Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 3

Bab 3
Panik x Bertemu


“Gawat, gawat, gawat, gawat.”

Haruka ingin datang ke rumahku.

Event besar yang terjadi secara tiba-tiba ini sontak membuatku panik setengah mati. Lagian, tidak mungkin kalau aku tidak panik. Soalnya, selain aku, Shigure juga tinggal di rumah kecil ini, jadi ada terlalu banyak hal yang perlu aku sembunyikan.

Sial, aku benar-bebar ceroboh, seharusnya aku sudah memikirkan tentang ini sebelumnya. Karena aku dan Haruka berpacaran, event ini tentunya akan terjadi di suatu hari, jadi harusnya aku sudah menyadarinya dari sejak lama dan memikirkan cara untuk menghadapinya. Tapi, tidak ada gunanya untuk menyesali itu sekarang.

Dalam hal ini, aku bisa saja menolak permintaan Haruka, hanya saja, sulit bagiku untuk mengatakan ‘tidak’ padanya ketika di sisi lain aku telah berkali-kali berkunjung ke rumahnya. Apalagi, di situasi dimana kami habis memiliki perselisihan, jadi aku tidak mau Haruka mendapatkan kesan bahwa aku mulai menghindarinya karena perselisihan itu.

Selain itu, kupikir Haruka yang mau berkunjung ke rumahku ini adalah suatu bentuk pengambilan langkah yang ingin dia buat. Aku yakin, Haruka membuat permintaan ini karena dia ingin bertemu dan berbaikan denganku, jadi aku tidak ingin mengabaikan perasaan yang dia miliki itu.

Itu sebabnya, pada akhirnya, aku mengatakan ‘iya’ pada Haruka.

Tapi, dalam hal ini, ada seseorang yang harus kumintai kerja samanya terlebih dahulu.

Orang itu adalah Shigure.

Haruka akan berkunjung ke sini pada akhir pekan nanti, jadi entah bagaimanapun caranya aku harus membuat Shigure kelaur dari rumah.

...Tapi masalahnya, apakah Shigure yang sekarang akan mau bekerja sama denganku? Aku punya firasat bahwa akan ada hambatan yang sangat besar, tapi rupanya, ketakutan yang kumiliki itu tidaklah berdasar.

Keesokan paginya, ketika aku bangun tidur dan menjelaskan situasinya pada Shigure, dia tidak segan-segan dan langsung setuju untuk bekerja sama, Dan tidak hanya itu saja, dia juga bahkan membantuku dengan menyembunyikan barang-barang pribadinya.

...Tampaknya, terlepas dari apa yang telah terjadi diantara kami, kurasa Shigure tidak ingin membuat saudarinya merasa sedih. Bagaimanapun juga, meskipun gadis ini punya sifat yang nakal, tapi dia juga merupakan seorang gadis yang tidak akan sembarangan menyakiti orang lain.

 

Akhirnya, hari dimana Haruka akan berkunjung pun tiba.

Setelah melihat Shigure pergi pagi-pagi sekali, aku segera membersihkan ruang tamu dengan mata yang sangat teliti.

Bagaimanapun juga, ruang tamu adalah ruang hidupku, jadi karena hidupku banyak kuhabiskan di situ, beberapa hal yang tidak ingin kutunjukkan pastinya akan jatuh.

...Seperti misalnya, rontokan rambut keriting.

Kenyataannya, meskipun harusnya akan lebih mudah menemukannya menggunakan penyedot debu, tapi sekarang aku sudah menemukan tiga helai seorang diri. Apalagi, aku dibuat terkejut karena rambut-rambut keriting itu jatuh di tempat-tempat yang tak terduga, sampai-sampai beberapa saat yang lalu aku menemukan salah satunya di bawah naungan bola lampu.

Aku ingin tahu bagaimana bisa rambut keriting itu jatuh ke tempat seperti itu? Ada teori yang mengatakan bahwa itu dilakukan oleh hantu atau penerepaan dari teleportasi kuantum, tapi bahkan teori yang tidak masuk akal seperti itu pun bisa membuatku merinding karena tidak bisa menganggapnya sebagai sekadar lelucon belaka.

Tapi sejujurnya, skema terburuk kalau sampai Haruka melihat rambut keritingku adalah aku hanya akan merasa malu, jadi itu masih terbilang tidak apa-apa. Masalahnya adalah, rambutnya Shigure.

Aku memberitahu Haruka bahwa aku tinggal bersama dengan ayahku, jadi jika dia melihat ada rontokan rambut panjang dari seorang gadis, sudah pasti itu akan menjadi masalah besar.

Karenanya, aku harus memberantas rontokan-rontokan rambut ini sepenuhnya.

“.........”

Tapi, gimana ya aku harus mengatakannya..., saat aku merangkak di lantai dan mati-matian menjaga kebohonganku dari Haruka, aku merasa diriku ini sangatlah menyedihkan. Aku tidak menyangka bahwa aku akan seberusaha keras ini dalam menyembunyikan sesuatu dari pacarku.

Kalau saja aku tahu bahwa segala sesuatunya akan jadi begini, harusnya sejak awal aku tidak meyembunyikan soal ini dari Haruka.

Andai saja, ketika segala seuatunya dimulai, aku langsung memberitahukan ini pada Haruka seperti yang sempat kupikirkan...

“Aaah, hentikan, hentikan.”

Aku ini tolol apa?

Kalau aku melakukan itu, maka akan tepat seperti yang Tomoe katakan bahwa Haruka harus terus menanggung situasi dimana pacarnya tinggal di rumah yang sama dengan saudari kembarnya, Itu hanya akan menjadi tindakan melemparkan beban pada Haruka agar perasaan tidak enak yang kumiliki karena aku tinggal bersama saudarinya jadi hilang. Karenanya, dengan aku yang tidak melakukan itu mungkin bisa menjadi satu-satunya pembenaran untuk menyembunyikan semua ini dalam situasi ini.

Ya, keputusan yang aku buat itu sendiri harusnya sudah benar..., harusnya sih, tapi...,

Hal buruknya adalah setelah aku membuat keputusan itu, aku melakukan sesuatu yang bersalah sampai-sampai aku harus menyembunyikan semua ini tidak hanya demi kebaikan Haruka, tapi juga demi diriku sendiri.

Semuanya jadi seperti ini gara-gara aku memiliki hati yang lemah.

Bergantung pada Shigure hanya karena Haruka menunjukkan penolakannya terhadapku membuatku...,

“——!”

Saat tanganku berhenti bergerak karena rasa penyesalan dan penderitaan, saat itu..., terdengar suara bel dari pintu masuk yang menandakan adanya tamu.

Aku sontak melihat ke arah jam, dan mendapati bahwa sekarang adalah waktu yang sudah dijanjikan, yaitu pukul 11:00.
 
Haruka sudah datang.

“...Meratap di sini sama sekali tidak ada gunanya, Hiromichi Sato.”

Aku tidak bisa memberitahu Haruka apa yang telah kulakukan.

Ya, aku tidak bisa memberitahunya.

Soalnya, Haruka masih belum pulih dari kenyataan bahwa orang tuanya berselingkuh dan bercerai.

Aku yakin, Haruka tidak akan memaafkanku kalau aku memberitahunya tentang apa yang telah kulakukan dengan Shigure. Tapi, di sisi lain, ini juga tidak seperti aku selingkuh dengan Shigure. Bagaimanapun juga, aku selalu melihat Haruka melalui Shigure, dan malahan, aku bergantung pada Shigure demi menjaga hatiku tetap cinta pada Haruka.

Tapi, aku tahu kalau itu adalah alasan yang tidak masuk akal, dan aku yakin Haruka tidak mungkin mau menerima alasan seperti itu.

Shigure benar, ini adalah kesalahan yang tak memiliki jalan untuk kembali. Dan kalau ini memang tak memiliki jalan untuk kembali, maka aku harus membawa rahasia ini sampai ke liang kuburku.

Jadi, untuk saat ini, pertama-tama aku harus melewati hari ini!

---

Saat aku membuka pintu depan, kudapati sosok Haruka tengah berdiri.

“...Halo.”

“Halo, Hiromichi-kun.”

“Apa kau tidak tersesat pas ke sini?”

“Ya, syukur aku gak tersesat.”

Mengatakan itu, Haruka menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

Saat ini, dia dalam penampilan mengenakan pakaian musim panas yang ringan dengan memadukan kemeja live bermotif pink cerah pada latar belakang hitam dan celana pendek.

Kakinya yang tampak sangatlah indah dan ramping, dan di tangannya dia memegang kantong plastik dari supermarket yang ada di depan stasiun terdekat dari sini. Apa dia membawakanku beberapa manisan?

“Sejak hari itu, kita belum pernah bertemu dan tatap muka seperti ini, ya.”

“...Kau benar.”

“Sungguh, terima kasih, karena sudah mau memaafkanku setelah aku mengatakan hal-hal yang mengerikan seperti itu.”

“Tidak, akulah yang mengerikan. Aku menjadi tidak sabaran dan lepas kendali, sampai-sampai aku mengabaikan perasaanmu dan mencoba memaksakan perasaanku sendiri kepadamu.”

Aku tahu betul apa yang menjadi penyebab aku menjadi tidak sabaran, yaitu, rasa rendah diriku terhadap Haruka.

Saat aku melihat Haruka digodain cowok-cowok lain saat di pantai, aku langsung memiliki keraguan, keraguan tentang apakah seorang anak SMA yang biasa-biasa saja sepertiku bisa disandingkan dengan sosok kecantikan layaknya model seperti dirinya.

Itu sebabnya, aku menjadi tidak sabaran, dan ketidaksabaran untuk membuatku terburu-buru untuk menjalin hubungan lanjut dengan Haruka.

Aku yakin, bagi Haruka itu pasti sesuatu yang sangat menjengkelkan.

“Kupikir itu perlu untuk membuat persiapan semacam itu, tapi sekarang setelah aku memikirkannya, itu bukanlah sesuatu yang harus kita pikirkan saat ini. Hal-hal semacam itu baru bisa kita pikirkan setelah kita dewasa nanti, erm..., setelah kita menikah.”

“Ya, aku percaya kalau kau pasti akan mengerti itu jika aku memberitahumu, Hiromichi-kun!”

Terhadap kata-kataku, Haruka memberiku senyuman yang jauh lebih cerah daripada sinar matahari musim panas. Dalam senyumannya itu, dia memiliki kepercayaan penuh kepadaku. Meskipun aku telah melakukan hal yang mengerikan padanya, tapi dia masih percaya kepadaku.

...Aku senang.

Bahkan sekalipun kami tidak bisa melakukan sesuatu yang lebih dari ciuman selama bertahun-tahun yang akan datang, selama Haruka terus menunjukkan senyumannya ini di sisiku, itu sudahlah cukup untuk membuatku percaya bahwa dia benar-benar mencintaiku.

“Oh iya, aku mau memastikan sesuatu dulu, kau masih belum makan ‘kan, Hiromichi-kun?”

“Iya, soalnya kupikir aku mau kita makan ramen sama-sama saat kau sudah datang.”

“Baguslah kalau begitu, sekarang, pinjamkan aku dapurmu, hari ini aku akan memasak untukmu.”

Mengatakan itu, Haruka mengangkat kantong plastik yang dia bawa.

Sepertinya, agar bisa memasak untukku, dia sudah mempersiapkan berbagai hal.

Makanan pertama yang di masak sendiri oleh pacarku..., tidak usah ditanya lagi, sudah pasti aku sangat menyambut hal seperti itu.

“Aku menantikan apa yang akan kau masak. Ngomong-ngomong, apa kau mahir memasak?”

“Sebenarnya tidak juga sih, tapi dengan kekuatan dan bumbu cinta, aku pasti bisa memasak makanan yang enak.”

Mengatakan itu, Haruka membuat pose bisep.

...Aku merasakan adanya flag kalau nanti masakannya akan terasa tidak enak, tapi jujur saja, hanya dengan fakta bahwa dia mencoba memasak untukku saja sudah membuatku merasa sangat senang. Karenanya, apa pun itu pasti akan terasa enak bagiku yang sekarang.

“Selain itu, kita juga punya guru memasak yang jago hari ini, jadi kupikir kau bisa lebih berharap!”

Owalah, kalau memang begitu, aku jadi merasa lebih lega. Sekarang, aku sudah tidak sabar untuk makan siang.

......

............?

Eh, ntar dulu!

Bukankah barusan Haruka mengatakan sesuatu yang aneh?

Guru memasak? Guru?

Siapa itu? Lagian, di sini cuman ada aku dan dia——

“Hee~, jadi ini ya rumahnya Hiromichi-san.”

Momen berikutnya, suara yang kudengar datang dari belakangnya Haruka membuatku begitu terkejut sampai-sampai jantungku terasa seperti mau melompat keluar dari mulutku.

Soalnya, suara yang barusan itu terdengar mirip seperti suaranya Haruka.

Dan di dunia ini, seseorang yang memanggilku ‘Hiromichi-san’ dengan suara yang mirip seperti suaranya Haruka hanya ada satu orang, dan orang itu adalah satu-satunya orang yang paling tidak ingin aku temui saat ini.
 
Dan kemudian..., tepat seperti yang kupikirkan, orang yang kupikirkan itu menaiki tangga dan muncul di depanku.

“Oh, bukankah ini memiliki nuansa retro yang bagus? Tapi yah, kurasa laba-laba atau musang biasanya akan sering menyelinap masuk  ke sini.”

“Shi-Shi-Shi-Shigure?!?!”

“Halo Hiromichi-san, sudah lama kita tidak bertemu semenjak kemah di pantai tempo hari.”

E-Eh, m-m-mengapa?!?!

M-Mengapa Shigure ada di sini?!?!

Situasi yang sangat tidak terduga ini membuat mulutku terbuka dan tertutup tanpa suara layaknya ikan yang terdampar di daratan, dan ketika Haruka melihatku yang seperti itu, dia sontak memiringkan kepalanya merasa bingung.

“Hm? Mungkinkah kau belum mendengar apa-apa dari Shigure, Hiromichi-kun? Shigure, sebelumnya kau bilang padaku kalau aku akan memberitahu dia sendiri, ‘kan?”

“Oh, maaf, tapi karena aku ingin melihat wajah terkejutnya Hiromichi-san, jadi aku merahasiakan ini darinya, te~he.

“Y-Ya ampun, kau gak boleh berbuat seperti ini, tau!”

Mendengar kata-kata Shigure, dengan tergesa-gesa Haruka langsung meminta maaf kepadaku.

“M-Maaf ya, Hiromichi-kun. Sebenarnya aku tidak terlalu percaya diri dengan kemampuan memasakku, itulah sebabnya aku mengajak Shigure, soalnya dia jago masak.... Tapi, kalau kau tidak suka jika Shigure ada di sini, aku bisa menyuruhnya pergi sekarang.”

“Eh, kau tidak akan melakukan itu, ‘kan? Lagian, kita ‘kan teman sekelas yang sangat dekat, jadi tidak mungkin kau akan melakukan sesuatu yang ‘jahat’ dengan menyuruhku pergi dari sini?”
 
Nada dan tatapannya tampak seperti dia sedang menggodaku, tapi apa yang ada di balik itu adalah—ancaman.

Jangan bilang, gadis ini, apa dia berencana untuk terus menempel pada Haruka dan masuk ke dalam rumah?

T-Tidak! Itu tidak boleh! Itu terlalu berbahaya!
 
——Tapi...,

[Kalau mulai kedepannya kau menolakku, maka aku akan memberitahu Nee-san semua yang telah terjadi diantara kita sampat saat ini.]

Kalau di sini aku menolaknya, aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan nantinya!

Uggghhhhhhh.........!

“Y-Ya..., a-aku tidak masalah kok kalau kau ada di sini..., toh ini tidak seperti kau adalah orang asing...”

“Fufufu, terima kasih.”

Pada akhirnya, aku menyerah pada tekanan dari tatapan Shigure dan menerima kehadirannya, yang mana itu membuat Shigure sontak menunjukkan seringai nakal.

Di saat yang bersamaan, perasaaan hangat yang ditimbulkan oleh senyuman Haruka pun dengan cepat menghilang, dan itu langsung digantikan dengan rasa sakit yang seolah-olah perutku ditikam menggunakan es.

M-Mulai dari sini, apa yang akan terjadi?

---

“Permisi.”

“Permisi.”

Dari pintu masuk, Haruka dan Shigure berjalan melewati lorong pendek menuju ke ruang tamu yang juga sekaligus menjadi kamarku.

“Ooh, jadi ini ya kamarmu, Hiromchi-kun. Ehehehe, rasanya sekarang aku sedikit gugup.”

“Kok gugup?”

“Soalnya aku belum pernah masuk ke kamar anak laki-laki yang seusiaku sebelumnya... Tapi mengesampingkan soal itu, kamar ini benar-benar rapi dan bersih. Biasanya aku punya gambaran kalau kamar anak-anak laki tuh agak berantakan, tapi sepertinya Hiromichi-kun rajin membersihkannya.”

“Tidak, Nee-san, biasanya tidak mungkin kamar anak laki-laki sebersih ini. Sudah pasti dia membersihkan kamarnya dengan sangat teliti supaya tidak melewatkan sehelai rambut pun untuk menyambut datangnya pacarnya. Dari melihat kain lap yang lagi dikeringkan itu, aku bisa tahu seberapa keras Hiromichi-san membersihkan kamarnya.”

Kau tahu karena kau memang sempat melihatku membersihkannya sialan!

“Begitukah? Tapi kupikir kau tidak perlu sampai musingin soal itu. Toh kalau dibandingkan dengan ruangan klub kami, kurang lebih kamar ini masih lebih bersih.”

“Masalahnya bukan di situ, tau? Bagaimanapun juga, kita ini lagi dalam usia-usia yang sedang mengalami masa puber, jadi aku yakin dia pasti punya satu atau dua hal yang dia tidak ingin pacarnya lihat. Seperti misalnya, sesuatu yang tersembunyi di balik pintu geser yang tertutup secara tidak wajar ini——”

“Ughh......!? O-Oi!”

T-Tunggu, hei, itu kamarmu sendiri, tau!

Saat ini, semua barang pribadi Shigure yang telah dipindahkan dari ruang tamu dan dapur disimpan di sana. Dan sekalipun Shigure tidak memiliki selera yang kuat untuk barang-barang yang berbau feminin, tapi tetap saja ada beberapa barang yang sekilas akan langsung dikenali kalau itu adalah produk wanita. Kalau sampai Haruka melihat sesuatu seperti itu...!

“Ishh, Shigure, kau tidak boleh berbuat seenaknya di rumah orang lain! Kalau kau terlalu mengganggu Hiromichi-kun, aku akan marah loh!”

“Ya, ya.”

Saat Haruka menegur Shigure, dia langsung menjauh dari pintu geser, dan kemudian berseru “Aku cuman bercanda aja kok!” sambil menjulurkan lidahnya ke arahku.

“Maaf ya kalau Shigure sangat iseng terhadapmu, Hiromichi-kun.”

“...T-Tidak apa-apa kok, dan lagi kau juga tidak perlu meminta maaf. Hanya saja, di balik pintu geser ini adalah kamarnya ayahku yang berantakan, jadi jangan dibuka.”

“Ya, aku mengerti.”

“Yah, okelah.”

Seriusan dah, anak ini..., untuk apa sih dia kembali ke sini?!

Situasi dimana aku, Shigure, dan Haruka berkumpul di rumah ini, tidak ada situasi yang lebih buruk daripada ini.

Jangan-jangan...., sejak awal Shigure sama sekali tidak berniat untuk bekerja sama denganku? Lantas, mulai dari sini apa yang akan dia lakukan? Apa dia akan membeberkan semuanya pada Haruka? Ataukah dia hanya ingin bersenang-senang dengan mempermainkanku? Sungguh, aku benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan.

Yang pasti, itu bukan hal yang baik kalau aku membiarkan Shigure lolos dari pandanganku, jadi aku harus terus mengawasi perilaku dan pergerakannya.

Aku pun membawa mereka ke ruang tamu yang juga merupakan kamarku, lalu mengambil cola yang telah kupersiapkan sebelumnya.

Kemudian, kami pun ngobrol-ngobrol singkat. Kami berbicara tentang bagaimana kami menghabiskan liburan musim panas kami, bagaimana pekerjaan rumah kami, dan sebagainya.

Tentunya, dalam sepanjang obrolan yang kami lakukan itu, aku terus mengawasi pergerakannya Shigure. Aku mempertahankan rasa sigap yang kuat sehingga aku akan dapat segera merespon kalau-kalau Shigure melakukan gerakan yang mencurigakan.

Namun, rupanya tindakan yang kulakukan ini terlalu berlebihan....,

“Erm, Hiromichi-kun.”

“A-Apa?”

“Sepertinya kau benar-benar tergganggu dengan kehadirannya Shigure? Soalnya, dari tadi kuperhatikan kau sering sekali menatap ke arah Shigure.”

“Ugh.”

“Ya ampun, kau tidak boleh begitu tau, Hiromichi-san? Kau ‘kan sudah memiliki Nee-san sebagai pacarmu, jadi jangan memberikanku tatapan yang bergairah seperti itu.”

Sialan, padahal dia sendiri tahu alasan mengapa aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya..., dan meskipun dia tahu itu, si iblis ini justru malah mempermainkanku.

“B-Bukan begitu, hanya saja aku tidak terbiasa dengan adanya kehadiran dua gadis di kamarku.”

“Yah, bagaimanapun juga kau itu bukan pria yang populer.”

“Bacot.”

“Ish, kau salah tau Shigure, toh di sini aku sangat mencintai Hiromichi-kun.”

Haruka~, apa kau ini sebenarnya malaikat...?!

“Ngomong-ngomong, aku punya sesuatu yang sudah lama mau kutanyain, kalian ini sudah saling kenal sejak kalian masih SD, kan?”

“Ya, saat itu tidak ada murid kelas empat selain aku dan Haruka yang ada di tempat penitipan anak saat sepulang sekolah.”

Menjawab begitu, aku mempersiapkan diriku pada perubahan topik yang tiba-tiba diangkat oleh anak iblis.

“Kudengar Nee-san sudah menyukai Hiromichi-san sejak saat itu, tapi apa saat itu kau juga sudah menyukai Nee-san, Hiromichi-san?”

“Soal itu...”

“Saat itu tidak mungkin kau suka padaku, kan? Soalnya, saat itu aku masih dalam keadaan syok akibat apa yang terjadi dengan ayah dan ibuku, jadi penampilanku sangat suram dan sama sekali tidak cantik...”

Mengatakan itu, Haruka menundukkan kepalanya merasa malu.

Sepertinya, dia merasa malu pada dirinya yang dulu.

Yah, memang sih, kesan yang kumiliki terhadap Haruka saat ini sangatlah berbeda dibandingkan saat itu. Saat di tempat penitipan anak, hanya dari melihat Haruka saja aku sudah bisa tahu kalau dia adalah anak yang memiliki kesan suram.

Tapi...,

“Mungkin memang diragukan kalau saat itu aku menyukaimu, tapi itu bukan berarti kau tidak cantik.”

“Eh?”

“Aku merasa kalau kesan dari wajahmu yang tersenyum tidaklah jauh berbeda baik sekarang maupun dulu. Aku ingat betul bahwa aku sangat menyukai senyummu itu, sampai-sampai aku sering mencoba melakukan hal-hal yang konyol di dekatmu hanya untuk bisa melihat senyumanmu... Sekarang setelah aku memikirkannya, kemungkinan besar aku sudah menyukaimu sejak saat itu, hanya saja saat itu aku masih tidak mengerti tentang yang namanya perasaaan romantis.”

Kalau saja saat itu kami masih punya sedikit waktu untuk bermain bersama, mungkin aku akan menyadari bahwa aku melihat Haruka sebagai anggota lawan jenis. Tapi yah, sekalipun aku menyadarinya, aku mungkin terlalu malu untuk mengatakan itu kepadanya.

Saat mendengar jawabanku barusan, Haruka tersenyum dan pipinya merona merah. Aaah, dia benar-benar imut.

Di sisi lain, Shigure menggumamkan, “Aku iri”, lalu lanjut berbicara...,

“Saat itu aku juga merasa syok, tapi tidak ada orang yang baik yang mau datang menghampiriku. Aku iri pada Nee-san yang bertemu dengan Hiromichi-san.”

“Shigure...”

Begitu ya, memang sih, aku yakin bukan hanya Haruka saja yang syok saat orang tua mereka  bercerai, dan aku bahkan bertanya-tanya apakah Shigure juga pernah terlarut dalam kesuraman seperti Haruka saat itu.

Tapi yah, dengan melihat Shigure yang sekarang, aku sama sekali tidak bisa membayangkan itu.

Saat aku berpikir begitu, tiba-tiba Shigure mendekatiku, memegang lututku, lalu menatapku dan bertanya.

“Hei, Hiromichi-san. Kalau saja aku yang kau temui di tempat penitipan anak itu, apakah kau akan bergaul denganku?”

“Tentu saja——”

Aku ingin segera menjawabnya ‘Tentu saja aku akan bergaul denganmu’, tapi secara refleks kata-kataku itu langsung terhenti. Soalnya, apa aku benar-benar bisa bergaul dengan Shigure? Aku, seorang anak SD biasa, bergaul dengan perempuan menyebalkan sepertinya?

Hmm....

“Tidak, kurasa aku tidak akan bisa bergaul denganmu.”

“Eh? Kenapa?”

“Soalnya kau itu orangnya jahil.”

Ya, itu benar. Alasan mengapa aku bisa bergaul dengan Haruka adalah karena dia merupakan gadis yang polos. Aku suka dengan senyuman polosnya, dan aku berusaha sebaik mungkin agar aku bisa lebih sering melihat senyumannya itu.

Aku sangat ragu bahwa aku akan mau untuk berusaha keras hanya untuk melihat senyuman nakalnya Shigure.

“Uggh, padahal ‘kan itu hanyalah caraku sendiri dalam menunjukkan kasih sayangku.”

“Lah? Bukankah itu artinya bergaul denganmu saja sudah buruk? Lagian, kasih sayang yang bengkok semacam itu terlalu berlebihan untuk diterima oleh anak SD.”

Terhadap Shigure yang memberikan protesnya saat dia merosotkan bahunya, aku segera menjawabnya.

Kemudian, Shigure sontak cemberut dan menggembungkan pipinya.

“Hmph. Terserahlah kau mau bilang apa, toh aku juga tidak butuh kamu untuk menghiburku karena aku sudah memiliki karate yang menjadi penghiburku.”

“Oh iya, kalau kuingat-ingat lagi kau ini berlatih karate, ya?”

“Ya, aku mulai berlatih karena aku kesal dengan masalah orang tuaku.”

“Begitu ya. Memang sih, kalau kau mendedikasikan dirimu pada olahraga, maka kau akan bisa melupakan hal-hal yang buruk.”

“Tidak, aku cuman berpikir kalau aku akan merasa sedikit lebih baik jika aku memukul seseorang.”

Buset dah, motifnya itu mengerikan sekali.

“Tapi meskipun aku suka memukul, bukan berarti aku suka dipukul. Makanya, biasanya aku akan bertingkah imut supaya para senior akan memberiku belas kasihan.”

“Oi, jangan gunakan debuff dalam karate!”

“Dan kalau misalnya mereka terluka karena pukulanku, aku akan merawat mereka dengan baik. Aku akan mengkompres kepala dan pipi mereka sambil mengatakan, [Pergi dari sini rasa sakit, pergi dari sini rasa rakit!]. Setelah itu, mereka akan merasa senang dan kemudian membiarkanku memukul mereka lagi.”

“Buset dah, bukankah anak SD sepertimu itu terlalu menakutkan? Aku yakin, ada banyak pria yang jadi memiliki fetish aneh gara-gara kamu.”

“Intinya, karate telah membantuku bangkit kembali, jadi aku sama sekali tidak membutuhkanmu, Hiromichi-san. Bleeee~”

“Sungguh, bentuk depresimu itu benar-benar tidak menyenangkan.”

Ya ampun, mengapa dia tidak bisa mengalami depresi yang normal dan tenang seperti yang dialami Haruka?

Saat aku berpikir seperti itu, tiba-tiba...,

“Hee~, kalian berdua sangat akrab, ya.”

Aku dibuat terkejut ketika Haruka mengatakan itu dengan ekspresi yang tercengang.

“Eh..., akbrab? Maksudmu aku dan Shigure?”

“Iya. Soalnya, cara kalian berbicara satu sama lain terkesan sangat natural, dan jarak di antara kalian juga sangat dekat.”

Sekarang setelah Haruka mengatakan itu, aku tersadar kalau jarak antara aku dan Shigure begitu dekat hingga titik dimana bahu kami bisa saja bersentuhan. Dalam hal ini, ini adalah jarak yang terkesan biasa saja dalam interaksi kami saat di rumah, tapi ini tidak biasa bagi Haruka yang berpikir kalau kami hanya sebatas teman sekolah.

G-Gawat, aku mengacau...

Gara-gara selama liburan musim panas aku tidak pergi ke sekolah dan fakta bahwa saat ini lagi ada di rumah, secara naluriah aku berinteraksi dengan seperti biasanya pada Shigure.

Apa bagi Haruka ini tampak aneh? Yang jelas, aku harus segera menindaklanjuti ini...

“M-Maaf, padahal kau sudah repot-repot datang ke rumahku, tapi aku malah mengabaikanmu.”

“Gak apa-apa kok, malahan aku sangat senang. Soalnya, kau benar-benar mendengarkan permintaanku saat aku memintamu untuk berteman dengan Shigure. Terima kasih.”

“Y-Ya..., sama-sama.”

Kendati merasa tidak nyaman dengan jarak yang kumiliki dengan Shigure, Haruka justru senang dan tersenyum riang. Terhadap kata-katanya itu, aku merasa sangat bodoh karena bisa-bisanya aku salah menganggapnya sebagai malaikat, soalnya, dia adalah dewi.

Selain itu, gimana ya aku harus mengatakannya...? Aku yakin, Haruka, dia pasti sama sekali tidak akan merendahkan atau berprasangka buruk terhadap orang lain. Malahan, pemikiran seperti itu saja pasti tidak akan terlintas di benaknya.

“...Nee-san, kau benar-benar mempercayai Hiromichi-san, ya.”

Di sisi lain, saudarinya, Shigure, dia mengerucutkan bibirnya karena merasa bosan dengan sikap Haruka yang sama sekali tidak marah.

Astaga, bagaimana bisa dia berakhir dengan sifat yang seperti ini meskipun dirinya saling berbagi darah dengan sosok dewi seperti Haruka?

“Nee-san, apa kau tidak cemas kalau aku dan Hiromichi-san akrab?”

“Hm? Mengapa aku harus cemas?”

“Soalnya kita ini kembaran, tau? Kita punya wajah yang mirip, gaya rambut yang mirip, suara yang mirip, dan masih banyak lagi kemiripan kita. Jadi tidakkah kau akan cemas kalau adik kembarmu akrab dengan pacarmu? Seperti misalnya, bagaimana kalau pacaramu menyelingkuhimu?”

Gadis ini, apa yang dia lakukan?!

Aku panik, tapi tanggapan Haruka adalah...,

“Hahahaha!” Seolah-olah dia baru saja mendengar lelucon yang lucu, Haruka menepis kata-kata Shigure. “Tidak mungkin aku akan punya kecemasan seperti itu, dan tidak mungkin juga kau dan Hiromichi-kun akan melakukan hal seperti itu. Ya ampun, Shigure, kau ini mengkhawatirkan hal-hal yang aneh saja.”

“Kurasa kau benar.”

“Lagian, Hiromichi-kun itu adalah pangeranku, tau!”

“Ppfft—”

“Pa-Pangeran?”

Aku tersedak secara refleks, dan di sisi lain pipi Shigure sontak berkedut.

Tapi terlepas dari reaksi kami, dengan sangat serius Haruka kembali berbicara.

“Ya, Hiromichi-kun adalah pangeranku. Dia menyelamatkanku ketika aku berada dalam keterperukan saat kami masih SD, menerima perasaanku setelah kami bertemu lagi di jenjang SMA, telah menyayangiku sejak saat itu, menerima semua kelemahanku, dia adalah pangeran yang kuat dan baik hati kepadaku. Itu sebabnya, rasa cemas bahwa Hiromichi-kun akan memiliki hubungan yang gelap dengan adikku sama sekali tidak terbesit di benakku.”

Saat aku mendegar kata-katanya itu, aku ingin berteriak “Uaghh!” saat merasa diriku seperti terjungkir balik. Bagaimanapun juga, ada begitu banyak perbedaan antara apa yang Haruka percayai tentangku dengan siapa diriku yang sebenarnya sehingga itu membuatku diliputi dengan rasa bersalah.

Sepertinya, agak merepotkan juga kalau memiliki pacar dengan hati dan nurani layaknya dewi seperti dirinya.

“Mengesampingkan soal aku, kau sendiri bagaimana, Shigure? Sudah ada beberapa bulan sejak kamu pindah ke sini, kan? Apa kau sudah punya pacar?”

“...Sayangnya belum punya.”

“Begitu ya. Lalu, apa kau punya tipe laki-laki yang kau sukai? Kasih tau aku dong kalau ada. Kita tidak pernah membicarakan hal-hal seperti ini ketika kita masih kecil, jadi aku ingin mendengarnya.”

“Yah, aku sih gak punya tipe yang terlalu spesifik. Selama itu adalah laki-laki yang dengan lahap memakan sarapan buatanku dan akan memegang tanganku saat dia sedang bergumul, itu saja sudah cukup.”

“Hee~, secara tidak terduga kau ini tidak pilih-pilih, ya.”

“...Begitukah? Menurutku sih tipeku ini termasuk pilih-pilih, tapi bagaimana menurutmu, Hiromichi-san?”

Jangan mengalihkan pertanyaan itu kepadaku sialan...!

Dan juga, berhentilah mencubit pahaku di bawah meja...!

Sial, berbicara tentang topik percintaan dengan anggota seperti ini rasa sepertinya sedang berlari di atas ladang ranjau. Pokoknya, aku harus segera mengalihkan topik ini!

“N-Ngomong-ngomong, Haruka, sampai beberapa hari yang lalu kau mengikuti kemah pelatihan bersamaa anggota klubmu, kan? Bagaimana kemahnya? Apakah menyenangkan?”

“Menyenangkan sih..., tapi itu sungguh melelahkan. Soalnya, kami berlatih dari pukul 6 pagi sampi pukul 10 malam. Oh iya, ketua klub kami ada mengunggah foto-foto dari waktu itu, apa kau mau melihatnya?”

“Tentu saja, aku mau melihatnya!”

“Tunggu bentar ya, aku cari dulu, soalnya aku tidak terlalu sering menggunakan instagram...”

Mengatakan itu, Haruka membuka aplikasi instagram, mengutak-atiknya dengan kesan tidak terbiasa, lalu kemudian dia menunjukkannya pada kami.

Di layar aplikasi instagram—(Sebenarnya aplikasi ini juga telah terinstal otomatis di ponselku sejak aku membelinya, tapi tentu saja aku belum pernah menggunakannya)—tampil album foto yang klub darama ambil di kemah pelaithan mereka.

Aku pun muali mengusap-ngusap album itu, sambil di sisi lain merasa lega bahwa aku terlah berhasil mengalihkan topik.

Nah, karena aku tidak tertarik dengan foto orang lain selain Haruka, jadi aku mencari foto yang ada dia di dalamnya, dan yang kutemukan adalah:

Fotonya yang tampak berkeringat saat sedang berlatih, fotonya yang merosot karena lelah setelah berlatih, fotonya yang lagi berpose bersama anggota klubnya yang lain, dan masih ada banyak lagi foto-foto Haruka yang diunggah di sana.

Dari semua foto-foto itu, ada satu foto yang menarik perhatianku, yaitu foto Haruka yang mengenakan jersey dan sedang mengikat rambutnya ke belakang. Kurasa, foto ini diambil sebelum latihan mereka dimulai.

Dia tidak melihat ke arah kamera, dan dia juga tidak berpose atau tersenyum.

Namun demikian, eskpresi seriusnya, kesan tegang, matanya yang tampak bersinar seperti terbakar, serta pantulan cahaya...., itu benar-benar foto yang menampakkan sosok cantiknya. Aku merasa seperti aku akan jatuh cinta padanya, meskipun kenyataannya aku memang sudah jatuh cinta kepadanya. Mungkin, akan lebih tepat untuk menyebut kalau aku telah jatuh cinta ganda pada sosok Haruka yang imut dan keren ini.

“Hee~, foto ini diambil dengan sangat baik. Kau tampak sangat cantik, Nee-san.”

Melihat foto yang sama denganku, Shigure melontarkan kekagumannya.

Tampaknya, fakta bahwa aku menganggap foto ini menarik memang bukan hanya karena Haruka adalah pacarku.

“Hahaha, fotonya sih mungkin memang diambil dengan baik, tapi setelah itu, aku dimarahi sama guru gara-gara aku mengacaukan dialogku. Bahkan saat Ketua menunjukkan foto itu padaku, dia menertawakanku karena aku melakukan fotogenik yang sangat baik.”

“...Hmm~, tapi fotogenik juga merupakan bakat yang hebat, bukan? Soalnya, kau akan bisa memulai debut aktingmu sebagai model gravure terlebih dahulu seperti ibu?”

“Tidak, itu tidak mungkin! Memang sih aku mulai berakting karena aku mengagumi ibu, tapi aku ini aktris yang buruk. Karenanya, tidak mungkin aku bisa menjadi profesional... S-Selain itu, aku mungkin akan mati karena malu jika menjadi model gravure! Jadi aku sama sekali tidak mau melakukan itu!”

Dalam hati, aku merasa sangat lega dengan penolakan tegas dari Haruka. Soalnya, sebagai pacarnya itu adalah subjek yang sangat sensitif bagiku. Memang tidak bisa dipungkiri kalau aku sangat ingin melihat foto-foto gravure-nya Haruka, tapi aku tidak mau ada orang lain juga yang melihatnya. Aku maunya cuman aku saja yang boleh melihat foto-foto gravure-nya.

Tapi kemudian, entah apakah karena kelegaan itu, saat pemikiranku terileks’kan, perutku mengeluarkan suara gerutu.

“Fufufu, sepertinya pacarmu itu tidak bisa mengisi perutnya dengan cerita-cerita suvernimu itu.”

“Oh, maaf ya, Hiromichi-kun, aku malah keasikkan mengobrol. Bentar ya, aku akan segera membuatkanmu makan siang.”

“Aku akan membantumu.”

Mengikuti Haruka, Shigure juga berdiri.

Aku juga berniat untuk membantu mereka, tapi segera Haruka menolak bantuanku dengan mengatakan, “Tidak usah, ‘kan hari ini aku mau memasak untukmu.”

Nah, kalau dia bilang begitu, maka kurasa aku akan menunggu dengan mentalitas masalah dapur bukan urusan pria.

Aku pun duduk dan melihati punggung mereka berdua, tapi kemudian...,

“Aaaah!”

Tiba-tiba, Haruka berteriak saat dia mengeluarkan bahan serta hal-hal lain dari kantong plastik yang dia bawa.

“Ada apa, Nee-san?”

“Aku lupa membeli parutan keju..., Hiromichi-kun, apa kau punya parutan keju?”

“E-Erm...”

P-Parutan keju? Punya atau enggak ya? Aku tidak tahu soalnya semua alat-alat yang ada di dapur dikelola oleh Shigure.

Aku mencoba bertanya pada Shigure dengan lirikan mataku, dan dia langsung menggelengkan kepalanya saat dia mengerti maksudku.

“Maaf, aku gak punya parutan keju.”

“Begitu ya... —Baiklah, karena di seberang jalan ada toserba, jadi aku akan berlari ke sana untuk membelinya!”

“Tidak usah, kau ‘kan sudah mau memasak untukku, jadi biar aku saja yang pergi membelinya!”

“Tidak, biarkan aku yang membelinya..., anggap saja, ini adalah bentuk permintaan maafku atas semua yang terjadi di hari itu. Selain itu, kurasa aku mengandalkan Shigure dalam memasak nanti, jadi setidaknya biarkan aku melakukan ini! Aku akan segera kembali, jadi tunggu sebentar ya!”

Setelah mengatakan itu, Haruka bergegas lari seperti angin, meninggalkan aku dan Shigure berduaan.

---

Haruka pergi, membuat hanya aku dan Shigure saja yang ada di rumah ini saat ini.

Baiklah..., ini adalah kesempatanku untuk bertanya mengapa dia kembali ke sini, jadi aku segera menanyainya.

“Apa maksudnya ini, Shigure?!”

“Apa yang kau bicarakan?”

Dia bertanya balik padaku dengan ekspresi bingung yang imut, seolah-olah dia sedang menyiratkan apakah dirinya ada melakukan sesuau yang salah.

Sial, padahal dia tahu persis apa yang sedang kubicarakan, tapi dia malah berpura-pura bodoh.

“Kenapa kau malah kembali ke sini? Aku ‘kan sudah bilang padamu untuk meninggalkan rumah karena hari ini Haruka akan datang ke sini, tapi kau malah datang kembali ke sini bersama dia. Bukankah kau bilang kalau kau mau bekerja sama denganku?”

“Aku mau kok bekerja sama denganmu, makanya itu aku kembali ke sini.”

“Hah? Logikamu itu sama sekali tidak masuk akal, tau!”

“Astaga, kau ini tidak memikirkannya dengan baik, ya. Aku sudah tinggal di rumah ini selama beberapa bulan, jadi tidak peduli seberapa banyak kau menyembunyikan barang-barang pribadiku atau membersihkan rumah ini, yang namanya bau kehidupan itu tidak bisa disembunyikan.”

“...Tapi ‘kan kemarin aku sudah menyemprot pengharum ruangan.”

“Ya, tapi kita tidak bisa memastikan apakah bau kehidupan itu telah hilang atau belum, soalnya kita sudah terbiasa dengan bau rumah ini.”

“Ugh.”

“Bau kehidupan antara pria dan wanita itu sangat berbeda. Pikirmu apa yang akan terjadi kalau Nee-san mencium ada bau wanita selain dirinya di rumah ini ketika harusnya kau tinggal sendirian karena ayahmu sedang bekerja?”

...Memang sih, itu bisa gawat, jadi jika Shigure ada di rumah ini, Haruka tidak akan memiliki kesalahpahaman yang aneh.

Ini artinya, Shigure benar-benar ingin bekerja sama denganku——

“Yah, itu cuman dalih yang kugunakan saja, sebenarnya aku kesal karena kau dan Nee-san akan bersenang-senang, jadi aku kembali ke sini untuk menjadi pengganggu.”

“Jadi sekarang kau menunjukkan sifat aslimu, ya!”

“Lagian, aku sangat tertarik, tau? Aku tertarik untuk melihat bagaimana seseorang yang mengatakan [Biarkan aku menyentuhmu] padaku akan bertingkah selayaknya seorang pacar di depan Nee-san.”

“Uggh...”

Mendengar kata-katanya yang langsung menusuk ke jantungku, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerang.

...Tidak, erm, kupikir kata-katanya itu merupakan kata-kata yang tidak masuk akal.

Tapi mengesampingkan soal itu..., perasaan tanggung jawab yang kumiliki pada Shigure ini benar-benar menyiksaku. Dan bahkan jika aku ingin mengeluh tentang sikap mengancam yang dia lakukan, itu akan sama sekali tidak adil karena sejak awal aku sendiri yang memicunya.

Apa yang harus kulakukan?

Saat aku bergumul——Shigure menunjukkan ekspresi serius yang aneh dan kemudian mulai berbicara,

“...Tapi, kupikir kau harus menyerah saja pada Nee-san?”

Dia mengatakan itu dengan suara yang sangat dingin daripada yang pernah kudengar dari dia sebelumnya, saking dinginnya sampai-sampai kata-kata itu membekukan pikiranku juga.

“Soalnya, Nee-san tidaklah terlalu mencintaimu, Onii-san.”

Aku sontak dibuat terkejut oleh kata-kata Shigure, tapi itu bukan dikarenakan aku menanggapi kata-katanya itu dengan serius.

Apa yang membuatku terkejut adalah perubahannya Shigure.

Sampai saat ini, dia telah menunjukkan perasaannya kepadaku dengan berbagai cara, tapi dia tidak pernah memfitnah Haruka untuk membuat dirinya terlihat lebih baik. Akan tetapi, barusan, jelas sekali ada tanda permusuhan terhadap Haruka di dalam nada suaranya.

Apa yang terjadi dengan dia?

Meskipun merasa bingung, tapi untuk saat ini aku akan menyangkal fitnahnya itu. Bagaimanapun juga, sebagai pacarnya Haruka, aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja.

“Itu tidak masuk akal! Haruka sangat mencintaiku, buktinya, dia bahkan masih percaya padaku terlepas dari apa yang telah kulakukan kepadanya!”

“Ya, aku sendiri berpikir itu adalah keperyaaan yang besar. Tapi, seorang pangeran yang kuat dan dapat diandalkan serta menerima semua kelemahan yang dia miliki..., itu benar-benar orang yang berbeda dari Onii-san yang aku kenal.”

“Soal itu..., itu hanya akunya saja yang tidak bisa memenuhi ekspektasinya Haruka!”

“Tidak, kau salah.”

Dengan nada suara yang dipenuhi dengan keyakinan yang kuat, Shigure menepis kata-kataku.

“Soalnya, Nee-san tidak mengenal dirimu. Yang dikenal Nee-san darimu adalah dirimu yang masih SD. Yang dia cintai adalah dirimu yang saat itu masih polos dan tidak memiliki hambatan emosional, dirimu yang tidak tahu apa-apa soal yang namanya perasaan romantis.”

“......?!”

“Itu sebabnya..., dia tidak bisa mengerti berapa banyak usaha yang kau lalui agar dirimu bisa memaafkan dirinya. Dia menganggap kalau wajar-wajar saja jika dia dimaafkan, hingga akhirnya dia tidak menyadari betapa berharganya maafmu itu.”

Itu—tidak mungkin, kan?

Aku memiliki terlalu banyak hal yang harus dipastikan, jadi aku tidak bisa memikirkan apa pun untuk dikatakan.

Saat aku kehilangan kata-kata, Shigure lanjut berbicara, dengan nada suara hangat yang berbeda dari nada suara dingin yang dia gunakan sebelumnya.

“Kau sungguh malang, Onii-san. Kau itu bukanlah pangeran yang kuat seperti yang dikatakan Nee-san. Kau adalah orang yang sangat rapuh, sensitif, dan lemah. Tapi karena kau lemah, kau berusaha keras untuk menjadi kuat. Kau adalah orang yang baik hati yang akan berusaha semaksimal mungkin untuk tulus pada orang lain. Aku menyukaimu kamu yang seperti itu itu. Dan aku..., jauh lebih mencintaimu daripada Nee-san.”

Sembari mengatakan itu, Shigure menatap lurus ke arahku..., menatapku dengan mata yang dipenuhi dengan banyak cinta hingga tampak seperti berkaca-kaca layaknya tatapan yang dia berikan kepadaku ketika kami berciuman.

...Setiap kali aku menatap matanya yang seperti itu, aku selalu dibuat kewalahan.
 
Karena, hanya dengan menatap matanya itu saja, aku merasa seperti aku akan tenggelam di dalam luapan cinta yang sangat-sangat tidak terduga.

Dan, yang selalu kupikirkan ketika berada dalam situasi ini adalah:

 

Aku belum pernah merasakan cinta yang begitu dalam seperti ini bahkan dari Haruka.
 

Mungkin saja, perasaan yang Shigure berikan kepadaku memang jauh lebih besar daripada Haruka, tapi meski begitu——

“Hentikan.”

Aku tidak bisa menanggapi perasaannya..., karena, perasaannya itu begitu besar, begitu dalam, dan begitu serius.

Aku tidak seharusnya menanggapi perasaannya itu.

Itu wajar, bagaimanapun juga, aku adalah pacarnya Haruka.

“Aku memahami perasaanmu, Shigure... Meskipun aku ini orangnya bodoh dan tidak pekaan, aku sangat memahami perasaanmu itu... Tapi, aku tidak suka mendengarmu mengucapkan sesuatu yang dimaksudkan untuk menjatuhkan Haruka.”

“......”

“Kau benar, Haruka mungkin berekspektasi terlalu tinggi terhadapku, dan aku sendiri juga berpikir seperti itu. Tapi..., entah apapun alasannya, faktanya Haruka mencintaiku. Memang benar kalau ada saat-saat dimana aku meragukan apakah dia mencintaiku atau tidak, tapi sekarang aku sudah tidak ragu lagi.”

Karena, selama senyumannya terus berada di sisiku, aku tidak akan pernah meragukannya lagi.

“Setelah aku mengatakan sesuatu seperti itu kepadamu, aku tahu kalau aku tidak berhak mengatakan ini, tapi..., aku ingin menanggapi perasaannya Haruka. Jadi, tolong berhentilah mengancamku dan berhentilah menggangggu hubungan kami.”

Kumohon, tambahku, lalu menundukkan kepalaku.

Kupikir aku ini egois, dan aku juga berpikir kalau aku ini pengecut. Bagaimanapun juga, aku telah berulang kali berbohong pada Haruka dan menginjak-nginjak perasaan Shigure.

Sebenarnya aku tidak bermaksud melakukan ini, tapi aku sendiri tidak tahu entah sejak kapan aku jadi kacau begini..., dan lagi, penyesalanku tidak kunjung berhenti.

Tapi, itu bukan berati aku tidak bisa jujur sekarang.

Maka dari itu, aku memohon kepada Shigure.

Mengabaikan akal dan perasaanku, aku memohon kepadanya agar dia mau menyembunyikan rahasia dari saudaranya yang menyedihkan ini.

“Onii-san, kau ini benar-benar mencintai Nee-san, ya.”

Melihatku memohon kepadanya, Shigure menghela napas.

Dia tampak pasrah—tapi nada suaranya tetap terdengar seperti dia telah memutuskan sesuatu.

“Baiklah, aku akan menanggapi permohonanmu itu.”

“B-Benarkah?”

“Ya, tapi ada syaratnya.”

Untuk sesaat, aku merasa sangat lega bahwa akhirnya Shigure mengerti perasaanku, tapi kemudian... “Ei”, Shigure melingkarkan tangannya di punggungku dan memelukku.

Gyuu♪”

“Ap—! Hei, bego! Menjauh dariku! Kalau sampai Haruka kembali dan melihat ini...!”

“Fufufu, maka akan sangat gawat kalau dia sampai melihat ini. Aku yakin tidak peduli seberapa ramahnya Nee-san, kalau adiknya dan pacarnya berpelukan saat dia tidak ada, dia pasti tidak akan bisa mengabaikan hal tersebut.”

“Kalau kau tahu itu, maka menjauhlah dariku...!”

Sial, bukankah dia bilang dia akan menanggapi permohonanku?!

Aku segera meletakkan tanganku di bahu Shigure untuk mendorongnya menjauh dariku, tapi kemudian...,

“Kalau kau mendorongku menjauh darimu sekarang, maka akan kuanggap itu sebagai jawaban terakhirmu, Onii-san.”

“...Hah?”

“Aku akan menerima kenyataan bahwa satu-satunya orang yang kau cintai di dunia ini adalah Nee-san, dan aku tidak akan pernah mengancammu lagi. Tentu saja, aku juga akan berhenti memberikan cinta yang lebih dari sebatas adikmu saja. Dengan kata lain, syaratku padamu adalah kau harus menuangkan segenap kekuatanmu untuk membuatku menjauh darimu.”

Itu tidaklah sulit, bukan?, tambah Shigure, sambil tersenyum dan mendongak dari area dadaku.

...Untuk sesaat, aku terdiam.

Itu bukan karena syarat yang dia berikan itu terlalu sulit. Lagian, sekalipun Shigure punya banyak pengalaman dalam dunia seni bela diri, tetap saja ada perbedaan kekuatan lengan antara laki-laki dan perempuan. Karenanya, itu tidaklah sulit untuk melakukannya dengan memberikan dorongan kuat dari tanganku di kedua bahunya.

...Ya, tepat seperti yang Shigure katakan, ini bukanlah hal yang sulit, tapi..., mengapa Shigure mengajukan syarat seperti ini?

Aku tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya dia pikirkan dengan mengajukan syarat ini. Soalnya, selama aku tidak bisa menunjukkan situasi ini pada Haruka, aku tidak punya pilihan selain melepaskan Shigure sebelum dia kembali. Sudah sewajarnya aku akan melakukan itu, dan aku yakin Shigure sendiri pastinya juga tahu soal itu.

Lantas, sama sekali tidak ada untungnya bagi Shigure untuk meninggalkan cintanya dengan memberikan pilihan yang sudah bisa dipastikan jawabannya.

“...Apa yang terjadi denganmu? Padahal sebelumnya kau bilang kalau kau tidak akan membiarkanku kembali memulai segala sesuatunya dari awal lagi...”
 
Aku tahu betul keseriusan perasaan Shigure, itulah sebabnya aku tidak bisa mengerti mengapa dia memberikan syarat seperti ini.

Tapi, sebagi penegasan terhadap aku yang merasa bingung, Shigure menganggukkan kepalanya dan berbicara,

“Yah, kupikr itu cuman karena akunya saja yang bodoh. Tapi——..., aku begini gara-gara semalam kau sepanjang waktu terus memegang tanganku, Onii-san.”

“...!”

“Padahal kau bisa saja mengancamku kembali, tapi kau tidak melakukannya, dan kau bahkan tetap berada di sampingku sampai fajar tiba... Itu benar-benar membuatku merasa senang. Itu sebabnya, aku merasa tidak enak karena hanya aku saja yang mengatakan hal-hal egois dan membuatmu kerepotan.”

Dia mengatakan itu sambil tersenyum bermasalah, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa dia sedang bercanda.

Kami adalah keluarga yang setiap hari selalu bertatap muka. Karenanya, hanya dari melihat ekspresinya saja, aku bisa tahu kalau saat ini Shigure sedang serius.

Kalau di sini aku mendorongnya menjauh dariku, maka dia akan benar-benar menepati janjinya.

“...Kalau aku menolakmu, apa kau akan menyerah padaku?”

“Entahlah? Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk melakukan itu, tapi mungkin itu akan sedikit berlarut-larut. Tapi yah, kurasa itu bukanlah hal yang harus kau pedulikan, Onii-san.”

“Kok itu malah bukan hal yang harus kupedulikan——?”

“Ya, kau tidak harus mempedulikan itu. Lagian dalam hal ini aku sendiri juga tidak peduli dengan Nee-san.”
 
...Shigure menepis kekhawatiran canggungku.

“Saat aku pertama kali mencuri kecupan bibirmu, apa yang kupikirkan adalah..., aku tidak peduli dengan apa yang akan terjadi pada hubunganku dengan Nee-san selama aku bisa menyampaikan perasaan yang kumiliki kepadamu, sekalipun Nee-san adalah orang yang kusayangi... Di dunia ini, suatu keterikatakan kuat yang membuat dunia tempat kita tinggal ini menjadi dua, yaitu [dunia kita sendiri] dan [dunia bersama orang lain], itu adalah sesuatu yang disebut sebagai cinta, bukan? Itu sebabnya, kalau kau memang benar-benar mencintai Nee-san, maka tanamkanlah di benakku..., bahwa entah apa pun yang kulakukan, aku tidaklah lebih dari penggantinya Nee-san..., bahwa bagimu aku hanya akan menjadi bagian dari [dunia bersama orang lain].”

Di akhir perkataannya, dia menambahkan “Tolong lakukan itu” dengan suara yang pelan, dan kemudian dia menyandarkan keningnya di dadaku.

Setelah itu, dia tidak mengatakan apa-apa lagi.

---

Apa yang harus kulakukan?

Terhadap syarat yang diberikan oleh Shigure, tanganku hanya bisa membeku diam di bahunya.

Kekuatan yang Shigure gunakan untuk bersandar padaku lemah, dan lengannya yang memelukku hanya cukup kuat untuk mengelus punggungku.

Sekalipun di sini aku mendorong bahu rampingnya hanya dengan kekuatan yang ringan, itu saja sudah cukup untuk membuat tubuh Shigure menjauh dariku.

Tapi jika aku melakukannya, Shigure bilang kalau dia akan menyerah memperjuangkan perasaannya padaku. Tidak peduli meksipun dia merasa tidak terima, tidak peduli seberapa menyakitkannya itu, dia akan menyimpan perasaan yang ia miliki di dalam hatinya dan bertindak hanya sebatas sebagai adik perempuanku.

...Apa itu benar-benar merupakan pilihan yang terbaik?

Aku tahu betul betapa kuatnya perasaan yang Shigure miliki, dan itulah sebabnya mengapa saat ini aku merasakan keraguan.

Akan tetapi...,

 

[Keterikatakan kuat yang membuat dunia tempat kita tinggal ini menjadi dua, yaitu [dunia kita sendiri] dan [dunia bersama orang lain], itu adalah sesuatu yang disebut sebagai cinta, bukan?]

 

Kupikir, apa yang Shigure katakan sebelumnya itu benar.

Mencintai seseorang berarti hanya memilih satu orang itu.

Dan aku..., aku telah memutuskan siapa satu orang yang akan menjadi bagian dari [dunia kita sendiri] bagiku, dan itu sudah kuputuskan semenjak aku menerima perasaannya Haruka.

Aku hanya perlu mengeluarkan upaya ringan di sini dan saat ini, dan itu saja akan menyelesaikan banyak masalah. Shigure akan berhenti mengancamku, dan aku bisa memulai semuanya dari awal lagi dengan Haruka.

Selain itu, ini juga merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari jika kami ingin memulai kembali hubungan kami sebagai kakak-adik.

Daripada ditekan oleh cinta yang tidak akan tertanggapi, aku akan memberinya jawaban yang pasti dan kami akan kembali hanya menjadi kakak dan adik lagi. Jadi, bukankah ini juga demi kebaikannya Shigure sendiri?

Tentunya, aku mungkin tidak dapat langsung membenarkan pemikiranku, tapi meski begitu tetap saja aku tidak bisa mengabaikan penderitaannya Shigure.

Sampai sejauh ini Shigure telah banyak membantuku. Jika bukan karena dirinya, mungkin saja cintaku pada Haruka telah hilang. Aku pasti akan membalas budinya itu. Aku tidak akan pernah membiarkan Shigure merasa kesepian. Aku akan menjaga Shigure sebagai adikku seperti yang sudah kulakukan selama ini, tidak, aku akan lebih menjaganya lagi. Aku bersumpah.

Karenanya—, aku memberikan sedikit kekuatan pada ujung jari tanganku yang kutaruh di bahu Shigure.

Aku mencengkram bahu Shigure..., tapi pada saat itu...,

“—...!”

Kurasakan tubuh Shigure sedikit bergetar.

Tapi, itu hanya berlangsung sesaat, karena Shigure segera menahan gemetar tubuhnya.

Namun demikian..., momen sesaat itu saja sudah cukup untuk menghilangkan dalih yang kupikirkan.

Apanya yang demi kebaikannya Shigure? Ini tidaklah lebih dari sekadar pemikiran yang dimaksudkan untuk kenyamananku sendiri.

Ingatlah, apa yang sampai saat ini telah kulihat dari mata Shigure? Tidak mungkin dia akan dengan senang hati melepaskan semua perasaan yang dia miliki itu.

Dia tidak ingin melepaskannya, dan itulah sebabnya barusan tubuhnya bergetar.

Tapi sekalipun dia merasa tidak ingin, dia memberikanku kesempatan untuk menjadi satu-satunya orang yang diuntungkan.

Shigure..., dia selalu seperti ini.

Saat ketika aku pertama kali bertemu dengannya pun, dialah yang memimpin dalam membuat hidupku bersama dengan seorang lawan jenis menjadi lebih mudah.

Pada malam perkemahan pun, dia memelukku ketika aku merasa terluka.

Dan..., tempo hari, saat aku meminta padanya untuk membuatku melupakan Haruka...,

 

[Entah apapun yang kulakukan, kau tidak akan bisa melupakan Nee-san. Tentunya, itu bukan karena kami itu kembar, tapi itu kerana kau adalah tipe orang yang selalu setia. Kau tidak salah, Nee-san lah yang salah. Kau adalah orang yang tidak dapat melihat perbedaan antara dua hal itu... Aku yakin kau akan menyesal nantinya. Kau akan menyalahkan dirimu sendiri dan itu akan terasa jauh lebih menyakitkan daripada yang kau rasakan saat ini.]

 

Pada saat itu, Shigure bisa saja memenuhi permintaanku tanpa harus mengatakan sesuatu seperti itu.

Akan tetapi, dia tidak melakukan itu.

Dia tahu bahwa aku adalah orang yang rapuh, jadi dia memperlakukanku dengan hati-hati agar aku tidak tersakiti ataupun terluka.

Dia sangat mencintaiku sehingga dia bahkan mengatakan bahwa dia tidak peduli dengan hubungan yang dia miliki dengan satu-satunya saudarinya, tapi dia lebih menghargai perasaan yang kumiliki daripada perasaannya sendiri.

Dia bertingkah seolah-olah dia cerdik dan licik, tapi di relung hatinya yang terdalam, Shigure adalah orang yang sangat baik.

Di saat aku kepikiran akan fakta-fakta itu lagi, aku merasakan perasaan sesak di dadaku.

...Mengapa?

Mengapa Shigure sangat mencintaiku?

Mengapa dengan tangan ini aku harus menjauhkannya dariku alih-alih memeluknya?

....Semisalnya...., ya, misalnya...,

Misalnya aku tidak bertemu dengan Haruka... Aku..., apakah aku bisa menanggapi cinta murni yang tidak terbatas ini?

Gara-gara aku bertemu dengan Haruka, aku——

“——...!”

Tidak, hentikan! Apa yang sih kupikirkan barusan!

Apa gunanya memikirkan tentang permisalan yang tidak berarti dalam situasi ini?

Yang harus kulakukan saat ini bukanlah itu. Apa yang harus kulakukan adalah menolak Shigure dan menjadikannya bagian dari [dunia bersama orang lain], agar aku bisa hidup dengan Haruka di [dunia kita sendiri].

Tidak ada hal lain yang harus kulakukan selain itu sekarang, tidak ada.

Jika aku memberikan sedikit saja kekuatan pada tanganku, itu akan menjadi kenyataan.

Tidak akan ada lagi ancaman dari Shigure, tidak akan ada lagi godaan atau cinta yang dia tujukan kepadaku, dan tanpa ragu-ragu aku bisa memulai semuanya dari awal lagi dengan Haruka, aku akan bisa mulai menumbuhkan ‘cinta sejati’ bersama Haruka,

Bukankah itu adalah apa yang kuinginkan?!

Ayo, dorong! Dorong dan pilih! Pilih satu-satunya orang yang akan menjadi bagian dari [dunia kita sendiri] untukku!

Ini adalah yang terbaik. Ini adalah keputusan yang harus aku buat sebagai pacarnya Haruka dan kakanya Shigure. Aku mengerti itu. Ya, aku sangat mengerti itu! Tapi, ———mengapa?

“~~~~~~~~!”

Aku tidak bisa mendorongnya menjauh dariku. Aku tidak bisa mengerahkan kekuatan apa pun ke tanganku yang mencengkram bahu rampingnya. Di dalam diriku, terdapat sesuatu yang membuatku menolak untuk melakukan itu.

“Aku kembali.”

Aku ingin tahu, sudah berapa lama aku dan Shigure terjebak dalam situasi ini?

Satu hal yang pasti untuk saat ini adalah, pintu masuk terbuka, dan aku bisa mendengar suaranya Haruka.

Haruka sudah kembali.

Ini gawat.

Kalau dia sampai melihat pemandangan seperti ini, semuanya akan berakhir.

Tapi, sekalipun aku mengetahui itu, ———aku masih tidak bisa bergerak, dan orang yang langsung bergerak adalah Shigure.

Sementara Haruka melepaskan sepatunya di pintu masuk, Shigure dengan lembut melepaskan pelukannya dan menjauhkan dirinya dariku.

Kemudian, dia mengangkat wajahnya yang telah dia turunkun untuk sementara waktu ini, dan berseru:

“Baiklah, waktunya habis♡”

Ekspresinya saat ini adalah tampilan senyuman nakalnya yang biasa, seolah-olah dia sedang menyiratkan bahwa aku telah dia taklukkan.

Tapi..., dia tidak bisa menyembunyikan sudut matanya yang tampak memerah.

Saat aku melihat ekspresinya itu, aku jadi mengerti segalanya.

Ini bukanlah sesuatu yang ruwet atau memusingkan.

Hanya ada satu alasan mengapa aku tidak bisa bergerak.

Aku merasa tidak ingin... Aku tidak ingin bahwa cinta di matanya itu tidak akan ditujukan lagi kepadaku.

Meskipun aku akan bisa memulai semuanya dari awal lagi bersama Haruka dengan menaruh sedikit kekuatan yang bahkan lebih sedikit dari yang dibutuhkan untuk membuka pintu..., meskipun kupikir itu adalah apa yang aku inginkan..., saat ini aku telah sampai pada titik dimana aku tidak bisa memilih siapa yang akan bersamaku di [dunia kita sendiri].

Aku telah jatuh cinta pada Shigure.

---

Gawat.

Gawat, gawat, gawat, gawat.

Aku tidak tahu...

Aku tidak tahu bahwa di dalam diriku aku memiliki keterikatan seperti itu terhadap Shigure, dan saat aku mengetahui itu keringat dingin yang mengucur dari punggungku tidak kunjung-kunjung berhenti.

Sejak kapan aku seperti ini?

Paling tidak, di hari ketika Shigure menimpa ciuman pertamaku, aku masih bisa memilih dan mengatakan bahwa aku lebih mencintai Haruka daripada Shigure.

Tapi hari ini, aku tidak bisa mengatakan itu lagi.

Demi Shigure, cinta yang tidak layak aku terima dan tidak bisa aku balas, aku telah membuang kesempatanku untuk memulai semuanya dari awal lagi bersama Haruka yang harusnya menjadi bagian dari [dunia kita sendiri] untukku.

Mengapa segala sesuatunya menjadi seperti ini?

Sudah sejak kapan segala sesuatunya menjadi seperti ini?

Di kepalaku, ada banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk.

“Hiromichi-kun?”

“Eh?”

Saat itu, suatu suara memanggil namaku.

Saat aku mendongakkan kepalaku, aku melihat ekspresi Haruka tampak khawatir.

“A-Ada apa, Haruka?”

“...Entah kenapa sedari tadi ekspresimu tampak muram... Apa mungkin makanannya enggak enak?”

Sekarang setelah dia menyebutkan itu.., aku tersadar. Saat ini, untuk pertama kalinya dalam hidupku, pacarku memasak untukku.

Namun, aku memakan makanan masakannya itu seolah-olah aku adalah mesin tanpa indera perasa, bahkan sama sekalli tidak mau memikirkan rasanya karena pikiranku disibukkan di tempat lain.

“E-Enggak kok! Ini sangat enak!”

Untuk saat ini, kuputuskan untuk mengesampingkan pergumulan dan kegelisahan di kepalaku dan memakan makanan yang disajikan di depanku.

Apa yang Haruka masak adalah Neapolitan dengan rasa tomat yang kaya yang menekankan rasa pahit dari paprika, suatu cita rasa bumbu  yang aku sukai.

“Paprikanya enak dan renyah, lalu kepahitannya ini benar-benar yang terbaik!”

“S-Syukurlah! Aku sangat deg-degan, kupikir itu tidak akan cocok dengan seleramu!”

“Tidak, ini sangat enak sampai-sampai aku jadi keasikkan makan.”

Ya ampun, aku tidak menyangka sampai tadi aku memakan masakan yang begitu lezat ini dalam diam.

Aku benar-benar dibuat stres oleh deliriumku sendiri.

[Catatan Penerjemah: Delirium, itu adalah gangguan pada kemampuan mental yang menyebabkan kebingungan dan kurangnya kesadaran akan lingkungan sekitar.]

Dengan ini, apakah aku berhasil mengelabui Haruka?

Saat aku melirik ke arahnya...,

“Kurasa ini semua berkat Shigure, makasih ya.”

Haruka berterima kasih pada Shigure yang lagi duduk di sampingnya dan sedang memutar-mutar pasta di sekitar garpunya.

“Eh? Berkat Shigure?”

“Iya, Shigure bilang padaku kalau kau akan lebih suka jika paprikanya dipotong-potong, karena itu akan membuat paprikanya memiliki rasa yang lebih pahit dan taktil daripada kalau diparut.”

“Dulu saat di sekolah kau pernah bilang kalau kau menyukai paprika ‘kan, Hiromchi-san?”

Selagi mengatakan itu, Shigure meletakkan jari telunjuknya di mulutnya.

Sepertinya, itu adalah gestur yang menyuruhku untuk menyesuaikan topik cerita ini.

“Y-Ya..., kurasa aku memang pernah mengatakannya.”

“Enak ya, kalian berdua berada di kelas yang sama. Rasanya aku agak kesal saat berpikir bahwa Shigure mengetahui sesuatu tentang Hiromichi-kun yang tidak aku ketahui.”

“Fufufu, kalau begitu maka sepertinya suatu hari nanti aku akan tahu lebih banyak tentang Hiromichi-san daripada Nee-san.”

Kenyataannya, aku tidak pernah membicarakan sesuatu seperti itu di sekolah.

Kurasa, dia yang tahu tentang hal-hal seperti itu adalah sesuatu yang dia ketahui dari saat dia mengamatiku ketika kami sedang makan, dan itu dia lakukan agar dia bisa menyajikan makanan yang lezat untukku...

“.........”

[Mengapa?], [Sejak kapan?], betapa bodohnya aku dibuat bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu.

Bagaimanapun juga, ada terlalu banyak momen yang bisa menjadi jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu.

Aku menyukai gadis yang menyukaiku.

Seorang gadis yang mengatakan bahwa dia mencintaiku dan melakukan berbagai hal untuk mengungkapkan cintanya itu, apalagi, gadis itu adalah gadis yang sangat cantik. Bagaimana mungkin aku tidak jatuh cinta pada gadis seperti itu?

Faktanya, dalam apa yang telah kami lalui sampai saat ini, ada banyak momen dimana jantungku merasa deg-degan karena Shigure.

Aku sudah mencoba untuk menyangkal perasaan deg-degan yang tertuju pada Shigure itu dengan alasan karena Shigure adalah saudari kembarnya Haruka, jadi aku membenarkan diriku sendiri yang telah terlalu sering menyerap kasih sayang darinya. Tapi, dengan alasan seperti itu lama-kelamaan aku menyeruput bantuan darinya tanpa berpikir dua kali ataupun merasa ragu.

Akibatnya, tanpa kusadari hatiku telah diserang.

Cinta yang merupakan racun itu terus Shigure tuangkan ke dalam diriku.

Dan pada akhirnya, sekarang aku memiliki pemikiran untuk tidak ingin kehilangan cinta dari Shigure meskipun aku sudah berpacaran dengan Haruka.

Sungguh, ini benar-benar cerita yang menyedihkan.

Terlebih lagi..., fakta bahwa aku tidak bisa memilih Haruka akan memunculkan suatu pertanyaan yang terburuk..., yaitu...,

“Oh, Hiromichi-kun, Hiromichi-kun.”

“A-Apa?”

“Ada noda saus di pipimu. Sini, aku akan membersihkannya.”

“T-Tidak usah!”

Pada saat itu, aku bergerak mundur dari tangan Haruka yang terulur seolah-olah aku menghindarinya.

“S-Sesuatu seperti ini bisa kulakukan sendiri kok.”

“Ahaha, kau benar, toh kau bukan anak kecil, maaf ya.”

“Tidak perlu minta maaf, makasih ya sudah kasih tau...”

Aku berterima kasih pada Haruka saat aku menyeka saus di pipiku, dan disaat bersaman..., aku merasa ngeri.

Aku ngeri pada perasaanku sendiri karena telah mengambil sikap itu.

Aku..., aku tidak ingin memperlihatkan adegan itu.

Aku tidak ingin Shigure yang berada di samping Haruka melihat aku dan Haruka bertingkah mesra selayaknya sepasang kekasih.

Dengan kata lain, pertanyaan terburuk yang kumaksudkan sebelumnya adalah:

 

Saat ini, diantara Haruka atau Shigure, siapa yang lebih kucintai?

 

Aaahhhhh! Cukup! Cukup, cukup, cukup!

Mati-matian, aku menyingkirkan pikiran-pikiran yang berkecamuk di benakku.

Lagian, dalam diriku sendiri sudahlah tidak mungkin untuk memikirkan soal ini!

Memang benar, aku mencintai Shigure sebagai diri Shigure pribadi.

Aku mengakui itu, tidak, aku harus mengakui itu.

Tapi, itu tidak megubah fakta bahwa aku adalah pacarnya Haruka, pacar yang sangat dia percayai sampai-sampai dia menyebutku sebagai pangerannya.

Kalau aku sampai mengkhianati dia, maka sifatku yang kumiliki itu sudah bukanlah sifat manusia!

“H-Hei, Haruka!”

“Hm? Apa?”

“Apa kau tahu kalau di Sungat Tsurumi saat penghujung liburan musim panas di akhir bulan nanti ada festival dan pertunjukkan kembang api?”

“Tentu saja aku tahu, toh setiap tahunnya aku selalu pergi ke sana bersama teman-temanku. Oh iya, kalau dipikir-pikir lagi, bersama ayah dan ibu dulu kita pernah pergi ke sana ‘kan, Shigure? Apa kau masih ingat?”

“Kalau gak salah saat itu kita masih TK, ya? Rasanya nostalgia, aku ingat sekali kalau saat itu kita ada melakukan katanuki.”

[Catatan Penerjemah: Katanuki adalah kegiatan umum di festival Jepang dimana cetakan permen yang terbuat dari tepung terigu, pati, atau gula, diukir menggunakan jarum atau tusuk gigi dalam bentu binatang, bintang, bunga sakura, dll.]

“...N-Nah, tentang itu... Di festival tahun ini, apa kau mau kita berdua pergi melihatnya bersama-sama, Haruka? Tentu saja, aku tidak akan memaksamu kalau kau sudah punya rencana——”

“Mau!!!”

“S-Sungguh?”

“Ya! Kencan saat festival pasti akan sangat menyenangkan! Aku sudah tidak sabar menunggu datangnya hari itu!”

Dengan cepat, Haruka menyetujui ajakanku, membuatku sontak menghela napas lega.

Ya, benar. Kalau aku punya waktu untuk memikirkan hal-hal bodoh, maka lebih baik aku memikirkan Haruka, memikrikan sesuatu yang akan membuat Haruka bahagia.

Bagaimanapun juga, aku ini adalah pacarnya Haruka, aku telah berpacaran dengannya bahkan sebelum aku bertemu dengan Shigure.

Itu sebabnya, jangan pusingin soal matanya Shigure, jangan pikirkan tentang Shigure di depan Haruka.

“Kedengarannya menarik, kuharap aku juga bisa pergi bersama kalian~”

“Gak boleh! Soalnya ini adalah kencan kami. Shigure, kau dapatkanlah pacarmu sendiri lalu pergilah bersamanya.”

“Tch.”

“......”

Aku merasakan perasaan yang tidak nyaman di perutku saat merasa tidak enak karena telah membuat Shigure merasa ditinggalkan.

Sontak saja, aku segera mencakar perutku yang ada di bawah meja untuk menekan perasaan yang tidak nyaman itu.

Lupakan, lupakan, lupakan.

Aku tidak ingin membiarkan Haruka mengetahui hal ini.

Aku tidak ingin membuat Haruka sedih.

Itu sebabnya, kumohon, layulah, jangan sampai perasaan tidak nyaman ini muncul ke permukaan, musnahlah di sana.



close

3 Comments

  1. Woaah .... Thanks min update an nya .... Ganbatte :)

    ReplyDelete
  2. Sialan🤬🤬🤬
    Makin ke sini makin benci w sama mc nya😩
    Dah orangnya labil,plin plan juga,dan selalu mencari pembenaran diri dari setiap hal-hal yg dia lakuin sama shigure...
    W jadi kasian sama shigure yg di ombang ambing kan sama sampah ini😒haruka juga kebanyakan berfantasi yg bikin mc jdi plin plan😤

    ReplyDelete
Previous Post Next Post