Bab 4 Bagian 2
Pengurus
Ujian tengah semester di Akademi Kekaisaran memiliki struktrur yang sedikit berbeda jika dibandingkan dengan SMA-ku yang sebelumnya. Waktu ujian untuk satu mapel adalah 90 menit. Ini dikarenakan jumlah soalnya cukup banyak, jadi waktunya juga lama. Selain itu, ada mapel tambahan seperti Ekonomi yang tidak ada di SMA lain.
Ujian tengah semester itu akan berlangsung selama tiga hari.
Di hari terakhir, hari dimana ujian akan selesai..., akhirnya, aku bisa sedikit merilekskan diriku.
“...Akhirnya selesai juga.”
Pada saat yang sama ketika bel yang menandakan berakhirnya ujian berdering, aku langsung menghembuskan nafas lega.
Karena hari ini tidak ada sesi pelajaran yang akan dilalui, siswa-siswi meninggalkan akademi dengan wajah yang tampak lelah.
Sekilas aku melirik ke arah Hinako, yang saat ini sedang dikelilingi oleh teman-teman sekelasnya saat mereka mengobrol tentang seberapa baik mereka mengerjakan ujian. Sepertinya obrolan mereka akan memakan sedikit waktu, jadi kuputuskan untuk pergi ke toilet.
Setelah menanggapi panggilan alam di toilet, saat aku mencoba kembali ke kelasku, aku bertemu dengan seseorang yang kukenal.
“Narika?”
“......Oh, Itsuki toh.”
Berjalan di koridor dengan langkah yang goyah, Narika berbalik untuk melihatku.
Kulihat, matanya itu seperti telah kehilangan cahayanya.
“Hah, berakhir sudah...... baik ujiannya, maupun aku.”
“...Jadi kau tidak bisa mengerjakannya dengan baik ,ya.”
Aku memang sudah menduganya sejak kami mengadakan sesi belajar kelompok, tapi tampaknya Narika memang tidak mahir dalam belajar. Kecuali untuk mapel PJOK dan Sejarah, dia sepertinya berada di bawah rata-rata dalam mapel-mapel lainnya.
“Kau sendiri bagaimana, Itsuki?”
“...Setidaknya kupikir aku akan terhindari dari nilai merah.”
“Yah, kurasa memang akan seperti itu. Aku memang sudah berpikir kalau semuanya akan jadi seperti ini..., bagaimanapun juga, kau adalah pengkhianat.”
“Lah, kok pengkhianat...”
“Kau meninggalkanku dan bekerja di rumahnya Konohana-san, dan bahkan nilaimu pun dengan cepat menyalipku... Fufufu, seperti yang kupikirkan, kau adalah pahlawanku, pahlawan yang mengingatkan betapa tidak bergunanya diriku ini... Atau mungkin, jangan-jangan, sebenarnya kau ini membenciku ya, Itsuki?”
“Tidak, aku tidak ada bermaksud seperti itu...”
“......Ini menyakikan.”
Itu adalah suara lemah yang sederhana.
Merasa tidak ingin terjebak lebih jauh lagi dalam aura negatifnya yang meluap-luap, aku segera berbalik memunggunginya.
“K-Kalau begitu, aku pergi dulu..., sampai jumpa besok.”
“Besok..., aaa, aku ingin bolos...”
Jangan mengatakan sesuatu seperti Hinako!
Seperti itu, aku kembali ke kelasku dan berpisah dengan Narika yang sedang melihat ke luar jendela dengan mata yang seperti menatap ke kejauhan.
Di kelas, Hinako sepertinya sudah selesai mengobrol dengan teman-teman sekelasnya dan bersiap untuk pulang.
Lalu, seperti biasanya, setelah Hinako masuk ke mobil, aku pergi ke titik pertemuan dan dijemput di sana.
“Kau telah melakukan yang terbaik dalam melalui ujian.”
Saat aku masuk ke dalam mobil, Shizune-san mengatakan itu padaku.
“Bagaimana ujiannya?”
“Berkatmu, aku bisa bisa menyelesaikannya apa adanya.”
“Aku tidak begitu paham dengan ‘apa adanya’ yang kau maksud itu, tapi..., dengan mempertimbangkan hasil dari ujian tiruan yang kau lakukan sehari sebelum ujian, nilaimu pastinya tidak akan buruk. Syukurlah kau belajar dengan giat selama masa-masa ujian.”
“Terima kasih.”
Menerima pujian dari Shizune-san, aku bisa merasakan bahwa ujian itu akhirnya berakhir.
Entah bagaimana, aku berhasil melaluinya.
Satu kesulitan telah berlalu, tapi aku tetap tidak boleh lengah. Kedepannya, aku harus terus belajar.
Mobil terus menuju ke mansion Keluarga Konohana. Dah yah, seperti yang bisa dibayangkan, hari ini aku merasa lelah, jadi kami tidak terlalu banyak mengobrol.
“Ngomong-ngomong, Ojou-sama, anda diminta untuk menghadiri jamuan makan dengan Kagen-sama pada hari Sabtu lusa.”
Dari kursi penumpang, Shizune-san mengatakan itu.
“Pihak lain yang akan makan bersama kalian adalah ketua dari Produsen Kapal Chikamoto dan beberapa eksekutif Sea Japan United. Keduanya adalah perusahaan galangan kapal, dan Produsen Kapal Chikamoto berafiliasi dengan perusahaan di bawah Grup Konohana. Dan untuk Sea Japan United, mereka memiliki modal dan aliansi bisnis dengan Produsen Kapal Chikamoto, jadi tampaknya mereka akan hadir karena hubungan itu. “
Sambil melihat-lihat dokumen, Shizune-san terus menjelaskan.
“Saat anda masih berusia tujuh tahun, anda pernah menyapa ketua Produsen Kapal Chikamoto di acara pertemuan sosial. Lalu, saat mengatur janji jamuan makan, dia bilang kalau dia ingin melihat putri Kagen-sama yang sudah dewasa, jadi diputuskan bahwa anda akan hadir dalam acara jamuan makan tersebut. Dan dengan demikian, mohon untuk tidak bersikap dengan kasar.”
“Hmm..., itu merepotkan.”
“Mohon pengertiannya.”
Mungkin dia sudah terbiasa dengan jenis pertukaran seperti ini, jadi Shizune-san memberitahukannya tanpa ragu-ragu. Di sisi lain, Hinako, yang duduk di sampingku, mengerucutkan bibirnya.
“Lalu, Itsuki-san.”
“Ya.”
“Pada hari acara, kau juga akan berada di tempat acara.”
“Eh?”
Mendengar kata-kata yang tak terduga itu, sontak aku memiringkan kepalaku.
“Kedepannya, kau mungkin akan memiliki kesempatan untuk menghadiri acara pertemuan sosial. Karenanya, tidak ada salahnya untuk membiasakan diri dengan suasana seperti itu selagi kau bisa melakukannya. Tampaknya jamuan makan itu akan diadakan di luar ruangan, jadi pada hari acara, harap amati dari jauh sebagai pelayan dari Keluarga Konohana.”
“......Aku mengerti.”
Hari Sabtu.
Aku mengganti pakaianku ke pakaian yang diberikan oleh Shizune-san padaku untuk menemani Hinako sebagai pelayannya pergi menghadiri jamuan makan bersama Kagen-san.
“Jas, ya,” gumamku, saat aku aku meminta Shizune-san untuk menilai penampilanku.
“Apa kau tidak suka pakai jas?”
“Tidak, bukan begitu..., hanya saja, aku tidak terbiasa mengenakannya.”
Berbeda dengan seragam pekerjaan sambilan, pakaian ini sedikit lebih ketat. Namun, pantulan penampilanku di cermin terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan saat aku mengenakan seragam akademiku yang biasanya. Nah, sebagian dari itu karena saat ini rambutku ditata dengan baik, tapi kurasa itu karena jas yang kukenakan ini berkualitas tinggi.
“Ngomong-ngomong, jas itu adalah merek terbaik di Italia dan harganya 700.000 yen.”
“Eh?”
“Mohon kenakan itu dengan hati-hati.”
Ini adalah produk yang sangat kelas atas dari yang kubayangkan.
Pokoknya, aku tidak boleh membuat setitik kotoran pun menodainya. Dengan kesan misi seperti itu, aku meninggalkan mansion bersama Shizune-san.
“Di sini tempat acaranya.”
Kami butuh sekitaran satu jam dengan mengendarai mobil untuk sampai di tempat tujuan kami, Pension.
[Catatan Penerjemah: Pension, rumah ala-ala Barat.]
“Shizune-san, apa ini juga vila milik Keluarga Konohana?”
“Ini lebih seperti rumah peristirahatan daripada vila. Tempat ini biasanya digunakan untuk menyelanggarakan pesta atau acara.”
Di depanku, ada sebuah rumah bergaya Barat yang sangat besar dan terawat dengan baik. Bagian depannya didekorasi semewah hotel kelas satu, dan ada lapangan golf yang luas di samping gedung.
“Kalau begitu, Ojou-sama, silakan pergi ke sana, kami akan menunggu anda di luar.”
“......Mm.”
Hinako, yang saat ini berpakaian rapi untuk menghadiri jamuan makan, menganggukkan kepalanya.
Dari sini, kami dan Hinako akan berpisah.
“...Itsuki.”
“Apa?”
“Sebentar lagi..., aku akan bertemu dengan om-om yang tidak kukenal.”
“Jangan membuatnya terdengar seperti itu semacam tindak kejahatan.”
Dari posisiku, itu adalah keburaman yang membuatku sulit untuk bereaksi.
Kupikir ini adalah akhir dari cerita kami, tapi..., Hinako masih terus menempel di sampingku.
“...Itsuki.”
“Kali ini apa?”
“...Aku akan melakukan yang terbaik.”
Menatapku, Hinako mengatakan itu dengan mata yang seperti ingin diharapkan melakukan yang terbaik.
Astaga, padahal dia seharusnya bisa mengatakan itu dari tadi...,
“Ya, aku akan mendukungmu. Kalau acaranya sudah selesai, ayo bersantai bersama ketika kita sudah di mansion.”
Saat aku mengatakan itu, Hinako tersenyum lembut.
“...Mm, aku ingin makan es krim lagi,”
Dengan itu, Hinako menghampiri Kagen-san.
Kemudian, setelah punggungnya berjarak sekitar 5 meter dariku...,
“...Es krim?” Bisik Shizune-san padaku. “Itsuki-san, apa yang dia maksud dengan es krim?”
“......”
Menerima tatapan dingin yang membanjiriku, aku langsung mengalihkan wajahku.
Hinako, sialan kau...!!!
---
Setelah berpisah dari Itsuki dan Shizune, Hinako pergi ke depan Vila seorang diri.
Penampilan ayahnya, Kagen, langsung dapat dia kenali dengan segera. Seperti Itsuki, dia juga mengenan jas hitam, tapi jas yang dikenannya dibuat sesuai pesanan darinya dan merupakan merek terbaik.
Pelayan Keluarga Konohana diharuskan mengenakan pakaian yang mahal supaya tidak merusak nama baik keluarga, tapi pada saat yang sama, untuk menghormati anggota keluarga, mereka tidak diperbolehkan mengenakan pakaian yang lebih mahal daripada anggota keluarga. Jas yang dikenakan oleh Itsuki adalah barang jadi seharga 700.000 yen, sedangkan jas yang dikenakan oleh Kagen seharga lebih dari satu juta yen.
“Lama tidak bertemu, Hinako.”
“Mm..., lama tidak bertemu.”
Hinako menjawab sapaan ayahnya dengan kepribadian aslinya.
“Bagaimana ujianmu?”
“......Tidak ada masalah dengan itu.”
“Baguslah kalau begitu. Sebagai putri dari Keluarga Konohana, teruslah pertahankan nilaimu itu.”
Kagen mengatakan itu tanpa melibatkan sedikitpun emosi, seolah-olah saat ini dia sedang berbicara perihal bisnis.
“Bagaimana dengan Itsuki-kun? Sekarang sudah hampir satu bulan sejak dia menjadi pengurusmu, kan?”
“...Dia yang terbaik,” jawab Hinako, dengan menunjukkan sedikit kesenangan.
Melihat itu, kelopak mata Kagen terbuka lebar.
“Ini tidak biasa..., aku tidak menyangka kau akan memuji pengurusmu.”
“...Aku ingin terus bersama Itsuki.”
“Begitu ya. Ini merupakan eksperiman untuk mempekerjakan orang biasa yang tidak ada hubungannya dengan Keluarga Konohana, tapi..., baguslah kalau segala sesuatunya berjalan dengan baik.”
Tanpa tersenyum, Kagen mengatakan itu dengan lugas, seolah-olah dirinya adalah peneliti yang baru saja memastikan keberhasilan eksperimennya. Kemudian, arah matanya menoleh ke arah Hinako.
“Kau tidak terpengaruh sesuatu yang tidak perlu, kan?”
“...Sesuatu yang tidak perlu?”
“Meskipun dirinya bisa menyesuaikan diri dengan kepribadianmu, tapi Itsuki-kun tetaplah orang biasa. Kau tidak harus terjebak dengan dirinya dan menjadi bersikap biasa-biasa saja,”
Tidak mengerti arti dari kata-kata itu, Hinako hanya menatap ayahnya dengan ekspresi bingung.
“Baiklah, ayo pergi sekarang. Hinako, pastikan untuk tidak bersikap kasar,” kata Kagen, sambil menampilkan tatapan yang serius.
Saat berikutnya, Hinako langsung berubah menjadi sosok yang mengenakan topeng.
“Ya, Ayah.”
“......Pinter.”
Sebagai Tuan Putri diantara Tuan Putri, Hinako mulai berakting sebagai Ojou-sama yang paling berbakat di Akademi Kekaisaran.
Beberapa menit kemudian, sebuah mobil berhenti di depan vila, dan para tamu yang akan menghadiri jamuan makan pun tiba.
“Terima kasih sudah berkenan datang jauh-jauh ke sini.”
“Hahaha, aku ke sini karena aku juga ingin ke sini, jadi jangan katakan itu. Dan lagi, kudengar kalau ini adalah acara yang santai.”
Di saat Kagen menyambut tamu-tamu itu dengan formal, tamu-tamu yang datang itu memancarkan kesan yang santai.
Tamunya ada lima, dan mereka semua tampak lebih tua dari Kagen. Dua di antara mereka adalah eksekutif dari Produsen Kapal Chikamoto, dan tiga lainnya adalah eksekutif dari Sea Japan United. Tentunya, Keluarga Konohana adalah yang paling bergengsi di antara mereka, tapi mungkin karena perbedaan usia dan pengalaman, mereka memberikan lebih banyak bersikap santai.
“Hai, lama tidak bertemu ya. Apa kau masih mengingatku?”
Ketua Produsen Kapal Chikamoto memanggil Hinako.
“Ya, saya masih mengingat anda. Saat saya berusia tujuh tahun, saya pernah menyapa anda di pertemuan sosial.”
“Wow, padahal itu sudah lama sekali, tapi terima kasih karena masih mengingatku. Kau masih gadis yang sopan seperti dulu.” kata Ketua Produsen Kapal Chikamoto, dengan ekspresi yang terkesan.
“Hoo~, jadi dia putrinya Konohana-san?”
“Ya, namanya Hinako.”
Saat Kagen memperkenalkan namanya, Hinako membungkuk hormat.
“Aku punya kenalan yang anaknya bersekolah di Akademi Kekaisaran, dan aku mendengar beberapa rumor tentangmu dari mereka. Dengar-dengar, kau dikenal sebagai Ojou-sama yang sempurna di akademi.”
“Saya merasa terhormat.”
Mengatakan itu, Hinako menundukkan kepalanya dengan sopan.
“Nilainya sangat bagus, dan dia tampaknya memiliki masa depan yang menjanjikkan.... Memiliki seorang putri dengan reputasi tinggi seperti dirinya, Konohana-san pasti sangat bangga.”
“Ya. Aku bersyukur putriku tumbuh dewasa dengan baik,” ucap Kagen, dan kemudian melihat sekilas wajah para tamu. “Pasti akan melelahkan untuk berbicara sambil berdiri seperti ini, jadi mari kita pindah tempat. Kami memiliki meja luar ruangan atas permintaaan Chikamoto-san.”
“Ya, mumpung cuaca hari ini lagi cerah, dan kita juga tidak memiliki pertemuan serius yang harus dihadiri, jadi mari kita santai-santai dan mengobrol.”
---
Bersama Shizune-san, kami menonton Hinako dan yang lainnya yang sedang mengadakan jamuan makan.
“Bagaimana pemandangan adegan jamuan makan itu, Itsuki-san?”
“Hmm......” Tanpa mengalihkan pandanganku ke arah Shizune-san, aku menjawab pertanyaannya. “Entah bagaimana, etiket mereka sangat santai. Setiap gerakan yang mereka lakukan tampak sangat alami..., tapi di saat yang sama juga bisa dimengerti kalau mereka sangat peduli terhadap setiap sikap dan tindakan mereka...”
“Itulah etiket yang tepat.” Mengatakan itu, Shizune-san melanjutkan. “Sealami mungkin hingga tidak terasa kaku, tapi cukup tegas sehingga masing-masing dapat melihat bahwa mereka menunjukkan kesopanan. Sekilas, ini mungkin tampak seperti tokenistik, tapi ini adalah buah dari kepatuhan akan aturan bersama satu sama lain. Rasa kerja sama yang diciptakan oleh ini akan membangun hubungan kepercayaan yang lebih kuat.”
“Hubungan kepercayaan...?”
“Akhir-akhir ini etiket sering diremehkan, tapi ada banyak sekali kesempatan ketika yang namanya etiket itu dibutuhkan. Apalagi, itu adalah sesuatu yang diperlukan untuk kaum kelas atas.... Karena bagaimanapun juga, etiket adalah perihal mendapatkan kepercayaan melalui sikap, bukan dengan melalui kata-kata. Dan karena ini adalah situasi dimana kata-kata tidak tidak benar-benar signifikan, maka itulah sebabnya etiket diperlukan.”
Ini pembicaraan yang sulit. Ada beberapa hal yang orang biasa sepertiku tidak bisa mengerti.
“Itulah sebabnya, akan sangat tidak sopan untuk melanggarnya.”
Mengatakan itu, Shizune kemudian menutup mulutnya.
Aku juga menutup mulutku dan terus mengamati jamuan makan Hinako dan yang lainnya.
Sampai sejauh ini, jamuan makan itu tampaknya berlangsung dengan baik.
---
“Hoo~, jadi kau masih belajar lagi saat sudah pulang ke rumah?”
“Ya, namun demikian, saya tidak terusan-terusan juga belajarnya.”
Hinako mengobrol dengan eksekutif Sea Japan United sambil memakan beberapa sayuran yang dia potong dengan pisau.
Pada awalnya, tatapan para tamu ke arah Hinako tampak sangat hangat, namun lama-kelamaan mereka mulai menunjukkan kekaguman. Selain penampilannya yang cantik, Hinako memiliki etiket yang sempurna, dan dia adalah perwujudan dari martabat yang pantas dijuluki Ojou-sama yang sempurna.
“Dia sungguh putri yang luar biasa. Aku jadi ingin menukar putraku yang sinting dengan dirinya.”
Ketua Produsen Kapal Chikamoto mengatakan itu pada Kagen sambil tertawa.
“Tidak perlu merendah, bukankah putra Ketua merupakan lulusan dari universitas terkemuka?”
“Latar belakang pendidikan dan kemampuan adalah dua hal yang berbeda. Putraku itu masih belum matang, dan kurasa untuk saat ini aku masih belum bisa membiarkannya mengambil alih perusahaan,” kata pria itu, dengan ekspresi yang menyayangkan.
Beberapa saat setelah itu, para pelayan Keluarga Konohana mengumpulkan piring-piring dari meja dan kemudian menyajikan hidangan yang baru.
“Oh, apa tidak ada daging?”
“Yah, karena ini adalah makan siang, jadi aku membuat menunya sedikit lebih ringan. Jika ini makan malam, maka aku akan membuat menunya sedikit lebih mewah...”
“Yah, bagaimanapun juga nanti malam aku punya rencana lain. Padahal aku juga sangat berharap untuk bisa mengadakan jamuan makan malam.”
Mengatakan itu, Hahaha, si Ketua dan eksekutif lain sama-sama tertawa.
“Hinako-chan, kau ‘kan masih pelajar, apa kau ingin makan hidangan dengan volume yang lebih banyak?”
“Tidak, saya ini makannya cuman sedikit, jadi segini saja sudah cukup,” kata Hinako, sambil menunjukkan senyum.
Melihat perilakunya yang cantik dan sopan, ketua Produsen Kapal Chikamoto meletakkan jarinya di dagunya.
“Yah, dia benar-benar gadis yang luar biasa seperti yang dirumorkan. Jika seperti ini, pasti ada banyak sekali orang yang ingin dirinya menjadi pengantin wanita mereka.”
“Itu akan menjadi hal yang luar biasa bagi saya sebagai orang tua, tapi sayangnya..., kami belum ada memutuskan untuk membicarakan perihal itu.”
Saat Kagen menjawab seperti itu, kelopak mata si Ketua terbuka lebar.
“Oh, begitukah? Menilai dari tingkat keluargamu, kurasa tidak akan aneh jika dia memiliki seorang tunangan...”
“Dulu dia memiliki tunangan, tapi karena alasan tertentu, hubungan mereka diputuskan. Saat ini Hinako tidak memiliki tunangan atau semacamnya.”
“Ho~,” mata si Ketua menyipit. “Sebenarnya, memiliki kenalan yang sedang mencari jodoh untuk anaknya.”
Kagen hampir tersenyum sesaat, tapi dia segera menahannya.
“Bolehkah aku bertanya lebih lanjut tentang itu?”
“Ya. Kenalanku ini adalah keluarga yang banyak berbisnis di luar negeri. Skala bisnisnya oke, tapi karena keterlibatan keluarga dengan kelas selebertiti, mereka berharap bisa menjalin hubungan dengan seseorang yang mahir dalam beretiket. Nah, ini hanyalah pemikiranku... Kupikir putrimu akan menjadi pasangan yang cocok untuk anaknya kenalanku ini.”
“...Begitu ya. Jadi pihak lain adalah putra dari kenalanmu.”
“Ya, aku yakin kalau usianya sekitaran awal dua puluhan.”
Sambil mereka ngobrol-ngobrol seperti itu, Kagen memikirkan masa depan Keluarga Konohana.
Seorang kenalan dari Ketua perusahaan pembuat kapal, dan juga keluarga yang banyak berbisnis di luar negeri. Dengan demikian, bisnisnya itu pasti ada kaitannya dengan perdagangan. Meskipun skalanya tidak begitu besar, tapi fakta bahwa mereka berbisnis dengan selebriti menunjukkan bahwa mereka memiliki pasar yang unik.
“Aku akan mempertimbangkannya.”
“Haha, apakah itu cuman sekadar harapan saja?”
“Tentu saja tidak, aku akan mempertimbangkannya dengan serius.”
Memberitahu bahwa dia tidak bercanda, Kagen memiringkan cangkirnya ke mulutnya.
Piring-piring kembali dikumpulkan dan menu terakhir untuk jamuan itu diletakkan ke atas meja.
“Tampaknya makanan penutupnya sudah datang.”
“Hoo~, kue panggang ya. Tampaknya tidak buruk juga untuk sesekali mengadakan jamuan yang elegan seperti ini.”
Baru saja, ketua dari Produsen Kapal Chikamoto hanya mengatakan “Sesekali”... Namun demikian, dengan itu Kagen berpikir kalau pria itu suka terhadap hidangan yang dipanggang. Dan benar saja, Ketua yang ada di depannya itu melahap makanan penutup yang dipanggang itu dalam suasana hati yang baik.
“Konohana-san, bolehkah aku memberitahu kenalanku tentang apa yang baru saja kita bicarakan?”
“Tentu saja. Meskipun ini agak terdengar sombong, tapi aku merasa percaya diri dengan kaliber putriku.”
Saat ini, layak atau tidaknya putra dari kenalan yang disebutkan di sini menjadi pasangan Hinako tidak terlalu dipermasalahkan.
Yang terpenting adalah terhubung dengan orang lain. Bahkan jika perjodohan dengan putra si kenalan ini tidak berhasil, maka perjodohan berikutnya mungkin akan berlanjut seperti kali ini.
“Hinako, seperti yang baru saja kau dengar—”
Kagen menoleh ke arah Hinako sambil memanggil namanya, tapi saat itu...
Hinako sedang mengambil kue panggang yang jatuh di atas meja dengan ujung jarinya.
Para peserta jamuan itu sontak menjadi kaku dengan mulut yang menganga. Di sisi lain, dengan santai Hinako memasukkan kue panggang yang sudah jatuh di atas meja itu ke mulutnya, sama sekali tidak menyadari kalau susana di tempat itu dengan cepat jadi dingin.
Aturan tiga detik.
Ya, tepat saat Hinako ingin mengatakan itu, dia teringat bahwa Itsuki tidak ada di sini, dan saat ini dia sedang berada di jamuan makan.
“......Ah.”
Lontaran suara kecil keluar dari bibir Hinako.
“Fumu.” Sambil mengelus jenggotnya dengan jarinya, Ketua Produsen Kapal Chikamoto berkata, “...Tampaknya dia sedikit berbeda dari yang dirumorkan.”
---
Pada saat itu, aku sudah menduga apa yang akan Hinako lakukan.
Ah.
Mungkin, aku melontarkan suara itu di saat yang sama dengan Hinako.
Hinako sendiri pasti telah menyadari kesalahannya, tapi itu sudah terlambat.
Namun demikian, jamuan makan tetap dilanjutkan seperti sebelumnya.
Kalau dilihat sekilas saja, semuanya terlihat baik-baik saja..., tapi untuk sesaat, aku memperhatikan bahwa ekspresi Kagen-san menjadi suram.
“Ini buruk.”
Berdiri di sampingku, Shizune-san menggumamkan itu.
“A-Apa yang akan terjadi...?”
“Aku tidak tahu, tapi..., menilai dari kepribadian Kagen-sama, besar kemungkinan ini akan menjadi yang terburuk dari yang terburuk.”
Biasanya Shizune-san selalu berbicara dengan tenang, tapi saat ini dia merasa gugup.
Setelah itu, aku terus menunggu jamuan makan itu selesai dengan perasaan yang sangat gelisah. Sekitar sepuluh menit kemudian, para tamu keluar dari vila.
“Terima kasih telah datang hari ini.”
“Yah, aku sangat bersenang-senang hari ini. Kurasa aku perlu beristirahat seperti ini sesekali.”
Saat Kagen-san membungkuk dengan segan, tamunya, si Ketua dan para eksekutif, menanggapinya dalam suasana hati yang baik.
Dari kelihatannya tidak ada suasana suram yang melayang, tapi..., seolah teringat akan sesuatu, Ketua Produsen Kapal Chikamoto memberitahukan sesuatu pada Kagen-san.
“Oh iya, Konohana-san. Mengenai perkenalan itu, tolong anggap saja itu tidak pernah terjadi. Bagaimanapun juga, jika aku yang memperkenalkannya, itu akan mempengaruhi reputasiku.”
“...Ya.”
“Haha, jangan terlalu khawatir tentang ini. Pada dasarnya, ini adalah cerita yang tidak ada pihak ketiganya. Sedangkan untukku, aku ingin terus berhubungan denganmu baik secara publik maupun pribadi.”
“Ya, aku sendiri juga demikian.”
Dengan begitu, para tamu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan vila.
Akhirnya, setelah melihat semua tamu pergi, Kagen-san menoleh ke arahku dan Shizune-san.
“Shizune.”
“Iya.”
“Siapa yang mengajari Hinako sikap jelek seperti itu?”
“Itu...,” Shizune-san terpaku dalam kata-kata.
Aku tidak tahan dengan suasana itu, jadi kuputuskan untuk menanggapi pertanyaan Kagen-san.
“...Maaf, akulah yang mengajarinya.”
Saat aku mengaku dengan jujur, Kagen-san menghela nafas seolah-olah dia sudah menduga kalau ini memang karena aku.
“Aku selalu memikirkan soal ini..., apakah seorang pengurus memang benar-benar dibutuhkan?”
Kata Kagen-san, dan dia melanjutkan...,
“Seperti yang sudah kalian ketahui, perbedaan antara kepribadian asli dan kepribadian akting Hinako sangat besar. Dan karena beban yang ditanggung dari dirinya yang berakting sangat besar, dia terkadang akan menunjukkan sikap yang sangat molor. Peran pengurus adalah menyembunyikan kemolorannya dan menindaklanjutinya sebaik mungkin..., tapi pada akhirnya, ini adalah cara memutar dalam melakukan sesuatu.”
Saat dia mengatakan itu, Kagen-san melirik sekilas ke arah Hinako. Tatapan matanya itu sangat dingin sehingga sulit dipercaya kalau itu adalah mata dari orang tua yang sedang melihat putrinya.
“Sejak awal, kita seharusnya tidak boleh membiarkan Hinako bersikap molor. Inilah yang akan jika terjadi jika dia memiliki kepribadian alami... Pada akhirnya, pengurus adalah keberadaan yang mendorong Hinako terus bersikap manja.”
Seolah bergumam pada dirinya sendiri, Kagen-san kemudian menatap Shizune-san.
“Shizune, mulai sekarang, pastikan agar Hinako terus berakting secara menyeluruh baik di depan publik maupun pribadi.”
“Publik dan pribadi?”
“Ya. Tidak hanya saat dia berada di akademi, tapi juga saat dia berada di mansion.”
“...Tapi jika seperti itu, Ojou-sama akan pingsan dengan sangat cepat.”
“Biasakan.”
Dengan singakt dan padat, Kagen-san menegaskan itu.
“Inilah yang terjadi ketika dia memanjakan diri hanya karena dia jatuh pingsan. Ini tidak seperti dia mengidap penyakit kronis atau semacamnya... Kalau sampai lebih dari ini, aku tidak akan tahan lagi. Apapun caranya, dia harus mengatasinya. Kalau perlu, aku akan memberikan waktu dan mentor untuk melakukan itu... Selama dia adalah orang yang terlahir dari Kelaurga Konohana, itu sudah menjadi kewajibannya untuk menjaga nama baik keluarga.”
Saat aku mendegar kata-kata itu, masa depan yang terburuk terlintas di benakku.
Ini bukan masalah pingsan atau tidak pingsan.
Terus berakting baik di depan publik maupun pribadi.
Itu artinya, kepribadian asli Hinako..., akan disegel sepenuhnya.
“T-Tunggu dulu!”
Secara tidak sadar, aku menyela Kagen-san.
Ekspresi Kagen-san saat dia menoleh ke arahku sangat dingin. Untuk sesaat, aku terkesiap, tapi kemudian aku berhasil berbicara dengan suara yang bergetar.
“Erm... Aku minta maaf karena menjadi penyebab rusaknya acara jamuan makan ini. Tapi tetap saja, bukankah itu terlalu berlebi—”
“Ini bukan salahmu,”
“......Eh?”
“Sejak awal, kebanyakan pengurus akan berhenti dari pekerjaan mereka dalam waktu yang singkat, itulah sebabnya, aku berpikir bahwa dirimu juga akan demikian. Aku berpikir bahwa pengaruh yang akan kau berikan pada Hinako akan kecil...., karenanya, bukan dirimu yang salah di sini, tapi justru aku karena membuat penilaian yang seperti itu, dan juga salah Hinako sendiri yang sangat mudah terpengaruh,” kata Kagen-san, dengan penyesalan yang terukir di wajahnya.
“Shizune. Saat kembali ke mansion nanti, berikan Itsuki-kun gajinya.”
“......Dimengerti.”
Mendengar percakapan singkat itu, aku memiringkan kepalaku.
“Gaji......?”
Memang benar, ini sudah hampir waktunya aku akan gajian.
Tapi hari ini, alasan dari penerimaan gaji yang mendadak ini adalah...
“Mulai sekarang, Hinako tidak membutuhkan seorang pengurus.” Mengatakan itu, Kagen-san kemudian menatapku. “Itsuki-kun, mulai hari ini pekerjaanmu sudah berakhir.”
---
Dua jam kemudian.
Aku tercengang ketika aku menatap gerbang besar yang tertutup.
“......Ini bohong, kan?”
Sebagai pemimpin Keluarga Konohana, ketrampilan Kagen-san sangat luar biasa.
Segera setelah kami kembali ke mansion, aku langsung disuruh Kagen-san untuk mengemasi barang-barangku. Karena ini adalah pemecatan mendadak, dia juga memberiku sejumlah uang sebagai tambahan gajiku. “Jika kau tidak punya tempat untuk dituju, kau bisa menggunakan uang ini untuk sementara waktu." Itulah yang dikatakan Kagen-san padaku dengan ekspresi dingin.
Aku diberi uang dengan jumlah yang luar biasa, dan setelahnya aku dengan mudah diusir dari mansion.
Hanya dalam satu hari..., hanya dalam beberapa jam, hari-hari yang sampai saat ini kuhabiskan di sini jadi hancur berantakan.
Dengan begini, aku tidak lagi bisa menghadiri Akademi Kekaisaran. Aku yakin, prosedur pengeluaranku dari akademi akan dilakukan secepat prosedur perpindahanku. Bagaimanapun juga, Keluarga Konohana memiliki kekuatan yang kuat, jadi aku yakin sesuatu seperti itu akan mereka selesaikan dengan mudah.
“Hahaha.” Tawa kering keluar dari mulutku. “...Yah, sejak awal ini adalah kehidupan yang sudah seperti mimpi.”
Rasa minder mengambil alih akal sehatku.
Andai saja ini semua hanyalah mimpi.
Dengan begitu—Hinako tidak perlu menderita.
“......Hinako.”
Kalau terus begini, Hinako akan dipaksa menjalani hari-hari yang jauh lebih sulit dari sebelumnya.
Tapi sekarang, aku tidak bisa mengeluh pada Kagen-san.
Bagaimanapun juga, sejak awal ini semua adalah salahku.
Kagen-san mengatakan bahwa aku tidak bertanggung jawab dalam masalah ini, tapi itu tidaklah benar. Ini semua karena aku telah mengajari Hinako omong kosong tentang ‘Aturan Tiga Detik’. Selain itu, meskipun aku tahu kalau Hinako memiliki minat yang luar biasa pada kebiasaan umum seperti itu, aku justru membiarkannya.
Aku bertanggung jawab dalam masalah ini. Tapi, meskipun aku berpikir demikian... Aku tidak bisa berbuat apa-apa.
“Itsuki...?”
Saat aku berkeliaran tanpa tujuan di jalanan kota, seseorang memanggil namaku.
Dengan perlahan, aku menoleh ke asal suara tersebut, dan di sana, ada seorang gadis yang kukenal, seorang gadis berambut hitam yang diikat dan direntangkan hingga mencapai pahanya.
“...Narika? Kau ngapain di tempat seperti ini?”
“Aku sedang jalan-jalan. Sebelumnya aku sudah bilang kan, bahwa setelah aku berhasil mengalahkan ayahku, akhirnya aku memiliki kebebasan. Karenanya, sekarang aku diperbolehkan untuk jalan-kalan keluar—”
Narika, yang memberitahukanku itu dengan bangga, tiba-tiba langsung berhenti berbicara saat dia melihat wajahku. Setelahnya, ekspresi Narika langsung berubah jadi cemas.
“...Ada apa, Itsuki? Apa yang terjadi padamu?” Tanya Narika, dengan kesan kekhawatiran.
Aku bermaksud untuk bersikap tenang, tapi..., aku tidak bisa menyembunyikan emosi yang bergejolak di dadaku.
“Sebenarnya—”
Aku tidak ingin menimbulkan masalah bagi Keluarga Konohana, jadi aku menjelaskan sambil tetap merahasiakan apa yang harus dirahasiakan.
Karena aku, Hinako jadi berperilaku buruk di depan depan umum. Akibatnya, aku diusir dari mansion Keluarga Konohana. Dan kemudian—pengawasan terhadap Hinako akan diperkuat. Inilah tiga hal yang kuberitahukan pada Narika.
“......Jadi begitu ya.”
Saat Narika mendengar semua itu, dia kemudian berbicara dengan ekspresi rumit di wajahnya.
“Seorang Konohana-san berperilaku buruk di depan umum, ya... Itu terdengar sulit untuk dipercaya, tapi dari melihat kondisimu, tampaknya itu benar.”
Narika menatapku dengan lebih khawatir, mungkin karena saat ini aku memiliki ekspresi yang sangat suram.
“Meskipun tidak sebesar Keluarga Konohana, tapi Keluarga Miyakojima juga merupakan keluarga yang besar. Itulah sebabnya, aku cukup bisa memahami stiuasinya. Aku yakin, Konohana-san pasti mengalami masa-masa yang sulit yang tidak kuketahui.”
“......Ya.”
Bahkan tanpa aku haru menceritakan keseluruhan ceritanya, Narika bisa memahami situasinya.
“Apa yang terjadi dengan Konohana-san?”
“Aku tidak tahu rinciannya. Namun, kupikir dia akan menjadi lebih terkekang daripada sebelumnya. Bahkan dia mungkin tidak akan bisa lagi melakukan hal-hal seperti pesta minum teh ataupun belajar kelompok.”
“Begitu ya..., Keluarga Konohana memang benar-benar ketat. Aku tidak menyangka kalau mereka akan mengekang putri mereka sendiri dan mengusirmu hanya karena satu kesalahan saja.”
Itu mungkin dikarenakan Kagen-san tidak menganggap Hinako sebagai putrinya sendiri. Paling tidak, perkataan dan tindakannya selama ini tidak menunjukkan bahwa dia memperlakukan Hinako sebgai putrinya.
“Semua ini..., adalah salahku.”
Secara tak sadar, aku mengutarakan apa yang kupikirkan.
“Jika saja aku tidak mengajarinya sesuatu yang tidak perlu, semua ini pasti tidak akan terjadi.”
Namun sekarang, aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menyesalinya.
Aku bertekad untuk melakukan yang terbaik untuk mengisi kesepian Hinako. Namun inilah hasilnya. Aku justru membuat Hinako jadi lebih menderita daripada sebelumnya.
“Pada akhirnya, aku hanyalah orang biasa yang bahkan tidak tahu apa-apa tentang etiket. Jika saja aku tahu kalau semuanya akan berakhir seperti ini, seharusnya sejak awal aku tidak terlibat dengan Hinako—”
“—Itu tidak benar!” Kata Narika, dengan suara yang nyaring.
Kelopak mataku terbuka lebar menghadapi keberanian tak terduga dari Narika yang biasanya penakut.
“Itu tidak benar, Itsuki. Dirimu tidak pernah salah!”
“Narika...?”
“Ingatlah diriku yang dulu!”
Mengatakan itu, Narika menatap lurus ke arahku.
“Aku dulu dilarang keluar dengan bebas! Tapi kau telah mengubah duniaku! Aku masih mengingat akan hari-hari itu dengan sangat jelas! Semua yang kau lakukan padaku telah membuatku menyadari betapa kecilnya dunia tempat aku tinggal!”
Dengan diliputi emosi yang terkesan, Narika terus melanjutkan.
“Jika bukan karenamu, aku yakin kalau sampai saat ini aku masih takut akan dunia luar. Aku tidak akan tahu tentang enaknya jajanan, cara berbelanja, hiruk-pikuk kota, ataupun kesunyian menenangkan yang ada di taman. Itulah sebanya, aku sangat berterima kasih pada dirimu. Aku sangat, sangat berterima kasih padamu sehingga aku tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.”
Mengatakan itu, Narika menurunkan pandangannya.
“Aku yakin, itu juga berlaku sama untuk Konohana-san,” gumam Narika, dengan kesan menyayangkan. “Dibesarkan tanpa tanpa diajari apa pun selain apa yang dibutuhkan. Itu rasanya amat teramat sepi... Aku yakin, kau menyelamatkan tidak hanya aku, tapi juga Konohana-san dari rasa kesepian itu.”
Setelah mengatakan itu, Narika kembali menatap mataku.
“Percara dirilah, Itsuki. Karena itulah bagian dari dirimu yang k-k-kusuk—” Narika, yang saat ini pipinya memerah, mengalihkan pandangannya dariku dan melanjutkan. “—kupikir sangat luar biasa.”
Entah kenapa, bagian terakhir dari apa yang dia ucapkan terdengar tertekan. Itu seolah-olah dirinya mengkompromikan kata-kata yang sebenarnya ingin dia ucapkan dengan kata-kata lain. Namun demikian, apa yang Narika katakan itu sudah cukup untuk menyentuh relung hatiku.
Begitu ya.
Meskipun bagiku semua itu hanyalah omong kosong.
Mesipun bagiku itu semua itu hanyalah sesuatu yang biasa dan tidak menarik.
Bagi Hinako dan Narika, itu mungkin sesuatu yang sangat penting bagi mereka.
“Terima kasih..., Narika.”
Sambil mengucapkan terima kasih, aku teringat akan hari-hari yang kuhabiskan di Kelurga Kenohana.
Ini sama sekali bukan rasa percaya diri. Bahkan jika dipikirkan secara objektif, sudah pasti bahwa ini tidak salah.
Hinako tidak merasa kesal karena aku berada di sisinya.
Hinako telah menaruh kepercayaan tertentu kepadaku.
Jika demikian, aku ingin hidup sesuai dengan kepercayaan yang telah dia berikan kepadaku.
Aku..., masih belum menanggapi perasaan Hinako.
“......Baiklah.”
Aku teringat akan apa yang kupikirkan di suatu hari.
Hinako..., dia membawa beban yang sangat berat di tubuhnya yang sangat kecil.
Seseorang harus bersikap baik kepadanya. Jika baik orang tua maupun pelayan tidak bisa memenuhi peran tersebut, maka pengurus (aku) lah yang harus memenuhi peran tersebut.
“Aku akan kembali.”
“......Ke mana?”
“Mansion Keluarga Konohana.”
Terhadap Narika yang telah menyemangatiku, aku berbicara...,
“Aku ingin berbicara secara langsung dengan mereka.”
Suasana hatiku yang suram sudah hilang sekarang.
Dengan keyakinan yang telah dibangkitkan kembali oleh Narika, aku pergi ke mansion Keluarga Konohana.
---
Narika memperhatikan punggung Itsuki yang menjauh dengan senyum tipis saat anak laki-laki itu berlari tanpa melihat ke belakang.
“......Hinako, ya...”
Tampaknya, dia tidak melewatkan sebutan itu.
Pada akhirnya, sampai akhirpun Itsuki tidak menyadari bahwa dia telah keceplosan.
“Aaa........., Aku malah mengirimkan garam kepada musuh...!!”
Dermawannya sedang dalam masalah, jadi wajar saja baginya untuk membantunya.
Dia tidak menyesal tentang itu. Namun demikian, ini dan itu adalah masalah yang berbeda.
Narika memegangi kepalanya, dan berpikir...,
Hubungan macam apa sih yang sebenarnya mereka berdua miliki?
---
Di saat Itsuki sedang dalam perjalana kembali menuju mansion Keluarga Konoha.
Duduk di ranjang di kamarnya, pintu kamar Hinako tiba-tiba terbuka.
“Permisi.”
Orang yang muncul dari balik pintu adalah seorang pelayan, Shizune.
“Ojou-sama, bagaimana kondisi anda?”
“...Normal-normal saja,” menjawab seperti itu denga lesuh, Hinako kemudian berbaring di ranjangnya.
Hari ini adalah hari libur, jadi dia tidak pergi ke akademi, dan hanya pergi ke jamuan makan saja. Harusnya waktu yang dia habiskan untuk mengenakan topeng lebih singkat daripada biasanya, namun demikian, stres yang sampai saat ini dia alami memengaruhinya dan membuatnya jadi tidak enak badan.
Apalagi hari ini, ada kejadian yang sangat merepotkan bagi Hinako. Karena kejadian itu pula, Shizune menjadi tidak melakukan pekerjaannya, dan pergi menungjungi Hinako. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Hiinako, jadi dia datang untuk memeriksa kondisinya.
“Shizune...., di mana Itsuki?”
“...Itsuki-san sudah meninggalkan mansion.”
Saat Shizune menjawabnya demikian, Hinako menurunkan pandangannya.
“Itsuki..., dia sudah menjadi pengurusku selama satu bulan.”
“Anda benar.”
“...Itu cukup lama.”
“Anda benar.”
Karena Shizune tidak begitu mengerti dengan apa yang Hinako pikirkan, jadi dia hanya menjawab Hinako dengan acuh tak acuh.
Saat ini, suara Hinako terdengar menyedihkan dan seperti merasa tidak tertarik dengan percakapan. Itu sampai memuat Shizune berpikir bahwa Hinako mungkin tidak terlalu peduli dengan kepergian Itsuki.
“Jika dia tidak bisa dipekerjakan sebagai pengurus, mengapa dia tidak di pekerjakan sebaagi pelayan saja...?” tanya Hinako.
Itu adalah usulan yang tidak pernah dia berikan kepada pengurus-pengurus lain sebelum Itsuki.
“Aku juga pernah mendengar bahwa kita kekurangan tukang kebun...”
“...Ojou-sama.”
“Bagaimana dengan koki...? Atau tukang bersih-bersih..., di sini ada banyak pekerjaan, kan...?”
“Ojou-sama.” Dengan nada yang sedikit lebih kuat, Shizune berbicara pada Hinako. “Kagen-sama tidak lagi berniat untuk mempekerjakan Itsuki-san.”
Hal itu seharusnya adalah sesuatu yang bisa dipahami Hinako.
Mengesampingkan dirinya yang sedang memakai topeng atau tidak, saat ini sulit bagi Hinako untuk mengekspresikan emosinya. Karenanya, itu akhirnya membuatnya Shizune jadi tersadar, bahwa Hinako sangat tertekan sehingga dia berpaling dari kenyataan.
“...Aku tidak mau seperti ini,” kata Hinako, dengan suara yang lemah. “...Aku ingin bertemu Itsuki.”
“Kagen-sama pasti tidak akan mengizinkan itu.” tanpa merubah ekspresinya, Shizune memberitahukannya demikian. “Dalam hal ini, mungkin lebih baik untuk menyerah saja. Akan semakin gawat jika suasana hati Kagen-sama menjadi semakin lebih buruk.”
Mendengar keinginan Hinako, Shizune menggigit bibinya dan perlahan membuka mulutnya.
“Kagen-sama pasti tidak akan mengizinkan itu... Dalam hal ini, mungkin lebih baik untuk menyerah saja. Akan semakin gawat jika suasana hati Kagen-sama menjadi semakin lebih buruk.”
Mendengar kata-kata itu, bibir Hinako sontak termegap.
“Shizune..., kau ada di pihak siapa?”
“Saya dipekerjakan oleh Kagen-sama.”
Mendengar itu, Hinako menjadi kesal.
“...Baiklah, kalau begitu, aku sendiri yang akan pergi mencarinya.”
“Itu tidak boleh.”
Shizune mengabaikan tatapan tajam yang diarahkan kepadanya dan membungkuk.
“Sekarang saya harus membantu Kagen-sama dalam mengurus pekerjaannya, jadi saya mohon permisi... Untuk berjaga-jaga, di pintu ada penjaga, jadi tolong jangan bertindak dengan ceroboh.”
Dengan mengatakan itu, Shizune berbalik badan dan keluar dari kamar.
Setelah melihat pintu kamarnya tertutup rapat, Hinako menghle nafas panjang.
“...Kau sungguh tidak bisa mengerti aku, Shizune.”
Seolah dia sedang memantapkan tekadnya, Hinako mencengkram selimutnya dengan kuat.
“Aku adalah seorang gadis yang akan melakukan apa yang telah kuputuskan akan aku lakukan...”
Dengan cahaya di matanya, Hinako mulai mengambil tindakan.
---
Segera setelah berpisah dengan Narika, aku langsung pergi menuju mansion Keluarga Konohana.
Saat ini, Kagen-san sedang berada di mansion. Awalnya dia berencana untuk kembali ke kediaman utama setelah jamuan makan selesai, tapi kemudian dia memutuskan untuk pergi ke mansion agar bisa memeriksa lingkungan hidup Hinako. Dia juga mengatakan bahwa dia akan melakukan pekerjaan kantor di sana, jadi dia pasti berencana untuk tinggal di sana dalam beberapa waktu. Aku tidak tahu dimana letak kediaman utama Keluarga Konohana, jadi hari ini juga, aku mesti bertemu dengan Kagen-san.
Setelah aku sampai di mansion, aku langsung ditatapi oleh dua penjaga yang berdiri di depan gerbang.
“Mengapa kau kembali ke sini?”
Suara mereka terdengar dingin..., tapi tatapan mereka dipenuhi dengan simpati.
Sudah hampir satu bulan sejak aku bekerja sebagai pengurus, jadi para pelayan dari Keluarga Konohana mengenaliku secara langsung. Apalagi, dua penjaga gerbang yang ada di depanku ini hampir setiap harinya melihat aku dan Hinako pergi dan pulang sekolah.
“Tolong izinkan aku untuk masuk ke dalam.”
“...Tidak boleh. Kalau kau ingin memasuki mansion, maka ikutilah prosedur yang benar.”
Kurasa mereka bermaksud mengatakan bahwa aku harus membuat janji dengan Kagen-san sebelum aku datang ke sini. Tapi meski begitu, aku tidak bisa menerima kata-kata mereka begitu saja dan menarik diri.
Lagipula, jika aku memang melakukannya sesuai prosedur, tidak mungkin Kagen-san akan mau bertemu denganku.
Dengan pemikiran itu, aku mengabaikan kedua penjaga gerbang dan berjalan ke arah gerbang.
Gerbang itu adalah gerbang yang kokoh, tapi di gerbang itu ada permukaan yang tidak rata sehingga kaki dapat diinjakkan ke sana, jadinya gerbang itu dapat dimungkinkan untuk dipanjat dan disebrangi.
“Berhenti.”
Segera setelah aku melangkah menuju gerbang, dua penjaga yang berdiri di kedua sisi gerbang mendekatiku.
“Kalau kau melangkah lebih jauh lagi, maka kami akan menganggapmu sebagai penyusup. Kami akan melakukan tindakan yang sesuai dengan itu.”
Itu adalah bentuk perhatian mereka yang tersirat untuk keselamatanku. Namun, aku memiliki alasanku sendiri untuk tidak mundur.
“Maafkan aku—”
Mengatakan itu, aku menyelonong lari ke arah gerbang.
“Ap—?!”
Kedua penjaga itu terkejut dan bergegas menghampiriku saat aku mencoba menerobos gerbang.
“Dasar anak tolol!”
“Jangan remehkan penjaga gerbang Keluarga Konohana!”
Mereka mendekat dari kedua sisiku. Jika aku tertangkap di sini, aku mungkin tidak akan pernah bisa melihat Hinako lagi. Kecemasan seperti itu membuatku menjadi tidak sabaran, hingga menyebabkan pikiranku menjadi tidak teratur.
Terlepas dari situasi tersebut, secara mengejutkan aku masih merasa tenang.
“—Eh?”
Aku lah yang mengeluarkan suara terkejut tersebut. Namun, pihak lainnya tampak jauh lebih terkejut. Aku menghindari lengan yang mendekatiku dari kanan, dan kemudian dengan cepat terjun ke dada penjaga gerbang, lalu menggunakan pegas lututku untuk menghantam tubuhnya yang kuat.
Bam, dengan keras, punggung penjaga gerbang itu menghantam tanah.
“Arggh.”
Aku berpaling dari penjaga gerbang yang berteriak di kakiku dan melihat ke penjaga gerbang yang lain.
“A-Apa-apaan dengan gerakan itu...?!”
Penjaga gerbang yang lain itu tekejut, mungkin dia tidak menyangka kalau aku akan melakukan serangan balik. Melihatnya yang menunjukkan celah seperti itu, aku langsung memanfaatkan celah tersebut.
Tubuhku bergerak dengan sendirinya.
Di kepalaku, pengetahuan bela diri yang Shizune-san ajarkan kepadaku muncul.
Penjaga gerbang yang menyadari celah yang ia buat tersadar, tapi itu sudah terlambat. Aku segera meraih lengannya dan memutarnya. Begitu dia kehilangan keseimbangannya, aku langsung menendang kakinya.
“Uggh!”
Sama seperti yang pertama, penjaga gerbang ini juga jatuh ke tanah.
“S-Sialan..., dimana kau mendapatkan teknik seperti itu...”
Saat penjaga gerbang mendengus seperti itu, aku menatap tinjuku dan mengingat hari-hari yang telah kuhabiskan dalam satu bulan terakhir ini. Kemudian, aku teringat akan apa yang pernah Shizune-san katakan padaku, bahwasannya aku punya bakat bela diri yang baik.
“Maafkan aku..., tapi aku sedang terburu-buru!”
Dengan demikian, aku memanjat gerbang dan memasuki halaman. Terhadap tindakan yang kuperbuat tersebut, penjaga gerbang yang jatuh langsung berteriak dengan keras.
“Ada penyusup! Tangkap dia!”
Sudah hampir satu bulan aku bekerja untuk Kelaurga Konohana, karenanya, aku mengetahui sampai pada batas tertentu tentang struktur dari mansion ini.
Segera setelah aku melewati gerbang utama, aku bersembunyi di semak-semak dan segera berjalang ke belakang mansion dengan hati-hati. Dengan mempertimbangkan rute patroli para penjaga dan menebak lokasi mereka, aku bergerak menyusuri mansion Keluarga Konohana.
“Sial, dia pergi kemana!?”
“Cari-cari lagi di sekitaran gerbang utama!”
Dari kejauhan, aku bisa mendengar suara-suara para penjaga. Dalam diam, aku mencoba mengatur napasku supaya mereka tidak menemukanku.
“Baiklah, sekarang aku harus masuk dari mana...?”
Pertama-tama, aku harus memasuki mansion, tapi tentu saja aku tidak bisa menggunakan pintu masuk biasa.
Saat aku memikirkan tentang apa yang harus kulakukan—aku teringat saat ketika aku jalan-jalan pada larut malam sebelumnya bersama Hinako.
Aku menuju ke bagian belakang taman, dan kemudia menmbuka pintu belakang mansion yang mengarah ke koridor sempir yang jarang dikunjungi.
“...Terima kasih, Hinako.”
Aku langsung menggunakan tempat favorinya itu, dan bergerak dengan cepat.
“Apa dia ada di sana?”
“Tidak, di sini tidak ada!”
Bahkan saat di dalam mansion pun, ada banyak suara-suara pelayan yang berteriak mencariku.
Tampaknya aku telah membuat keributan besar, tapi meski begitu aku tidak berniat untuk mundur. Di sini Kagen-san tidak memiliki niatan untuk berbicara denganku. Jika demikian, aku hanya perlu menerobos seperti ini.
“Itu dia!!”
“Waduh....”
Dari seberrang koridor, muncul para penjaga Keluarga Konohana yang berpakaian hitam,
Aku buru-buru berbalik haluan dan menaiki tangga menuju lantai dua, tapi di sana aku bertemu dengan sekelompok penjaga lain.
“Tangkap dia!”
Tanpa henti-hentinya, tekel datang menghampiriku.
“Tidak mungkin aku akan tertangkap!”
Aku melompat ke belakang secara diagonal untuk menghindari tekel dan menendang punggung salah satu penjaga.
“Aduh, wah!?”
Penjaga yang kutendang punggungnya itu kemudian jatuh ke tangga dengan momentum yang kuat. Nah, karena itu adalah tangga yang pendek, jadi dia tidak mendapatkan cedera yang serius.
“Anak ini, dia tangguh juga!”
“Kepung dia!”
Saat banyak sekali penjaga yang mendekatiku, dengan tenang, aku mengingat apa yang telah Shizune-san ajarkan padaku.
Jika musuh mengayunkan lengan mereka ke atas—
“Apa?!”
Lebih cepat dari tinju yang akan dilepaskan ke arahku, aku menyelinap ke belakang sambil mempertahankan clinch. Seiring dengan memblokir pergerakan musuh, secepat mungkin aku menendang lutut musuh yang kuhadapi untuk membuatnya terjatuh.
“Sialan, jangan melawan!”
Aku menghindari tinju yang datang lagi dan meraih lengan musuh. Jika aku memutar pergelangan tangannya ke luar dengan mengincar persendian—musuh akan jatuh dengan sendirinya untuk menghindari rasa sakit.
“Uggh!?”
Ini adalah jurus yang disebut dengan Kotekaeshi.
[Catatan Penerjemah: Itu teknik Aikido.]
Aku dengan cepat berlari ke lantai empat, melangkahi para penjaga yang telah terkapar di atas lantai.
“Terima kasih..., Shizune-san.”
Bela diri bukanlah teknik untuk mengalahkan lawan, melainkan teknik untuk melindungi diri. Dengan kata lain, esensinya adalah untuk melarikan diri dari musuh. Itu adalah teknik yang sangat sempurna bagiku yang berada dalam situasi ini.
“Kalau tidak salah, arah ke ruang kerja itu di sini…”
Aku menuju ke tempat di mana Kagen-san berada.
Ruang kerja yang ingin kudatangi ini juga merupakan tempat pertama kalinya aku berbicara dengan Kagen-san. Aku tidak begitu ingat rincian rutenya, tapi yang pasti aku mengingat arahnya ada dimana.
“......Hm?”
Pada saat itu, aku merasakan ada sesuatu yang aneh yang memasuki penglihatanku. Aku berhenti, dan kemudian memeriksa untuk melihat apa itu sebenarnya.
“......Hm?”
Di luar jendela, ada sesuatu seperti kain panjang yang tergantung.
Itu adalah..., gorden. Untuk beberapa alasan, ada gorden yang tergantung dari lantai atas, dan gorden tersebut menjuntai dan berayun.
Apa mereka sedang menggantung cucian? Kelihatannya sih tidak seperti itu...
Saat aku merasa penasaran sambil memiringkan kepalaku—di gorden tersebut, ada seorang gadis yang sedang bergantung menuruninya.
Gadis itu..., dia adalah Hinako.
“Eeh!!!???”
Apa sih yang dia lakukan?
Aku mencoba untuk menghentikannya dengan tergesa-gesa, tapi aku tidak sempat, dan Hinako sudah semakin turun.
Ini buruk—akan sangat gawat kalau dia sampai terjatuh.
Meskipun sekarang aku sudah hampir sampai ke ruang kerja, tapi saat ini aku punya sesuatu yang lebih penting yang harus kulakukan. Dengan cepat aku berlari menuruni tangga dan keluar mansion, lalu memanggil Hinako yang sedang bergantung di atas.
“Hinako! Apa yang kau lakukan?!
Sambil tergantung di gorden yang menjuntai, Hinako menatapku.
“Itu berbahaya, jadi cepat—”
“...Aku tidak kuat lagi.”
“Apa?”
Aku punya firasat yang buruk tentang ini.
“Tangkap aku...”
“Tungg—”
Hinako melepaskan tangannya dari gorden, dan tubuhnya yang ramping langsung terlempar ke udara dan jatuh.
Secara tidak sadar aku langsung merentangkan tanganku, lalu menangkap Hinako di pelukanku.
“――Aarh!?”
Tabrakan yang kuat memaksa semua oksigen keluar dari paru-paruku.
“......Tangkapan yang bagus.”
“A-Apa sih yang kau lakukan...”
“Aku ingin bertemu denganmu.”
Hinako yang mengatakan itu menunjukan senyum seolah-olah dia merasa lega. Jika dia mengatakan kalimat seperti itu dengan wajah yang seperti itu..., tidak mungkin aku bisa marah kepadanya.
“Aku punya saran untukmu…”
“Saran?”
Mendengar kata-kata Hinako, aku memiringkan kepalaku. Saat aku menunggu untuk mendengar apa yang ingin ia sarankan...
“O-Ojou-sama diculik!!”
Seorang penjaga yang melihat kami dari jendela mansion meneriakkan itu.
“S-Sial!”
Aku sebenarnya tidak ingin membawa Hinako seperti ini..., tapi aku juga tidak tega untuk meninggalkan Hinako di sini begitu saja. Selain itu, aku juga penasaran dengan saran yang ingin dia katakan, jadi kuputuskan untuk lari sambil menggendong Hinako.
“...Aku diculik lagi.”
“...Tidak kusangka kalau di sini akulah yang menjadi penculiknya.”
Kalau dipikir-pikir lagi, pertemuan pertama kami terjadi karena kasus penculikan. Pada saat itu, aku sama sekali tidak ada berpikir bahwa aku akan menjadi penculik seperti yang kulakukan saat ini.
“...Entah bagaimana, kita berhasil melarikan diri,”
Bersembunyi di semak-semak, aku lega melihat tidak ada orang di sekitar kami.
“Jadi, apa yang mau kau sarankan?”
“...Jadikan aku sandera. Dan kemudian, kau harus meyakinkan ayahku, Itsuki.”
“...Kurasa itu lebih dapat disebut sebagai mengancamnya daripada meyakinkannya.”
“Kalau begitu, ancam dia.”
Untuk sementara, aku tidak tahu bagaimana aku harus menanggapi Hinako yang tanpa ragu-ragu menyarankan strategi gila. Setelah mempertimbangkannya dengan serius, aku meyadari bahwa aku tidak bisa menyetujui saran yang dia berikan itu.
“...Tidak.”
“Kenapa?”
“Karena kalau seperti itu, akar masalahnya tidak akan terselesaikan.”
Tidak ada gunanya jika hanya memiliki kedamaian di permukaan, tapi justru meninggalkan masalah untuk waktu yang lama. Selain itu, Kagen-san adalah orang yang hebat. Aku punya perasaan bahwa bahkan jika aku memecahkan masalah ini dengan pukulan, maka aku akan digulingkan dengan menggunakan pukulan juga.
“Entah apa pun caranya, ayo kita coba meyakinkan Kagen-san. Mungkin, hanya itu satu-satunya cara yang paling baik.”
“Apa kau yakin kau akan bisa meyakinkan ayahku?”
“Ya.”
Itu adalah kepercayaan diri yang tidak berdasar. Meskpun demikian, aku dengan tegas menjaminnya.
“Aku pasti akan meyakinkannya.”
Aku tidak ingin membuat Hinako merasa cemas. Aku juga tidak ingin Hinako terlalu memaksan dirinya. Terhadap diriku yang tidak memiliki tempat untuk dinaungi, aku ingin membalas budi Hinako karena telah memberiku tempat tinggal.
Untuk alasan itu, aku akan berjuang terus-menerus.
“Kau mau membawa Ojou-sama kemana?”
Saat itu, terdengar suara yang tidak asing. Ketika aku menolehkan kepalaku ke asal suara tersebut..., aku langsung keringat dingin.
“...Shizune-san.”
Seorang wanita yang bisa melakukan apa aja, kepala pelayan Keluarga Konohana. Dia adalah seorang yang aku sama sekali tidak pernah menang melawannya dalam pelajaran bela diri, dan saat ini dia berada di hadapanku.
“Kepung dia.”
Segera setelah perintah singkat dari Shizune-san, para penjaga langsung mendekati kami dari segala arah.
“Kuhh...”
Jika mereka berusaha menangkap kami secara bersamaan, kami tidak akan bisa pergi kemana-mana. Aku mencoba mendekati penjaga dengan fisik yang paling ramping, sambil menghindari tinju saat bergerak kelaur dari pengepungan.
Cara mereka menangani fisik mereka sangat berbeda dari penjaga-penjaga yang sebelumnya. Mereka semua tenang dan terkoordinasi dengan baik. Fakta bahwa Shizune-san membawa mereka ke sini berarti mereka pasti benar-benar penjaga yang terlatih.
Dari mereka empat, setidaknya satu dari mereka akan selalu berusaha untuk menyiasati titik butaku. Merasakan gerakan di belakangku, aku langsung menendangkan kakiku tanpa berbalik. Telapak kakiku berhasil mengenai dada penjaga tersebut hingga dia berteriak kesakitan. Melihat itu, tiga orang yang berada di depanku tampak terkejut. Aku mengambil keuntungan dari celah yang mereka buat dengan melangkah maju ke penjaga yang berada tepat di depanku, dan kemudian menjatuhkannya.
Tapi saat berikutnya....
Aku dikekang dari belakang.
“Sial—?!”
Aku baru sadar bahwa ternyata ada orang kelima yang mendekatiku secara diam-diam. Tampaknya empat orang pertama yang menyerangku hanyalah umpan untuk memancingku.
Aku mencoba dengan sekuat tenaga untuk melepaskan diri pengekangan tersebut, tapi meski begitu aku tidak merasa panik.
Saat aku mengatupkan gigiku, dengan santai, Shizune-san berjalan ke arahku.
“Dalam waktu yang singkat ini, kau telah tumbuh dengan sangat baik. Kau menelan semua yang kuajarkan dengan sangat cepat sehingga aku juga harus benar-benar serius saat sedang melatihmu..., tapi kemajuanmu ini jauh lebih baik daripada yang kubayangkan.”
“...Kalau kau ingin memujiku, maka aku ingin supaya kau menyingkir dari sini.”
“Sayangnya aku tidak bisa melakukan itu.”
Dia memberitahukan itu dengan tegas.
“...Shizune.” Hinako membuka bibir kecilnya. “Mulai sekarang..., aku akan berakting secara menyeluruh.”
Sambil mendekatiku yang tidak bisa bergerak, Hinako berbicara.
“Aku tidak akan pernah berhenti berakting. Kapan pun, di mana pun, aku akan berakting dengan sempurna. Karenanya..., kumohon, tolong biarkan aku bersama Itsuki.”
Dalam diam, Shizune-san terkejut dengan permintaan yang Hinako sebutkan.
Mempertimbangkan sikap Hinako sampai sekarang, permintaan ini jelas tidak mungkin akan dia minta. Aku yakin, Hinako juga sangat memahami beban dari akting yang dia lakukan. Meskipun waktu luangnya akan terbatas, dia rela membuang semua itu hanya untuk bisa bersamaku.
Itu sebabnya—aku harus menyangkal apa yang dia inginkan itu.
“Hinako, aku tidak ingin kau melakukan itu.”
Dengan jelas, aku berbicara kepadanya...
“Aku tidak ingin kau memaksakan dirimu. Untuk alasan itulah aku ingin berada di sisimu. Meskipun saat berada di depan orang lain kau harus terus melakukan yang terbaik, maka setidaknya aku ingin menjadi orang yang dapat membuatmu menjadi tidak harus memaksakan dirimu.”
“Itsuki...”
Aku tidak ingin dia harus memaksakan dirinya hanya untuk bisa tetap bersamaku. Bagiku, pemikiran Hinako itu benar-benar akhir dari segalanya.
“Itu sebabnya, kumohon, jangan mencoba membuang apa yang ingin aku lindungi.”
Aku tidak tahu apakah yang kukatakan itu tidak terduga bagi Hinako. Karena bagaimanapun juga, gadis yang berdiri di depanku ini, matanya selalu terlihat seperti sedang mengantuk.
“...Mm.”
Kecil, tapi pasti, Hinako mengangguk, dan...
“Baiklah, aku percaya padamu, Itsuki.”
Gumamannya itu dengan pasti sampai ke telingaku.
Hinako menatap lurus ke arahku. Dan di matanya, aku bisa melihat diriku sedang menatap Hinako juga.
Ini adalah perasaan yang sangat aneh. Bahkan aku merasa seolah-olah aku sedang berkomunikasi dengan Hinako meskipun tidak ada kata-kata yang terucap.
“Aku minta maaf, tapi aku harus menganggu waktu gembira kalian…”
Shizune-san membuka mulutnya.
Masalahnya dimulai dari sini. Dalam diam, aku menatap Shizune-san untuk menunjukkan keinginanku untuk melawan, tapi...,
“Jangan khawatir, Itsuki-san. Segala sesuatunya tidak akan berakhir seperti yang kau pikirkan.”
“...Eh?”
Kelopak mataku melebar terhadap Shizune-san yang mengatakan itu sambil menghela nafas.
“Pencapainmu sebagai pengurus akan segera sampai ke telinga Kagen-sama. Karenanya, sampai saat itu tiba, harap tunggulah sebentar.”
“T-Tunggu katamu...?”
Aku tidak mengerti apa yang Shizune-san bicarakan.
Pada saat itu, aku mendengar ada suara elektronik datang dari arahnya Shizune-san. Kemudian, dari saku seragam maidnya, Shizune-san mengeluarkan ponselnya dan melihat ke layar.
“Timingnya sangat tepat.”
Mengatakan itu, Shizune-san meletakkan ponselnya di telinganya.
Setelah berbicara sebentar dengan seseorang, Shizune-san kemudian menatapku.
“Aku dipanggil oleh Kagen-sama, jadi aku akan pergi. Kalian berdua, mohon tunggu sampai aku menyelesaikan urusanku dengan Kagen-sama.”
Ekspresi tegas Shizune-san memudar dan dia kembali ke sikap hormatnya yang biasa.
“Shizune-san..., kau berada di pihak siapa?”
“Aku adalah orang yang dipekerjakan oleh Kagen-sama.” Mengatakan itu, Shizune-san kemudian lanjut berbicara. “Tapi..., aku berada di pihak Ojou-sama.”
---
Shizune, yang dipanggil oleh Kagen, mengetuk pintu ruang kerja.
“Permisi.”
Membuka pintu di depannya, Shizune memasuki ruang kerja. Di dalam ruangan itu, di belakang meja besar, ada Kagen yang sedang duduk.
“Kagen-sama, apa ada yang bisa saya bant—”
“—Kemarilah.”
Shizune-san menurut dengan anggukkan kecil saat Kagen memanggilnya.
“Apa ini?”
Mengatakan itu, Kagen menunjuk ke arah banyak dokumen yang menumpuk di atas meja.
“Semua ini adalah surat balasan dari udangan pertemuan sosial yang diselanggarkan oleh Keluarga Konohana. Karena anda mengatakan bahwa anda akan tinggal di kediaman ini untuk sementara waktu, jadi saya meminta agar surat balasan yang di kirim ke kediamatan utama di bawa ke sini. Saya berpikir bahwa anda ingin memeriksanya sesegera mungkin.”
“Keputusanmu itu memang tidak salah, tapi...”
Sambil memegang beberapa dokumen, Kagen berkata...
“Tolong jelaskan keempat tamu undangan ini.”
Kagen memberikan empat undangan kepada Shizune.
Mengangguk dan mengatakan, “Aku mengerti,” Shizune mulai menjelaskan...
“Karen Asahi-sama adalah putri dari perusahaan Jaz Elektronik. Dimana Jaz Elektronik ini adalah salah satu dari lima pengecer peralatan elektronik teratas di Jepang, dan merupakan mitra bisnis utama untuk Grup Konohana.”
Penjelasan untuk orang pertama selesai.
“Keluarga Katsuya Taisho-sama menjalankan perusahaan transportasi besar yang dikenal sebagai Transportasi Taisho. Perusahaan ini juga merupakan salah satu perusahaan teratas di industri ini, dan bank serta perusahaan terkait real estat dalam Grup Konohana telah memilih untuk bermitra dengan mereka.”
Penjelasan untuk orang kedua selesai.
“Keluarga Narika Miyakojima-sama menjalankan pabrikan peralatan olahraga terbesar di Jepang. Saat ini, Grup Konohana tidak banyak berkecampung di industri peralatan olahraga, tapi jika di sini kita bisa membentuk koneksi dengan mereka, maka itu mungkin bisa menjadi awal yang baik bagi Grup Konohana untuk lebih berkecampung dalam industri tersebut.”
Penjelasan untuk orang ketiga selesai.
“Kemudian, seperti yang anda sudah ketahui, Mirei Tennoji-sama adalah putri dari Grup Tennoji. Meskipun terdapat persaingan antara Grup Tennoji dan Grup Konohana, tapi sebgai Grup dengan skala yang sama, saya pikir penting untuk bisa menjalin koneksi dengan mereka. Jika kita bergandengan tangan, itu pasti akan menjadi manfaat yang besar.”
Penjelasan untuk orang keempat selesai.
Shizune, yang telah selesai menjelaskan orang-orang tersebut, menambahkan satu hal sebagai penutup.
“Lalu, keempat orang ini..., mereka semua adalah teman sekolahnya Ojou-sama.”
Mendengar penjelasan Shizune dalam diam, Kagen meletakkan tangannya di dahinya. Ekspresi wajahnya itu jelas merasa sangat bingung.
“...Baik Asahi dan Taisho, meskipun kita belum pernah mengundang mereka sebelumnya, mereka jelas bukanlah rekan bisnis yang buruk.” Gumam Kagen. “Miyakojima saling kenal dengan Ketua Perusahaan, tapi dia tidak benar-benar berpartisipasi dalam pertemuan sosial. Namun, hanya beberapa hari yang lalu, dia mengatakan pada Ketua kalau dia akan berpartisipasi dalam pertemuan sosial dengan alasan [Jika putri saya akan berpartisipasi, maka saya juga demikian].”
Begitulah, pikir Shizune dalam hati.
“Sedangkan untuk Tennoji..., tentu saja, aku kenal dengan kepala keluarga mereka, tapi ini adalah pertama kalinya putri mereka akan berpartisipasi. Sampai saat ini, baik atau buruk, hubungan diantara kedua keluarga ini adalah dangkal..., tapi pertemuan sosial ini akan menjadi kesempatan yang sangat bagus untuk membangun kepercayan yang kuat dengan mereka. Apalagi, Keluarga Tennoji sangat mementingkan kepercayaan manusia daripada jumlah hubungan..., jika semuanya berjalan dengan baik, dengan bekerja sama dengan mereka, kita mungkin bisa mengalahkan grup-grup lain.”
Kalimat kedua Kagen dia utarakan seolah-olah dia sedang bericara pada dirinya sendiri.
Setelah melihat keempat undangan itu lagi, Kagen menghela nafas panjang dan menatap Shizune.
“Semua ini adalah koneksi yang sangat berhaga... Apa Hinako yang mengundang mereka semua?”
“Ya.”
“Padahal sebelum-sebelumnya dia tidak pernah mengundang siapa pun..., tapi tiba-tiba saat ini kita mendapatkan begitu banyak koneksi...,” gumam Kagen, dengan raut wajah yang amat bingung.
“Jika boleh, saya ingin berbicara.”
Terhadap Kagen yang terdia, Shizune berbicara.
“Jika anda merasa senang dengan perubahannya Ojou-sama..., maka saya pikir itu tidak masalah untuk melepaskan hubungan dengan orang-orang itu.”
“...Orang-orang itu, ya?”
Kagen menebak maksud Shizune.
“Produsen kapal yang menjalin mitra tapi tidak memiliki keterikatan hubungan, di sisi lain, ada empat perusahaan besar yang bisa menjadi koneksi penting di masa depan...”
Kagen membandingkan apa yang telah hilang dengan apa yang diperoleh.
Itu membuatnya teringat akan seorang anak-anak laki yang baru saja dia temui satu bulan yang lalu, seorang anak laki-laki yang dia pekerjakan hanya untuk eksperimen. Sebelum dia menyadarinya, perasaan yang dia miliki tentang anak itu berubah dari terheran-heran menjadi kagum.
“…Mana yang mesti lebih diprioritaskan, kurasa sudah sangat jelas jawaban untuk itu.”
Jawabannya datang dengan cepat. Sambil menghela nafas, Kagen berkata...
“Bawa kembali Itsuki-kun ke sini.”
Ujung ujungnya cuman Bisnis doang pantek
ReplyDeleteduit di utamakan kesengsaraan dia dibiarkan
DeleteUang memang tidak membuat kita bahagia, tapi kebahagiaan pasti butuh uang🤑🥰😍😩😫🥵🥴
ReplyDelete