Because I Like You Bab 153

Bab 153
Bersiap-siap untuk kencan belanja pertama setelah sekian lama


Golden Week, itu adalah hari libur yang panjang, tapi sayangnya, kami tidak punya rencana khusus. Bagaimanapun juga, di masa-masa seperti ini, kau bisa menemukan kerumunan orang ada di mana-mana, jadi kami tidak bisa pergi liburan berduaan saja, apalagi kami ini masih anak kelas 2 SMA.

“Di musim panas nanti aku ingin pergi ke pantai. Aku ingin membangun istana pasir dan banyak hal lainnya di pantai bersamamu!”

Duduk di sofa di ruang tamu, dalam penampilan memakai piyama dan rambut yang diikat, Kaede-san mengatakan itu dengan suara gembira. Tidak, bukankah kita seharusnya bermain air kalau di pantai? Sejak kapan hal utama yang harus dilakukan di sana adalah membangun istana pasir?

“Tentu saja aku ingin bermain air, tapi aku juga ingin membangun istana! Sekali saja, aku ingin membangun istana dengan orang yang kucintai.”

“Erm..., baiklah. Kalau begitu, di musim panas ini ayo kita pergi ke pantai dan membangun istana pasir!”

“Ya! Aku menantikannya! Kencan di pantai bersamamu..., ciuman sambil melihat matahari terbenam..., ehehehe.”

Dia tersenyum dengan ekspresi yang tidak senonoh, tapi meski begitu tangannya mengikat rambutnya dengan lihai, dan tau-tau saja, dia sudah selesai mengikat rambutnya dalam model ponytail yang imut. Biasanya aku melihat dia selalu menggeraikan rambutnya, jadi gaya rambutnya sekarang ini terasa menyegarkan.

“Fufufu, bagaimana, Yuya-kun? Apa kau menyukai gaya rambut ponytail?”

“Biar kutanya balik, apa menurutmu ada laki-laki yang tidak menyukai rambut ponytail?”

Original dan yang terbaik, supremasi royal yang sesungguhnya, itulah gaya rambut ponytail. Oh, ngomong-ngomong, orang yang mengatakan itu adalah Mogi, bukan aku. Pada dasarnya aku setuju dengan kata-katanya, cuman aku ingin meluruskan saja bahwa bukan aku yang mengatakan itu.

“Tapi menuruku gaya rambut apa pun akan terlihat cocok untukmu? Bahkan gaya rambutmu hari ini pun terlihat cocok untukmu, kau terlihat lebih imut dari biasanya karena itu terasa menyegarkan dan berbeda dari image-mu. Saking imutnya, aku bahkan merasa tidak ingin membiarkan orang lain melihatnya.”

“M-Makasih, isshh.... aku jadi kewalahan sendiri gara-gara kau mengatakan sesuatu yang membuatku bahagia dengan lugas.”

Mengatakan itu, Kaede-san mendinginkan pipinya yang merah dan panas dengan tangannya. Tapi meksipun dia bilang begitu, kenyataannya dia memang sangat imut, jadi pujianku terlontar secara refleks.

Lagian, setiap orang pasti akan senang saat melihat sisi baru dari orang yang selalu bersamanya, dan itu wajar jika mereka menyebut imut jika penampilan itu memang cocok pada orang yang dimaksud. Malah, mereka yang tidak melakukan itu haruslah dihukum.

“Ehehe, puncak kebahagiaanku adalah saat kau menyebut aku imut, makasih ya.”

Kaede-san terkikik seperti biasanya, lalu berdiri dari sofa dan berjalan keluar dari ruang tamu. Kurasa, setelah ini dia akan pergi ganti baju. Sebenarnya sih, kupikir urutannya adalah ganti baju dulu baru ikat rambut, tapi yah, lebih baik persiapannya perempuan jangan ditanya-tanya.

Ngomong-ngomong, hari ini kami mau pergi ke mall untuk berbelanja, dan atas permintaannya Kaede-san, kami akan mencari pakaian musim panas. Nah, karena kali ini aku tidak akan memilihkannya pakaian dalam seperti yang sebelumnya kulakukan saat kami ke mall dulu, jadi aku menantikan kencan ini.

“Yuya-kun! Aku mau minta pendapatmu!”

“Hm? Ada apa, Kaede-san? Eh, jangan-jangan, pola ini lagi?”

Saat Kaede-san kembali ke ruang tamu, tubuh bagian atasnya telanjang sama seperti yang pernah dia lakukan sebelumnya. Di tangan kiri dan kanannya, dia memegang sepasang pakaian dalam baru. Sebenarnya sih, aku senang dan malu melihatnya sangat berani memamerkan kulitnya yang seputih salju dan mengilap, tapi pemandangan ini terlalu berlebihan untuk jantungku.

“Issh..., kenapa kau malah menutupi wajahmu dengan tanganmu? Aku ingin kau memilihkan pakaian dalam untukku, jadi tolong lihat aku dengan baik!”

Jangan bercanda. Ini tidak seperti waktu itu ketika dia mendesakku sehingga aku tidak punya pilihan lain selain memilihkan pakaian dalamnya. Selain itu, saat itu rambutnya tergerai, jadi tubuh bagian depannya masih sedikit tertutupi. Tapi kali ini berbeda, sekarang, Kaede-san mengikat rambutnya, jadi bagian depannya sama sekali tidak tertutupi. Dengan kata lain, ini adalah situasi yang sangat buruk, dalam artian dimana jantungku mungkin akan meledak.

“Ayo, Yuya-kun, tolong pilih! Hari ini aku ingin memakai pakaian dalam diantara yang warna biru segar atau hijau zamrud, jadi mana yang menurutmu lebih baik?”

“Aku tidak bisa melihatmu, tapi kalau aku harus memilih, maka kurasa lebih baik warna hijau zamrud! Biru sih bagus, cuman menurutku hijau akan cocok dengan gaya rambut ponytailmu! Maksudku, ‘kan serasi tuh kuda sama rumput!”

Saat itu, aku bisa tahu bahwa tiba-tiba dia menjadi sangat marah. Lagian, apa-apaan coba dengan analogi kuda dan rumput?! Itu memang kedengarannya pintar, tapi itu tidak lucu.

“Hei, Kaede-san, apa kau pernah mendengar istilah ‘non-nude erotika’?! Aku tidak menyangkal kalau penampilan telanjangmu adalah pemandangan ilahi, tapi penampilanmu sekarang memiliki keindahan yang membuatku kewalahan! Jadi, cepatalah..., pakai..., pakaianmu...!”

Eh, tunggu dulu, barusan, apa yang secara tidak sadar kukatakan? Apa aku mengatakan sesuatu tentang non-nude erotika? Aku megatakannya, bukan? Ini artinya, setelah ini, yang akan terajadi adalah...

“Fufufu, begitu ya! Jadi intinya, kau menyukai penampilan yang berpakaian namun erotis, ya! Aku senang aku mendengar informasi yang sangat baik seperti ini.”

“Tidak, tidak, tidak! Kumohon, lupakan yang barusan kukatakan!”

“Lain kali, aku akan mendekatimu dengan penampilan yang tidak terlalu terbuka! Jadi, persiapkanlah dirimu, oke?”

Gawat, ini akan menjadi masalah besar. Kaede-san adalah tipe orang yang melakukan apa yang dia katakan, jadi aku yakin dia akan mencoba melakukan sesuatu malam ini. Kalau itu terjadi, aku tidak yakin apakah nantinya aku akan bisa mengendalikan diri.

“Baiklah..., tapi ketika kau melakukannya, maka kau juga harus mempersiapkan dirimu!”

“Eh? Apa maksudmu?”

Tidak mengerti maksud dari kata-kataku, Kaede-san menanyakan itu dengan suara tercengang. Aku pun sontak menekan rasa maluku, menarik napas dalam-dalam, dan berbicara dengan suara serius sambil segera mengangkat dagu pacarku yang suka menggodaku.

“Kalau kau mendekatiku dengan pakaian yang terlalu berlebihan...., aku mungkin tidak akan bisa menahan diri, jadi kau harus mempersiapkan dirimu, oke?”

“Y-Ya..., aku mengerti. Tapi, erm..., sebisa mungkin tolong perlakukan aku dengan lembut, ya.”

Pipi Kaede-san langsung menjadi merah padam, seolah-olah dia akan mendidih dan mengeluarkan uap. Sikapnya yang awalnya menjadi penggoda kini menjadi yang digoda, dan tubuhnya menggeliat saat dia menatapku. Aaah, dia ini imut sekali sih, saking imutnya aku sampai langsung memeluknya dengan erat.

“Nah, kalau kau terus telanjang begini bisa-bisa kau akan masuk angin! Jadi pergilah berpakaian!”

“Mmmm..., aku ingin tetap seperti ini sebentar lagi... Lagian, aku juga tidak khawatir kalau aku masuk angin, soalnya dengan begitu akan bisa memintamu untuk merawatku.”

“Ya ampun, jangan mengatakan hal-hal seperti itu. Udah, cepat bersiap-siap sana, kalau tidak cepetan kau akan kehilangan waktu kencan kita loh?”

“Oh, itu gak boleh sampai terjadi! Aku akan segera ganti pakaian, jadi tunggu bentar, ya!”

Sepertinya, Kaede-san yang terbawa suasana dengan menempelkan pipinya di dadaku disentakkan oleh pernyataanku barusan. Karenanya, dia segera berlari kembali ke kamar tidur. Tapi, tepat sebelum dia meninggalkan ruang tamu, dia mengintip dari pintu dan...,

“Jangan khawatir, aku akan memakai pakaian dalam berwarna hijau zamrud seperti yang kau inginkan!”

Astaga, tolong jangan katakan sesuatu seperti itu sampai kau sudah mengenakan pakaian dalammu.



close

7 Comments

Previous Post Next Post