Bab 2
Satuan Kenki
Pertempuran sedang terjadi di salah satu area pelatihan Akademi Excalibur.
“Oh Petir, jatuhkan musuhku—Vil Valut!”
Petir magis menyelubungi ujung pedang merah dan bersinar Riselia. Dalam penampilan yang mengenakan pakaian latihannya, gadis berambut perak itu mengayunkan Pedang Darah, membakar udara.
“Hm, jadi Pedang Suci yang merupakan kekuatan supernatural anda ini juga bisa disalurkan mantra, ya,” penyihir skeleton yang menjadi mentornya memberikan komentar tenang saat dia mengangkat tongkat yang digenggamnya di tangan tulangnya.
Ujung dari tongkat itu kemudian bersinar dan menghilangkan petir yang ada di sekitar pedang Riselia. Skeleton itu adalah Nefisgal, sang Archmage Dunia Bawah, salah satu dari Tiga Juara Rognas, serta merupakan bawahan Leonis.
“Yah, jika diperlukan, mungkin itu bisa membantumu untuk membutakan pandangan musuh,” ucap Nefisgal.
“A-Aku masih belum selesai!” teriak Riselia.
Gadis itu berlari ke depan, menutup jarak antara dirinya dan skeleton itu. Sementara dia sedang berlari, gadis itu juga merapalkan mantra lain.
“Sapulah segalanya, oh amukan angin kencang—Jiura Kires!”
Sapuan Riselia melepaskan bilah udara terkompresi yang tak terlihat.
“Kekuatan dari Ratu Vampir memang sungguh mengesankan,” puji Nefisgal sambil menangkis serangan Riselia. “Anda sudah memiliki cadangan mana yang sangat besar.”
Pernyataan yang Nefisgal berikan itu bukanlah sekadar pujian kosong belaka. Bagaimanapun juga, sebagai undead peringkat tertinggi, potensi mana Riselia yang masih belum terlihat bahkan melebihi elder lich seperti Nefisgal.
“Tapi...” Skeleton itu mengacungkan jari tulangnya. “Bagaikan harta yang tidak dimanfaatkan, komposisi mantra anda masih kurang, sehingga itu menyia-nyiakan mana anda yang berlimpah. Meski demikan, bisa mempelajari mantra tingkat pertama hanya seelah beberapa hari pelatihan saja sudah cukup mengesankan.”
Nefisgal kembali mengangkat tongkatnya, dan seolah menanggapi gerakannya itu, ruang di sekitar Riselia berputar. Itu adalah mantra gravitasi tingkat dua, Medan Distorsi Gravitasi, Divan Zo.
“Aaah...!” Riselia menjerit saat dia kehilangan keseimbangannya dan terbanting keras ke lantai fasilitas pelatihan. “Khh...!”
“Ne-Nefisgal, cobala bersikap lebih lembut kepadanya...!” Leonis, yang sampai saat ini sedang bersandar di dinding dan mengawasi latihan mereka, memprotes dengan prihatin.
“A-Aku tidak apa-apa..., Leo...” bangkit dengan susah payah, Riselia mengangkat Pedang Darah-nya. “Ayo lanjutkan latihannya.”
“Seperti yang anda dengar, Paduka, haruskah saya melanjutkannya?” Nefisgal menoleh ke Leonis, yang kemudian ditanggapi dengan senyuman paksa dan mengangkat bahu.
Mungkin aku benar-benar terlalu protektif terhadapnya.
Riselia adalah orang yang meminta sendiri untuk diajari sihir. Bagaimanapun juga, Vampir kebanyakan bertarung dengan menggunakan mantara karena mereka memiliki cadangan mana yang besar. Dan dengan belajar di bawah bimbingan Leonis dan Nefisgal yang merupakan penyihir ulung, kemampuan Riselia meningkat dengan cepat.
Dia memiliki ketekunan yang tinggi. Suatu hari nanti, aku akan memintanya memimpin pengikutku sebagai tangan kananku. Oh iya, ngomong-ngomong soal pengikut...
Leonis teringat dengan kejadian kemarin malam. Berdasarkan laporan yang Shary berikan kepadanya hari itu, Pasukan Serigala Iblis berencana untuk mencuri senjata dari dermaga. Tapi, bukannya terisi dengan senjata atau peralatan lainnya, kontainer di sana justru diisi dengan Void.
Tapi mengapa? Renung Leonis. Mengapa Void yang merupakan musuh umat manusia berada di pelabuhan militer?
Leonis tidak berpikir bahwa mengurung Void di penangkaran itu mungkin dilakukan. Soalnya, selama pertarungan di Assault Garden Ketiga, Leonis telah menjebak beberapa Void di Alam Bayangan, namun tak lama kemudian mereka semua menghilang seperti kabut.
Selain itu, ada juga masalah tentang Sakuya.
Mengapa gadis itu ada di sana?
Hadeh, lagi-lagi muncul pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban seperti ini.
Yang jelas, segala sesuatunya tidak diragukan lagi telah menjadi lebih rumit dalam seribu tahun terakhir. Jika itu dulu, maka kekuatan adalah segalanya.
---
Selama satu jam berikutnya, latihan berlanjut sampai Riselia tidak lagi sanggup melanjutkan.
“Dia benar-benar pengikut anda yang hebat, Paduka. Bakatnya sangat langka dan mencengangkan,” ucap Nefisgal.
“Ya, dia memang luar biasa,” Leonis setuju, mengangguk pada ucapan archmage skeleton itu.
“Namun, kontrol mananya masih butuh peningkatan lagi,” lanju Nefisgal.
“Yah, dia tidak bisa disalahkan untuk itu. Toh aku sendiri juga sedikit kesulitan dalam mengontrol mana ketika aku baru saja menjadi undead,” jawab Leonis.
Saat masih menjadi pahlawan, Leonis tidak terlalu pandai dalam bidang sihir. Dan ketika dia pertama kali terlahir kembali sebagai Raja Undead dengan kekuatan Roselia, dia memiliki terlalu banyak mana dan hanya menggunakannya dengan bar-bar untuk menyebabkan kehancuran.
“Bakat terbesar Nona Riselia terletak di luar bidang keahlian saya, jadi begitu dia telah mempelajari sihir sampai pada batas tertentu, akan lebih baik jika anda yang langsung membimbingnya, Paduka,” ucap Nefisgal.
“Kau benar,” Leonis mengangguk lagi.
Tapi, sebagian besar sihir yang Leonis ketahui berasal dari Alam Kematian. Mantra-mantra itu adalah mantra yang menakutkan dan luar biasa, sehingga Leonis berpikir kalau Riselia mungkin tidak akan senang menggunakannya.
“Kalau begitu, saya pergi dulu, Paduka...” Setelah tugasnya selesai, Nefisgal kembali ke Alam Bayangan.
“Ya, kerja bagus.”
Sebelum penyihir skeleton itu pergi, Riselia, yang berbaring di antas lantai, buru-buru berdiri.
“Te-Terima kasih atas semua bimbinganmu!” seru gadis iu, menundukkan kepalanya dengan hormat.
Sebagai nona muda, Riselia memiliki sportsmanship yang tinggi.
“Kerja bagus dalam latihanmu, Selia,” ucap Leonis sambil mendekat dan memberikan minuman olahraga kepadanya.
“Terima kasih, Leo,” jawab Riselia, duduk di lantai ruang pelatihan dan menenggak minumannya.
Pemandangan dari kakinya yang lentur berbalutkan pakaian olahraganya terlihat cukup menggoda.
Aku tidak yakin apakah undead memang harus terlihat semenggoda ini...
Leonis pun kemudian duduk di samping pengikutnya itu. “Kelihatannya latihan sihirmu berjalan dengan baik,” ucapnya.
Mendengar itu, Riselia tampak ragu, “Be-Benarkah?”
“Normalnya, butuh waktu tiga tahun untuk mempelajari cara menangani mantra dan empat tahun lagi untuk mempelajari sihir. Itu sebabnya, perkembanganmu ini sangat cepat.”
“Rasanya agak aneh,” ucap Riselia, menatap tangannya. “Menggunakan mana seperti ini...”
“Untuk saat ini, kamu cuman bisa menggunakan sihir dasar,” jelas Leonis. “Tapi karena kamu adalah Ratu Vampir, kamu akan tumbuh hingga bisa menggunakan sihir tingkat tujuh.”
“Tingkat?”
“Mantra umumnya dibagi menjadi beberapa tingkatan. Semakin tinggi tingkatnya, semakin rumit mantranya, dan juga semakin kuat.”
“Erm, mantra tingkat tertinggi keberapa yang bisa kamu gunakan, Leo?” tanya Riselia.
“Aku? Yah... Itu rahasia.” Leonis menggelengkan kepalanya.
“Hmm...” Riselia menatapnya lekat-lekat dan kemudian mengulurkan tangannya.
“Se-Selia? Nng, hei, hentikan itu...!”
Ujung jari yang dingin dari gadis itu mengilitik sisi tubuh Leonis.
“...Be-Berhenti... Tolong hentikan, Selia! Oke, oke! Tingkat sembilan, aku bisa marapal mantra sampai tingkat kesembilan!” Tidak memiliki pilihan lain, Leonis mengaku pada Riselia.
Riselia pun menghentikan serangannya yang tanpa henti itu. “Tingkat sembilan?”
“...Ya. Tingkat sembilan adalah sihir tingkat tertinggi,” jawab Leonis sambil meluruskan seragamnya yang menjadi acak-acakan. “Apa pun di luar itu melebihi ranah sihir, mencapai tingkat bencana atau sejenisnya. Beberapa orang bahkan menyebut itu sebagai keajaiban. Dan kalau-kalau kamu mau tahu, Nefsigal hanya bisa merapalkan mantra hingga tingkat yang ketujuh.”
“Wow, jika demikian maka kamu benar-benar terampil, Leo,” jawab Riselia, matanya melebar dalam keterkejutan,
Aku bukan penyihir yang terampil, aku adalah Penguasa Kegelapan yang sangat hebat.
Dalam hal ini, Leonis telah berbohong kepada Riselia. Dia sebenarnya bisa menggunakan sihir sekuat sihir tingkat tiga belas. Contohnya, mantra reinkarnasinya adalah mantra tingkat dua belas.
Namun, dia menyimpan sihir di atas tingkat sepuluh sebagai upaya terakhir untuk melawan Enam Pahawalan atau Kekuatan Cahaya. Bagaimanapun juga, seorang Raja Undead pun tidaklah bisa menggunakan sihir yang semacam itu dengan mudah. Parahnya lagi, dengan tubuh yang masih anak-anak itu, dia tidak akan mampu menanggung beban yang harus diterima karena menggunakan sihir luar biasa seperti itu.
“Seseorang tidak bisa mempelajari sihir dalam sehari. Itu memerlukan latihan yang konsisten,” ucap Leonis.
“Ya, aku mengerti,” jawab Riselia sebelum dia meminum minuman olahraganya lagi.
“Ngomong-ngomong, Selia...,” ucap Leonis.
“...Ya?”
“Apa kamu keberatan kalau aku balas dendam padamu karena sudah menggelitikku?”
Riselia mempertimbangkan jawabannya, meletakkan jarinya di bibirnya dalam pose termenung.
“Oke, Leo. Apa kamu ingin mencoba menggelitikku?”
“Aku..., bercanda,” ucap Leonis, pipinya memerah. Melihat itu, senyuman menggoda pun menyebar di bawah Riselia.
Entah untuk alasan apa, aku merasa aku tidak bisa menang melawannya.
“Ah...” Riselia merentangkan tangannya dan kemudian berhenti, untuk beberapa alasan ekspresinya tampak mengeras.
“Apa ada yang salah?” tanya Leonis.
“Y-Ya...” Riselia mendekatkan tangannya ke dadanya. “Leo... Apa kamu ingat hari saat Festival Cahaya Suci...?”
Melihat ekspresi Riselia yang tampak muram, Leonis merasakan ada sesuatu yang tidak beres dan menegakkan posturnya. Hari yang dimaksud Riselia adalah hari ketika Ratu Naga Veira terbangun di laboratorium Void di bawah tanah dan mengamuk.
Saat itu, Leonis mengejar Veira, meninggalkan Riselia. Riselia kemudian bertemu dengan Arle dan Sakuya, dan ketiga gadis itu bertarung melawan Nefakess. Meskipun Void Lord itu kehilangan lengan kanannya dalam pertempuran dan terpaksa mundur...,
“Apakah sesuatu terjadi saat itu?”
“...Y-Ya,” ucap Riselia, dan setelah dia berhenti sejak untuk mengumpulkan keberanian, dia membuka bibirnya lagi.
---
“Itu masalah yang sangat gawat! Mengapa kamu tidak memberitahuku lebih awal?” seru Leonis.
“Ma-Maaf! Aku cuman tidak mau membuatmu khawatir sebelum menjalani misi penting...,” jawab Riselia, sambil membungkuk meminta maaf.
Ketika Veira mengamuk di Assault Garden Keenam, Riselia bertarung melawan Nefakess. Selama pertarungan tersebut, pria itu menanamkan semacam kristal hitam di dada Riselia.
“Itu bisa sangat berbahaya, soalnya penyihir terampil bisa menanamkan alat kutukan ke dalam tubuh lawan mereka. Mereka bahkan bisa menggunakan itu untuk mengendalikan orang lain bagaikan boneka.” Leonis meletakkan tangannya di pinggang dan menghela napas. “Kau sungguh harus lebih berhati-hati... Jadi, apa kamu ada merasa sesuatu yang aneh dengan dirimu?”
“Manaku sepertinya baik-baik saja, dan aku juga bisa menggunakan Pedang Suciku tanpa masalah.”
Hmm..., kalau begitu, itu bukan jenis alat kutukan yang menyedot mana.
Leonis berlutut.
“Selia, berbaringlah di sini.”
“Eh?”
“Cepatlah,” desak Leonis.
“Ba-Baiklah...,” ucap Riselia. Meskipun dia tampak bingung, tapi dia patuh melakukan apa yang anak lelaki itu minta.
“Ini mungkin akan sedikit sakit, tapi cobalah menahannya.”
“E-Eh?”
Tubuh proporsional dan kencang gadis itu ditutupi oleh satu set pakaian latihan dua pieces. Dengan ekspresi serius, Leonis meletakkan telapak tangannya di atas dada gadis itu.
“Leo?! Nng..., Hh, mmm... ♪” merasa geli, Riselia menggeliat di tempat.
“Jangan banyak bergerak. Dan juga, jangan membuat suara-suara aneh...”
“Nng...” Riselia menggigit bibirnya dan mencoba menahan napasnya.
Payudaranya, yang diselimuti oleh bra olahraganya, bergerak naik turun. Di sisi lain, Leonis memejamkan matanya, mengalirkan mana keluar melalui jari-jarinya. Dengan menyentuh daerah dekat jantung Riselia, dia bisa melihat aliran mana dari seluruh tubuh gadis itu.
Pada manusia, kekuatan sihir biasanya berkumpul di meridian, namun untuk seorang Ratu Vampir seperti Riselia, kekuatan sihirnya menyebar ke seluruh tubuhnya.
Ada sesuatu di dekat jantungnya.
Leonis semakin merapatkan matanya yang tertutup, dan kemudian..., dia melihat sesuatu. Itu adalah benda kristal segitiga yang samar-samar tertanam ke dalam jantung Riselia seperti pasak.
Itu ‘kan—?!
Baru-baru ini, Leonis pernah melihat sesuatu yang sangat mirip dengan itu.
Bukankah itu kristal hitam seperti yang dimiliki Zemein?!
Leonis telah mengambil benda itu dari mayat Zemein, namun benda itu tidak menunjukkan tanda-tanda memiliki mana.
Apa artinya ini? Mengapa Nefakess menanamkan ini pada Riselia...?
“Nhahhh, Le-Leo...,” erang Riselia, ekspresinya tampak kesakitan.
“Maaf, apa itu begitu menyakitkan?”
“Mmm... Sedikit..., tapi aku baik-baik saja...”
Itu wajar, soalnya mana Leonis menstimulir kristal yang tertanam di dalam jantungnya.
Mengekstraknya akan berbahaya.
Sebagian besar dari benda itu telah menyatu dengan tubuh Riselia, dan melepaskannya akan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.
“Bertahanlah sedikit lebih lama. Ini akan segera berakhir...”
“...Baiklah.”
Leonis memegang tangan Riselia dengan tangannya yang lain. Dia fokus pada satu titik di atas jantung gadis itu dan menyalurkan kekuatan magis yang memberikan kerusakan.
“Nngha?!”
Tubuh Riselia meronta-ronta, punggungnya melengkung, dan pada saat itu juga, kristal yang tertanam di dalam jantungnya hancur berkeping-keping. Leonis kemudian dengan lembut melepaskan tangan pengikutnya dan menyeka keringat dingin dari dahinya.
Itu mungkin terlihat mudah ketika Leonis melakukannya, tetapi menghancurkan kristal itu tanpa merusak tubuh Riselia merupakan pekerjaan yang mustahil bagi rata-rata penyihir. Nefakess pasti sama sekali tidak berpikir bahwa akan ada seseorang yang mampu menghancurkan benda itu.
“Kamu harusnya sudah baik-baik saja sekarang. Aku sudah menghancurkan kristal itu.”
“Te-Terima kasih,.. Leo,” Riselia ngos-ngosan, semua ketegangan terkuras dari otot-ototnya.
Untuk berjaga-jaga, sekali lagi Leonis memeriksa mana Riselia, namun semua jejak benda itu telah hilang.
Meski begitu...
Leonis menggertakkan giginya. Nefakes Reizad. Mengapa pria iu menanamkan kristal itu di dalam tubuh Riselia? Mungkinkah dia mulai mengincar Riselia setelah bertemu di Assault Garden Ketiga.
Yah, mau bagaimanapun juga....
Leonis mencibir bagaikan iblis.Tidak akan butuh waktu lama sampai pemula kecil itu mengetahui yang namanya teror sesungguhnya dari Penguasa Kegelapan.
Meskipun aku ini pemaaf, aku tidak punya belas kasihan kepada mereka yang berani macam-macam pada pengikut-pengikutku.
Alarm yang melengking berbunyi, menandai berakhirnya waktu istirahat mereka.
“Ayo pergi. Slot waktu berikunya sudah dipesan sama Sakuya soalnya...,” ucap Leonis, menjangkau Riselia dan menariknya berdiri.
Fasilitas pelatihan dalam ruangan perlu dipesan terlebih dahulu, dan peleton 18 telah memesannnya untuk hari ini. Namun, untuk Regina dan Elfiné, karena sifat Pedang Suci mereka, mereka tidak bisa menggunakan ruang pelatihan, jadi Riselia, Leonis, dan Sakuya lah yang bergiliran menggunakannya.
“Kurasa Sakuya hari ini sedang keluar,” ucap Riselia.
“Begitukah?”
Mungkin bisa dibilang tidak aneh jika Sakuya tidak ikut kelas pembelajaran, namun dia bukan tipe orang yang akan melewatkan sesi latihan mandiri.
“Ya, dia bilang dia akan pergi dari asrama untuk sementara karena festival...”
“Festival?”
“Oh iya, kamu belum tahu, ya... Nah, ada wilayah yang disebut Kota Tua yang memiliki pemerintahan sendiri. Setiap tahunnya, di sana mereka memiliki ritual pemujaan agama tradisional.”
Setiap Assault Garden dibagi menjadi beberapa sektor relokasi yang dimaksudkan untuk menampung pengungsi dari tempat-tempat yang dihancurkan oleh Void. Kota Tua, bagian dari sektor kedua Assault Garden Ketujuh, merupakan salah satunya. Tempat itu dimodelkan mirip seperti kota Anggrek Sakura.
Area biotope sektor keenam, yang merupakan rumah bagi banyak demi-human dan beastmen, adalah contoh lain dari area yang dibangun untuk mereka yang mengungsi karena kehancuran yang disebabkan oleh invasi Void.
“Di sana Sakuya adalah gadis kuil, jadi setiap tahun dia melakukan tarian persembahan kepada dewa penjaga Anggrek Sakura.”
“Sakuya adalah gadis kuil?! Seriusan?”
“Ya... Tapi aku sendiri tidak begitu tahu soal tradisi Anggrek Sakura.”
I-Itu mengejutkan...
Namun, ada hal lain yang menggelitik keingintahuan Leonis.
“Tadi kamu bilang dewa..., apa orang-orang Angrek Sakura memiliki dewa?”
Di masa Leonis berasal, dewa adalah Kekuatan Cahaya, sosok yang menyatakan diri mereka sebagai pencipta dunia ini, dan Dewi Pemberontak, adalah sosok yang berdiri melawan mereka.
Ada juga makhluk demi-god yang melayani Kekuatan Cahaya, dan Dewa Iblis. Salah satu Dewa Iblis yang dimaksudkan itu saat ini sedang tertidur di Alam Bayangan Leonis.
Jika memungkinkan, aku tidak ingin membangunkan mereka.
Itu menimbulkan pertanyaan tentang apakah dewanya Anggrek Sakura berhubungan dengan dewa yang diketahui Leonis.
Kupikir legenda Penguasa Kegelapan, Kekuatan Cahaya, dan Enam Pahlawan telah dilupakan, tapi...
Jejak-jejaknya masih ada, seperti dongeng tentang Penguasa Kegelapan yang berusaha membawa dunia ke dalam kehancuran.
Kurasa aku perlu melihat langsung seperti apa ritual pemujaan Anggrek Sakura.
Jika dia mengirim Shary ke sana, gadis itu mungkin hanya akan memberinya laporan terperinci tentang manisan terenak di festival.
“Umm..., Leo?” Riselia menundukkan kepalanya, dan dia berbicara dengan segan.
“...?”
“Seperti yang barusan kubilang, Sakuya tidak akan datang hari ini, jadi kita masih punya waktu.”
“Y-Ya....”
“Nnn... Jadi..., boleh tidak?” tanya gadis itu, pipinya memerah saat dia meraih lengan baju Leonis.
“Hisap sedikit saja,” jawab Leonis. “Aku masih ada kelas di sore hari soalnya.”
“A-Aku mengerti. Aku akan hisap sedikit saja.”
Leonis sudah mengerti maksud di balik gerakan halus Riselia. Gadis itu kemungkinan telah menghabiskan banyak mana selama sesi pelatihan ini dan merasa lelah.
Leonis menawarkan ujung jarinya padanya, dan dengan penuh nafsu Riselia mengigitnya. Sensai mati rasa yang manis langsung mengalir di jari Leonis.
Aku benar-benar menjadi berhanti lembut setiap kali terlibat dengan pengikutku, renung sang Raja Undead.
---
“Tuan Putri, asal dari pengiriman kapal militer itu masih belum jelas.”
“Begitu ya... Terima kasih, Eika.”
Di Kota Tua, tidak jauh dari etaalse toko Fuurin Street yang ramai, berdiri sebuah kediaman yang luas. Orang yang berada di halaman kediaman itu adalah Sakuya, tengah berlatih mengayunkan pedangnya saat dia menjawab gadis yang berlutut di sebelahnya.
Kediaman ini adalah miliki Raiou, pelayan dari bekas rumah kerajaan Anggrek Sakura dan wali sah Sakuya. Dalam persiapan untuk ritual pemujaan yang akan berlangsung empat hari dari sekarang, Sakuya sering berkunjung ke kediaman ini selama beberapa hari terakhir.
“Tuan Putri, tolong jangan memaksakan diri anda.”
Sakuya mengangkat bahu dan melihat dari balik bahunya. “Ya, aku tahu.”
Eika adalah seorang agen dari Murakumo, suatu organisasi intelijen rahasia yang bekerja untuk keluarga kerajaan. Sakuya memerintahkan Eika untuk menyelidiki kemunculan Void di dermaga dan sosok tak dikenal yang menyebut dirinya Penguasa Kegelapan.
“Aku sama sekali tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Void di sana.”
Tadi malam, Sakuya mengintai di sekitar Assault Garden Ketujuh, mencoba mendeteksi pengguna Pedang Iblis setelah kemunculan beberapa penggunanya baru-baru ini.
Pedang Iblis adalah kebalikan dari Pedang Suci yang merupakan kekuatan yang diberikan oleh planet ini. Selama misi Pemusnahaan Sarang beberapa hari yang lalu, tiga kakak kelas Sakuya, termasuk Liat, dikuasai oleh Pedang Iblis dan mengamuk.
Dan itu tidak hanya berakhir di sana saja. Meskipun belum menjadi informasi publik, beberapa Pengguna Pedang Suci telah dirusak oleh Pedang Iblis dalam beberapa bulan terakhir.
Sakuya sedang mengumpulkan Pedang Iblis lainnya. Dengan memberikan kekuatan Pedang Iblis lain pada Pedang Iblisnya sendiri, Yamichidori, dia bisa mengambil kemampuan mereka. Sebagai bayarannya, atau mungkin sebagai efek sampingnya, dia sekarang bisa merasakan kehadiran Void.
Itulah alasan mengapa Sakuya bergegas pergi ke dermaga, di mana saat di sana dia beremu dengan gadis elf.
Yang tadi malam itu sudah pasti Void.
Namun, mereka tidak keluar dari retakan di udara seperti kebanyakan dari jenis mereka. Monster-monster itu justru muncul dari kontainer.
Sebuah kapal perang kekaisaran menyelundupkan Void ke kota, dengan menyembunyikan mereka di kontainer...?
Itu membingunkan.
Mungkinkah militer mengumpulkan spesimen Void untuk tujuan penelitian?
Sakuya belum pernah mendengar perihal upaya yang berhasil menangkap Void. Militer telah menjerat beberap Void yang lemah, tapi mereka semua kemudian menghilang ke retakan di udara.
Dan kemudian, ada lagi masalah perihal sosok bertopeng yang muncul di tengah pertempuran.
“Bagaimana dengan sosok yang menyebut dirinya Penguasa Kegelapan?” tanya Sakuya kepada agen Murakumo.
“Saya minta maaf. Saya sudah memerintah Kuroyuki dan Reigetsu untuk menyelidiknya, tapi mereka masih belum menemukan apa-apa.”
“Jangan khawatir, tidak apa-apa. Toh aku sendiri juga ragu kalau sosok itu bisa ditangkap dengan mudah.”
“Tapi...,” lanjut Eika sambil melihat ke atas. “Saya tidak yakin apakah ini ada korelasi langsungnya, tapi ada perubahan dalam pergerakan organisasi anti-kekaisaran demi-human selama beberapa minggu terakhir.”
“Kelompok teroris yang bercabang dari kelompok ekstremis ibukota?”
Beberapa waktu lalu, pemberontak yang disebut Fraksi Serigala telah membajak kapal keluarga kekaisaran, Hyperion. Namun, sekelompok Pengguna Pedang Suci di kapal (termasuk Sakuya) menghalau rencana mereka. Pemimpin mereka, Bastea Colosuf, tewas dalam insiden itu, dan Fraksi Serigala tercerai-berai.
Baru-baru ini, sepertinya mereka berkumpul di bawah pimpinan orang lain yang telah sekali lagi mengumpulkan mereka kembali.
“Jadi menurutmu pemimpin baru mereka ini adalah orang menyebut dirinya Penguasa Kegelapan itu, sosok yang mengendalikan Assault Garden Ketujuh dari bayang-bayang?”
“Ya. Namun, itu cuman dugaan...”
“Begitu ya,” ucap Sakuya, meletakkan jarinya di bibirnya yang pucat sembari mengingat sosok dari Penguasa Kegelapan yang dia temui.
Untuk melenyapkan Void Raksasa berperingkat A, diperlukan kekuatan yang seukuran satu peleton, namun Penguasa Kegelepan itu melenyapkannya seorang diri. Kekuatannya luar biasa. Kekuatan yang seperti itu hanya mungkin dilakukan dengan Pedang Suci..., atau Pedang Iblis. Namun terlepas dari itu, mengapa orang sekaliber itu membuang-buang waktunya untuk memimpin sekelompok teroris kecil...?
Saat Sakuya sedang terhayut dalam pemikirannya, tiba-tiba, kicauan burung di halaman berhenti terdengar.
“...?!”
Sakuya berputar-putar saat kehadiran berat terasa di semak-semak di dekatnya.
“Siapa di sana?!” Seru Eika, menarik belati dari lengan bajunya dan melemparkannya ke arah penyusup.
Belati itu memotong beberapa daun, namun tidak mengenai targetnya.
“Murakumo benar-benar sudah jauh dari masa kejayaannya.” Sebuah suara berbicara dari atas pohon maple. “Tidak kusangka kamu membiarkanku memasuki kediaman ini. Sungguh memalukan.”
Berdiri di dahan pohon itu adalah sosok bertubuh tinggi yang benar-benar tertutupi oleh armor hitam.
...Itu ‘kan baju pelindug anti-Void?!
Sakuya mengamati sosok itu, tangannya meraih cengkeraman katananya.
“Kau...!” Eika menggeram pada sosok itu saat dia merogoh-rogoh lenga bajunya untuk mengambil belati lain.
“Eika, tunggu.” Sakuya menghentikannya.
“Tuan Putri...?”
Dengan tenang, Sakuya bertanya, “Kau dari Satuan Kenki, kan?”
“Tepat sekali, Putri Sakuya,” suara yang dimodifikasi secara mekanis menjawabnya saat mata dari helm sosok itu bersinar merah.
“Satuan Kenki?!” Eika mengangkat suaranya dalam keterkejutan. “Tapi kenapa kalian datang ke sini?”
Satuan Kenki adalah kelompok bersenjata yang telah melayani keluarga kerajaan Anggrek Sakura selama dua abad. Jika Murakumo lebih bertanggung jawab atas intelijen dan spionase, Satuan Kenki lebih bertanggung jawab pada penjagaan dan pengawalan.
Setelah Anggrek Sakura dihancurkan oleh Void sembilan tahun lalu, Satuan Kenki menjadi sekelompok tentara bayaran pengembara yang berusaha membalas dendam atas tanah air mereka yang dihancurkan. Mereka berkeliling dunia, bertarung dan membunuh Void di mana pun mereka bisa.
Orang-orang sering menyebut Pengguna Pedang Suci dari Anggrek Sakura sebagai petarung barbar, dimana hal tersebut didasarkan pada gaya bertarung tradisional Anggrek Sakura yang tidak mempedulikan rasa takut akan kematian.
“Untuk apa kau datang ke sini?!” seru Eika. “Satuan kalian sudah berpisah dengan keluarga kerajaan!”
“Aku datang untuk memberi kalian peringatan,” jawab suara itu dengan singkat. “Void sedang mendekat. Assault Garden Ketujuh akan menjadi medan perang.”
“Apa?” Sakuya terkejut sejenak, tapi segera, matanya melebar seolah menyadari sesuatu. “Jangan-jangan kalian yang menyelundupkan Void ke kota?”
Sosok itu tidak menjawab. Entah apakah dia menyangkal atau mengiyakan, itu tidak diketahui.
“Jawab aku. Tergantung pada apa yang kau katakan, aku mungkin tidak akan mengizinkanmu meninggalkan tempat ini,” ucap Sakuya, melepaskan gelombang listrik di Raikirimaru.
“Sebagai anak yatim piatu dari keluarga kerajaan, kami berharap anda ikut mengambil bagian dalam pertarung ini, Putri Sakuya,” jawab sosok itu.
“Iktu bertarung? Jelaskan yang kau maksud...”
“Saya di sini hanya untuk melaporkan kembalinya kami kepada anda, Putri Sakuya. Saya tidak dapat mengungkapkan rencana kami di sini, meningat ada lalat-lalat pengganggu yang sedang berdengung di sini.” Pria berarmor itu tertawa dengan suara yang melengking. “Saya akan berbicara lagi dengan anda saat anda sendirian, Putri Sakuya.”
Sosok itu kemudian melompat jauh dari pohon dan menghilang bak bayangan di kegelapan.
“Tunggu!” Eika ingin mengejarnya, tapi pria itu sudah pergi.
Mau bagaimanapun juga, pria adalah anggota dari Satuan Kenki. Dia pastinya sudah merencakan rute pelarian dari jauh-jauh hari sebelumnya.
“Assault Garden Ketujuh akan menjadi medan perang...?” Sakuya menggumamkan kata-kata sosok itu lagi dan menggigit bibirnya.
Void akan datang. Itu sudah pasti.
Dan tidak diragukan lagi, ini terkait dengan serangan Void di dermaga.
Aku harus menghentikan ini terjadi...
Satuan Kenki—sekelompok iblis, orang-orang yang dirasuki oleh dorongan gila untuk membalas dendam pada Void. Mereka akan membawa sesuatu yang mengerikan ke kota ini.
Tapi apa yang harus aku lakukan...?!
Saat pertanyaan mendesak itu memenuhi kepalanya, sebuah gambaran tertentu muncul di benak Sakuya.
---
Assault Garden Ketuhuh memiliki area yang tak berpenghuni yang melekat pada kawasan industri keempat. Meskipun kota besar itu dapat mendukung lebih dari satu orang, namun seperempat dari tempat itu masih belum berkembang dibandingkan dengan skala yang direncakan pada awalnya untuk proyek Assault Garden. Pada satu titik, bagian kawasan industri keempat ini akan menjadi zona perkotaan, dan itu masih memiliki banyak struktur berlapis.
Di ruang bawah tanah di bawah salah satu bangunan di tempat itu ada sekitaran empat pulih sosok yang sedang berkumpul. Mereka adalah kelompok yang sangat tidak biasa, soalnya mereka semua mengenakan pakaian anti-Void. Salah seorang dari kelompok itu berbicara kepada seseorang melalui komunikator.
“Ya. Kargo yang kau kirimkan kepada kami semuanya hilang.”
“Ini tidak akan menghalangi penyelesaian rencana kita, kan?” tanya sosok lain.
“Yang itu hanya dikirim untuk percobaan,” suara yang terenkripsi menjawab melalui komunikator. “Kalian adalah inti dari rencana ini.”
“Kami berterima kasih atas bantuanmu, tapi kami tidak membutuhkan hal-hal itu,” Uzan, pemimin Satuan Kenki, mengucapkan itu dengan getir.
Pria itu dianggap sebagai Pengguna Pedang Suci terkuat di Anggrek Sakura.
Tapi semua itu sudah menjadi masa lalu sekarang. Dia cemberut tidak senang dari balik helmnya.
Untuk membalas dendam pada Void yang telah menghancurkan tanah airnya, dia menerjunkan dirinya masuk ke dalam pertempuran. Dia telah mengorbankan segalanya untuk membunuh musuh bebuyutannya—Void Lord tertentu.
Dan sekarang, dia berada di puncak untuk mewujudkan tujuannya itu.
“Tuan Phillet, mulai sekarang kami akan melakukan apa pun yang kami inginkan.”
“Ya, silakan. Bagaimanapun juga, ini adalah balas dendam kalian,” jawab suara di sisi lain komunikator sambil tertawa.
Rekan-rekan Uzan—Satuan Kenki—berjumlah tiga puluh tujuh anggota. Masing-masing dari mereka bertekad untuk membuat pengorbanan yang akan merenggut nyawa mereka sendiri dan warga sipil Assault Garden Ketujuh.
Dan ketika tujuan kami yang telah lama kami tunggu-tunggu menjadi kenyataan, kami semua pasti akan jatuh ke neraka.
Dalam waktu sembilan puluh delapan jam, Stampede akan menghancurkan kota. Masa depan itu sudah diukir dalam batu.
Semoga saja, Putri Sakuya akan setuju untuk bergabung dengan kami...
Tapi kemudian, tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar menggema di seluruh bangunan yang telah ditinggalkan.
“...?”
Menanggapi suara itu, para anggota Satuan Kenki semuanya langsung berlutut, termasuk Uzan. Suara sosok yang mendekat adalah satu-satunya hal yang mengganggu keheningan yang suram di tempat itu. Seorang wanita muda mendekat, mengenakan pakaian putih bersih. Rambut birunya yang panjangnya sepinggang bergoyang-goyang dalam setiap langkah kakinya.
“Putri Setsura...!”
“Waktunya sudah tiba,” ucap gadis itu, suaranya sejelas bunyi lonceng. “Satuan Kenki akan menjatuhkan musuh bebuyutan kita—Shardark Void Lord.”
Satuan Kenki mengangkat suara mereka dalam seruan perang.