Bab 1
Permohonan Kepada Raja Iblis
Sinar matahari yang menyinari kelopak mataku membuatku terbangun.
Sepertinya, barusan aku memimpikan mimpi dari 2000 tahun yang lalu.
Militia punya seorang adik perempuan. Aku bertemu dengannya dan menerima surat yang dia tulis untuk Militia.
Tapi, aku tidak bisa mengingatnya.
Siapa namanya dan apa yang kami bicarakan? Bahkan saat aku mencari-ncari jauh ke dalam ingatanku, cahaya yang menyilaukan membutakankku.
Hal yang sama berlaku untuk ingatanku soal Abernyu.
Untuk merebut tatanan kehancuran, aku mengalahkan Abernyu dan menjatuhkannya ke tanah ini. Kemudian Dewa Penghancur Abernyu kuubah menjadi Kastil Raja Iblis Delzogade, dan Sargeldonave, Matahari Penghancur, kuubah menjadi Pedang Penghancur Alasan, Venuzdonor.
Tapi, apa hanya itu saja alasan mengapa aku merenggut tatanan kehancuran? Apakah aku punya alasan atau tujuan lain?
Lalu mengapa juga aku tidak menghancurkan Dewa Penghancur? ‘Kan tidak mungkin aku tidak bisa menghancurkannya.
Aku tahu bahwa kekuatan Dewa Penghancur, yang kini menjadi Pedang Penghancur Alasan Venuzdonor, efektif melawa para dewa. Jadi, apakah aku mengambil tatanan kehancuran untuk meningkatkan kemampuanku dalam melawan para dewa? Ataukah seperti yang dikatakan Bapa Surgawi, bahwa dunia akan hancur jika tatanan kehancuran benar-benar di lenyapkan?
Jika aku tidak bisa mengingat adik perempuan Militia dan Dewa Penghancur, mungkin saja mereka adalah dewa yang sama. Dengan kata lain, kemungkinan adiknya Dewi Pencipta Militia adalah Dewa Penghancur Abernyu. Otoritas Dewa Pencipta adalah Bulan Pencipta, sedangkan otoritas adik perempuannya adalah Matahari Penghancur. Karena saat bulan terbit, matahari tebenam, dan saat bulan terbenam, matahari terbit.
Dalam hipotesis itu, akan masuk akal jika Militia tidak dapat bertemu dengan adik perempuannya. Namun demikian, itu hanyalah spekulasi, belum ada bukti nyatanya.
Untuk saat ini, satu-satunya petunjuk untuk memastikan hipotesis itu adalah Kastil Raja Iblis Delzogade, yaitu dengan mengembalikan alat sihir raksasa itu ke bentuk asli dari Dewa Penghancur, Abernyu.
Bertanya secara langung pada Dewa Penghancur adalah cara untuk mendekati kebenaran. Meskipun, jika aku boleh melakukan itu, maka aku pasti sudah akan melakukannya. Soalnya, dengan munculnya Dewa Penghancur Abernyu di dunia ini, artinya tatanan kehancuran akan dipulihkan sepenuhnya. Dengan demikian, dunia akan selangkah lebih dekat menuju kehancuran. Semua kehidupan akan rentan terhadap kemadian, dan kehidupan yang masih hidup karena tidak adanya Dewa Penghancur pasti akan menghilang,
Alangkah baiknya jika kita bisa berbicara dengannya sambil sepenuhnya menyegel kekuatannya, tapi itu tidaklah semudah itu.
Dan juga, tidak menutup kemungkinan bahwa ini adalah konspirasi para dewa.
Maksudku, bisa jadi mereka mengambil ingatakanku untuk membuatku mengembalikan Delzogade menjadi Abernyu.
Aku tidak ingat kalau aku pernah diserang untuk dimanfaatkan seperti itu oleh dewa, tapi siapa tahu ada kemungkinan satu dari sejuta kalau aku melupakannya.
Yang jelas, sejak aku sadar bahwa ingatanku tidak lengkap, satu demi satu pertanyaan bermunculan di benakku.
Tidak, mungkin lebih tepatnya mulai sejak saat itu.
Matahari Penghancur, Sargeldonave, menghancurkan sesuatu seperti sugesti yang dikenakan pada ingatanku dan membuatku menyadari bahwa reinkarnasiku tidak sempurna.
Apakah Dewa Penghancur adalah sekutuku? Atau apakah dia hanya berpura-pura menjadi sekutuku?
Paling tidak, sudah bisa dipastikan bahwa ada seseorang yang mencoba mengganggu reinkarnasiku. Namun itu hanya setengah berhasil, dan reinkarnasiku menjadi tidak sempruna. Atau mungkin, situasi saat ini adalah tujuan dari seseorang itu?
“Fumu. Yah, itu bukan masalah besar.”
Ini tidak jauh berbeda dengan kejadian Avos Dilhevia. Jika masih ada seseorang yang merencakan sesuatu, maka dia atau mereka pasti akan menunjukkan diri mereka sendiri.
Dan mengenai bagaimana aku akan memulihkan ingatanku, aku bisa memikirkannya dengan perlahan.
Aku bangun dan membangun lingkaran sihir untuk mengganti piyamaku ke seragam akademi. Kemudian, aku keluar kamar dan menuruni tangga, dan begitu aku berada di lantai pertama, aku bisa mendengar suara ibuku.
“Terus, terus, Anos-chan ‘kan sudah menjadi Raja Iblis, tuh? Dengan begitu, tante pikir Anos-chan akan pergi jauh dari tante, dan untuk memastikan tante tidak menghalanginya, tante berpikir bahwa tante harus mengantarnya pergi dengan senyuman,”
Dari dapur, aku bica mencium aroma roti panggang.
“Tante juga tidak lupa mengatakan kepadanya bahwa dia sesekali harus mengingat tante, tapi kemudian, apa menurutmu yang Anos-chan katakan?”
Ketika aku memasuki dapur, aku melihat ibuku sedang menyiapkan sarapan, dan Misha membantunya sambil mengenakan celemek di atas seragam putih Akademi Raja Iblis-nya. Sebagian besar masakan tampaknya sudah siap, dan Misha menyajikan roti, salad, telur orak-arik, dan bacon di atas piring. Setelah itu, dia menatap ibuku, dan berkata dengan nada yang datar,
““[Bu, untuk makam malam hari ini, aku mau makan jamur gratin.]”
“Ya, ya, itu yang dia yang katakan,” ucap ibuku, mengayun-ngayunkan tinjunya dengan keras. “Anos-chan pulang ke rumah! Padahal dia sudah menjadi anak yang luar biasa, tapi meski begitu dia bilang pada tante, ‘Aku ini masih anak mama’. Ya, ya, itu wajar, meskipun dia adalah Raja Iblis, Anos-chan umurnya baru enam bulan. Jadi, sudah pasti dia masih membutuhkan ibunya.”
Alasan mengapa Misha tahu apa yang kukatakan adalah karena ibuku telah menceritakan cerita itu berkali-kali. Dia harusnya merasa bosan terus-terusan mendengar cerita itu, namun demikian dia selalu tidak keberatan untuk mendengarnya.
“Anos orangnya baik.”
“Ya, ya! Dia sangat baik sampai-sampai tante takut kalau orang lain akan memanfaatkan kebaikannya,”
Pada titik ini, Misha hanya bisa bingung dan memiringkan kepalanya.
Tapi, ibuku mengabaikan reaksinya dan terus berbicara.
“Kau hebat, Misha-chan, kau bisa mengerti itu dengan baik. Anos-chan itu punya hati yang lembut, dan terlebih lagi dia juga sangat kuat. Yah, bagaimanapun juga dia adalah Raja Iblis. Pidatonya yang dia lakukan di Upacara Kembalinya Raja Iblis pun juga sangat keren, kan?”
“Mm.”
Sambil membalas, Misha menoleh, menyebabkan rambut pirang platinumnya bergoyang lembut. Ketika dia melihatku, aku merasa kalau dia sedikit tersenyum.
“Saat itu, jujur tante benar-benar gugup.”
“Mengapa?”
“Tante khawatir Anos-chan tidak bisa berbicara dengan baik di depan banyak orang dan akan lupa apa yang harus dia katakan. Tapi, Anos-chan sungguh luar biasa! Dia bisa mengatakan semua yang harus dia katakan tanpa membuat kesalahan.”
Dengan ekspresi kosong, Misha mengedip-ngedipkan matanya.
Bagi ibuku, pidatoku di upacara kembalinya Raja Iblis itu dia anggap sebagai pidato pertamaku. Bagaimanapun juga, seorang ibu pasti lah selalu khawatir pada anak mereka.
Dia pasti juga bermaksud mengatakan bahwa aku tidak boleh berpikir bahwa aku telah menyampaikan pidatoku itu dengan baik.
Itu adalah kata-kata yang diucapkan oleh Raja Iblis Tirani setelah 2000 tahun. Karenanya, apa pun yang dikatakan, orang-orang di Dilhade pasti akan menerimanya.
Itu tidak lebih dari sekadar ucapan yang dilontarkan dengan lancar hingga akhir tanpa membuat kesalahan. Aku harus ingat bahwa masa depan Dilhade dan kedamaian yang akan datang akan bergantung pada apa yang akan terjadi mulai sekarang. Karenanya, jangan sombong, dan teruslah berjuang tanpa lelah. Pasti itulah yang ingin ibuku katakan kepadaku.
Dengan demikian, aku harus mengingat itu dengan baik.
“Selamat pagi.”
Saat Misha mengatakan itu padaku, ibuku langsung berbalik.
“Fufufu, selamat pagi, Anos-chan. Kebetulan sarapannya sudah siap, jadi bisakah kau menunggu di ruang tamu?”
“Ayah di mana?”
“Ayahmu sudah makan, sekarang dia sibuk kerja di bengkel. Soalnya, ada banyak sekali orang yang ingin ayahmu membuatkan mereka pedang yang seperti yang kau pakai saat upacara. Berkat kamu, bisnis ayahmu jadi makmur.”
Begitu ya. Yah, itu adalah pedang yang ditempa oleh ayah dari Raja Iblis. Apalagi, itu adalah Raja Iblis yang baru saja bereinkarnasi. Jika itu memang menguntungkan, maka tidak ada yang lebih baik daripada itu.
Misha kemudian membawa sepiring makanan dengan kedua tangannya.
“Ayo?”
“Ya.”
Kami berdua berjalan bersama-sama ke ruangan tamu, tapi kemudian, tok, tok, tok, terdengar suara ketukan dari pintu masuk toko.
Ada seseorang yang mengetuk, dan karena Misha juga mendengarnya, dia sedikit memiringkan kepalanya.
“Jarang-jarang ada pelanggan sepagi ini.”
Aku pergi dari ruang tamu ke toko, membuka kunci pintu, dan membuka pintu.
“Ah......”
Di luar, ada seorang wanita berambut cokelat dan bermata cokelat, Emilia.
“Fumu, ini tamu yang tidak biasa, apa keperluanmu?”
Dengan kepala yang tertunduk, dia mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
“...Erm, apa yang kau lakukan sekarang?”
“Aku baru mau sarapan.”
“...Begitu ya...”
“Loooh? Emilia-chan?”
Ibuku muncul dari belakangku.
“Selamat pagi,” sapa Emilia.
Kemudian, dengan penuh riang, ibuku menggenggam kedua tangannnya.
“Kebetulan sekali kau di sini. Yuk ikut sarapan dengan kami? Karena sedang melatih Misha-chan, jadi aku membuat banyak makanan.”
“Erm..., aku ada urusan yang mendesak, jadi tidak usah..., permisi...”
Emilia berbalik dan mencoba pergi.
“Emilia.”
Mendengarku memanggilnya, dia berbalik.
“Kau pasti punya keperluan denganku, kan? Aku akan mendengarmu.”
“...Tapi, kau mau sarapan, kan...?”
“Kau mengabaikan harga dirimu untuk datang menemuiku. Itu layak untuk membuatku menunda sarapanku,” aku berbalik, dan berkata pada Misha, “Maaf ya, Misha.”
“Tidap apa, kau bolek pergi kok,” jawab Misha, sambil menggelengkan kepalanya.
“Semoga harimu menyenangkan, Anos-chan. Lakukan yang terbaik dalam pekerjaanmu, ya.”
Sambil tersenyum, ibu mengantarku pergi.
Aku pun mendekati Emilia dan bertanya kepadanya,
“Bagaimana kalau bicaranya di kastil?”
“Tidak perlu..., sambil berjalan saja...”
“Baiklah kalau begitu.”
Di sepanjang jalan menuju Delzogade, aku berjalan dengan perlahan. Meski begitu, Emilia sedikit tertinggal di belakanku, menundukkan kepalanya dan berjalan dengan susah payah.
Untuk beberapa saat, dia tidak mengatakan apa-apa.
Aku tidak berniat mendesaknya untuk segera mengatakan keperluaannya, jadi aku menyesuaikan kecepatan berjalanku supaya sinkro dengan kecepatannya.
Akhirnya, seolah-olah dia telah mengambil keputusan, Emilia mengeluarkan kata-katanya.
“...Aku punya permohonan padamu, Raja Iblis Tirani...”
Suaranya terdengar tercampur dengan rasa hina, rasa malu, dan rasa sakit. Bahkan sekarang setelah kebenaran terungkap di depan publik, masih sulit baginya untuk menerimaku sebagai Raja Iblis Tirani.
Secara logika dan teori, dia pasti memahami itu. Karena kalau tidak, dia tidak akan memanggilku sebagai Raja Iblis Tirani. Namun demikian, perasaannya tidak bisa langsung mengikuti logiknya. Lagipula, selama bertahun-tahun, keberadaan ilusi yang disebut faksi kerajaan adalah segalanya bagi dirinya.
“Kuizinkan.”
Jika dia ingin bertemu denganku di Dilhade saat ini, maka itu artinya dia ingin diselamatkan dari tragedi. Dan untuk dirinya, aku bisa menebak apa yang dia inginkan.
“...Aku, tidak punya, tempat di sini..., di mana pun itu...”
“Kurasa begitu.”
“Jika..., kau mengatakan, bahwa kau tidak akan membiarkan rakyatmu, menderita tragedi, tolong, selamatkan aku...”
Aku berhenti berjalan, dan Emilia juga ikut berhenti.
“...Kumohon...”
Merupakan penghinaan yang luar biasa bagi dirinya untuk meminta pertolongan dariku yang dia jadikan sebagai musuhnya. Terbukti, suara dan ekspresinya benar-benar dipenuhi dengan rasa frustasi dan kesengsaraaan.
Namun, lebih daripada semua itu, Emilia tidak tahan lagi dengan dirinya saat ini.
“Jika kau, benar-benar Raja Iblis Tirani, aku mohon...”
“Emilia.” Aku berbalik dan menatap lurus ke arah wanita itu. “Apa kau benar-benar ingin diselamatkan?”
“...Itu, tentu saja...”
“Demi mendapatkan keselamatan, apa kau tidak akan mengeluh sama sekali?”
Berpikir sejenak, Emilia mengangguk.
“...Ya...”
“Aku tidak bisa memaafkanmu atas perbuatanmu. Tapi, ingatlah ini baik-baik. Yang bisa menyelamatkanmu adalah dirimu sendiri. Bagaimanapun juga, yang bisa kau salahkan atas penderitaanmu adalah dirimu sendiri.”
Emilia balas menatapku dengan ekspresi yang menyiratkan bahwa dia tidak mengerti maksud ucapanku.
“Apa kau suka menjadi seorang guru?”
“...Aku tidak membencinya... Itu tidak lebih dari pekerjaan yang kujalani begitu saja...,” ucapnya, merasa malu.
“Kalau gitu, aku akan mengaturnya supaya kamu dipekerjakan kembali menjadi guru. Namun, kau akan ditugaskan di Akademi Pahlawan Arclaniska.”
“...Di Gairadite...? Kau, ingin aku mengajar murid manusia?”
“Ya. Selain itu, di Gairadite, tidak ada yang memedulikan apakah kau bangsawan atau keturunan campuran.”
“...Tapi, di tempat seperti itu, aku pasti akan didiskriminasi karena aku adalah iblis.”
“Ya. Selama itu adalah iblis, mereka pasti akan didiskriminasi di sana. Entah itu Raja Iblis, atau iblis keturunan campuran tanpa nama.”
Emilia membeku sejenak, kemudian, dia berbicara dengan nada yang seperti dia memuntahkan setiap kata-katanya,
“...Jika seperti itu..., maka apa gunanya... Aku...”
“Bukankah kau tidak akan mengeluh?” Mendengar kata-kataku, Emilia terdiam. “Kalau kau terus mengajar di sana selama satu tahun, atau jika kau mendapatkan prestasi tertentu di Arclaniska, aku akan memindahkanmu ke Akademi Raja Iblis. Aku akan memberikanmu posisi yang setara dengan Tujuh Tetua Iblis.”
“...Kau serius?”
“Aku tidak akan berbohong.”
“Lalu, apa yang kau maksud dengan prestasi tertentu?”
“Aku akan memberikan detailnya padamu nanti, tapi yang jelas kepercayaan publik pada Akademi Pahlawan telah jatuh. Para siswanya pun, mengalami masa-masa yang sulit. Akan bagus jika kau bisa merehabilitasi mereka, meskipun hanya sedikit.”
Setelah mendengar semua itu, Emilia berpikir sejenak, lalu berkata,
“Aku mengerti. Tolong pegang janji yang kau katakan barusan.”
Dia pasti berpikir bahwa yang terburuk dia hanya harus bertahan di sana selama satu tahun, dan setelah itu dia akan menjadi lebih baik daripada dirinya saat ini. Jika dia mendapatkan kembali status dan kehormatannya, dia yakin bahwa dia dapat kembali ke dirinya yang sebelumnya.
Namun, pemikiran seperti itu adalah pemikiran yang naif.
Karenanya, aku akan membuatnya tahu, arti dari mencari keselamatan pada Raja Iblis Tirani.
“Emilia, kau lah yang memintaku menyelamatkanmu. Dengan demikian, aku tidak akan pernah membiarkanmu meninggalkan keselamatanmu dan melarikan diri,” kataku padanya, dengan ekspresi yang semengancam mungkin. “Ingatlah ini. Entah seberapa berat cobaan yang kau terima, pada akhirnya aku jamin kau pasti akan terselamatkan.”
Semangat min, terimakasih update nya sehat selalu min😆
ReplyDelete