Seiken Gakuin no Maken Tsukai Volume 6 - Bab 4

Bab 4
Penyusup di Kastil Penguasa Kegelapan


“Ada orang..., yang menyusup ke Kastil Penguasa Kegelapan?” Leonis mengulangi kata-katanya di telepati. “Bajingan mana yang berani melakukan itu... Berapa jumlah mereka?”

“Berdasarkan laporan dari para beastmen, sepertinya hanya satu orang. Namun, rincian seperti afiliasinya masih tidak diketahui…,” jawab Shary.

Hmm, pikir Leonis.

Dungeon Kastil Penguasa Kegelapan dapat diakses melalui portal yang terletak jauh di bawah Assault Garden Ketujuh. Itu bukanlah tempat yang dapat dengan mudah untuk dijangkau.

“Sepertinya penyusup itu menyandera salah satu beastmen, dan mereka memandu penyusup itu ke gerbang.”

Jadi begitu ya.

Mungkin dia seharusnya lebih marah pada beastman yang disandera karena kurangnya loyalitasnya, tapi pada dasarnya beastmen itu bukanlah prajurit undead yang tidak memiliki insting bertahan hidup.

Ini hanya membuktikan bahwa aku maish belum mendapatkan kendali penuh atas pengikut-pengikutku.

“Ada apa, Leo, kamu sudah kenyang?” melihat anak lelaki itu tidak menyentuh makannya, Regina menatap Leonis dengan khawatir.

“Tidak, aku hanya sedang memikirkan sesuatu,” jawab Leonis sambil menggigit daging hamburg di piringnya.

“Apa saya diizinkan untuk memusnahkan penyusup yang tak tahu malu itu, Paduka?” tanya Shary.

“Hm, yah… Lebih baik jangan. Aku tertarik dengan bajingan ini.” Setelah berhenti sejenak untuk membuat pertimbangan, Leonis berubah pikiran. “Aku akan pergi melihatnya sendiri. Untuk menghormati keberanian, tidak, kebodohan yang penyusup itu tunjukkan dengan menyerbu masuk ke dalam Kastil Penguasa Kegelapan sendirian. Aku akan membuatnya bertekuk lutut dan membuatnya melayaniku.”

“Jika demikian, saya harus membiarkannya masuk?”

“Ya. Tapi ini juga merupakan kesempatan bagus untuk menguji langkah pertahanan kastil, jadi pastikan untuk menyapanya dengan baik.”

“Dimgerti, Paduka...”

Leonis melahap sisa makanannya dan bangkit berdiri.

“Ada apa, Leo?” tanya Riselia.

“Kupikir aku mungkin sudah terlalu banyak makan. Ke arah mana kamar kecilnya?”

Setelah membuat alasan, Leonis bergegas ke aula, di mana di sana dia memanggil seorang prajurit tulang dari bayangannya.

“Salah satu dari Tiga Juara Rognas, Pegulat Neraka, Dorug, siap melayani anda,” ucap skeleton itu.

“Aku akan kembali ke kastilku. Jadi, untuk saat ini aku ingin kau menyamar sebagai aku.”

“Saya mengerti, Paduka!”

Dengan itu, Leonis merapalkan mantra pengubah bentuk pada Dorug. Wujud dari prajurit skeleton itu terdistorsi sesaat dan kemudian membentuk wujud Leonis.

“Aku mengandalkanmu. Pastikan untuk tidak melakukan sesuatu yang mencurigakan,” Leonis menginstruksikannya sebelum menghilang ke dalam bayangan.

---

“Aku tidak menyangka akan menemukan sesuatu seperti ini di bawah kota…”

Saat dia masuk ke dalam portal yang terang dan berkilauan, penyusup itu tersentak kaget. Dia mendapati dirinya berada di kompleks bawah tanah yang luas yang diterangi oleh banyak lentera besi. Koridor batu panjang terbentang di depannya.

Sesuatu yang sebesar ini tidak mungkin ada di bawah Assault Garden Ketujuh. Karenanya, portal itu pasti…

Sebuah perangkat teleportasi atau semacamnya.

Bahkan ibu kota tidak memiliki teknologi magis semacam itu.

“Ku-Kumohon, aku sudah membawamu ke gerbang! Jadi lepaskan aku…!” dalam kondisi dimana lehernya ditekan oleh pedang si penyusup, beastman itu memohon dengan ekspresi tegang.

“Belum. Bawa aku ke hadapan Penguasa Kegelapanmu.”

“A-Aku tidak bisa. Hanya anggota berperingkat tertinggi dari kelompok kami saja yang tahu di mana Penguasa Kegelapan berada. Kau bisa menemuinya jika kau mencapai dasar labirin, tapi jalan ke sana penuh dengan monster-monster berbahaya—”

“Kamu terlalu banyak bicara, beastman. Kau akan memanduku atau tidak?”

Si penyusup, Sakuya Sieglinde, tanpa ampun menggores tenggorokan beastman dengan ujung katananya.

Satuan intelijen Murakumo tidak bisa mengendus informasi yang berguna mengenai identitas Penguasa Kegelapan. Untungnya, mereka berhasil menemukan Pasukan Serigala Iblis dengan melacak sisa-sisa anggota Fraksi Seriga yang tersebar. Karenanya, Sakuya menghubungi salah satu dari mereka dan memaksanya untuk membawanya ke hadapan Penguasa Kegelapan.

“Ku-Kumohon, lepaskan aku!” pinta si beastmen.

“Maaf, tapi tidak. Asal kau tahu saja—aku juga lebih suka untuk tidak melakukan metode seperti ini,” jawab Sakuya, nada suaranya dingin.

Penguasa Kegelapan Zol Vadis. Sosok yang memerintah kota ini dari balik layar.

Jika dia memang sungguh mengendalikan Assault Garden Ketujuh, dia pasti tidak akan membiarkan Satuan Kenki melakukan rencana mereka.

Sakuya masih tidak yakin dengan intrik Satuan Kenki, namun mereka mengatakan bahwa Assault Garden Ketujuh akan menjadi medan perang. Sakuya sama seperti mereka, seorang pembalas dendam yang berusaha memburu Void, namun gadis itu tidak akan pernah menerima metode yang membahayakan orang tak bersalah.

Pada saat yang sama, pendekar pedang muda itu cukup bijaksana untuk memahami bahwa dia seorang diri tidak bisa menghentikan kelompok yang ingin membalas dendam. Dia sudah mengirimkan laporan anonim ke biro administrasi Akademi Excalibur, dan sejak insiden pembajakan Hyperion, tingkat kewaspadaan anti-teroris Assault Garden Ketujuh telah ditingkatkan hingga tingkat maksimum.

Tapi ini artinya kami akan melawan Satuan Kenki, orang-orang elit Anggrek Sakura. Biro administrasi tidak akan mampu menangani mereka.

Assault Garden Ketujuh adalah benteng garis depan dalam perang melawan Void. Namun, tidak seperti ibu kota, tempat itu tidak memiliki organisasi khusus untuk menangani aktivitas teroris internal.

Tanpa tempat lain untuk berpaling, Sakuya telah mencari faksi lain di kota.

Jika aku bisa menggabungkan kekuatan dengan Penguasa Kegelapan…

Pertanyaannya adalah apakah dirinya bisa mendapatkan kerja sama dari Penguasa Kegelapan. Jika yang disebut Pangeran Kegelapan ini benar-benar melihat kota ini sebagai wilayah kekuasaannya, harusnya dia merasa terdorong untuk menyelamatkan kota ini dari krisis. Tetapi jika negosiasi Sakuya gagal, dia bisa saja akan menemui ajalnya.

“Ayo, bawah aku ke hadapan Penguasa Kegelapanmu.”

“E-Eek!”

Saat Sakuya lebih menekankan pedangnya ke leher beastman itu…

“Aku menyambutmu di kastilku, pendekar pedang yang pemberani juga bodoh.”

“…?!”

Suara yang menggelegar terdengar melalui koridor labirin.

“Kau adalah, Penguasa Kegelapan—Zol Vadis!”

“Untuk menghormati keberanianmu yang ceroboh, aku akan menjamu dirimu dengan baik!”

Will-o'-the-wisps biru meledak di udara, menerangi jalan ke depan.

“Kau..., menuntunku ke tempatmu berada?”

“Ya. Tapi pertama-tama, kau harus menyelesaikan ujian dariku. Hanya dengan menaklukkan labirinku lah, dirimu akan diizinkan mencapai kediamanku.”

“Oke,” ucap Sakuya, melepaskan sanderanya dan menyiapkan Raikirimaru. Petir segera berderak di atas bilah katananya.

Bisa jadi ini adalah jebakan…

Meski demikian, ini bukan waktunya untuk ragu. Dengan Pedang Suci di tangannya, Sakuya berlari.

---

Bagaimana Sakuya bisa sampai di sini?!   

Leonis memijat pelipisnya dengan satu tangan saat ia duduk di singgasana tulangnya.

Tercermin dalam bola kristal yang dia pegang di tangannya yang lain adalah seorang gadis berambut biru. Pakaian Anggrek Sakura-nya mengepul saat dia melaju ke depan. Leonis menduga gadis itu mungkin mencoba mengungkap identitas Penguasa Kegelapan, tapi…

Ini melebihi setiap ekspektasiku. Bagaimana dia bisa menyerbu kastilku hanya dalam satu hari…?

Apa yang menjadi tujuan dari remaja putri itu? Tentunya, Sakuya tidak seperti salah satu pahlawan dari seribu tahun lalu yang bertujuan untuk membunuh Penguasa Kegelapan.

“Kurasa aku hanya perlu melihat apa yang dia mampu lakukan…”

Leonis mengetahui keterampilan Sakuya dari latih tanding mereka di akademi. Kecakapan bertarung individunya tidak ada duanya, dan meskipun pada pandangan pertama dia tampak sembrono, dia memiliki keterampilan penilaian yang tajam. Keterampilan pedangnya menyaingi Leonis sebelum dia menjadi Raja Undead.

Dan untuk melengkapi semua itu, Pedang Sucinya, Raikirimaru, meningkatkan kecepatan penggunanya.

Leonis mengawasi Sakuya melalui bolanya saat gadis itu melesat melewati para prajurit skeleton, dengan mudah menebas mereka. Dia sudah bergerak lebih cepat daripada yang bisa diikuti mata manusia biasa.

Aku mau dia menjadi pengikutku.

Pada dasarnya, pasukan Leonis sebagian besar terdiri dari undead, namun bahkan dengan mana yang cukup, dia tidak bisa menciptakan mereka begitu saja. Dia membutuhkan mayat, entah itu untuk menciptakan skeleton sederhana, ghoul, atau naga tengkorak.

Seribu tahun yang lalu, ketika perang terus berlangsung tanpa henti, dia memiliki persediaan yang stabil. Namun, segala sesuatunya tidak lah sesederhana itu di era ini. Void, bentuk kehidupan misterius, atau jika mereka bahkan bisa disebut seperti itu, cenderung menghilang ke dalam ketiadaan dari mana mereka datang dan tidak bisa digunakan untuk sihir Leonis.

Sementara dia saat ini memiliki Pasukan Serigala Iblis di bawah komandonya, dan kekuatan kasar mereka luar biasa, mereka masih belum cukup berpengalaman dalam pertempuran. Jika diberikan senjata dan pelatihan tempur yang cukup, mereka mungkin akan membentuk unit yang sekuat Korps Binatang Iblis Dizolf Grand Beast. Namun saat ini, mereka jauh dari potensi itu.

Tapi jika aku bisa membawa Sakuya masuk ke dalam Pasukan Penguasa Kegelapan…

“Paduka.” Shary muncul di dekat singgasana Leonis, berlutut di hadapannya dengan hormat sambil mengangkat nampan dengan satu set teh. “Saya membawakan anda sesuatu untuk diminum.”

“Terima kasih.” Leonis mengangguk, mengambil cangkir, dan menyesap tehnya.

Shary benar-benar tidak becus dalam hal-hal yang menjadi tugas pelayan, tetapi jika ada satu saja hal yang dia kuasai, maka itu adalah menyeduhkan teh.

“Menurut anda apa tujuan pendekar pedang itu?” tanya Shary ketika dia melihat ke dalam bola kristal Leonis.

“Aku tidak tahu. Tapi itu pasti bukan untuk bergabung dengan pasukanku,” jawab Leonis. Dia kemudian mengalihkan perhatiannya ke bayangan di kakinya, dan  berseru, “Blackas, ayo bergabung dengan kami. Kau dekat dengannya, bukan?”

“Yah, memang kami memiliki semacam hubungan.” Kegelapan membengkak, mengambil bentuk serigala hitam besar. “Dia gadis yang tekun dengan hati seorang pejuang sejati.”

“Hmm. Apa pendapatmu tentang merekrutnya ke dalam Pasukan Penguasa Kegelapan?”

Telinga Blackas berkedut, dan Shary sedikit mengangkat alisnya.

“Jika itu keputusan yang kau buat sebagai panglima tertinggi Pasukan Penguasa Kegelapan, aku tidak keberatan,” jawab serigala besar itu dengan lembut.

“…Begitu ya,” ucap Leonis sebelum terdiam saat dia mengamati gambar Sakuya di bola itu.

Prajurit yang terampil seperti Sakuya Sieglinde sulit didapat. Dan karena gadis itu baru berusia 14 tahun, dia masih memiliki ruang untuk tumbuh. Jika Riselia punya potensi menjadii komandan garis depan, Sakuya bisa menjadi garda depan yang perkasa.

Jika Leonis membandingkan Sakuya dengan pengikut-pengikutnya yang ada, gadis itu paling mirip dengan Ksatria Dunia Bawah, Schteizer Halliorstatt, salah satu juaranya yang paling berprestasi.

Dan selain itu…

“Jika aku menerima Sakuya, seorang anggota keluarga kerajaan di kerajaannya, aku mungkin bisa merekrut semua orang Anggrek Sakura dalam satu gerakan—”

Tentunya, hal-hal tidak akan terjamin berjalan dengan semulus itu. Meskipun, Leonis dan Sakuya memiliki musuh yang sama yaitu Void. Karenanya, ada cukup alasan bagi mereka untuk bergabung dengannya.

“Nnnnn. Paduka, apa anda berencana untuk secara membabi buta membuat lebih banyak pengikut lagi?” tanya Shary, menggembungkan pipinya karena tidak senang.

“Sepertinya gadis itu berhasil menerobos para prajurit skeleton, Magnus-dono,” ucap Blackas, mengabaikan keluhan Sary.

“Itu menakjubkan. Tapi kurang lebih aku sudah menduga itu,” ucap Leonis, mengetahui bahwa prajurit skeleton berpangkat rendah bukanlah tandingannya Sakuya. “Selanjutnya, kirim Shadow Beast.”

---

“Hyahhhhhhhh, Tebasan Gemuruh Petir!”

Berselimutkan petir, bilah pedang Sakuya menari-nari di udara, dengan bebas memotong skeleton di jalurnya. Tulang-tulang berserakan di udara, mengenai dinding labirin dan pecah menjadi debu.

Monster-monster tulang ini... Apakah Penguasa Kegelapan yang menciptakan mereka?

Secara individu, mereka tidak kuat, tapi itu melelahkan untuk menghadapi mereka dalam jumlah besar.

“Yah, meskipun, bisa melakukan begitu banyak tebasan itu menyenangkan dengan caranya sendiri…!”

Shwing!

Pedangnya melengkung bagaikan sambaran petir saat menyapu seluruh kompi tulang yang berantakan. Sepertinya dia telah menebas yang terakhir dari mereka.

“Haah, hah, hah.”

Tapi saat Sakuya mulai rileks dan menstabilkan napasnya yang tidak karuan…

Grrrrrrrr!

Bayangan yang ditimbulkan oleh kedipan will-o'-the-wisps tumbuh dan menjadi hidup, menjadi Shadow Beast.

“…!”

Sakuya secara refleks menghindar dan menebas makhluk itu. Namun, itu belum berakhir. Bayangan-bayangan itu mendidih seperti air mendidih, dan lebih banyak lagi siluet seperti binatang yang muncul.

“Hyaah!”

Menebas monster, Sakuya mencoba mendorong ke depan, tapi Shadow Beast telah memotong di depannya. Tidak seperti para prajurit tulang sebelumnya, makhluk-makhluk ini memburu mangsanya dengan cara yang terkoordinasi dan terorganisir.

Kuharap aku bisa tahu ada berapa banyak dari mereka… Dan juga pola serangan mereka, pikir Sakuya sambil menghindari serangan yang datang.

Di saat-saat seperti ini, dia jadi rindu dengan analisis Elfiné dan perintah akurat Riselia.

Tembakan pelindung dari Regina akan membuat segalanya lebih mudah...

Dan juga, ada anak laki-laki yang baru saja bergabung dengan unit mereka, Leonis. Anak lelak itu mungkin memang belum membuat pencapaian yang luar biasa dalam pertempuran, tapi hanya dengan adanya keberadannya di sekitar tampaknya membantu unit untuk berfungsi lebih lancar.

Hingga enam bulan yang lalu, dia yang dapat berkoordinasi dengan rekan satu timnya tidak pernah terlintas di benak Sakuya. Dia telah mencoba menjadi bagian dari unit kakak kelasnya, tetapi itu selalu berakhir dengan dirinya berburu Void sendirian. Itu adalah satu-satunya cara yang dia tahu, dan itu akhirnya menyebabkan dia dikeluarkan dari pasukan-pasukan itu.

Begitulah bagaimana aku selalu bertarung.

Pedang angkuh dan menyendiri yang menyapu Void bagaikan iblis.

Aku tidak berpikir bahwa aku lebih lemah ketika bertarung dalam tim, tetapi tidak diragukan lagi  jenis kekuatan yang kugunakan telah berubah.

Shadow Beasts melolong saat mereka meraih anggota tubuh Sakuya. Dia mencoba menebas salah satu yang memegang kaki kanannya, tetapi semakin banyak kawanan makhluk itu yang muncul, menyeretnya ke dalam kegelapan.

Miasma ketiadaan mulai mengalir dari tubuh Sakuya.

Krak, krak, krak…!

Sulur petir hitam menyelimuti bilah pedang Raikirimaru. Pedang Iblis Yamichidori. Itu adalah kartu as Sakuya untuk melawan Void—kartu yang bahkan dia rahasiakan dari rekan satu timnya. Petir yang melonjak langsung menghancurkan binatang buas yang menjepitnya, memaksa mereka untuk meleleh ke dalam bayang-bayang.

“Tidak…, jangan di saat seperti ini…!”

Sakuya mengayunkan ujung pedangnya ke bawah, mengubahnya dari Pedang Iblis kembali ke Raikirimaru. Menggunakan Pedang Iblis, bahkan untuk sesaat, akan membuat ketiadaan semakin menggerogoti dirinya.

“Penguasa Kegelapan sungguh memiliki bawahan-bawahan yang kuat…,” ucap Sakuya, bahunya gemetar saat dia bernapas perlahan sambil terus maju lebih dalam ke labirin.

“Oh, jadi kau berhasil mengatasi Shadow Beast, ya. Kau melampau ekspektasiku. Bagaimanapun juga, mereka itu berperingkat agak tinggi di antara para pelayanku,” sebuah suara menggelegar di sekelilingnya.

“…Penguasa Kegelapan?!”

Will-o'-the-wisps yang menerangi koridor tiba-tiba padam.

“Kau lulus ujian. Aku akan mengizinkanmu untuk bertemu denganku.”

Dan begitu suara itu mengatakan itu, lingkaran sihir putih yang bersinar muncul di bawah Sakuya.

“Apa…? Aaah!”

---

Apa yang barusan itu? Apa Pedang Sucinya Sakuya baru saja berubah?

Leonis mengangkat alisnya, masih duduk di singgasana tulangnya. Tentunya, dia tahu kalau Pedang Suci mampu melakukan Perubahan Mode, sebuah transformasi yang mengubah konfigurasi mereka. Misalnya, Meriam Naga Regina bisa berubah dari meriam menjadi sniper rifle. Namun, Sakuya tidak pernah menggunakan petir hitam itu selama latih tanding.

Apa itu semacam pilihan terakhir yang tidak akan dia gunakan saat sparring?

Mungkin ada harga yang harus dia berikan untuk melakukan Perubahan Mode. Atau mungkin Sakuya punya alasan lain untuk merahasiakannya? Leonis melihat ke bawah dari singgasananya saat lingkaran sihir muncul di tengah ruangan, memindahkan Sakuya ke ruang audiensinya.

“Dimana aku?” tanya gadis yang kebingungan itu, sambil melihat sekeliling.

“Perhatikan sikapmu, kau berada di hadapan Penguasa Kegelapan Zol Vadis,” seru Leonis dengan keras. Dia sudah memakai topeng Penguasa Kegelapannya dan menyuruh Shary dan Blackas menjauh.

“Kau kasar sekali dalam memperlakukan seorang wanita,” ucap Sakuya, memperhatikan Leonis yang menyamar dengan ekspresi mencela.

“Mengingat bahwa kau adalah seorang penyusup, kupikir aku telah memperlakukanmu dengan sangat sopan,” balas Leonis.

Sakuya menggigit bibirnya. “Aku minta maaf karena sudah menggangu. Aku hanya berpikir bahwa ini akan menjadi satu-satunya cara agar aku bisa bertemu denganmu.”

“Begitu ya. Lalu, apa yang membawamu datang ke kastilku?”

Sakuya menurunkan Raikirimaru sedikit dan menjawabnya, “Penguasa Kegelapan, kau mengatakan bahwa kau adalah penguasa kota ini. Bahwa dirimu mengendalikannya dari bayang-bayang.”

“Itu benar. Entah apakah kalian manusia mengakuinya atau tidak, Assault Garden Ketujuh sudah menjadi milikku—”

“Jika demikian, maka siapa saja yang mencoba untuk menghancurkan kota ini adalah musuhmu, kan?” sela Sakuya.

“Hmm.” Leonis menyipitkan matanya. “Apa kau ingin mengatakan bahwa seseorang bertujuan untuk menghancurkan kerajaanku?”

“Aku tidak tahu pasti apa yang mereka rencanakan, tapi aku tahu itu pasti akan menjadi sesuatu yang mengerikan. Dan orang-orang itu kemungkinan besar adalah orang yang sama yang menyelundupkan Void yang kau musnahkan di dermaga kemarin.”

“Oh?” Leonis mengerutkan keningnya di balik topengnya. “Kau mengklaim bahwa monster-monster itu dibawa masuk ke kota ini? Kupikir Void merayap keluar dari ketiadaan.”

“Ya, setidaknya..., kupikir mereka melakukan itu.” Sakuya menganggukkan kepalanya. Tentunya, dia tidak punya bukti tentang klaimnya itu.

“Anggaplah asumsimu benar, dan orang-orang itu memang membawa Void ke dalam domainku, maka tindakan mereka jelas merupakan tindakan permusuhan terhadapku.”

“Penguasa Kegelapan Zol Vadis,” Sakuya memohon, menatap langsung ke arahnya. “Aku ingin menghentikan mereka, tapi aku tidak akan bisa melakukannya sendiri.”

“Kau menginginkan kekuatanku?”

“…Ya,” jawab Sakuya, ekspresinya tegang karena cemas.

“Apakah orang-orang yang kamu bicarakan itu kuat?”

“Ya. Meskipun jumlah mereka sedikit, masing-masing dari mereka adalah Pengguna Pedang Suci yang berada di level yang sama denganku. Dan mereka bertarung tanpa takut mati.”

Leonis mengangguk. “Begitu ya.”

Sekelompok Pengguna Pedang Suci yang setara dengan Sakuya, ya…?

Kelompok seperti itu bisa menjadi pelayan yang luar biasa, tapi…

“Siapa pun yang mengancam kerajaanku—entah itu Void atau pun Pengguna Pedang Suci—merupakan musuhku,” seru Leonis, suaranya bergema menakutkan di seluruh ruangan. “Aku akan membantumu. Namun ketahuilah, jika kau meminta bantuan Penguasa Kegelapan, kau harus siap membayar harga yang sepadan.”

“…” Sakuya menggigit bibirnya dengan cemas. “Maksudmu semacam permintaan seksual…?”

“Tidak!” seru Leonis, panik.

“Oh, syukurlah.” Sakuya menghela napas lega.

“Sakuya Sieglinde. Aku memerintahkan agar kau dan orang-orang dari Anggrek Sakura bergabung dengan pasukanku.”

“…Kau ingin aku menjadi bawahanmu?”

“Ya. Aku akan melantikmu ke dalam Pasukan Penguasa Kegelapan sebagai jenderal tamu.”

“Aku tidak berpikir kalau seseorang sekuat dirimu membutuhkan kekuatanku.”

“Menurutmu begitu? Yah, aku menjunjung tinggi kemampuan yang kau miliki.”

“Dan kau juga menginginkan orang-orang dari Anggrek Sakura…?”

“Ya.” Leonis mengangguk dengan anggun di singgasananya. “Mereka semua akan masuk ke dalam Pasukan Penguasa Kegelapan.”

“Apa kau meminta kami untuk berbalik melawan Kekaisaran Manusia Terintegrasi?”

“Ya.”

“…” Sakuya menggigit bibirnya lagi dan menatap Leonis sejenak. “Jika kau hanya meminta kesetiaanku, aku akan memberikannya. Namun, orang-orang dari Anggrek Sakura tidak dapat melayanimu,” ucapnya dengan tegas.

“Begitu ya…”

Sakuya tidak keberatan untuk bersekutu dengannya. Meskipun itu sendiri adalah keputusan menyakitkan yang membutuhkan banyak tekad untuk dibuat oleh wanita muda itu. Dia jelas siap untuk mempertahankan Assault Garden Ketujuh sampai akhir, bahkan jika itu berarti menjual jiwanya kepada Penguasa Kegelapan.

Leonis menggelengkan kepalanya. “Kalau begitu, tidak ada lagi yang perlu kita diskusikan.”

“Penguasa Kegelapan!”

“Yang aku inginkan adalah Anggrek Sakura itu sendiri. Jika kau tidak mau menerima tawaranku…” Leonis mengangkat tangannya dan menjentikkan jarinya.

“T-Tunggu, apa yang kau—aaaah!”

Sulur umbral yang tak terhitung jumlahnya melingkari tubuh Sakuya dan mulai menyeretnya ke dalam kegelapan.

“Pikirkanlah tawaranku. Jika kau berubah pikiran, datanglah ke kastilku lagi.”

Dengan suara bagaikan air yang menetes, gadis itu ditarik ke dalam bayangang dan dikirim ke salah satu portal yang terletak di bawah permukaan Assault Garden Ketujuh.

Sekarang…

“Apa pendapatmu tentang yang dikatakan Sakuya?” tanya Leonis pada Blackas yang bersembunyi di kegelapan.

“Maksudmu tentang orang-orang yang menyelundupkan Void ke kota? Hmm. Itu mencurigakan. Mungkin saja mereka terhubung dengan Zemein dan bocah Nefakess itu.”

“Aku setuju bahwa kegiatan ini melampaui batas terorisme belaka. Ini seperti penyihir mencurigakan, Sharnak, yang memanipulasi Fraksi Serigala untuk menculik tuan putri.”

“Apa yang akan kau lakukan, Magnus-dono? Apa kau akan membiarkan mereka?”

“Tentu saja tidak.”

Leonis melepas topeng Penguasa Kegelapannya dan menyunggingkan senyum jahat. Melancarkan seangan di Assault Garden Ketujuh ini sama saja dengan menantang Raja Undead itu sendiri. Bahkan tanpa Sakuya harus minta, dia akan menghancurkan mereka secara menyeluruh.

“Manusia bodoh. Kalian akan menyesali hari ketika kalian membuatku murka.”

---

“Sepertinya tidak ada yang berjalan seperti yang aku inginkan,” seorang uskup muda mengerang ketika dia memindahkan bidak-bidak di papan permainan. “Aku benci permainan yang memiliki terlalu banyak faktor ketidakpastian.”

Tidak ada siapa pun di sisi berlawanan dari papan, hanya kekosongan tak terbatas dari ketiadaan.

Dia berada di ruang prismatik yang terletak di dalam wilayah Void. Di sana berdiri sebuah gerbang dengan kunci perak. Itu adalah kekosongan terdalam, yang terhubung dengan semua ruang-waktu.

Kastil Dunia Lain. Tempat kedudukan dari salah satu delapan Penguasa Kegelapan, Azra-Ael.

Di sana, Uskup Void, Nefakess Reizaad, mengeluh pada dirinya sendiri. Orang tua yang sebelumnya menduduki sisi lain papan ini telah tewas dalam pertarungan tempo hari.

“Yah, yang telah terjadi biarlah terjadi. Meskipun, agak membosankan tidak ada seseorang yang bisa diajak untuk bermain…” Nefakess mengangkat matanya dari papan. “Meski begitu, ini adalah perkembangan yang tidak terduga. Untuk berpikir bahwa Raja Undead telah dihancurkan.”

Itu merupakan hal yang tidak sesuai dari masa depan yang digariskan dalam nubuatan. Tidak mampu mengubah Penguasa Kegelapan terhebat menjadi pion mereka adalah kegagalan yang besar. Selain itu, eksperimen dengan Wanita Suci dari Enam Pahlawan telah gagal, dan Veira, sang Ratu Naga, juga telah dikalahkan…

“Apakah semua faktor yang tidak pasti ini memiliki semacam pengaruh pada kausalitas ...?” Nefakess bertanya-tanya.

Saat dia memikirkannya, dia menyadari bahwa rencananya mulai kacau sejak Archsage Arakael mengamuk.

“Assault Garden Ketujuh, tempat perlindungan umat manusia. Sesuatu yang ada di sana lah yang pasti menyebabkan ini. “

Riselia Crystalia. Dia telah menanamkan fragmen dewi pada gadis vampir itu untuk berjaga-jaga.

Mungkin itu bukan gadis vampir itu, tapi orang yang dia layani…?

Nefakess harus mempertimbangkan setiap kemungkinan ketika masa depan yang telah diramalkan sang dewi tiba.

“Sepertinya kita perlu sedikit mencampuri takdir.”

“Apakah kau berniat menjadikan Shardark sebagai wadah untuk sang dewi, bahkan setelah dia menyerah pada ketiadaan?” sebuah suara berseru dari kegelapan.

“Ah, Tuan Gisark,” ucap Nefakess sambil menyeringai.

Naga Ilahi dari Enam Pahlawan muncul dalam diam di belakangnya.

“Kau seharusnya tidak mengganggunya,” Gisark memperingatkannya. “Dia telah menjatuhkan banyak dewa, serta Dizolf, Penguasa Amarah. Dia terlalu tidak stabil untuk menjadi sebuah wadah.”

“Ya, itu mungkin benar.”

“Dia adalah pahlawan yang jatuh ke ketiadaan untuk menghancurkan dewi. Master Pedang dari Enam Pahlawan mungkin telah menjadi singularitas yang membengkokkan nasib ramalan itu.”

“Jika itu benar, tidak bisakah kita menuai keuntungan dari jahitan terbuka itu dalam kausalitas?” ucap Nefakess, mengambil salah satu potongan permainan dan mempermainkannya.

“Jangan terlalu angkuh, uskup. Satu-satunya yang bisa menenun tali takdir adalah sang dewi.”

“Ya, tentu saja aku tahu soal itu. Semuanya sesuai dengan kehendak sang dewi.”

Uskup itu berbalik, namun saat dia melakukan itu, sudah tidak ada orang lagi di sana.



close

Post a Comment

Previous Post Next Post