[WN] Yujinchara no Ore ga Motemakuru Wakenaidaro? Volume 4 - Bab 20

Bab 20
Latihan bareng teman sekelas


Catatan Penerjemah.

Kemaren gua ada salah nerjemah di Bab 18 soal orang yang menjadi anggota pantia pelaksana itu bukan Ike. Ini terjemahan yang benarnya:

Ngomong-ngomong, sebenarnya setiap kelas sudah memiliki seorang yang menjadi anggota panitia pelaksana festival olahraga, namun dalam pembahasan kali ini, Ike lah yang harus menjadi moderator. Itu sebabnya, meskipun agak tidak enak pada orang yang telah terpiliih sebagai pantia pelaksana, tapi tidak bisa dipungkiri kalau akan lebih cepat untuk membahas ini jika Ike yang melakukannya, dan selain itu teman-teman sekelas juga akan lebih terorganisir.

 

***

 

Di hari ketika cuaca sangat panas, kami memulai latihan untuk menghadapi festival olahraga di pelajaran PJOK.  Biasanya, saat pelajaran PJOK anak laki-laki dan perempuan akan dipisah, tapi karena hari ini kami akan berlatih bersama-sama, jadi anak laki-laki dan perempuan digabung.

“Oke, ayo kita berlatih dengan baik supaya kita tidak kalah dari kelas-kelas yang lain.”

Setelah berpasangan dengan Asakura untuk menyelesaikan pemanasan, anggota panita pelaksana festival dari kelas kami melontarkan kata-kata yang memotivasi tersebut, dan kemudian setiap orang mulai berlatih.

“Baiklah, karena kita memiliki beberapa perlombaan yang akan kita ikuti, jadi ayo kita berlatih secara berurutan untuk tiap lomba.” Aku menganggukkan kepalaku ketika Ike mengatakan itu, tapi kemudian tiba-tiba saja dia mulai menanyaiku. “Oh iya, Yuuji, apa kau mau berpasangan denganku untuk latihan balap tiga kaki?”

“Apa kau yakin mau berpasangan denganku?”

“Terlepas dari yakin atau tidaknya, mengingat keselarasan dan tinggi badanku, aku tidak bisa berpasangan dengan siapapun lagi selain kamu.” jawab Ike padaku, sambil menunjukkan tawa menyegarkan.

Memang sih, tinggi kami berdua gak beda jauh, dan kami juga sama-sama atletis. Kalau itu masalahnya, maka okelah, dengan senang hati aku akan berlari bersamanya.

Dan dengan begitu, pertama-tama aku berlatih balap tiga kaki bersama Ike.

“Oh, jadi Ike akan berlari bersama Tomoki, ya? Kalian berdua sama-sama atletis, jadi aku menantikan untuk melihat waktu yang kalian dapat.”

Menyambut kami dengan senyuman, Asakura yang memegang stopwatch siap mengukur waktu kami. Ngomong-ngomong, karena saat hari H nanti Asakura tidak banyak mengikuti perlombaan, jadi untuk saat ini dia bisa bergerak dengan bebas.

“Aku sendiri juga tidak sabar untuk berlari seperti ini dengan Yuuji.”

Menganggukkan kepalanya, Ike mengambil velcro dari Asakura untuk mengikat kaki kami, dan dengan cekatan, dia sudah selesai mengikatnya.

“Apa ikatannya terlalu kencang?”

“Enggak, ini gak kencang.”

“Sip lah, kalau gitu ayo kita berlari dengan ringan dulu.”

Kami berdua mulai berlari dengan ringan, dan setelah memahami situasi dan kondisi satu sama lain, kami mencoba untuk benar-benar berlari satu kali. Ngomong-ngomong, karena ada beberapa teman sekelas kami yang baru mau mulai berlari juga, jadi kami memutuskan untuk  bergabung dengan mereka dan berbaris di garis start.

“Hei, Yuuji.”

“Apa?”

Saat aku bertanya kepadanya, Ike menjawabku dengan senyum yang tampak merasa bersenang-senang.

“Untuk sekali ini, ayo kita berlari sekencang yang kita bisa.”

“Tapi kalau begitu timing kita gak akan selaras, kan?”

Kata-katanya itu membuatku berpikir, Astaga, dia benar-benar membuat lelcon yang tidak masuk akal, tapi kemudian...,

“Kalau gitu, cobalah berlari sekencang yang kau bisa. Nanti aku akan menyelaraskan kecepatanku dengan kecepatanmu.” ucap Ike, terdengar sangat percaya diri.

Buset dah, dia ini benar-benar tidak masuk akal..., tapi yah, karena yang mengatakan itu adalah dia, kurasa dia akan bisa melakukan sesuatu yang menurutku tidak masuk akal itu.

Dan dengan begitu, setelah jeda sesaat, aku menganggukkan kepalaku.

“Baiklah, ayo kita mulai! Apa kalian sudah siap?”

Saat Asakura meneriakkan itu dari tempat garis finish, masing-masing dari kami sontak meng’iyakannya.

Dan kemudian, suara “Mulai” terdengar, dan seperti yang dikatakan Ike, aku langsung berlari secepat yang aku bisa.

Segera setelah aku mulai berlari, aku dibuat terkejut. Soalnya, meskipun ini adalah balap tiga kaki, tapi aku sama sekali tidak merasakan adanya perasaan tidak terbiasa. Malahan, aku merasa seolah-olah aku sedang berlari lebih cepat daripada saat aku berlari sendirian..., tapi yah, kurasa itu hanya sekadar imajinasiku saja.

Namun mengesampingkan soal itu, dalam sekejap mata, aku dan Ike memimpin meninggalkan teman-teman lain yang mulai berlari bersama kami di belakang, dan kemudian kami mencapai garis finish.

Setelah napasku mulai terkendali karena berlari secepat yang aku bisa, aku berkata pada Ike yang juga napasnya mulai terkendali.

“Yang tadi itu benar-benar luar biasa, kau benar-benar sempurna dalam menyelaraskan kecepatanmu dengan kecepatanku.”

Mendengar kata-kataku barusan, Ike menunjukkan senyum polos.

“Tidak, kenyataannya aku tidak menyeleraskan kecepataanku dengan kecepatanmu.”

“Hah?”

Aku tidak mengerti apa yang Ike maksud, jadi secara refleks aku menanggapinya seperti itu.

“Jujur saja, tadi itu aku aku juga berlari secepat yang aku bisa.” serunya, dengan senyum tak menyangka di wajahnya.

Tapi kalau memang begitu, maka normalnya timing kami tidak akan selaras, itu sebabnya, aku yakin Ike pasti cuman bercanda saja.

“Buset dah, bukankah waktu ini tidak jauh berbeda dengan waktu saat aku berlari sendirian...?”

Melihat waktu yang terhitung di stowatch yang dia pegang, Asakura berjalan ke arah kami dengan ekspresi terheran-heran di wajahnya saat dia mengatakan itu. Teman-teman sekelas yang lain yang melihati balap tiga kaki barusan pun juga sama, mereka tampak sangat terkejut saat mereka melihat waktu yang tertera di stopwatch yang dipegang Asakura.

“Gila, bukankah waktu ini benar-benar luar biasa?”

“Hei, Ike, mengapa kau tidak bergabung dengan klub lintasan saja?”

Salah seorang teman sekelasku mengatakan itu pada Ike, dan sepertinya, dia adalah anggota klub lintasan.

Memang sih, kalau Ike bergabung dengan klub lintasan, dia akan bisa menjadi aset yang berharga.

“Maaf, tapi aku tidak bisa membagi waktuku karena aku anggota OSIS.”

Akan tetapi, Ike langsung menolak undangan itu begitu saja, dan mungkin karena tidak menduga akan mendapat jawaban seperti ini, jadi pria dari klub lintasan itu hanya bisa meringkukkan bahunya dengan ringan.

Tapi kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arahku, dan mulai membuka mulutnya.

“Bagaimana dengnamu, Tomoki? Kalau kau tidak bergabung dengan klub mana pun, mengapa kau tidak bergabung dengna klub lintasan?”

...Secara mengejutkan, sekarang pria dari klub lintasan itu merekrutku.

Saking terkejutnya aku akan hal ini, aku sampai tidak langsung memberinya jawaban. Soalnya, aku sangat tersentuh karena meskipun biasanya aku selalu ditakuti, tapi aku tidak menyangka bahwa aku akan didekati secara normal dan bahkan diundang untuk bergabung dengan suatu klub.

Tapi, kalau aku menerima undangan ini, tidak bisa dipungkiri bahwa aku hanya akan mengambang di klub lintasan. Karenanya, aku berpikir keras mencari kata-kata untuk menjawab ‘tidak’ dengan cara yang bersahabat sambil mengungkapkan rasa terima kasihku karena telah diundang, tapi....

“Erm, maaf.”

Pada akhirnya, orang dengan gangguan komunikatif sepertiku ini hanya bisa menolak secara normal meskipun telah berpikir keras.

“Haah..., bahkan Tomoki pun juga menolak undanganku ya. Yah, okelah kalau gitu.”

Saat pria dari klub lintasan itu tampak murung, Ike meletakkan tangannya di bahu pria itu, “Kau harus bisa memakluminya kalau dia menolak undanganmu, soalnya saat sepulang sekolah Yuuji harus nemenin Touka, jadi dia tidak bisa melakukan kegiatan klub”, lalu kemudian mengalihkan pandangan penuh rasa pengertian kepadaku.

“Jangan mengejekku seperi itu...” kataku dengan kesal, menanggapi tatapan Ike yang tidak tahu bahwa sebenarnya hubunganku dengan Touka adalah hubungan palsu.

“...Sialan...”

Aku bisa mendengar ratapan serta kertakan gigi dari Asakura yang terdengar jauh lebih kesal daripada si pria yang undangannya aku dan Ike tolak, tapi untuk saat ini, aku memutuskan untuk berpura-pura tidak mendengar itu.



close

1 Comments

Previous Post Next Post