Bab 3 Bagian 1 (dari 2)
Sebagai Siswa Akademi Kekaisaran
[Catatan Penerjemah: Karena Novel ini awalnya gua kerjain yang versi WN-nya, jadi gua selalu make nama MC (Itsuki Nishinari). Tapi rupanya gua baru sadar kalau di LN nama MC (Itsuki Tomonari), jadi mulai sekarang nama keluarga Nishinari gua ganti ke Tomonari. Nama depan MC masih tetap Itsuki.]
Nama MC di WN = 西成伊月 (にしなりいつき)
Nama MC di LN = 友成伊月 (ともなりいつき)
===
Hari ini, pemandangan di Akademi Kekaisaran masih tampak sama seperti biasanya. Lembaga Pendidikan tersebut merupakan salah satu sekolah paling bergengsi di Jepang, sekolah yang dihadiri oleh anak-anak kaum kelas atas seperti presiden perusahaan besar dan politisi ternama. Akademi yang memiliki dana yang besar ini punya lahan yang luas dan fasilitas yang lengkap, dimana siswa-siswinya diiperbolehkan untuk memanfaatkan semua fasilitas itu.
Sekarang, aku sudah mulai terbiasa dengan lingkungan seperti itu, tapi..., setelah sekian lama, aku merasa gugup seperti saat aku pertama kali datang ke akademi ini.
Sebelum jam pelajaran pagi dimulai, aku mengajak seorang siswa yang lagi duduk di kursinya untuk berbicara.
“Halo, kamu Kita-kun, kan?”
Siswa tersebut mungkin tidak menduga kalau aku akan datang mengajaknya berbicara, jadi dia menoleh ke arahku dengan mata yang membelalak terkejut.
“Eh, iya, ada apa ya...?”
“Aku Tomonari.”
Meskipun dia mungkin sudah tahu namaku, tapi dengan sopan aku memperkenalkan diriku lagi padanya.
“Sebenarnya, aku punya sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu...”
Setelah mengucapkan kalimat yang sebelumnya sudah kusimulasikan, aku teringat tentang tadi malam——.
---
“Sekadar memastikan, kau ingin agar dirimu tidak terlihat buruk ketika bersama Ojou-sama di akademi, kan?”
Setelah aku menunjukkan kesiapanku untuk membentuk hubungan sosial di Akademi Kekaisaran, Shizune-san menanyakan pertanyaan itu sekali lagi padaku.
“Ya. Aku tidak ingin merusak imejnya Hinako, tapi setidaknya sebagai teman sekolahnya, aku ingin menajdi seseorang yang tidak tampak tidak wajar ketika berada di dekatnya.”
Jarak antara aku dan Hinako saat berada di mansion tidak boleh diketahui oleh orang lain. Karenanya, aku masih berencana untuk makan siang secara rahasia bersama Hinako ketika waktu istirahat makan siang. Bagaimanapun juga, tidak boleh ada yang melihat aku menyuapi Hinako atau memberikannya bantal pangkuan.
“Dan juga..., aku ingin membantu menyelesaikan masalahnya Narika.”
“Miyakojima-sama?” tanya Shizune-san, memiringkan kepalanya.
Oh iya, kalau dipikir-pikir lagi, aku masih belum memberitahunya tentang masalah yang Narika miliki. Dengan demikian, aku memberitahu Shizune-san bahwa aku dan Hinako sedang membantu Narika menjalin pertemanan.
Kalau aku ingin membantu Narika supaya dia bisa menjalin pertemanan, pertama-tama aku sendiri juga harus bisa menjalin pertemanan...
Niatku ingin membantu Narika, tapi anehnya itu jadi kesempatan bagiku untuk merenungkan situasiku sendiri. Nah, karena kebetulan kami punya masalah yang serupa, maka mungkin kami berdua bisa menyelesaikan ini bersama-sama. Baik aku dan Narika, kami akan menjadi lebih layak sebagai murid Akademi Kekaisaran daripada sebelumnya.
“Kalau gitu, ayo kita putuskan bahwa tujuan pertamamu adalah mencari teman baru,” saran Shizune-san.
Bukan Hinako, bukan Tennoji-san, bukan Narika, bukan Asahi-san, bukan Taisho, melainkan menjadlin pertemanan dengan teman dan komunitas yang baru. Dengan melakukan itu, aku harusnya akan bisa mengetahui detail gambaran keseluruhan kelas 2A Akademi Kekaisaran.
“Apa kau masih punya daftar biodata teman sekelasmu yang dulu pernah kuberikan padamu?”
“Oh, iya, aku masih punya. Kalau tidak salah aku menyimpannya di sekitar sini...”
Aku mengambil setumpuk kertas dari meja. Itu adalah dokumen yang Shizune-san berikan padaku ketika aku baru memasuki Akademi Kekaisaran. Saat pertama kali diberikan dokumen itu aku dibuat sibuk sekali membacanya, bahkan saat sedang mandi pun aku juga membawa dokumen itu untuk kubaca.
“Dari daftar ini, ayo kita cari tahu seseorang yang akan mudah kau ajak bicara, Itsuki-san.”
...Sungguh, dia orangnya sangat bijak. Tapi yah, kurasa itu tidaklah aneh, karena bagaimanapun juga Shizune-san selalu menawarkanku tindakan yang lebih bijak dan solid daripada yang bisa aku pikirkan.
“Setelah kau mulai terbiasa dengan kehidupanmu di akademi mungkin kau akan melupakan ini, tapi murid-murid di Akademi Kekaisaran semuanya adalah anak-anak kaum kelas ataa. Bukan hanya pihak kita saja yang berhati-hati dalam bersosialisasai, tapi mereka pun demikian. Kau mungkin berpikir bahwa sesuatu seperti ini merupakan hal yang mencolok, tapi aku yakin ada banyak orang yang juga melakukan ini.”
Begitu ya... Tentunya, aku tidak lupa bahwa siswa-siswi di Akademi Kekaisaran adalah orang-orang kaum kelas atas. Namun, rasanya kesadaranku tentang hal itu menjadi lebih lemah akhir-akhir ini. Bagaimanapun juga, biasanya aku selalu berinteraksi dengan orang-orang yang sudah aku kenal, jadinya aku cenderung tidak menyadari fakta itu.
Saat aku berhubungan dengan orang biasa, perasaan akrab antara orang biasa akan membuatku bersikap santai ketika berinteraksi dengan mereka. Sampai saat ini aku tidak menyadarinya, tapi akhir-akhir ini kurasa aku sering sekali bersikap terlalu santai.
Namun, dalam hal membangun koneksi baru kali ini, sikap yang selama ini kugunakan tidak akan berguna. Aku perlu mengingat fakta bahwa pihak ain merupakan murid dari Akademi Kekaisaran.
“Bahkan, beberapa keluarga ada yang menyewa detektif hanya untuk bisa mendapatkan satu teman.”
“Sampai sejauh itu, ya...”
“Yah, itu adalah contoh yang pada dasarnya terlalu protektif, tapi intinya adalah tidak salah untuk bersikap hati-hati.”
Mendengar kata-kata Shizune-san membuatku merenungkan satu hal.
Akademi Kekaisaran bukanlah sekolah biasa. Itu sebabnya, teknik yang digunakan untuk berteman di sekolah biasa mungkin tidak akan berhasil di sana. Contoh sempurna dari itu adalah siswa yang bersikap dingin terhadap Narika, soalnya dia mewaspadai Narika karena memiliki keluarga yang besar. Sesuatu seperti itu adalah salah satu nilai yang tidak ada di SMA yang sebelumnya kuhadiri.
Aku mesti memahami nilai-nilai seperti itu.
“Baiklah, bagaimana dengan orang ini?” ucap Shizune-san, menunjuk ke satu orang yang ada di daftar.
Orang itu adalah...
“...Yusuke Kita.”
“Dia adalah anak yang menjadi pewaris perusahaan IT kelas menengah... Karena setinganmu juga diatur menjadi anak pewaris perusahaan IT, jadi kupikir kalian akan bisa membentuk pembicaraan karena memiliki situasi yang sama.”
“Tapi aku tidak benar-benar paham soal IT, jadi kurasa akan sulit untuk membentuk pembicaraan...”
“Maka kau harus mengatasi itu dengan belajar.”
Yah, dia memang benar.
“Kalau tidak salah, ketika kau diberikan pengaturan cerita ini, kau sudah mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan IT, kan?”
“Ya, tapi aku hanya mempelajari minimalnya saja, jadi kurasa aku masih belum cukup belajar.”
“Begitu ya.”
Sebelumnya, untuk mencegah hal-hal menjadi kacau aku hanya melakukan pembelajaran IT secara minimum, tapi sekarang aku punya tujuan yang lebih tinggi; yaitu menjadi siswa yang layak di Akademi Kekaisaran. Hanya saja, perlu upaya jangka panjang untuk mempelajari IT secara detail, jadi aku cemas apakah itu akan berhasil atau tidak.
“...Kalau gitu, bagaimana jika di masa depan nanti kau benar-benar bertujuan bekerja di perusahaan IT?”
“Eh?”
“Sebagai pengurus, kau sudah bekerja dengan cukup baik, Itsuki-san. Jadi, jika kau memiliki kekhawatiran tentang karir masa depanmu, kupikir Grup Konohana akan bersedia membantumu. Paling tidak, kau bisa menerima rekomendasi ke perusahaan IT.”
“B-Begitukah...?”
“Ya, tapi itu dengan asumsi bahwa kedepannya kau tidak mendapatkan masalah apa-apa.”
Karena peluang itu tidaklah nol, jadi aku merasa seperti aku tidak bisa mengatakan apa-apa.
Aku pernah masuk ke mansion tanpa izin untuk bisa terus mengurus Hinako, dan bahkan identitasku terungkap oleh Tennoji-san dan aku memutuskan bahwa aku tidak bisa terus berbohong kepadanya... Sejauh ini, aku sudah beberapa kali melewati jembatan yang berbahaya.
“Mengesampingkan rencana masa depanmu... Paling tidak, dengan tujuan seperti itu kau akan bisa membentuk pembicaraan, dan itu juga akan memotivasimu untuk belajar.”
“...Baiklah, aku mengerti.”
Misalnya aku bekerja untuk perusahaan IT di masa depan... Dengan pemikiran seperti itu, motivasiku untuk belajar akan meningkat. Selain itu, tidak peduli seberapa banyak aku mempelajari IT, itu pasti akan berguna dalam pekerjaanku di masa depan.
Dan di atas semua itu, aku akan bisa berbicara dari sudut pandang yang sama dengan siswa yang bernama Kita ini. Bagaimanapun juga, tidak seperti identitasku yang palsu, dia pasti benar-benar akan menjadi presiden perusahaan IT.
“Sebisa mungkin kurangi kesan bahwa sikapmu itu adalah akting,” ucap Shizune-san, dengan ekspresi serius di wajahnya. “Untuk bisa menyelesaikan masalah yang kau hadapi saat ini, kau harus menjadi murid Akademi Kekaisaran dalam artian yang sesungguhnya, Ituski-sam.”
“Ya, aku mengerti.”
Sekali lagi, Shizune-san menekankan kata-kata bahwa aku harus menjadi murid Akademi Kekaisaran dalam artian yang sesungguhnya.
“Hubungan sosial adalah area yang sulit untuk dimasuki jika dengan melakukan gertakan atau kebohongan. Tapi, jika dinilai dari sudut pandang lain, hubungan sosial adalah area yang dimana tidak memerlukan akting di dalamnya.”
Dengan kata lain, mulai sekarang, aku harus bersikap sebagai dirku yang sebenarnya.
“Hormati kehendakmu sendiri dan bertindaklah sesuai dengan itu. Aku mungkin tidak bisa memberikanmu saran atau jawaban yang benar, tapi aku akan membantumu semampuku. Kita akan melewati ini bersama-sama.”
Kata-katanya itu memancarkan kebaikan yang tulus.
Sementara aku dibuat senang dengan ucapannya itu, secara tidak sadar aku jadi terus menatap wajahnya Shizune-san.
“Ada apa?”
“Tidak ada apa-apa... Hanya saja, kau sepertinya sangat antusias dengan hal ini.”
Ucapanku membuat Shizune-san menampilkan ekspresi terkejut, mungkin karena dia sendiri tidak menyadari fakta itu.
“...Yah, bagaimanapun juga pada dasarnya kami tidak akan bisa mencari penggantimu,” ucap Shizune-san, seolah dia dengan hati-hati menyendok perasaannya. “Di masa depan, misalnya kami mempekerjakan pengurus Ojou-sama selain kamu, aku tidak tahu apakah akan ada orang yang akan begitu berdedikasi dalam tugasnya mengurus Ojou-sama sepertimu...”
Saat itu, aku bisa merasakan pemikiran Shizune-san bahwa orang sepertiku mungkin tidak akan ada. Namun, ada yang membuatuku sedikit tidak setuju dari apa yang dia katakan barusan.
Aku menggumuli masalah ini tidak hanya untuk melakukan pekerjaanku sebagai pengurus.
“...Kupikir, aku menggumuli masalah ini tidak dalam kesadaran bahwa ini adalah bagian dari pekerjaanku. Aku melakukan ini karena aku memang ingin melakukannya.”
Mungkin aku tidak perlu mengutarakan itu dengan jujur. Tapi, aku tidak ingin membuat diriku beranggapan bahwa masalah ini adalah bagian dari pekerjaanku. Mendengar kata-kataku, Shizune-san menganggukkan kepalanya dan berbicara—
“Ya, aku tahu kok. Itu sebabnya aku ingin membantumu bukan sebagai atasanmu, melainkan sebagai kenalanmu,” ucap Shizune-san, tersenyum lembut. “Apa ada sesuatu yang kau butuhkan? Jika ada, aku akan menyiapkannya sebisa mungkin.”
“Erm, kalau gitu, untuk saat ini aku ingin kau membantuku mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan IT...”
“Aku sudah menyiapkan satu set lengkap bahan ajaran untuk itu.”
Shizune-san keluar dari kamarku dan kembali dengan membawa satu rak yang penuh dengan banyak bahan ajar. Sepertinya dia sudah mempersiapkan itu sebelumnya.
“Dan jika mungkin, bisakah kau menyediakanku komputer? Takutnya nanti ada batasan tertentu jika hanya dari membaca buku teks...”
“Aku akan menyiapkannya.” Shizune-san langsung mengangguk. “Kalau kau punya masalah lain, kau bisa membicarakannya denganku. Mulai sekarang, aku akan membantumu lebih daripada sebelumnya.”
Ucapan itu adalah ucapan yang paling bisa diandalkan yang pernah aku dengar.
Seorang Shizune-san, dia bilang bahwa dia akan membantuku.
“Shizune-san...”
“Ya?”
“Shizune...”
“Kalau lain kali kudengar kau memanggilku seperti itu, aku akan memotong itu-mu.”
Sudah lama aku tidak mendengar peringatan seperti itu darinya. Yah, mungkin tadi aku memang terlalu sok akrab, jadi dalam diam, aku menganggukkan kepalaku kepadanya.
Sampai saat ini, aku tidak begitu memikirkan Akademi Kekaisaran dengan begitu serius.
Apa yang kupikirkan adalah bahwa akademi itu merupakan sekolah yang kuhadiri untuk melakukan pekerjaanku sebagai pengurus. Lagipula di tempat pertama, akademi ini adalah sekolah yang bukan tempat bagi orang biasa sepertiku untuk bersekolah. Karenanya, tidak dapat disangkal bahwa aku kurang memiliki kesadaran bahwa aku adalah bagian dari mereka.
Tapi, mulai saat ini dan seterusnya akan berbeda.
Mulai saat ini... aku akan mencoba untuk lebih memahami tentang Akademi Kekaisaran dan orang-orang yang berada di Akademi Kekaisaran.
Aku harus sadar bahwa aku juga merupakan siswa dari Akademi Kekaisaran.
“Kalau begitu, ayo lakukan yang terbaik mulai besok.”
“Ya.”
Aku segera mulai mempelajari materi yang kuterima.
---
“Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Kita, menatapku.
Aku pun segera membuka halaman bahan ajar yang diberikan Shizune-san padaku tadi malam.
“Kudengar kalau Kita-kun tahu banyak tentang hal-hal IT..., jadi, bisakah kau membantuku memecahkan soal ini?”
Ngomong-ngomong, aku tidak menanyakan ini hanya karena untuk membentuk percakapkan dengannya. Ini adalah sesuatu yang aku benar-benar tidak mengerti sekalipun aku telah belajar dengan serius tadi malam.
Shizune-san tampaknya juga cukup asing dalam hal teknologi IT, jadi dia tidak bisa membantuku memberikan jawaban. Meski begitu, dia sepertinya sudah mengusai dasar-dasarnya, jadi dia sudah pasti lebih baik dalam hal IT daripadaku.
“Oh, ini? Begini——”
Kita memberikanku jawaban yang koheren. Penjelasannya sangat mudah dipahami, dan nadanya juga penuh percaya diri, yang mana artinya dia pasti telah mempelajari tentang soal semacam ini sejak lama.
“Jadi gitu... Makasih ya.”
Di momen itu, aku jadi benar-benar setuju dengan ungkapan bahwa kita harus menemui ahlinya untuk mendapatkan jawaban atau hasil yang terbaik.
“Ini adalah soal untuk ujian Teknisi Informasi Dasar, kan? Apa kau akan mengambilnya, Tomonari-kun?”
“Ya, soalnya keluargaku menjalankan perusahaan seperti itu.”
Yah, sebenarnya sih itu adalah pengaturan cerita yang dibuat oleh Shizune-san.
Tapi sebagai indikator untuk saat ini, aku memutuskan untuk memperoleh sertifikat nasional di bidang IT.
“Apa kau sudah mengambilnya, Kita-kun?”
“Ya. Selanjutnya, aku akan mengikuti ujian Teknisi Informasi Terapan.”
Itu adalah sertifikasi di atas Teknisi Informasi Dasar yang saat ini aku sedang pelajari. Secara umum, itu adalah sertifikat yang diperoleh setelah seseorang memasuki dunia kerja. Namun, dari penjelasannya yang mudah dipahami yang baru saja aku dengar, kurasa Kita akan bisa lulus dalam ujian itu.
“Aku ingin tahu, apakah ada orang lain lagi yang berada dalam situasi seperti kita?”
“Kurasa di kelas 2A sudah tidak ada. Kalau di kelas lain ada.”
“Ooh gitu toh.”
Sepertinya, Kita memiliki beberapa hubungan dengan orang-orang yang memiliki situasi yang mirip dengan dirinya.
Nah, hal seperti inilah yang sampai saat ini telah aku abaikan. Tidak hanya hanya dengan Hinako, Tennoji-san, atau Narika dan yang lainnya, aku juga harus berhubungan dengan mayoritas siswa-siswi Akademi Kekaisaran.
“Tapi ngomong-ngomong, aku sedikit terkejut. Soalnya, aku tidak menyangka kau akan mengajakku berbicara, Tomonari-kun,” ucap Kita, tersenyum masam.
Ini..., aku ingin tahu, apakah tidak apa-apa kalau aku mengorek-ngorek informasi sedikit? Tidak, jangan ragu, aku memang harus melakukan itu. Lagipula, aku sudah memutuskan bahwa aku akan merubah imej yang aku miliki di akademi ini.
“Berbicara soal itu, ada yang mau aku tanya... Apa aku ini terlihat menonjol?”
Saat aku mengumpulkan keberanian untuk menanyakan itu, Kita terlihat merasa tidak nyaman.
“E-Erm... Yah, kurasa aku tidak bisa menyangkal itu...”
“...Jadi begitu ya.”
Aku sontak terkulai.
“Sebenarnya sih, aku sama sekali tidak ada maksud terlihat seperti itu, tapi... Aku kesanya seperti apa?”
“Erm... Gimana ya aku harus mengatakannya, saat kau baru pindah ke akademi ini, kau berkeliling akademi dengan Konohana-san, dan bahkan setelah itu kau mengadakan pesta teh dengan Tennoji-san yang lainnya, jadi..., mungkin saja, kau tidak tertarik pada orang-orang biasa seperti kami.”
“Tidak, tidak, tidak, aku sama sekali tidak merasa seperti itu...”
Lagian, dari sudut pandangku, kau sendiri juga bukanlah orang biasa...
Siswa-siswi di Aakdemi Kekaisaran semuanya adalah orang-orang terhormat dan berkaratker. Itu sebabnya, sekalipun ada hubungan sosial yang menjadi agak tegang, kecil kemungkinannya itu akan berubah menjadi bentuk intimidasi atau pembulian. Namun, ini juga berarti bahwa sulit bagi seseorang untuk mengetahui bagaimana orang lain menilai diri mereka..
Sebelumnya, siswa dari kelas 2B yang menganggap Narika sebagai penganggu pastinya adalah tipe orang yang emsosional yang jarang-jarang ditemui pada siswa-siswi lain Akademi Kekaisaran. Kalau bukan karena apa yang dia katakan, aku tidak akan menyadari fakta ini.
Ini bahaya... Kalau aku lengah dan terus santai seperti ini, aku pasti akan menjadi objek kecemburuan.
Yah, tentu saja itu akan terjadi. Lagipula, itu wajar jika orang-orang di sekitarku memiliki imej yang buruk tentangku jika sepanjang waktu aku hanya bergaul dengan orang-orang yang terkenal.
Itu sebabnya, mulai sekarang aku juga harus bergaul dengan berbagai orang. Dan jika memungkingkan, aku ingin Kita menjadi langkah pertamaku untuk mewujudkan itu.
Dengan sedikit gugup, aku mulai membuka mulutku.
“Kalau kau tidak keberatan... Boleh tidak kalau aku memintamu untuk memberitahuku lebih banyak tentang materi-materi terkait IT sepulang sekolah nanti?”
“Eh?”
Kita tampak resah.
Sial, apa aku terlalu terburu-buru untuk menutup jarak...?
Meskipun aku telah memberitahu ini dan itu kepada Narika, tapi ketika menyangkut diriku sendiri, aku malah jadi seperti ini. Mungkin, aku juga tidak berada dalam posisi untuk megajarkan apa-apa pada orang lain.
Tapi, terhadapku yang dipenuhi dengan kecemasan, Kita——
“...Ya, oke. Aku tidak keberatan selama kau juga tidak keberatan.”
Entah mengapa, keresahannya sebelumnya menghilang dan dia meresponku dengan baik.
“Erm..., apa kau yakin?”
“Mm. Yah, sebenarnya aku sedikit terkejut sih tadi...,” ucap Kita, memilah kata-katanya dengan hati-hati. “Tapi, aku sudah sering melihatmu bergaul dengan Taisho-kun.”
“Taisho-kun?”
“Ya. Tahun lalu aku juga satu kelas dengan Taisho-kun, jadi saat ini pun kami kadang-kadang masih bergaul satu sama lain... Dia pernah bilang padaku bahwa kau telah tahu bahwa banyak hal telah berubah di sekelilingmu.”
Saat aku mendengar itu, aku jadi paham.
Kita pasti mempercayaiku karena aku sering bergaul dengan Taisho.
Saat ini—aku telah diselamatkan oleh reputasinya Taisho.
Terima kasih, Taisho...
Tapi tentang banyak hal yang telah berubah itu, mungkinkah itu tentang aturan tiga detik, ngutang gak bayar, atau bayar sendiri-sendiri? ...Hmm, ini sedikit rumit.
Saat aku memikirkan itu, sesuatu terlintas di benakku.
Mungkinkah..., Taisho dan Asahi-san tahu soal apa yang orang-orang pikirkan tentangku? Persahabatan yang mereka berdua miliki sangatlah luas. Karenanya, aku yakin mereka pasti telah mendengar satu atau dua rumor tentangku.
Aku senang mereka berdua adalah orang yang pertama yang menjadi temanku di akademi ini....
Aku juga bersyukur bahwa mereka tetap bergaul denganku tanpa terganggu dengan reputasi yang kumiliki dari orang-orang di sekitar.
Keluarganya Taisho menjalankan perusahaan transportasi besar, Transportasi Taisho. Sedangkan keluarganya Asahi-san menjalankan perusahaan besar pengecer barang elektronik, Jaz Holdings. Keduanya adalah perusahaan B2C yang pelanggannya adalah masyarakat umum. Entah apakah karena mereka berasal dari keluarga yang seperti itu, tapi dari lubuk hatiku yang terdalam aku sangat menghormati keduanya atas perhatian mereka terhadap orang lain.
[Catatan Penerjemah: B2C atau Business to Customer merupakan bisnis yang melakukan pelayanan atau penjualan barang atau jasa kepada konsumen perorangan atau grup secara langsung. Dengan kata lain, bisnis jenis ini berhubungan langsung dengan konsumen bukan perusahaan atau bisnis lainnya.]
“Kalau begitu, aku akan menunggumu sepulang sekolah nanti.”
“Ya,” ucap Kita, sambil menganggukkan kepalanya.
---
Sepulang sekolah.
Saat siswa-siswi mulai meninggalkan sekolah, aku memastikan tidak ada orang di sekitar dan mendekati Hinako yang berada di lorong.
“Hinako.”
Karena tidak ada orang lain yang mendengar, jadi secara singkat dan informal aku menyampaikan keperluanku pada Hinako.
“Maaf, hari ini kau puluang duluan saja.”
“...Kalau ini tentang Miyakojima-san, aku mau kok ikut membantu...?”
“Tidak, ini bukan tentang Narika, tapi lebih tentang diriku sendiri...”
Karena akan cukup panjang jika aku menjelaskan situasiku padanya, jadi aku bingung bagaimana caraku untuk membujuknya, tapi kemudian Hinako menganggukkan kepalanya.
“...Baiklah, aku mengerti.”
Tanpa aku memberikan penjelasan apa pun, Hinako memberiku izin.
“Lagipula kurang lebih lebih aku percaya kepadamu...”
“Kurang lebih...?”
“Ya, kecuali untuk sisi dirimu yang tidak ada moderasi...”
Tidak, apa sih maksudnya?
Aku bingung, sedang di sisi lain Hinako menatap wajahku.
“...Apa ada sesuatu yang bisa kulakukan untukmu?” tanya Hinako, memiringkan kepalanya.
Aku tidak menyangka kalau Hinako akan mengatakan kata-kata seperti itu kepadaku, jadi secara tidak sadar aku menjadi kaku.
“Aku juga..., ingin membantumu, Itsuki.”
Mendengar dia mengatakan sesuatu yang membuatku senang, entah bagaimana aku berhasil menahan senyum dan seringai di wajahku.
“Terima kasih. Kalau nanti ada sesuatu yang aku butuh bantuanmu, aku akan membicarakannya padamu.”
“Mm... Serahkan saja padaku.”
Mengatakan itu, Hinako berbalik memunggungiku.
Tapi kemudian, dia menoleh ke arahku lagi di akhir.
“Pulangnya..., jangan lama-lama, ya,” ucap Hinako, ekspresinya tampak merasa sepi.
Untuk berjaga-jaga, aku mengawasi Hinako pergi gerbang sekolah, dan saat aku melihat bahwa Hinako telah masuk ke mobil Keluarga Konohana, tatapanku bertemu dengan mata Shizune-san yang sedang duduk di kursi asisten. Karena sebelumnya aku telah menelepon Shizune-san dan mengatakan kepadanya bahwa setelah pulang sekolah hari ini aku akan tinggal sebentar di akademi, jadi aku hanya membungkuk ringan kepadanya dan kemudian kembali ke kelas.
“Maaf sudah membuatmu menunggu.”
Setelah memanggil Kita yang tengah bersiap-siap di kelas, aku juga segera menyebarkan buku ajaran serta buku catatanku.
“Baiklah, ayo kita lanjutkan bahasan kita pagi ini, Tomonari-kun.”
“Mohon bimbingannya.”
Karena di sini aku posisinya meminta untuk diajari, jadi aku menundukkan kepalaku. Namun, Kita tertawa ringat saat melihat tingkahku tersebut... Sepertinya, jarak di antara kami sudah agak memendek.
Mulai dari situ, aku mempelajari cukup banyak ilmu dari kita.
Sepertinya mempelajari sistem informasi lebih menyenangkan daripada yang kupikirkan...
Mulai dari hal-hal dasar seperti bilangan biner dan operasi logika, aku meminta Kita untuk menjelaskannya kepadaku dengan mudah. Nah, karena awalnya aku adalah orang miskin dan kurang berpengatahuan dalam teknologi modern, jadi aku cukup tertarik untuk mempelajari ini.
“Yah, kurang lebih ini saja. Sejujurnya, untuk ujian pagi, kurasa kau akan bisa melewatinya hanya dengan meningat pertanyaan-pertanyaan dari ujian sebelumnya, tapi untuk ujian sore, kau lebih baik mempelajari beberapa dasarnya lagi.”
“Aku mengerti.”
Meskipun dia memilih kata-katanya dengan halus, tapi sepertinya aku memang masih kurang pengetahuan dalam hal informatika. Baiklah, kurasa aku harus belajar dengan sabar daripada mengincar hasil yang cepat.
Tapi ngomong-ngomong, Kita ini benar-benar berpengetahuan. Aku ingin tahu, apakah sesmua siswa di Akademi Kekaisaran secerdas dirinya?... Meski sudah agak terlambat untuk memikirkan soal itu, tetap saja aku merasa bergidik saat memikirkannya.
“Di masa depan nanti, kau ingin menjadi presiden yang seperti apa, Kita-kun?”
“Kurasa aku masih belum berpikir sampai di poin itu. Tapi, aku ingin menjadi orang yang tidak hanya memiliki manajemen, tapi juga memiliki keterampilan teknis. Bagaimanapun juga, aku tidak mau orang-orang berpikir bahwa aku hanyalah anak dari orang tuaku.”
Dia benar-benar memikirkan prospek masa depannya, pikirku, kemudian Kita melihat kearah jam dinding kelas.
“Maaf, Tomonari-kun. Ada aturan jam malam di keluargaku, jadi aku harus segera pulang.”
“Baiklah, makasih telah mengajariku banyak hal.”
Mengambil tasnya, Kita meinnggalkan kelas, menyisakan aku satu-satunya siswa yang tersisa di dalam kelas.
Aku juga mulai kehilangan fokus..., mungkin aku harus pulang juga?
Bahkan pelajaran yang kuterima di Akademi Kekaisaran pun juga sudah tingkat lanjut, tidak heran kalau sekarang kepalaku cukup lelah.
Tapi, untuk bisa mengejar siswa-siswi di akademi ini, upaya yang setengah hati tidaklah cukup untukku yang sampai saat ini hanyalah orang biasa.
...Ayo belajar sedikit lagi...
Untungnya, aku memiliki ketertarikan untuk mempelajari hal-hal seperti ini, jadi aku mencoba lagi untuk memecahkan bagian-bagian yang aku aku pelajari dari Kita hari ini dengan usahaku sendiri.
“...Tomonari-kun.”
Pada saat itu, dari belakang terdengar suara yang memanggil namaku, dan saat aku berbalik, entah mengapa di sana ada Kita dan dia menatapku.
“Loh, kupikir kamu sudah pulang?”
“Tadi aku mampir ke toilet sebentar... Mengesampingkan soal itu, kupikir aku juga akan tinggal sedikit lebih lama lagi.”
“Eh, kau yakin?”
“Ya.”
Mengatakan itu, Kita kembali duduk di kursinya sebelumnya.
“Melihatmu membuatku merasa bahwa aku sendiri juga harus belajar lebih giat lagi,” ucap Kita, sambil meletakkan bahan ajar di mejanya.
Aku merasa kalau aku tidak akan pernah bisa mengejar tingkatnya Kita kalau dia sendiri juga belajar lebih giat... tapi lebih penting daripada itu, aku senang jika aku bisa bergaul dengan dia sedikit lebih lama lagi.
Sekali lagi, kami fokus belajar.
“Ngomong-ngomong, Tomonari-kun. ‘Kan sebentar lagi porseni mau dimulai tuh...” Setelah belajar sekitar satu jam, Kita memulai topik pembicaraan sambil meregangkan punggungnya. “...Jadi, bagaimana menurutmu? Apa kau memiliki kepercayaan diri untuk berpartisipasi?” tanya Kita, ekspresinya tampak gelisah.
“Kurasa tidak.”
“Aku bisa mengerti perasaanmu...”
Kami berdua tersenyum masam.
“Aku orangnya tipe indoor. Aku cukup percaya diri dalam hal belajar serta yang berhubungan dengan komputer, tapi aku tidak pandai dalam olahraga.”
“Aku sih bukannya buruk dalam olahraga, tapi..., semua siswa-siswi di akademi ini menjalani hal-hal dengan serius, jadi aku ragu kalau aku bisa mengikuti pace mereka.”
“Kalau dipikir-pikir lagi, kau sepertinya memang mahir di pelajaran PJOK. Tapi kalau bahkan kamu yang seperti itu saja tidak memiliki kepercayaan diri, aku jadi tidak tahu apa yang harus aku lakukan...”
“Yah, soalnya di akademi ini hanya cukup mahir berolahraga saja itu tidak ada artinya...”
Bahkan menurut apa yang dikatakan Shizune-san, ada siswa yang juga berlatih dengan para pebisnis olahraga. Aku hanya bisa berharap bahwa sebanyak mungkin aku tidak akan berhadapan dengan siswa yang seperti itu di porseni nanti.
“Hm...? Itsuki? Oh, bukannya itu kau, Itsuki?”
Suara yang tidak asing terdengar dari lorong.
Saat aku menoleh, aku melihat ke Narika yang menampilkan senyum lebar di wajahnya.
“Narika?”
“Mi-Miyakojima-san...?”
Kemunculan Narika yang begitu tiba-tiba membuat Kita sedikit terkejut.
Tapi, karena ada dinding kelas yang menghalangi, Narika mendekatiku tanpa menyadari kehadiran Kita.
“Kau masih tinggal di kelas, Itsuki? Apa hari ini kau tidak pulang dengan Konohana-san?”
“Ya, aku lagi belajar sebentar. Kau sendiri ngapain masih tinggal di sekolah?”
“Aku diminta keluargaku untuk memeriksa peralatan yang digunakan di pelajaran PJOK......”
Sementara mengatakan itu, Narika akhirnya menyadari kehadiran Kita.
“Aah!”
——Dalam sekejap, wajah Narika memerah.
Saat berikutnya, seolah untuk menyembunyikan rasa malunya, ekspresi Narika tampak menegang.
“H-Halo, aku, erm..., aku Narika Miyakojima.”
“Y-Yusuke Kita...”
Kedua belah pihak cukup gugup.
Tapi, ini adalah kesempatan yang bagus bagi Narika untuk mendapatkan teman baru.
Jadi, dengan mengingat topik yang baru saja aku bicarakan dengan Kita, aku bertanya pada Narika.
“Narika, menurutmu bagaimana cara terbaik untuk bisa mencapai hasil yang baik di porseni?”
“Erm, ku-kupikir kau hanya perlu berlatih dengan giat... Tapi secara pribadi, menurutku kau tidak perlu terlalu memikirkan soal hasil.”
Narika sedikit terbata-bata, tapi secara bertahap dia mendapatkan kembali ketenangannya dan memberikan pendapatnya. Tapi, pendapat yang dia berikan itu cukup mengejutkan.
“Sejak awal kita tidaklah harus berprestasi dalam olahraga. Lagipula, hanya segelintir orang saja yang dapat membuat itu berguna di masa depan. Tapi, kupikir tidak ada salahnya kalau kita melatih tubuh kita supaya kita bisa menikmati olahraga.”
Tau-tau saja, aku dan Kita mendengarkan pendapat Narika dengan saksama.
“Olahraga ada banyak jenisnya. Tenis, sepak bola, baseball, renang..., semua itu itu bisa dianggap seperti perangkat lunak game, dan tubuh kita adalah konsol game. Semakin kita melatih tubuh kita, atau dengan kata lain..., semakin tinggi kinerja konsol game, akan semakin banyak perangkat lunak yang dapat kita nikmati dengan bebas.”
Dengan ekspresi yang tampak bahagia, Narika melanjutkan pendapatnya.
“Kita akan dapat memainkan begitu banyak olahraga hanya dengan melatih satu tubuh. Tidak ada hal yang lebih menguntungkan selain itu di dalam hidup ini. ...Kalau pun di masa depan nanti kita akan lebih banyak bekerja di depan meja, itu justru akan membuat olahraga menjadi bentuk penyegaran yang baik.”
Itu adalah pendapat yang sangat berharga dan meyakinkan.
“Ah?! Ma-Maaf, aku masih punya beberapa hal yang harus kulakukan, jadi aku permisi.”
Narika langsung terlihat panik dan meninggalkan kami, menyisakan aku dan Kita yang hanya bisa melihat punggunggnya saat dia berlari menjauh.
“...Keren,” gumam Kita, dengan suara yang pelan.
“Kita-kun?”
“Eh, ah, tidak, tidak ada apa-apa!”
Kita menggelengkan kepalanya dengan tergesa-gesa.
“Ngomong-ngomong, Tomonari-kun, kudengar kok tadi kamu memanggil Miyakojima-san dengan nama depannya...”
“Oh, sebenarnya aku dan Narika punya hubungan keluarga.”
“Eh?! Begitukah?!”
Tentu saja dia akan terkejut... Lagian, aku sendiri juga terkejut ketika aku tahu soal itu saat aku masih kecil.
“...Sepertinya, Miyakojima-san mungkin orang yang lebih mudah untuk diajak bicara daripada yang kupikirkan.”
Kata-kata itu sontak membuat mataku terbelalak, sedang di sisi lain Kita tampak tersenyum masam.
“Aku orangnya suka mian gim. Bahkan kadang-kadang aku membuat gim sendiri. Karenanya, metafora yang baru saja Miyakojima-san gunakan sangat mudah dimengerti.”
Sampai saat ini, orang-orang yang didekati Narika akan menunjukkan respon yang gelisah. Tapi, respon positif yang Kita berikan ini adalah yang pertama kalinya Narika dapatkan sejauh yang aku tahu,
Ini bagus... Ayo lebih tingkatkan kesan baiknya.
“Keluarganya Narika adalah produsen peralatan olahraga dan mereka juga menjalankan dojo. Tampaknya beberapa orang yang tidak pandai berolahraga datang ke dojo mereka, dan karena Narika telah melihat orang-orang seperti itu sejak lama, jadi kupikir apa yang baru saja dia katakan adalah apa yang dia peroleh dari pengalamannya.”
“Jadi begitu ya...,” ucap Kita, terdengar tertarik. “...Kupikir aku akan berusaha melakukan yang terbaik di porseni nanti.”
Mendengar pernyataan itu, aku membuat pose kemenangan di dalam hatiku. Meskipun tidak membuat mereka berdua berteman, tapi tetap saja ini adalah momen di mana jumlah orang yang mengenali Narika meningkat.
Tapi, mengapa kali ini bisa berhasil?
Pada, sejauh ini kami selalu gagal....
...Mungkinkah, karena aku?
Sama seperti aku dikenali karena Taisho, apakah Kita mengenali Narika karena aku?
Begitu ya.... Ketika aku yang bergaul bersama Narika di terima dengan positif oleh orang lain, maka Narika pun juga akan bisa diterima dengan positif.
Narika memiliki banyak sisi yang baik. Cuman, yang menjadi masalah hingga saat ini adalah sisi baiknya belum terkomunikasikan.
Jika demikian, aku akan menceritakannya melalui diriku.
Dengan dipercaya oleh semua orang, aku akan menjernihkan kesalahpahaman orang-orang tentang Narika.
Rencana untuk membuat Narika keluar dari kesendirian... Akhirnya jalan untuk bisa mewujudkan itu sudah mulai terlihat.
Yosh
ReplyDeleteAkhirnyaa upload yang saya tunggu-tunggu.
ReplyDeleteMakasi banyak yaa gan uploadnya, semangat terus & ditunggu updatean selanjutnya 😁👍🏻
Mantap
ReplyDeleteJika yuta menggagap dirinya orang biasa, bagaimana dengan diri gw... 🤔
ReplyDelete