Bab 5 Bagian 1
Sempurna x 30 menit
Hari itu, aku dan Shigure pergi ke toko elektronik Yodobayashi Camera yang terkenal.
Tujuan kami datang ke sini adalah untuk membeli rice cooker baru.
Prajurit lama yang telah digunakan sejak ibuku masih hidup telah gugur tempo hari, jadi dengan cepat kami ke sini untuk menunjuk penggantinya.
Ngomong-ngomong, untuk pergi dari rumah kami ke Yodobayashi Camera terdekat dibutuhkan perjalanan melewati lima stasiun dengan menggunakan kereta cepat. Itu adalah perjalanan sekitaran 30 menit yang tidak jauh, namun juga tidak terlalu dekat.
Sebenarnya sih toko ini juga menawarkan layanan belanja online, jadi harusnya kami bisa menyelesaikan masalah yang kami miliki dengan cara itu, cuman Shigure maunya pergi ke tokonya langsung. Soalnya, dia bilang akan lebih murah kalau bisa tawar-menawar di tempat.
Tapi..., apakah itu benar-benar akan berhasil?
Aku juga sempat mencoba untuk menawar sebelumnya, tapi aku ingat harganya kurang lebih sama dengan harga bersih melalui online jika pengurangan poin di perhitungkan. Bagaimanapun juga, harga yang ada di amazon yang mendominasi layanan penjualan online telah menciptakan semacam batasan.
Kalau pada akhirnya harganya hampir sama dengan membelinya secara online, maka pengeluaran yang dikeluarkan melalui online akan lebih murah jika dibandingkan belanja offline dengan memperhitungkan ongkos kereta api dan waktu tempuh untuk sampai ke sini. Apalagi kalau perginya di tengah gelombang panas pertengahan Agustus begini. Itu sebabnya, aku menolak untuk pergi, tapi...
[Bukankah itu karena kau adalah pria antisosial dengan masalah keterampilan interpersonal, Onii-san?]
Itulah yang dia katakan kepadaku. Sungguh, kata-katanya itu kasar sekali.
Yah, okelah, okelah. Kalau begitu, ayo kita lihat apa yang bisa dilakukan oleh Shigure-san, seorang dengan keterampilan interpersonal yang hebat.
Itulah sebabnya, saat ini, aku sedang melihat dari jauh saat Shigure sedang tawar-menawar dengan pegawai paruh baya yang mungkin adalah manajer di toko ini.
Nah, aku mengakui kalau aku ini antisosial, tapi ada perbedaan dalam tingkat aib antara mengakuinya pada diri sendiri dengan mengakuinya ketika diberitahukan orang lain. Karenanya, sebagai kompensasi karena merusak nama baikku, aku membuat taruhan dimana jika Shigure tidak bisa mendapatkan harga yang lebih murah dari pembelian online, termasuk pengurangan poin dan ongkos kereta, dia harus membelikanku Starbucks dalam perjalan pulang.
Di sisi lain, jika dia memperoleh harga yang kurang dari yang ada di amazon, akulah yang akan membelikannya Starbucks, jadi di sini aku memberikan dukungan penuh kepada pegawai yang sedang menghadapi Shigure.
Tapi——
“Tidak bisakah kau membuatnya sedikit lebih murah lagi dengan menjadi lima ribu yen?” tanya Shigure, sambil membungkuk dan menatap menengadah.
“Ti-Tidak, gadis kecil, bukanlah menawar lima ribu yen untuk rice cooker seharga dua puluh ribu yen sama sekali tidak sedikit?”
“Ayahku bekerja keras setiap hari, jadi aku ingin memasakkan nasi yang enak untuk beliau. Tapi..., keluarga kami miskin dan kami tidak mampu membeli beras yang berkualitas tinggi... Karenanya, kalau kami memang mau membeli rice cooker yang baru, maka setidanya aku ingin kami membeli rice cooker yang bagus..., jadi, apa harganya benar-benar tidak bisa kurang?” pinta Shigure, sambil dengan lembut meraih tangan pegawai paruh baya itu.
“~~~~! Oke, oke! Paman kalah, bawalah itu dengan harga lima ribu yen, dasar kucing penggoda! Sungguh, ayahmu itu benar-benar punya putri yang baik!
Sialan.
“Nah, aku menang. Dengan begini, waktu minum teh pukul 3 akan menjadi tanggunganmu, Onii-san.”
“Jangan bercanda! Yang kau lakukan itu semacam honey trap, tau!”
Terhadap Shigure yang kembali dengan wajah penuh kemenangan sambil membawa rice cooker di tangannya, aku langsung memberikan protes kepadanya.
Mendengar protesku, Shigure sontak mengembungkan pipinya.
“Loh? Kok kamu malah jadi kayak pengecut gitu sih? Itu sama sekali tidak keren loh, Onii-san?”
“Sejak awal taruhan ini tentang adanya keterampilan interpersonal atau tidak. Itu namanya pelanggaran peraturan kalau memanfaatkan gender dan penampilan yang dapat dianggap sebagai kemampuan bawaan.”
“Oh, apa itu artinya kau mengakui kalau aku ini cantik, Onii-san?”
“...Yah, lagian wajahmu itu mirip sama wajah pacarku.”
Aku tidak ingin dia berpikir kalau yang kupuji adalah dirinya sendiri, jadi aku menjawabnya begitu.
“Hm~, tapi kecantikan pada dasarnya adalah kerugian, tau! Keyakinanku adalah bahwa kecantikan itu hanya menjadi keuntungan jika kau memiliki keterampilan interpersonal untuk dapat memanfaatkannya sebaik mungkin.”
“Hee~, begitukah?”
“Makanya, disini kau harus pastikan untuk mentraktirku dalam perjalanan pulang nanti, oke?”
Tidak, aku sama sekali tidak terima ini, lagian mana mungkin kencantikan itu kerugian!
Cuman, memang sih, itu pengecut kalau di sini aku mengomel lebih banyak lagi.
...Dan yah, berkat negosiasinya Shigure dalam membeli rice cooker, kami dapat menghemat anggaran pengeluaran, jadi harusnya tidak apa-apa aku membelikannya Starbucks sebagai tanda terima kasih.
Aku mencoba meyakinkan diriku seperti itu, dan kemudian menjawabnya, “Baiklah”.
Setelah itu, aku menerima paket berisi rice cooker dari Shigure, dan kami pun pergi ke pintu keluar toko.
Dalam perjalanan, kami berjalan melewati bagian aksesori yanng dipajang melalui jendela kaca.
“Kau lihat apaan?”
“Ti-Tidak lihat apa-apa...”
Ini buruk, gara-gara mataku tertarik, secara tidak sadar aku berhenti berjalan.
“Itu aksesori untuk wanita, bukan? ...Oh, aku mengerti. Kalau dipikir-pikir, tepat setelah akhir liburan musim panas, Nee-san ulang tahun.”
“Yah, begitulah.”
Inilah yang aku maksudkan ketika tadi aku mengatakan ini buruk.
...Sejujurnya, aku tidak ingin berbicara banyak tentang Haruka dengan Shigure.
Soalnya, semakin aku menyadari perasaanku pada Shigure, semakin aku akan merasa tidak nyaman.
Tapi, Shigure yang sama sekali tidak menyadari ketidaknyamananku terus bertanya tanpa segan kepadaku.
“Apa kau berniat memberi Nee-san aksesori sebagai hadiah ulang tahun?”
“...Aku belum memutuskan soal itu.”
“Tapi fakta bahwa toko ini menarik perhatianmu, berarti aksesori termasuk salah satu opsimu, kan?”
“Memberi hadiah aksesori seperti kalung atau cincin itu klasik, bukan...?”
Akan tidak wajar untuk memaksakan perubahan topik pembicaraan ketika percakapan kami telah berkembang sejauh ini. Itu sebabnya, aku memutuskan untuk menyerah dan menjawab pertanyaan Shigure, yaitu, aku kesulitan untuk menemukan hadiah ulang tahun untuk Haruka.
Hari ulang tahun adalah hari yang ada setahun sekali, dan di atas itu, ini akan menjadi pertama kalinya aku memberikan Haruka sesuatu sebagai hadiah. Itu sebbanya, karena ini akan menjadi hadiah pertama dariku, aku ingin memberinya sesuatu yang istimewa dan berkesan.
Tapi ketika aku memikirkan tentang hadiah apa yang akan menjadi berkesan untuk Haruka, aku tidak dapat mengambil keputusan. Bagaimanapun juga, pengalamanku dalam hubungan percintaan yang hanya terbatas pada Haruka saja tidaklah cukup. Dan dengan demikian, orang sepertiku ini pada akhirnya akan memilih opsi klasik dengan memberikan aksesori sebagai hadiah.
“Hm..., tapi kau tidak akan memberikannya cincin, kan?”
“A-Apa itu aneh kalau aku kasih cincin?”
“Bukannya aneh sih, hanya saja itu berat.”
Hmm..., yah, bukannya aku juga tidak kepikiran soal itu sih. Cincin memang tidak ada bandingannya dalam hal keistimewaan, namun di sisi lain itu terasa terlalu istimewa. Lagian, aku dan Haruka juga masih anak SMA.
“Kupikir gelang akan lebih baik sebagai hadiah aksesori. Memakai cincin saat mengenakan seragam atau pakaian kasual agak rumit, jadi jika itu gelang batu alam, di sekolah pun Nee-san akan bisa memakainya—..., aah, tunggu dulu...”
Berhenti di tengah-tengah kalimatnya, Shigure terdiam untuk sesaat.
“Ke-Kenapa?”
“Tidak..., hanya saja setelah kupikir-pikir lagi, kupikir Nee-san akan senang kalau di kasih cincin.”
Hmm, kurasa dia benar.
Memang sih kalau cincin mungkin terlalu istimewa dan akan membuat gadis-gadis lain akan mundur, tapi kupikir jika itu adalah Haruka, dia pasti akan senang, dan itu adalah apa yang kupikirkan sebagai kekasih yang telah berpacaran dengannya selama beberapa bulan.
Selain itu, Shigure yang sudah mengenal Haruka sejak dia lahir pun juga memiliki pendapat yang sama.
“Yah, kurasa cincin mungkin akan berhasil pada Nee-san. Aku menarik kembali apa yang kukatakan sebelumnya.”
“Begitu ya...”
Kalau begitu, aku akan memberikan cincin sebagai hadiah untuk Haruka.
Oh tentu saja, aku tidak akan membelinya di sini, tapi di pusat perbelanjaan dan membungkusnya dengan benar.
“Ngomong-ngomong, Onii-san.”
“Apa?”
“Kau tahu, sebenarnya aku dan Nee-san itu kembaran loh?”
“Hah?”
“Dengan kata lain, hari ulang tahunnya Nee-san sama dengan ulang tahunku.”
“Ka-Kau benar juga.”
“Apa kau tidak memiliki hadiah untuk adikmu yang imut dan menggemaskan yang setiap hari selalu mengurus kakak laki-lakinya?”
Oh, itu toh maksudnya.
Yah, aku memang punya firasat kalau topik ini akan mengalir, dan itu juga merupakan salah satu alasan mengapa aku tidak mau berbicara dengan Shigure tentang hadiah yang akan kuberikan pada Haruka.
Dan tentu saja, jawabanku untuk pertanyaan itu sangatlah jelas.
“Tidak ada.”
“Eh?!”
“Oh benar, Starbucks yang nanti akan kubelikan padamu akan menjadi hadiah ulang tahunmu.”
“Apa?! Kok kau pelit sekali sih?!”
Matanya tampak berkaca-kaca, dan melihat ekspresi wajahnya itu sedikit menyayat hatiku. Tapi, di sini aku berusaha menahan diri untuk tidak mengatakan yang sebenarnya kepadanya.
Yang kumaksud dengan ‘yang sebenarnya’ itu tidak lain dan tidak bukan adalah hadiah ulang tahun untuknya. Lagian, sudah pasti aku akan menyiapkannya, dan sejak awal aku sama sekali tidak berpikiran untuk tidak memberikannya hadiah.
Tentunya, memberikan hadiah kepadanya di sini mungkin tidak sejalan dengan tekadku untuk tidak mengembangkan rasa sukaku padanya, tapi itu bukan berati aku tidak bisa memberikannya hadiah di hari ulang tahunnya.
Karenanya, sudah pasti kalau aku akan memberikan Shigure hadiah.
Namun, tidak akan menarik bagi penerima untuk mengetahui soal itu terlebih dahulu. Bagaimanapun juga, yang namanya kejutan itu harus diberikan saat dia lengah.
“Oh, gelang ini sangat cantik. Hei, hei, Onii-san, tidakkah menurutmu gelang ini terlihat bagus untukku?”
“Hmm, kau benar, itu memang terlihat bagus untukkmu. Kalau kau mau beli maka cepatlah lakukan prosedurnya, aku akan menunggumu di sini.”
“Uuugh~!”
“Kalau kau tidak mau membelinya, maka ayo pergi sekarang.”
“Uuughhh!”
Aku mulai berjalan, meninggalkan Shigure yang mengeluh seperti anak manja.
Pada akhirnya, bahkan setelah kami memasuki kafe yang kami datangi setelah meninggalkan toko, Shigure terus mengeluh padaku dan dengan cemberut mengatakan: “Okelah kalau begitu. Toh lagian di hari itu kau pasti akan berkencan dengan Nee-san, jadi akau akan merayakan ulang tahunku sendiri dengan kue utuh.”
...Aku merasa sedikit tidak enak kepadanya, tapi kurasa inilah apa yang disebut sebagai damage tambahan.
Oh ngomong-ngomong, aku sudah menandai gelang yang dia tunjuk sebelumnya,
Kurasa kapan-kapan aku akan menyelinap keluar untuk membelinya.
Semangat min
ReplyDeleteMantap min
ReplyDeletemantap2, ilustrasinya awto jadi bahan
ReplyDeleteAarggghhh..
ReplyDeleteManis banget shigure..
Uhhh Damage nya
ReplyDelete