecat...”

“Saya rasa anda tidak perlu khawatir kalau dia akan dipecat.”

Shizune-san memberitahunya dengan lugas, lalu, Hinako berjalan ke tepat di sampingku, dan kemudian menendang area tulang kakiku dengan ringan.

“Aduh!”

“...Jangan buat aku khawatir.”

‘...Maaf.”

Terhadap Hinako yang mengerutkan bibirnya, aku meminta maaf.

“Tapi..., bagaimana dia bisa menegtahui identitas aslimu...?”         

“...Aku hanya tidak mau terus-terusan berbohong kepada Tennoji-san. Dan karena Tennoji-san bukanlah tipe orang yang akan melakukan apa saja untuk merugikan orang lain..., jadi kuputuskan untuk percaya kepadanya dan memberitahukan identitasku padanya.”

“...Muu~!”

Tiba-tiba, Hinako mengeluarkan erangan kesal.

“Sepertinya..., kau sangat percaya kepadanya.”

“Ya. Tapi kau sendiri juga tahu ‘kan kalau Tennoji-san adalah orang yang bisa dipercaya?”

“...Iya sih, tapi...”

Muu~, Hinako menampilkan raut wajah yang rumit, tapi kemudian, bibir kecilnya itu terbuka, dan——

“...Dasar Itsuki tolol.”

“Lah?!”

Hinako berbalik memunggungiku dan berjalan pergi.

Di sisi lain, aku hanya bisa melihatnya dari belakang dengan ekspresi bingung di wajahku.

“S-S-Shizune-san..., apa aku telah membuat Hinako jadi membenciku...?”

“Tidak, kurasa tidak seperti itu, tapi...” Meletakkan tangannya di dahinya, Shizune-san menghela napas. “Haah..., apa yang harus kulakukan dalam hal ini?”



close

4 Comments

Previous Post Next Post