Ore no Iinazuke ni natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 2 - Bab Esktra

Bab Esktra
☆ Situasi Keluarga Watanae-san ☆


Sudah hampir empat bulan semenjak aku mulai hidup bersama Yuu-kun!

Hanya dari memikirkan tentang itu saja, aku jadi tersenyum-senyum tanpa henti, sampai-sampai rasanya pipiku mau lepas.

Tapi sungguh..., ada banyak sekali hal yang telah terjadi sejak kami mulai hidup bersama.

Saat aku berpikir aku ingin menyekakan punggungnya, aku memakai pakaian renang sekolah dan mandi bareng dengan dia.

Saat aku pergi kencan dengannya, aku memakai sweater yang mesum dengan punggung yang terbuka sebagai tanggapan atasan permintannya.

Saat aku berpikir aku ingin membuat dia bahagia, aku membuatnya melihatku banyak bercosplay.

...Aku..., apakah aku ini orang yang baik-baik saja?

Sekarang setelah aku memikirkannya, Yuu-kun tidak merasa kecewa, kan?! Dia tidak berpikir kalau aku ini gadis yang aneh, kan?!

Y-Ya, itu pasti..., apalagi kami berdua juga masih punya banyak kenangan lainnya!

Saat dia tidak bisa datang ke live konser, aku melakukan konser pribadi yang hanya untuk dirinya.

Langit berbintang yang kami lihat bersama-sama saat karyawisata sekolah pun juga sangatlah indah.

Di festival musim panas ada banyak hal yang terjadi..., tapi meski tetap saja itu terasa menyenangkan.

Apalagi, itu benar-benar menyenangkan saat kami mengadakan pertunjukkan kembang api berduaan saja di halaman rumah.

Sejak aku mulai hidup bersama Yuu-kun—setiap harinya aku selalu bersenang-senang.

Sebagai seorang [otaku yang banyak bicara], aku mengalami kesulitan untuk bergaul dengan teman-teman sekelasku sampai-sampai ada saat dimana aku tidak mau pergi ke sekolah.

Sebagai aktris pengusara suara bernama Yuuna, sekalipun aku telah mencoba yang terbaik, tapi hal-hal tidak berjalan dengan baik dan membuatku jadi merasa tertekan.

Terhadapku yang seperti itu, orang yang datang menyemangatiku adalah seorang penggemar Yuuna—[Malaikat Maut Jatuh Cinta].

Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan menjadi tunangan dari orang tersebut.

Dan meskipun kami tinggal bersama, tapi dia masih terus mengirimiku surat penggemar, jadinya aku ingin dia berhenti melakukan itu. Soalnya, itu rasanya memalakukan,

Nah, di saat aku memikrikan hal-hal seperti itu, aku jadi teringat bahwa dalam hal ini aku perlu mengucapkan ‘terima kasih’ pada ayahku, bukan?

Awalnya ketika ayahku mempertunangkanku dengan seenaknya, aku berpikir kalau aku tidak akan pernah berbicara lagi dengannya selama sisa hiduku.

Tapi karena orang yang ditunanganku denganku adalah Yuu-kun—maka aku akan memaafkannya dengan lapang dada.

“...Halo, ibu?”

[Oh, bukankah ini Yuuka?! Bagaimana kabarmu? Apa pola makanmu teratur?]

“Ya, kabarku baik.”

[Apa tunanganmu berperilaku buruk seperti melakukan kekerasan terhadapmu?]

“Aku tidak diperlakukan dengan buruk oleh dia! Ya ampun, apa sih yang ibu pikirkan tentang Yuu-kun?”

[Laki-laki itu adalah serigalah, tau? Kalau kau tidak berhati-hati..., maka kau akan dimangsa olehnya.]

Rasanya aku sama sekali tidak mengerti apa yang ibu bicarakan.

Sedari dulu, ibuku adalah orang yang khawatiran... Karenanya, kupikir dia akan langsung merasa tenang jika dia melihatku sekali saja. Yah, meskipun setelahnya aku yakin dia akan langsung menanyakan pertanyaan seperti, “Cucuku gimana? Apa cucuku masih belum dibuat?”,

“Apa ayah ada? Kalau ada bisakah kau bertukar dengannya?”

[Ayah? Tunggu bentar, ya.]

Suara ibu menghilang, mungkin karena dia meletakkan gagang telepon di atas meja dan pergi memanggil ayah.

Beberapa saat kemudian, saat aku menunggu panggilan dari ayah.

[...Halo, Yuuka, gimana kabarmu?]

Pip.

Tanpa berpikir dua kali, aku langsung menutup panggilan.

Namun, kupikir tindakanku ini sudah diduga, jadi aku segera di telepon kembali.

[Jangan memutuskan panggilannya tiba-tiba begitu? Aku ‘kan jadi sedih..., hiks, hiks.]

“Mana mungkin sesuatu seperti itu akan membuatmu menangis?! Kau hanya ingin mempermainkanku lagi saja, kan?”

[Yah, soalnya kau itu imut banget ketika marah gara-gara diisengin.]

“Jangan mempermainkanku!”

Issh, ini benar-benar menyebalkan.

Sungguh, aku benar-benar berharap meski sedikit saja dia ini sama seperti Nayu-chan. Soalnya, anak ini, dia sama sekali tidak memperlakukan sebagai kakaknya!

“...Haah~. Isami, mana ayah?”

[Entahlah? Kesampingkan soal itu, orang macam apa yang menjadi tunanganmu itu?]

“Dia orang yang baik, imut, keren, kadang-kadang sedikit tolol dan juga sedikit mesum..., intinya aku sangat mencintainya!”

[Maaf, aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau bicarakan!]

Ishh, dia ini berisik sekali sih. Lagian, mana bisa aku menjelaskan sebarapa baiknya Yuu-kun melalui telepon.

[Oh iya, aku sudah membicarakan ini dengan ayah dan ibu... Sebagai keluarga Watanae, kami memutuskan untuk pergi menyapa calon suamimu dengan benar. Karenanya, kurasa minggu depan kami akan pergi ke rumah kalian.]

“...Ayah dan ibu akan pergi ke sini?”

[Aku juga.]

“Kau tidak perlu datang ke sini, Isami. Kau tinggal saja di rumah dan bersantai.”

[Gak bisa gitu lah. Bagiamanapun juga calon suamimu itu akan menjadi iparku, jadi aku harus memastikan apakah dia itu adalah pria yang menarik dan cocok untukkmu atau tidak.]

“Hei? Bisakah kau segera bertuakar dengan ayah?”

Ya ampun, bagiamana bisa anak ini begitu bersikeras soal ini.

...Apa Yuu-kun nantinya akan baik-baik saja?

Bahkan jika anak bernama Watanae Isami ini melihat kakaknya dengan pandangan yang menyenangkan, tapi dia ini memiliki kepribadian yang cukup menyebalkan.



close

12 Comments

Previous Post Next Post