[WN] Yujinchara no Ore ga Motemakuru Wakenaidaro? Volume 4 - Bab 23

Bab 23
H-1


Di hari ketika seluruh penghuni sekolah berada dalam suasana hati yang ceria karena besok festival olahraga akan dimulai.

Di jam istirahat, saat aku hendak kembali ke kelasku dari toilet...,

“Oh, Tomoki-san, selamat siang.”

Seseorang memanggil namaku, dan ketika aku menoleh ke asal suara itu, rupanya orang yang memanggilku adalah Tatsumiya.

“Ya.” jawabku dengan singkat, sambil menundukkan kepalaku untuk menyapanya.

Lalu, saat aku mencoba melewatinya..., “Aku mau berbicara sebentar denganmu”, dia mencengkram lenganku dengan kuat.

Saat aku menoleh menatapnya, kulihat hanya ekspresi wajahnya saja yang tersenyum, namun kekuatan tangannya yang mencengkram lenganku perlahan-lahan semakin meningkat.

Kalau dia bilang dia mau bicara denganku, maka mungkin dia ingin membicarakan tentang Ike.

“Ada apa?”

“Tidak ada apa-apa, hanya saja aku senang mengetahui bahwa kau dan ketua akan berpartisipasi dalam perlombaan kavaleri.” ucap Tatsumiya, sambil tersenyum.

“Yah, begitulah.”

Mendengar tanggapanku, dia cekikikan untuk sesaat, lalu kemudian dia mulai berbicara kembali.

“Dengan begini, kupikir apa yang kuinginkan bisa terpenuhi.” ucapnya, dengan ekspresi bahagia.

Mendengar kata-katanya itu, aku cuman bisa memiringkan kepalaku karena merasa bingung dengan apa yang dia maksud, tapi kemudian segera aku langsung mengerti maksudnya.

Perlombaan kavaleri di festival olahraga nanti adalah perlombaan bersama untuk kelas 1 dan 2, dan ini adalah perlombaan yang cukup menonjol karena pesertanya dicampur antara laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain, di perlombaan itu nanti, Tatsumiya berencana untuk mengalahkan Ike.

Lalu, keinginan yang dia maksudkan barusan adalah..., dia ingin menang dari Ike dan membuat Ike menyatakan cinta kepadanya.

“Tatsumiya, tujuanmu adalah mengalahkan Ike dan membuatnya menyatakan cinta padamu, kan? Jadi maksudmu, apa kau ingin menyarankan agar aku menjadi kudanya Ike dan kemudian membebaninya?”

Ini mungkin disebut sebagai permainan otak..., tapi, ini adalah strategi yang terlalu sederhana.

Apa dia benar-benar berpikir kalau dia bisa mengalahkan Ike dengan cara seperti itu?

“Kau pikir aku akan berlomba dengan trik curang seperti itu?” jawab Tatsumiya, dengan ekspresi wajah yang tegas.

“Maaf, aku yakin kok kau akan berlomba dengan sportif.”

Saat aku menduga kalau Tatsumiya adalah tipe orang yang akan tenggelam dalam strategi licik, dia sontak menggembungkan pipinya terhadap kata-kataku yang membuatku langsung segera menjawabnya.

“Aku tidak membutuhkan trik curang seperti itu. Soalnya, kali ini...” Dia menatapku, lalu memberikan pernyataan yang sangat jelas. “Bukankah ini adalah kesempatan bagiku untuk mengalahkan kau dan ketua sekaligus? Jadi kalau aku sampai melakukan sesuatu yang tidak berguna seperti itu, yang ada itu malah akan merusak kesenangan yang ada.”

Melihat dia menatap lugas ke mataku, aku jadi teringat bahwa sebelumnya dia pernah bilang padaku kalau dia juga ingin mengalahkanku.

“Tidak ada perlombaan dengan gender campuran dimana pemenangnya begitu mudah untuk diketahui seperti ini. Bahkan saat ini pun, aku sudah tidak sabar untuk menggulingkan kamu dan ketua.”

Dia tersenyum manis, tapi aku bisa melihat ada semangat juang di matanya.

“Sepertinya kau sangat percaya diri, tapi apa kau yakin semuanya akan baik-baik saja?”

“Ya, dan kau tidak perlu khawatir tentang aku. Malahan, mulai sekarang kau harusnya khawatirkan dirimu sendiri bahwa nanti kau akan dikalahkan oleh seorang gadis sepertiku, dan khawatir bahwa seluruh penghuni sekolah akan membisikkan sebutan ‘Berandalan payah’ di belakangmu.”

Dia memprovokasiku dengan sangat terang-terangan, dan terhadap provokasinya itu, aku...,

“...Kupikir kau juga pernah mengatakan sesuatu seperti ini tempo hari. Tapi di saat itu, pada akhirnya, kau kalah dan aku melihat penampilanmu yang memalukan saat kau menginjak-nginjak lantai di ruang OSIS, bukan? Nah, kalau kau kalah di lomba nanti, pastikan kau mengunci ruang OSIS supaya tidak akan ada yang bisa melihatmu, oke?” jawabku padanya, dengan ekspresi datar.

Hari itu, kalau saja saat itu Tatsumiya mengunci ruang OSIS dengan rapat, kami mungkin tidak akan berada dalam situasi seperti ini...

“Issh, tolong lupakan apa yang kau lihat waktu itu!”

Mendengar kata-kataku, rona wajah Tatsumiya sontak memerah, dan segera dia membalasku sambil mengepalkan tinjunya dan menutup matanya dengan erat.

...Rasanya dia yang sangat percaya diri seperti ini sudah seperti flag saja, pikirku, tapi aku tidak berniat mengatakannya.

“Ya ampun, kau ini benar-benar orang yang kasar...”

Entah mengapa, aku tidak mau diberitahukan kata-kata seperti itu dari dia, pikirku, tapi kemudian dia menatapku seolah-olah dia tidak puas dengan ekspresi ketidakpuasanku yang tak terucap.

Kemudian, dia menunjuk ke arahku dengan tegas dan mulai membuka mulutnya.

“Dengar, ya?! Kali ini aku tidak akan kalah, jadi..., tolong hadapi aku dengan serius, oke?” tegasnya, sambil menyipitkan matanya dengan agresif.

Aku ingin memasukkan tsukkomi, [Apa kau ini karakter utama dari veteran manga olahraga yang menyatakan perang terhadap sekolah saingannya?], tapi aku memutuskan untuk tidak melakukannya karena analoginya terlalu panjang dan paling-paling aku malah akan ditertawakan olehnya.

Jadi, sebagai ganti dari itu...,

“Oke, aku akan menghadapimu dengan serius seperti yang kau inginkan... Tapi jika kau kalah dan itu bukan hanya dari Ike tapi juga kalah dariku, jangan sampai nantinya kau malah menyimpan dendam padaku, kau mengerti?” seruku, balas memprovokasinya.

Kalau dia memang tidak ingin meminta kerja sama dariku di sini, maka aku tidak akan bersikap lunak kepadanya.

Tatsumiya sontak mengangguk perlahan, lalu...,

“Tentu saja.” ucapnya, dan kemudian, “Baiklah, cuman itu saja yang mau kubicarakan denganmu. Aku menantikan hari esok dimana kita akan bersaing. Jadi, hari ini, tolong dapatkanlah istirahat yang baik.”

Dan dengan begitu, dia menundukkan kepalanya padaku dan pergi.

Melihat punggungnya yang berjalan menjauh itu, aku sontak berpikir, rasanya sudah agak lama aku tidak melihat sisi dia yang kikuk seperti ini.

...Tapi sayangnya, aku tidak menyangkal fakta bahwa dia juga terasa seperti seekor anjing yang menggigit.



close

1 Comments

Previous Post Next Post