Bab 2
Tidak Cocok X Emosi
Percakapan larut malam di kamar rumah sakit menjadi kenangan terakhir antara aku dan Haruka dalam liburan musim panas masa kelas 2 SMA kami.
Yah, mungkin lebih tepatnya setelah kejadian itu aku terlalu sibuk sampai-sampai aku tidak punya waktu untuk pergi kencan dengannya, Nah, ini tidak seperti aku terlalu banyak mengakumulasikan tugas rumah dan harus menyelesaikannya di akhir-akhir liburan musim panas. Bagaimanapun juga, baik aku maupun Shigure bukanlah tipe orang yang akan mengakumulasikan hal-hal seperti itu. Alasan aku sibuk adalah karena aku sedang mencari rumah baru untuk ditinggali bersama keluarga baruku.
Untuk sementara waktu ini, kami berempat masih tinggal di apartemen lama yang aku dan Shigure tempati, dan itu sangat sempit. Privasi sama sekali tidak ada karena sepanjang hari setiap saat kami akan bertatap muka dengan kedua orang tua. Dan bukan hanya kami anak-anak saja yang tidak menyukai kondisi tersebut, tapi para orang tua juga demikian. Lagian, mereka berdua ‘kan adalah pengantin baru.
Karenanya, kami, keluarga Sato, menggunakan sisa waktu liburan musim panas untuk mencari rumah baru. Namun, ayahku dan Tsukiko-san telah menandai beberapa rumah potensial di internet sebelum mereka kembali ke Jepang, jadi kami anak-anak hanya mengikuti tur dan memberikan pendapat kami.
Rumah baru yang diputuskan untuk kami tinggali adalah apartemen indah yang tidak ada bandingannya dengan apartemen lusuh yang dalam istilah paling sederhana mungkin telah melewati era Heisei yang telah kami tinggali sampai saat ini.
Stasiun terdekat dari apartemen itu memiliki pemberhentian kereta cepat, dan ada supermarket besar juga di dekatnya. Dan setauku, di sekitar apartemen itu juga harusnya ada pusat perbelanjaan dan bioskop yang dapat dicapai hanya dengan menaiki sepeda sebentar. Aku mengetahui tempat itu karena pacarnya Tomoe, Torako-senpai, tinggal di sekitar satu atau dua stasiun dari apartemen baru kami, dan saat SMP dulu kami berempat termasuk Takeshi pernah pergi menonton film di sana.
Yang mengejutkanku, apartemen baru kami ini pintu masuknya terkunci secara otomatis, dan ada dua lift. Bak mandinya juga bukanlah yang jenis balance kettle, melainkan jenis pemanas air yang dilengkapi kemampuan untuk mengatur suhu air panas dalam kenaikan 1°C. Baik rumah dan sekitarnya, peradabannya begitu berkembang sampai-sampai otakku serasa hampir tidak berfungsi saat melihatnya. Tentunya, dena rumah itu sendiri jauh lebih luas, yaitu 3LDK. Apartemen kami sebelumnya hanya berukuran 1DK, jadi ini adalah evolusi yang luar biasa. Dan seperti yang ayahku katakan pada kami, aku dan Shigure masing-masing diberikan satu kamar berukuran 6 tikar tatami.
...Dan begitulah, setelah kejadian malam itu, kami keluarga Sato menjadi sangat sibuk, dan pada saat kami sudah memutuskan rumah baru yang akan ditinggali, menandatangani kontrak, memuat barang-barang dari rumah lama ke dalam truk ringan yang disewa ayahku, dan menyelesaikan kepindahan kami, seminggu telah berlalu sejak liburan musim panas breakhir.
Selama masa-masa itu, aku tidak banyak berinteraksi dengan Haruka. Saat sepulang sekolah, Haruka terlibat dalam kegiatan klub, dan aku punya kerjaan yang harus di lakukan di rumah, jadi kami tidak pulang bareng, dan pada akhir pekan, Haruka tahu kalau aku sibuk pindahan, jadi kami tidak pergi kencan.
Karena jurusan yang kuambil berbeda dengan Haruka, kami hanya bertemu sebentar saja saat istrihat makan siang. Namun demikian, bahkan dalam waktu yang sesingkat itu, aku bisa tahu bahwa perasaan Haruka sedang tenggelam. Dia mungkin memang tidak tertekan dan menangis seperti saat di rumah sakit, tapi senyumannya masih tampak tidak bersemangat.
...Tapi yah, kurasa wajar-wajar saja jika dia seperti itu. Lagipula, tepat ketika dia siap untuk memberikan yang terbaik yang bisa dia lakukan untuk mengejar karirnya, dia masuk ke dalam situasi yang tidak masuk akal.
Dan dalam hal ini, bukan pemikiran yang baik untuk memberikan Haruka semangat atau dorongan lebih lanjut untuk menindaklanjuti hal ini ketika sejak awal dia sudah memaksakan dirinya terlalu berlebihan. Apalagi..., setelah sebelumnya aku telah memeluknya dan menyemangatinya di rumah sakit, jadi lebih sulit bagiku untuk mengatakannya. Meskipun pada saat itu aku tidak punya pilihan selain melakukan itu, tetap saja aku masih merasa bahwa berbohong bukanlah hal yang benar untuk dilakukan. Satu-satunya cara untuk menyembunyikan kebohongan adalah dengan berbohong lagi dan lagi. Dan dengan demikian, itu akan semakin mencekik diriku sendiri.
Tapi..., aku tidak bisa terus berbohong selamanya. Pada timing tertentu, aku harus putus dan mengucapkan selamat tinggal pada Haruka. Bagaimanapun juga, perasaanku sudah bulat. Hanya saja masalahnya, timingnya yang sulit ditemukukan. Satu hal yang pasti, ada batasan yang bisa kujadikan pedoman dalam hal tersebut.
Hari Sabtu terakhir di bulan September, hari ulang tahun Haruka. Akan lebih baik untuk menyelesaikan masalah ini tanpa melewati tanggal tersebut. Itu sebabnya, untuk menyelesaikan masalah sebelum melewati hari tersebut, aku menghubunginya di LINE untuk mengajaknya kencan sepulang sekolah pada hari dimana semua pekerjaan di rumah sudah beres. Aku mengajaknya kencan karena aku ingin tahu lebih banyak tentang kondisi pikiran Haruka saat ini untuk menentukan timing yang tepat untuk memutuskan hubunganku dengannya.
Terhadap pesanku, Haruka menjawab, [Aku sendiri juga berencana untuk memintamu pulang bersamaku hari ini!].
Menahan rasa bersalah yang membara di hatiku, aku mengetik, [Kalau gitu aku akan menunggumu di perpustakaan sampai akitivitas klubmu selesai], dan saat aku mencoba menekan tombol kirim, pada saat itu aku mendengar suara seseorang memanggil namaku dari lorong.
Aku segera menoleh dan melihat orang yang tak terduga datang mendekatiku.
Dia adalah siswa kelas 3 berperawakan tinggi dan berambut hitam panjang hingga ke pinggangnya, ketua klub drama tempat Haruka bergabung.
XXX
“Maaf ya karena memanggilmu ke tempat yang kotor seperti ini di saat istirahat makan siang, Kareshi-kun.”
[Catatan Penerjemah: Maksudnya Kareshi-kun itu Mas Pacar. Itu panggilannya ketua klub drama ke Hiromichi. Soalnya Haruka pacaran sama Hiromichi.]
“I-Ini tidak...,”
Inginku berkata, “Ini tidak kotor kok,” tapi kata-kata itu tersendat di mulutku.
Ruang klub drama tempat aku dibawa saat istirahat makan siang. Saking berantakannya tempat itu, kata ‘bersih’ pun tidak bisa dikatakan sekalipun hanya untuk sekadar sanjungan.
Kalau hanya alat peraga dan properti yang digunakan dalam drama berserakan dimana-mana sih mungkin wajar-wajar saja mengingat tempat ini adalah ruang klub drama. Cuman, entah apakah digunakan sebagai bahan bermain atau semacamnya, buku-buku seperti manga dan novel tumpah dari rak buku dan berserakan di lantai, kostum-kostum digantung di beberapa rak gantungan yang menempati separuh area ruang klub, dan untuk kostum yang tidak bisa digantung, semuanya ditumpuk dalam tumpukan berantakan di atas rak gantungan.
Aku telah mengamati latihan klub drama di gedung olahraga atau di belakang gedung sekolah untuk melihat Haruka, tapi ini adalah pertama kalinya aku memasuki ruang klub drama, jadi aku kehilangan kata-kata.
Oh iya, kalau kuingat-ingat lagi, saat datang ke rumahku tempo hari Haruka bilang kalau setiap kamar atau ruangan itu rapi dan bersih jika dibandingkan dengan ruangan klub drama. Sekarang setelah aku melihat ruangan klub drama secara langsung, aku juga jadi setuju dengan pendapatnya.
“Nah, kau bisa menaruh apa pun yang ada di atas sofa ke lantai, jadi duduklah di sana. Kamu mau kopi atau teh?”
“T-Tidak usah repot-repot.”
“Tidak perlu merasa sungkan di depanku, oke?”
“Kalau gitu aku mau kopi.”
“Oke. Aku akan merebus airnya sekarang, jadi tunggu bentar ya.”
Atas desakan ketua, aku menyingkirkan manekin dan majalah mingguan yang tergeletak di atas sofa berbahan bantalan kuning yang sudah sobek dan mencuat di beberapa tempat, dan duduk di sana. Mungkin karena bahan bantalannya sudah kendur, pantatku tenggelam jauh ke dalam sofa dan rasanya tidak nyaman untuk duduk.
...Aku jadi ingin membuang semua yang ada di tempat ini dan membersihkannya.
Mungkin menebak apa yang kupikirkan, ketua mulai berbicara kepadaku.
“Drama menghabiskan cukup banyak uang untuk peralatan-peralatannya. Makanya, sudah menjadi kebiasaan kami untuk menyimpan apa yang sudah kami buat atau beli, untuk melihat apakah itu bisa digunakan untuk hal yang lain. Semua ini adalah akumulasi dari apa yang kubicarakan dan terciptalah kondisi ruangan yang seperti ini.”
“Ahaha...”
Oh, jadi begitu toh. Aku belum pernah melakukan drama, jadi aku cuman bisa menduga-duga saja, tapi sepertinya drama membutuhkan lebih banyak hal daripada kegiatan klub lainnya, baik itu kostum atau peralatan. Memang sih, itu akan membuang-buang waktu serta uang untuk mempersiapkan peralatan yang baru setiap kali mereka akan melakukan pentas.
Gunakan kembali apa yang bisa digunakan. Kupikir dalam pernyataan itulah pola pikir hemat itu mengarah. Jika demikian, maka kondisi ini memang tidak bisa dihindari.
Saat aku memikirkan hal tersebut, aku mendengar suara dentang logam dari belakangku. Saat aku menoleh ke belakang untuk melihat suara apa itu, aku melihat ketua telah mengunci pintu masuk.
“Ketua? Mengapa kau mengunci pintunya?”
“Hm? Soalnya kupikir itu akan merepotkan jika ada orang lain yang datang menganggu kita.”
Menganggu? Apa dia punya topik pembicaraan yang rahasia sampai-sampai dia harus melakukan itu?
Aku tidak ingat kalau aku memiliki hubungan yang sesignifikan itu dengan orang ini, tapi—ketika aku bingung dan memiringkan kepalaku, momen berikutnya sesuatu yang luar biasa terjadi di depanku.
Disertai dengan suara gemerisik, rok seragam ketua turun dari pinggang ke kakinya.
“Hah? Eeeeh?”
Eh, mengapa? Apa roknya melorot?
Aku langsung berpikir bahwa dia berada dalam semacam masalah, tapi aku langsung sadar bahwa aku salah ketika melihat ketua dengan santai melepaskan dasinya tanpa terganggu oleh fakta bahwa sempaknya kelihatan.
Roknya tidaklah melorot. Tapi orang ini lah yang menanggalkan roknya sendiri!
“K-Kamu ngapain sih, ketua?! Whoa?! Whoa?!”
“Memangnya apa lagi yang kulakukan? Bukankah hanya itu satu-satunya hal yang akan kau dan aku lakukan saat kita berduaan saja, Kareshi-kun?”
Itu?! Itu maksudnya apaan?!
Hanya kami berdua, seorang pria dan wanita..., m-mungkinkah, itu?!
Tidak, memangnya aku dan ketua ada membangkitkan flag seperti itu?!
Apakah dia mengembangkan perasaan romantis kepadaku saat aku datang untuk mengunjungi Haruka—tidak, itu tidak mungkin, ini aku loh?!
Perkembangan situasi yang terlalu tiba-tiba ini membuatku benar-benar panik.
Tapi aku saat aku panik, ketuka akhirnya melepaskan kemejanya juga.
Sekarang, yang tersisa di tubuhnya hanyalah bra dan sempaknya saja.
Tapi, eh? Entah mengapa, aku merasa seperti aku pernah melihat adegan yang seperti ini sebelumnya?
Untuk sesaat, aku mengalami déjà vu, tapi kemudian aku melihat ketua yang hanya berbalutkan pakaian dalam menggumamkan, “Kareshi-kun”, dengan nada melankolis datang mendekatiku, dan segera akal sehatku langsung kembali.
Intinya, saat ini aku harus lari!
Aku buru-buru berdiri, tapi kemudian aku justru tenggelam lebih dalam ke sofa karena kakiku terjebak oleh majalah yang berserakan di lantai. Sial, bisa-bisanya aku cerboh!
Dan ketika aku sedang mengacau, ketua akhirnya sampai tepat di depanku.
Tubuh bagian bawah yang hanya berbalutkan sempak dari seorang gadis seusiaku berada tepat di depanku——! Tekanan darahku tiba-tiba naik dan aku merasa pusing. Aku hanya bisa memejamkan mataku.
“T-Tunggu! Aku punya seseorang aku cint——!”
“Aku minta maaf!!!”
.........Eh?
“Sungguh, aku benar-benar minta maaf! Aku sama sekali tidak bermaksud untuk mengganggu kencan kalian! Aku sangat sibuk mengerjakan naskahku di rumah atau di ruang klub sampai-sampai aku lupa kalau hari itu adalah hari pertunjukkan kembang api! Apalagi, aku tidak menyangka hal seperti itu akan terjadi di pertemuan yang aku ciptakan dengan niat baik...! Aku sungguh-sungguh minta maaf!...!”
Aku membuka mataku yang kupejam serapat mungkin dan melihat ketua berlutut di kakiku.
Eh...? Hari pertunjukkan kembang api? Apa yang dia maksud adalah kencanku dan Haruka? Tapi apa yang dia maksud dengan mengganggu? Oh iya, aku ingat alasan Haruka membatalkan kencan kami di menit-menit akhir karena dia bilang kalau dia diundang untuk mengikuti pertemuan dengan produser oleh ketua klub drama. Mungkinkah, orang ini merasa bertanggung jawab untuk itu dan meminta maaf?
“Pokoknya, aku benar-benar minta maaf!”
Sepertinya apa yang kupikirkan itu benar.
....Tapi, mengapa dia harus menanggalkan pakaiannya?
Oh iya, aku ingat sekarang! Sebelumnya, orang ini juga pernah meminta maaf sambil menanggalkan pakaiannya!
Itu mengingatkanku pada adegan ketika aku datan untuk menjemput Haruka. Apakah itu kebiasaannya? Apa itu aturan agamanya? Sungguh kebiasaan yang menyebalkan. Yang jelas, aku harus menghentikannya.
“Jika kau tidak bisa memaafkanku, aku sudah mempersiapkan diriku, jadi kau bisa merebusku, membakarku, menggunggahku ke medsos, atau melakukan apapun yang kau inginkan padaku!”
“A-Aku tidak akan melakukan itu! Atau lebih tepatnya, tolong berhenti melakukan ini! Masalah itu bukanlah sesuatu yang harus membuamu meminta maaf, ketua! Justru aku jadi berada dalam masalah kalau kau seperti ini!”
“Fuu, kau benar. Ini bukan permintaan maaf yang sepenuhnya tulus.... Jika kau orang yang dimintai maaf tidak memaafkan, kau nantinya akan dicap berpikiran sempit, dimana itu justru adalah masalah untuk dirimu. Kalau hatiku memang benar-benar dipenuhi dengan keinginan untuk meminta maaf, menundukkan kepalaku saja tidaklah cukup. Aku mengerti maksudmu, Kareshi-kun! Ya! Semestinya aku dogeza sambil telanjang bulat!”
“Aku gak ada bilang gitu woy! Kau itu cuman orang mesum yang ingin menanggalkan pakaianmu dan melakukan dogeza, kan! Oi, hentikan! Jangan letakkan tanganmu di bramu, jangan coba-coba melepaskan pengaitnya, itu akan tumpah, itu akan tumpah, whoaaaa?!?!?!”
XXX
Pada akhirnya, yang menyelamatkanku adalah suara air mendidih.
Entah apakah air telah membuatnya tenang (tenang?), ketua mengenakan pakaiannya kembali, menyeduh dua cangkir kopi instan, dan menawarkan salah satunya kepadaku.
Kemudian, dia membentangkan kursi pipa di seberangku, duduk, dan tersenyum masam.
“Yah, keinginanku untuk meminta maaf terlalu berlebihan, jadinya aku justru memperlihatkanmu penampilan yang tak sedap dipandang dengan mencoba memaksakan permintaan maafku padamu. Maaf ya!”
Woi, bukannya ada lebih banyak hal lain yang harusnya membuatmu lebih merasa malu?
“Tapi, meskipun aku tidak tahu kalau Takao-san akan datang hari itu, tetap saja itu tidak mengubah fakta bahwa aku lah yang mengundang Haruka-chan, jadi aku merasa kalau aku harus meminta maaf!”
Ya tapi ‘kan gak harus sampai menanggalkan pakaianmu juga!
Tadi aku memang buru-buru menutup mataku, tapi pemandangan sekilas dari sosok ketua yang hanya mengenakan pakaian dalam masih membara di mataku. Meskipun dia hanya setahun lebih tua dariku, tetap saja itu adalah penampilan tak tertutup dari seorang gadis seusiaku. Apalagi, ketua adalah seorang penulis gadis SMA yang cantik yang telah ditampilkan di media. Kategorinya cantiknya mungkin berbeda dari Shigure dan Haruka, tapi yang jelas dia cantik. Apalagi, buahnya besar dan sesuai dengan perawakannya yang tinggi, dan kekuatan penghancur dari buahnya itu jelas luar biasa.
Penampilan seorang gadis seperti itu melakukan dogeza di depanku... Aaah, aku jadi takut karena tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan gairah seksualitasku ini.
...Yah, sebenarnya aku sangat ingin mengeluh tentang semua itu, tapi aku tidak ingin melanjutkan topik tersebut lebih lanjut, jadi aku menelan semua keluhanku ke dalam perutku bersaaman dengan kopi yang aku minum. Kemudian, aku hanya mengatakan apa yang perlu aku katakan.
“Ketua..., kau hanya membantu Haruka untuk menggapai mimpinya. Karenanya, Haruka tidak menyimpan dendam padamu... Dan aku pun juga demikian.”
Tapi setelah aku mengatakan itu, tiba-tiba aku menyadarai sesuatu.
Dari cara ketua menyampaikan alasan dia meminta maaf sebelumnya, itu menyiratkan bahwa dia tahu bahwa kehadiran Takao adalah akar penyebab masalah.
“Ketua, mungkinkah Haruka memberitahumu tentang apa yang terjadi malam itu?”
“Ya. Dia merasa dirinya telah menyebabkan masalah untukku, jadi dia memberitahukan apa yang terjadi padanya malam itu, termasuk apa yang terjadi antara dia dan Takao-san di masa lalu... Jika hal seperti itu terjadi diantara mereka, maka bisa dimengerti kalau Haruka-chan tidak mau kembali untuk duduk makan malam bersama Takao-san.”
...Begitu, jadi Haruka menjelaskan soal itu pada ketua, ya.
Shigure bilang kalau kami seharunya tidak menyebarkan cerita ini terlalu banyak, tapi tentunya kami perlu untuk menjelaskan situasinya pada orang ini. Bagaimanapun juga, ketua adalah perantara yang memperkenalkan Haruka kepada produser, orang yang mengatur panggung pertemuan. ...Meskipun tidak bisa dikatakan kalau ini adalah kesalahan Haruka, meski begitu itu fakta kalau dia sudah mengoleskan lumpur di wajah ketua.
“Erm, ketua, apa kau ada memberitahu orang lain tentang hal ini?”
“Tentu tidak. Ini adalah topik yang sensitif di industri ini, dan Haruka-chan sendiri juga sepertinya tidak ingin menyulut-nyulutnya.”
Syukurlah. Meskipun dia orang yang aneh, tapi sepertinya dia tidak sembrono.
“Adapun Itoi-san—ah, maksudku produser yang tertarik pada Haruka-chan, aku sudah melakukan yang terbaik untuk menutupi persoalan itu darinya dan meminta maaf... Tapi yah, tentunya itu membuat semua pembicaraan mereka jadi seperti tidak terjadi.”
“Terima kasih.”
Saat aku mengucapkan terima kasih, aku mulai merenung.
Sudah menjadi ciri khasnya Haruka untuk tidak ingin membuat kekacauan. Tapi..., jika demikian, apa yang akan dia lakukan? Dalamd industri hiburan, cambur tangan dari Takao tidak bisa dihindari. Karenanya, itu penting baginya untuk memiliki hubungan yang tidak cekcok dengannya, tapi..., akhir-akhir ini Haruka tidak ingin berbicara banyak tentang hal itu.
“Ketua..., erm, bagaimana kondisinya Haruka di klub? Sebenarnya, akhir-akhir aku sangat sibuk pindah rumah sampai-sampai aku hanya punya waktu untuk melihatnya saat istirahat makan siang.”
“———”
Saat aku bertanya, ketua meminum kopinya dengan ekspresi masam.
Kemudian, setelah hening sejenak, dia mulai berbicara.
“Gimana ya aku harus mengatakannya. Ceritaku mungkin akan membuatmu khawatir, tapi tidak ada gunanya menyembunyikannya, dan yang terpenting, itu terkait dengan alasan aku membawamu ke sini hari ini. ...Sebenarnya, tadi pagi, Haruka-chan memberikan ini padaku.”
Mengatakan itu, ketua memberikanku sesuatu.
Itu adalah selembar dokumen yang dilipat menjadi tiga lipatan——
“S-Surat pengunduran diri...?”
“Gadis itu..., seperti yang pernah aku katakan sebelumnya, dia buruk dalam berakting. Namun, itu buruk dalam artian yang baik. Dia adalah tipe orang yang antusiasmenya, komitmenya, dan hasratnya diekspresikan tanpa ragu-ragu. Maksudku begini, penampilan yang lucu seperti anak kecil akan terlihat aneh tapi akan membuat orang yang menontonnya tersenyum, bukan? Tentunya Haruka-chan tidaklah sepolos anak kecil, tapi dengan memiliki kepolosan itu, dia mampu menampilkan penampilan yang menarik perhatian orang-orang. Dalam artian tertentu, dia semacam orang jenius. Mungkin itu memang buruk, tapi menurutku itu adalah kepribadian yang menarik.”
Kalau dipikir-pikir, terakhir kali kami bertemu, ketua memuji Haruka sebagai lobak yang enak.
“Tapi dirinya yang seperti itu juga membuat emosi negatifnya muncul ke permukaan. Dia tidak bisa menyembunyikan emosi negatifnya itu dengan akting. Karenanya, sejak kejadian itu..., aktingnya Haruka-chan sangat berantakan. Dia melarikan diri dari pertemuan yang penting, kehilangan tujuan besarnya, tidak merasa nyaman dengan aktingnya, dan bahkan satu-satunya keunggulannya yaitu tekniknya yang buruk pun tergelincir. Kondisinya benar-benar tidak cocok untuk memerankan peran utama. Itu sebabnya, kemarin, aku mengatakan kepadanya bahwa aku mencabut peran utama darinya. Lalu hari ini, dia memberikan ini padaku.”
Aku mengerti intinya.
Haruka punya alasan mengapa dia menjadi seperti itu, dan ketua harusnya mengetahui alasan tersebut. Tapi, apakah orang ini menerima pengunduran diri Haruka begitu saja?
“Erm... Tadi aku bilang baik aku dan Haruka tidak menyimpan dendam padamu, jadi aku tahu kalau mungkin akan aneh jika aku mengatakan ini, tapi ketua juga ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi, kan? Namun demikian, bukankah agak mengerikan untuk mecabut peran yang diberikan padanya, bahkan menerima pengunduran dirinya begitu saja?”
“Drama bukan hanya tentang peran utama saja. Ini adalah kolaborasi dari semua orang yang terlibat. Sebagai ketua klub drama, aku tidak bisa merusak drama hanya untuk Haruka-chan.”
“......”
Dia benar sih, tapi...
“Akhir-akhir ini, anak itu mencoba untuk berakting hanya karena rasa kewajian bahwa dia diberikan peran utama. Dia tidak menghayati peran yang dia mainkan, tapi memaksakan dirinya untuk berakting. Melihat dia yang seperti itu rasanya menyakitkan.”
“Sejak awal Haruka tidak bermaksud untuk menjadi seorang profesional... Dia kebetulan memiliki kesempatan untuk memerankan peran utama, jadi dia melakukan yang terbaik, bagaimanapun juga dia menyukai akting. Dengan demikian, tidak mungkin dia berakting hanya karena rasa kewajiban...”
“Begitu seseorang memiliki tujuan dan mengarahkan pandangannya ke sana, pasti akan menyakitkan ketika tujuan itu hilang. Hati manusia tidaklah sederhana sehingga mereka bisa dengan cepat mengubah pikiran mereka dan tetap bersikap biasa dengan mengatakan, [Sejak awal aku tidak berniat menjadi profesional]. Kau sendiri pasti tahu ‘kan kalau gadis itu serius dalam karirnya di dunia akting, Kareshi-kun?”
“...——”
“Selama dia adalah anggota klub drama, dia harus mengikuti jadwal klub atau dia akan menjadi penghambat, dan dia juga harus menjaga kualitasnya. Aku tidak punya pilihan selain membuat dia mengikuti itu dengan ketat. Haruka-chan sendiri tahu soal ini, dan itulah sebabnya dia mengajukan pengunduran dirinya dari klub. Kupikir keputusan yang Haruka-chan buat ini benar. Bagaimanapun juga, saat ini gadis itu perlu mendapatkan waktu untuk menjauh dari drama dan memikirkan apa yang penting baginya. Hanya saja...”
Ketua menghenikan kata-katanya sejenak dan menatap lurus ke arahku.
“Aku hanya bisa membantu Haruka-chan melalui drama. Satu-satunya orang yang bisa mendukungnya saat ini dalah kamu, Kareshi-kun. Hanya kamu.”
Di bawah bulu matanya yang panjang, matanya yang seius dan tulus menarik fokusku.
“Alasan utama aku membawamu ke sini hari ini adalah karena aku ingin meminta itu kepadamu. Haruka-chan telah bekerja sangat keras sampai hari ini. Dia mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk dunia akting. Jika itu tiba-tiba menghilang, itu akan meninggalkan lubang yang menganga dalam hidupnya, dan Haruka-chan akan tersiksa oleh waktu yang kosong. Mimpi yang tak terpenuhi karena telah melarikan diri. Rasa malu karena tidak bisa memenuhi harapan orang-orang di sekitarnya. Banyak hal akan masuk melalui lubang itu. Kau lah satu-satunya orang yang dapat menyumbat lubang itu. Karenanya, dukunglah Haruka-chan, sampai gadis itu bisa memilih untuk berakting lagi, bukan karena rasa kewajiban atau keterpaksaan, melainkan karena hasrat... Dan ketika itu terjadi, aku juga akan berusaha keras untuk membantunya.”
Sorot mata yang serius. Kata-kata yang peduli pada Haruka. Di balik semua itu, hanya ada satu perasaan yang terkandung—kasih sayang.
Aku jadi sangat malu karena sebelumnya aku telah mengeluh kepada orang ini.
Dia adalah orang yang baik. Dari lubuk hatinya, dia tulus ingin membantu Haruka.
Terhadapa kasih sayangnya yang begitu tulus itu, aku——
“Sesuatu seperti itu, kau bahkan tidak perlu untuk memintaku melakukan itu...”
Aku berpura-pura mengangguk dan mengalihkan pandanganku darinya.
XXX
“Haaah...”
Sepulang sekolah.
Langkah kakiku terasa berat saat aku berjalan menuju loker sepatu.
Aku tidak menyangka bahwa Haruka akan keluar dari klub drama. Jujur, sulit bagiku untuk mempercayai hal terebut. Lagian itu benar-benar mengejutkan, mengingat aku benar-benar tahu betapa bergairahnya Haruka untuk dunia akting.
Tentunya insiden dengan Takou merupakan pukulan yang mengerikan untuknya, tapi karena sejak awal Haruka tidak bertujuan untuk menjadi seorang profesional, kupikir dia akan tetap melanjutkan aktivitasnya di klub drama terlepas dari apakah dia memutuskan untuk menyerah pada industri hiburan dan meninggalkan Takao, atau berperang dengan Takao.
“.........”
Dalam situasi ini, akan semakin sulit bagiku untuk putus dengan Haruka sebelum hari ulang tahunnya.
Dia kehilangan dunia akting yang sangat dia sukai. Untuk menyembuhkan luka yang besar itu, setengah bulan sepertinya merupakan waktu yang terlalu singkat.
Luka Haruka masih berdarah. Tidak mungkin aku akan merobek luka yang dia miliki menjadi semakin besar. Memang benar kalau Haruka bukan lagi gadis yang aku cintai, tapi itu bukan berarti aku membencinya hingga ingin menyakitinya tanpa alasan. Aku tidak ingin memperparah luka yang dia miliki.
Setidaknya, aku ingin putus dengan Haruka setalah dia mendapatkan kembali semangatnya.
“Yah, itu tidak akan berjalan dengan mudah...”
Siapa orang yang terpenting dalam hidupku? Aku bisa menjawab itu dengan pasti, dan jawaban itu tak tergoyahkan. Aku sangat yakin akan hal tersebut. Cuman masalahnya, keadaan saat ini tidak memungkinkanku untuk menyatakan itu secara terbuka. Kalau saja bukan karena insiden yang disebabkan oleh Takao, aku tidak akan merasa sebegitu tidak nyaman ini.
Bersikap seolah-olah cinta yang telah hilang dalam diriku masih ada.
Aku benar-benar orang buruk. Itulah yang benar-benar kupikirkan saat aku tidak bisa menatap mata ketua yang menatap lurus ke arahku.
Dadaku sakit. Ini menyesakkan. Rasa jijik pada keburukanku sendiri tumbuh tanpa henti.
Tapi—aku ingin tahu sebarapa besar penderitaan semacam ini jika dibandingkan dengan penderitaan Haruka.
Habisnya, Haruka tidak hanya akan kehilangan dunia akting, dia juga akan kehilangan kekasihnya. Terlebih lagi, orang yang kucintai saat ini adalah saudarinya kembarnya yang dia percayai dengan sepenuh hati.
Seberapa besar Haruka akan menderita?
Dibandingkan dengan rasa sakit yang harus kuberikan padanya suatu hari nanti, aku tidak bisa mengeluh tentang tingkat ketidaknyamananku saat ini.
Untuk membuat diriku nyaman sesaat, aku berbohong pada Haruka. Jika demikian, paling tidak yang harus aku lakukan adalah terus berbohong pada Haruka sebentar lagi.
Untuk Shigure..., aku yakin dia pasti akan mengerti.
Saat aku berjalan sambil memikirkan hal-hal seperti itu, aku sampai ke loker sepatu.
Di sana, sambil menyandarkan punggungnya pada pilar besar, kulihat Haruka sedang menungguku, jauh dari arus siswa-siswi yang meninggalkan sekolah.
Ketika Haruka melihatku, dia tersenyum dan berlari ke arahku layaknya seekor anak anjing.
“Hiromichi-kun!”
“Maaf, apa aku membuatmu menunggu lama?”
“Ehehe, gak apa-apa kok. Lagian selama ini aku juga sudah membuatmu menunggu.”
Yah, dia ada benarnya.
Situasi di mana Haruka menungguku..., mungkin ini adalah pertama kalinya sejak aku menyatakan perasaanku padanya. Haruka jarang meninggalkan sekolah saat masih ada begitu banyak siswa-siswi di lingkungan sekolah. Kecuali saat masa-masa ujian, Haruka biasanya akan selalu pulang terlambat karena dia terlibat dalam aktivitas klub. Tapi hari ini, Haruka meninggalkan sekolah lebih awal, soalnya dia sudah berhenti mengikuti aktivitas klub. Karenanya, secara alami itu akan menjadi topik pembicaraan pertama kami.
“Saat istirahat makan siang, aku dengar dari ketua klub drama kalau kau keluar dari klub drama.”
“...Ya.”
“Apa itu karena Takao?”
Sambil berjalan menuju gerbang sekolah, aku menanyakan itu padanya.
Haruka hendak mengangguk, tapi kemudian dengan cepat dia menggelengkan kepalanya.
“Memang benar kalau sejak kejadian itu aku tidak terlalu terlibat dalam aktivitas klub. Tapi..., kurasa itu bukan karena Takao-san aku berhenti mengikuti kegiatan klub... Kau tahu, tugasku untuk memerankan peran utama di festival sekolah sudah dicabut. Ketua bilang padaku kalau aku yang saat ini tidak bisa dipercayai untuk memainkan peran utama..., dan saat aku mendengar itu, aku merasa lega.”
“......”
“Aku sangat senang ketika aku dipilih untuk memerankan peran utama, dan kupikir aku akan melakukan yang terbaik untuk memainkan peran yang diberikan padaku... Tapi kemudian, aku sadar. Aku hanya akan menjadi beban bagi yang lainnya jika aku yang dalam kondisi ini tetap berada di dalam klub.”
“...Aku tidak berpikir kalau ketua menganggap kamu sebagai beban. Dia justru mengkhawatirkanmu. Alasan mengapa dia menerima pengunduran dirimu adalah karena dia pikir bahwa saat ini akan lebih bagimu untuk beristirahat dari drama dan memikirkan apa yang penting bagimu dan apa yang ingin kau lakukan.”
“Ya, aku tahu kok.”
“Dia bahkan juga mengatakan bahwa jika kau ingin bermain drama lagi, dia akan selalu bersedia membantumu.”
“Ya... Tapi, aku sudah selesai dengan drama.”
“Sudah selesai?”
“Soalnya aku sudah tahu apa yang penting bagi diriku.”
“Haruka?”
Haruka yang berjalan di sampingku tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Aku ingin tahu mengapa dia berhenti berjalan, jadi aku juga berhenti dan menoleh ke arahnya.
Tapi kemudian, tiba-tiba dia mencengkeram kerah blazerku, menarikku mendekatinya, dan menciumku.
“~?!”
Saking terkejutnya, pikiranku menjadi blank.
Soalnya..., ini mungkin pertama kalinya Haruka mengambil inisiatif untuk menciumku. Apalagi, dia menciumku di tempat dengan begitu banyak orang di sekitar. Faktanya, terjadi keributan dari para siswa di sekitar kami.
Meski begitu, Haruka tidak mau melepaskan bibirku.
Keterkejutanku sudah hampir mencapai level panik.
Apa yang terjadi padanya? Haruka harusnya bukanlah tipe orang yang seperti ini.
Saat aku membeku dalam kebingungan untuk beberapa saat, akhirnya Haruka melepas bibirku dan berbicara.
“Hari itu, ketika Shigure bertanya apa yang ingin kulakukan, aku tidak bisa menjawabnya. Tapi ketika aku tenang dan memikirkannya, jawaban untuk itu sangatlah jelas. Soalnya..., saat aku disentuh oleh pria itu, satu-satunya hal yang terlintas dalam pikiranku yang kosong adalah kamu, Hiromichi-kun.”
Haruka menatapku dari jarak yang amat sangat dekat.
“Saat kau memelukku dan menghiburku, rasa sakit di pundakku dan ketakutanku menghilang seolah-olah itu semua tidak pernah ada... Aku pun berpikir, ini adalah tempat paling baik bagiku di dunia ini, dan bagiku orang ini jauh lebih penting daripada yang lainnya.”
Kemudian, dia dengan lembut bersandar di dadaku.
“Makasih, Hiromichi-kun. Kau selalu mengerti aku dan terus mencintaiku. Mulai sekarang, aku tidak lagi memiliki aktivitas klub, jadi ayo kita bersenang-senang. Di semester kedua nanti masih ada banyak event lainnya yang menyenangkan seperti festival sekolah dan karyawisata sekolah. Dan juga, kita bisa pergi ke Disneyland yang sempat batal karena aku dirawat di rumah sakit. Ayo buat banyak kenangan indah bersama-sama.”
Mengatakan itu, Haruka meletakkan tangannya di punggungku.
Di sekitar kami, orang-orang menggoda kami saat kami saling berpelukan secara terbuka di tengah jalan. Namun demikian, Haruka tidak mau melepaskan tangannya dari punggungku.
Jika ini adalah Haruka dari beberapa watku lalu, sesuatu seperti ini ini adalah tindakan yang tidak akan pernah terpikirkan olehnya.
Seperti yang sempat kuatakan sebelumnya, kehilangan dunia akting tampakya telah membawa perubahan yang signifikan pada Haruka.
Namun bagiku..., hal tersebut sangat menjengkelkan.
“———”
Lagian, itu wajar, bukan? Mengapa baru saat ini?
Setelah sekian lama, mengapa dia baru mengatakan ini.
Bukan saat ini aku ingin dia mengatakan itu kepadaku.
Bukan saat ini aku ingin dia memeluk dan menciumku.
Aku inginnya di hari pertunjukkan kembang api. Tidak, lebih tepatnya, saat momen menjelang malam pertunjukkan kembang api, ketika aku memberi tahu Shigure kata-kata yang sudah bulat di hatiku.
Sekarang, aku bahkan membenci kata-kata cinta yang sangat kuinginkan dari Haruka yang kucintai.
Ini terlalu berlebihan. Ini terlalu nyaman untuknya.
Lagian, bukankah dia hanya menggunakanku untuk menghibur dirinya sendiri? Dia hanya mencoba untuk membuat beberapa logika dan bersandar padaku ketika dia mengalami kesulitan.
Padahal, ketika aku mengalami kesulitan, dia justru semakin mendorongku pada lebih banyak kesulitan...!
Amarahku..., emosoki, mengalir dalam bentuk kata-kata.
“...Ya, kau benar. Aku menantikannya...”
Tapi, pikiran jernihku membuat amarah itu tertahan.
Saat ini..., Haruka sedang terluka dan amat rentan,
Dan kedepannya, aku akan semakin menyakiti Haruka yang saat ini sudah terluka.
Karenanya, apa hakku untuk marah tentang ini?
Aku harus menahannnya. Tutupi ekspresi asliku dengan senyuman palsu.
Aku ingin tahu, apa yang Haruka tafsirkan ketika dia melihat senyum yang aku buat-buat.
Dia—tersenyum bahagia.
Melihat itu, aku merasakan perbedaan yang luar biasa dari dirinya.
Wah, makasih min untuk update an nya dan ganbatte terus :v
ReplyDeleteThanks chap
ReplyDeleteMasih menunggu chap selanjutnya, ada yang punya link eng ato raw nya ga?
ReplyDelete